Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH TUTORIAL

BLOK KELUHAN BERKAITAN DENGAN SISTEM REPRODUKSI

SKENARIO 2

KOK MUNTAH TERUS YAA…?

OLEH : KELOMPOK 11

DOSEN TUTOR : dr. H.M. Bakhriansyah, M.Kes, M.Med.Ed, Ph.D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2020
DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK

1. Amalia Rahman NIM 1710911120003

2. Melynda Lauren NIM 1710911120017

3. Rasyfa Amelia NIM 1710911120032

4. M.Ramazali NIM 1710911210031

5. Alifah Nadia NIM 1710911220005

6. Haniatul Aisy NIM 1710911220023

7. Shafa Rahmani Puteri NIM 1710911220048

8. Zenita Hendra Savitri NIM 1710911220061

9. Aderiel Gabrian Tarius NIM 1710911310001

10. M.Geraldy Isfandiary NIM 1710911310032

11. Gt.Tsania Nur Rahmatya NIM 1710911320017

12. Rizky Amalia NIM 1710911320042


SKENARIO 2

KOK MUNTAH TERUS YAA…?

Wanita usia 20 tahun, sedang hamil muda, datang ke poliklinik kebidanan & kandungan

RS dengan keluhan mual dan muntah yang bertambah hebat. Muntah-muntah awalnya hanya

terjadi pada pagi hari dan setelah makan/minum, namun sejak 2 hari yang lalu muntah dialami

lebih dari 10 kali per hari, dengan jumlah sekitar ½- ¾ gelas belimbing per kali muntah. Yang

dimuntahkan berupa makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya, tidak terdapat darah.

Pasien juga mengeluh badan terasa lemah sehingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-

hari, sering merasa haus dan bibir terasa kering. Nafsu makan dirasakan menurun karena pasien

takut muntah. BAB dan BAK semakin sedikit dan jarang. Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati.

Kehamilannya ini adalah kehamilan pertama. Pasien sudah pernah memeriksakan kehamilannya

satu kali di bidan setelah ia menyadari terlambat haid dan mendapati hasil testpack yang positif.

Sekarang kehamilannya sudah memasuki 10 minggu menurut perhitungan hari pertama haid

terakhir (HPHT). Pasien belum pernah melakukan pemeriksaan USG. Pasien memiliki riwayat

penyakit maag. Informasi dari anamnesis menggambarkan pasien baru saja berpisah dengan

suaminya, ia sekarang tinggal sendirian dan mencari nafkah sendiri, sehingga kadang ia merasa

stress dengan kehidupannya. Dari keterangan pasien, ia tidak memiliki riwayat keluarga dengan

kehamilan kembar.

Dokter kemudian melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan USG dan lainnya untuk

memastikan tidak ada kelainan lain dan memutuskan penatalaksanaan yang diberikan pada

pasien.
LANGKAH 1. IDENTIFIKASI DAN KLARIFIKASI ISTILAH

LANGKAH 2. MEMBUAT DAFTAR MASALAH

1. Apakah hubungan antara usia dengan keluhan yang dirasakan pasien?

2. Apakah penyebab mual dan muntah pada pasien?

3. Bagaimana mekanisme utama terjadinya mual dan muntah pada ibu hamil?

4. Apa saja dampak mual dan muntah terhadap kondisi ibu hamil?

5. Mengapa keluhan yang dirasakan pasien semakin memburuk (progressive)?

6. Mengapa riwayat keluarga dengan kehamilan kembar perlu ditanyakan?

7. Mengapa riwayat penyakit maag perlu ditanyakan?

8. Apakah perubahan psikologis seorang ibu hamil berpengaruh terhadap kehamilannya?

9. Apa ada hubungan antara kehamilan yang pertma dengan keluhan pasien?

10. Mengapa frekuensi BAB dan BAK semakin berkurang?

11. Bagaimana kejadian mual dan muntah yang pada ibu hamil dikatakan patologis?

LANGKAH 3. ANALISIS MASALAH

1. Umur/usia ibu merupakan salah satu faktor yang memepengaruhi status kesehatan ibu

pada masa kehamilan. Ibu hamil dengan umur yang relatif muda atau sebaliknya terlalu

tua cenderung lebih mudah untuk mengalami komplikasi kesehatan dibandingkan dengan

ibu dengan kurun waktu reproduksi sehat yakni 20-35 tahun. Erat kaitannya dengan

kematangan sel-sel reproduksi, tingkat kerja organ reproduksi serta tingkat pengetahuan

dan pemahaman ibu mengenai pemenuhan gizi pada masa kehamilan.


2. Penyebab pasti mual saat hamil masih belum diketahui dengan pasti. Namun, mual pada

wanita hamil kerap dihubungkan dengan beberapa faktor, di antaranya:

a) Produksi hormon kehamilan. Ketika sel telur yang sudah dibuahi menempel pada

dinding rahim, tubuh akan memproduksi hormon human chorionic gonadotropin

(HCG). Hal inilah yang diduga menyebabkan mual. Jadi, rasa mual yang muncul

merupakan pertanda bahwa tubuh sedang memproduksi hormon yang dibutuhkan

untuk kehamilan.

b) Adanya peningkatan kadar hormon estrogen.

c) Sensitivitas terhadap aroma atau bau tertentu meningkat.

d) Penelitian menemukan bahwa sebagian wanita mengalami mual saat stres.

e) Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan mual dan muntah. Untuk itu, segera

periksa ke dokter jika nyeri atau keluar darah saat Anda buang air kecil.

f) Sebagian wanita hamil cenderung lebih berisiko mengalami mual saat hamil terutama

jika sebelumnya mereka sudah sering mengalami mual dalam perjalanan, mual saat

menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen, sedang mengandung anak

pertama, mengandung bayi kembar, atau mengalami obesitas.

3. Mual dan muntah pada ibu hamil merupakan mekanisme fisiologis kehamilan (trimester

I). Berkaitan erat dengan HcG (Human Chorionic Gonadotropin) yang dihasilkan oleh

sel-sel sinsitio trofoblas plasenta memilki aktivitas mirip LH karena susunan kimianya

yang mirip. Berkaitan pula dengan perubahan hormonal sehingga menyebabkan kadar
estrogen meningkat drastic lalu akan menimbulkan efek penurunan motilitas usus dan

perlambatan pengosongan lambung.

4. Mual muntah yang berlebihan dan terus menerus dapat menyebabkan cairan tubuh

berkurang, sehingga darah menjadi kental dan sirkulasi darah ke jaringan terlambat. Jika

keadaan ini demikian maka konsumsi oksigen dan makanan ke jaringan juga ikut

berkurang sehingga dapat mengganggu kesehatan ibu dan perkembangan janin, dan mual

muntah dapat mengakibatkan jejas pada esofagus beberapa robekan mallory weis,

gangguan ginjal akut, pneumotoraks sampai pbeumonediastinum.

5. Keluhan pasien yang semakin memburuk diperkirakan akibat dari faktor predisposisi

yang telah dimiliki pasien sebelumnya seperti penyakit maag dan kondisi psikis pasien

yang kurang baik. Maag sendiri bermanifestasi sebagai perasaan mual dan perasaan ingin

muntah, disertai nyeri pada ulu hati. Seorang wanita yang hamil sekaligus menderita

maag, akan mengalami gejala yang tumpang tindih dan memperparah keluhan yang

dialami. Faktor psikologis juga memegang peran penting, apalagi jika dikaitkan dengan

kejadian maag. Stress dapat meningkatkan produksi dari asam lambung sehingga

menimbulkan kondisi yang dikenal dengan stress induced gastritis.

6. Kehamilan kembar dapat menyebabkan gejala mual dan muntah yang lebih parah

dibandingkan kehamilan tunggal, sehingga perlu ditanyakan riwayat kehamilan kembar

pada keluarga untuk menyingkirkan kemungkinan keadaan pasien disebabkan oleh hal

ini.
7. Maag bermanifestasi sebagai perasaan mual dan ingin muntah, disertai nyeri pada ulu

hati. Seorang wanita yang hamil sekaligus menderita maag, akan mengalami gejala yang

tumpang tindih dan memperparah keluhan yang dialami. Apabila dokter tidak menyadari

pasien menderita maag, keluhan pasien tidak akan membaik dan malah semakin

memburuk, karena tata laksana yang diberikan tidak tepat sasaran.

8. Jika stres pada wanita atau ibu hamil tidak dikelola dengan baik, kesehatan ibu dan janin

dapat terganggu. Berikut beberapa masalah yang terjadi jika ibu hamil menjadi stres:

a) Berpengaruh terhadap otak janin

Stres kronis selama hamil diduga berkontribusi terhadap kelainan proses

pembentukan otak janin dan peningkatan risiko gangguan mental pada janin di

kemudian hari..

b) Berdampak kepada tumbuh kembang bayi

Beberapa data menunjukkan bahwa ibu hamil yang tidak mampu mengatasi stres

dengan baik berisiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau secara

prematur. Penelitian juga menunjukkan adanya kaitan antara stres saat hamil dengan

peningkatan risiko gangguan tumbuh kembang bayi, seperti ADHD dan autisme.

c) Memengaruhi pertumbuhan bayi

Stres juga dapat memengaruhi plasenta ibu hamil. Ketika ibu hamil mengalami stres,

terutama pada trimester pertama, tubuh akan menghasilkan hormon stres kortisol.

Kadar hormon stres ini jika berlebihan dapat memengaruhi kesehatan bayi karena

dapat memasuki ketuban melalui plasenta, akibatnya pertumbuhan bayi akan menjadi

terlalu cepat. Walau efeknya tidak selalu buruk, namun penting untuk mengurangi
stres saat hamil agar bayi di dalam kandungan dapat tumbuh dan berkembang dengan

normal.

d) Berkurangnya pasokan oksigen untuk janin

Ketika ibu hamil merasakan kecemasan, tubuhnya akan memproduksi hormon stres

yang bisa berdampak kepada janin, yaitu epinephrine dan norepinephrine. Produksi

kedua hormon tersebut secara berlebihan dapat menyebabkan penyepitan pembuluh

darah dan mengurangi suplai oksigen ke rahim.

9. Pada Paritas 1 (Primipara/Primigravida) faktor psikologis Ibu hamil yang masih belum

siap dengan kehamilannya, masih menyesuaikan diri menjadi orangtua dengan tanggung

jawab yang lebih besar sehingga dapat memicu terjadinya kejadian Hiperemesis

gravidarum.

10. Frekuensi berkemih yang berkurang terkait dengan kompensasi tubuh untuk

mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh, yang banyak terbuang akibat

muntah, sehingga tidak banyak yang dapat diekskresikan melalui urin. Sedangkan

frekuensi defekasi yang berkurang, berhubungan dengan penurunan motilitas organ

gastrointestinal, yang umum terjadi pada ibu hamil. Kadar progesteron yang tinggi pada

ibu hamil menyebabkan relaksasi dari otot-otot polos di tubuh ibu, sehingga

memperlambat proses pencernaan dan pembentukan feses.

11. Batasan mual dan muntah yang normal pada ibu hamil belum disepakati, namun

kebanyakan memakai patokan muntah pada ibu hamil yang patologis atau hiperemesis

gravidarum ialah >10x/hari dengan penurunan keadaan umum.


LANGKAH 4 DIAGNOSIS BANDING

HG Eating disorder Gastritis

Mual muntah progresif + - +

BAB BAK + + -

Tanda-tanda dehidrasi + + +/-

Riwayat maag + - +

Riwayat stress + - +

TD 100/60
HR 110x
+ + +/-
RR 24x
T 37℃

Turgor kulit + - -

USG + + - -
LANGKAH 6. POHON MASALAH

Wanita 20 thn
KU : Mual muntah
Trimester 1
progressif
Onset : 2 hari

Nyeri ulu hati

Tanda-tanda dehidrasi

Compos mentis

Riwayat maag Px. Fisik : Turgor kulit


Riwayat stress Hipotensi, takikardi, hiperventilasi

Tanda-tanda dehidrasi

Px penunjang: Hiperemesis
Gravidrarum
USG : + hamil, normal
DD

Gastritis

Eating
Diagnosa kerja: Disorder
HIPEREMESIS
GRAVIDARUM

LANGKAH 6. BELAJAR MANDIRI


LANGKAH 7. SINTESIS HASIL BELAJAR

A. DEFINISI

Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang hebat dalam masa kehamilan

yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan atau gangguan elektrolit

sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Umunya terjadi pada minggu ke 6–12 masa

kejamilan yang dapat berlanjut hingga minggu ke 16–12 masa kehamilan. Muntah yang

menyebabkan ini di bedakan dari morning sicknes normal yang umum dialami wanita hamil

karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester pertama

kehamilan.

B. EPIDEMIOLOGI

World Health Organization (WHO) memperkirakan angka kematian ibu sebesar 500.000

jiwa dan angka kematian bayi sebesar 10 juta jiwa setiap tahun. Kejadian kematian ibu dan bayi

sebagian besar terdapat dinegara berkembang yaitu sebesar 98%-99% lebih tinggi dibandingkan

negara maju. Dan sebagian besar ibu hamil 70-80% mengalami morning sickness dan sebanyak

1-2% dari semua ibu hamil mengalami morning sickness yang ekstrim.

Salah satu komplikasi kehamilan yang mempengaruhi status kesehatan ibu dan tumbuh

kembang janin adalah hiperemesis gravidarum dimana kejadian ini dapat dideteksi dan dicegah

pada masa kehamilan, mual, dan muntah merupakan gangguan yang paling sering dijumpai pada

kehamilan trimester I sekitar 60%-80% pada primigravida dan 40%-60% pada multigravida.

Menurut data statistik yang dikeluarkan WHO sebagai badan PBB yang menangani

masalah bidang kesehatan, tercatat angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan di dunia
mencapai 515.000 jiwa setiap tahun. Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah

perdarahan 40-60%, infeksi 20-30%, dan keracunan kehamilan 20-30%, sisanya sekitar 5%

disebabkan mual muntah dan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan.

Hiperemis Gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian beragam mulai

dari 1-3% dari seluruh kehamilan di Indonesia, 0,3% dari seluruh kehamilan di Swedia, 0,5% di

California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan dan 1,9% di

Turki. Di Amerika Serikat, prevalensi Hiperemis Gravidarum 0,5 – 2%.

Diketahui angka kejadian hiperemesis gravidarum di Sulawesi Tenggara sekitar 3,5% dan

di Kota Kendari sekitar 4% pada tahun 2013. Gejala mual dan muntah 91% terjadi pada trimester

I dan hanya 3% pada trimester III. Mual dan muntah dialami oleh lebih dari 50% wanita pada

awal kehamilan dan terjadi pada primigravida 60%- 80% serta multigravida 40%-60%.

Hiperemesis gravidarum terjadi berkisar antara 0,3%-2% dari 1000 kehamilan.

Hasil penelitian Depkes tahun 2009 menjelaskan bahwa lebih dari 80% ibu hamil

mengalami rasa mual dan muntah, hal ini bisa menyebabkan perempuan menghindari makanan

tertentu dan biasanya mambawa resiko baginya dan janin. Pada tahun 2015 dari 2.203 kehamilan

terdapat 543 orang ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum. Di Jawa Timur pada tahun

2011, 67,9% ibu hamil mengalami emesis gravidarum.

C. ETIOLOGI

Kejadian hyperemesis gradidarum belum diketahui dengan pasti, akan tetapi beberapa

faktor predisposisi dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Faktor adaptasi dan hormonal


Ibu hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hyperemesis gravidarum. yang termasuk

dalam ruang lingkup factor adaptasi adalah ibu hamil dengan anemia, wanita primigravida, dan

over distensi rahim pada kehamilan ganda dan kehamilan mola hidatidosa. Sebagian kecil

primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormone estrogen dan gonadotropin korionik.

sedangkan pada kehamilan ganda dan mola hidatidosa, jumlah hormone yang terlalu tinggi

dapat menyebabkan hyperemesis gravidarum.

2. Faktor psikologis

Hubungan factor psikologis dengan kejadian hipermesis gravidarum nelum jelas. Nesar

kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan, keretakan rumah

tangga dapat menjadi factor lejadian hyperemesis gravodarum.

3. Faktor alergi

Pada kehamilan, dimana diduga dapat terjadi jaringan vili korialis yang masuk ke dalam

peredaran darah ibu, maka factor alergi di anggap dapat menyebabkan kejadian hyperemesis

gravidarum.

D. KLASIFIKASI

Hiperemesis gravidarum dibagi berdasarka berat ringannya gejala menjadi

3 tingkat, yaitu:

a) Ringan

Ditandai dengan muntah terus menerus yang membuat keadaan umum ibu berubah, ibu merasa

sangat lemah, tidak ada nafsu makan, berat badan menurun, dan nyeri ulu hati. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan denyut nadi sekitar 100 kali permenit, tekanan darah sistolik menurun, turgor

kulit berkurang, lidah mengering dan mata cekung.

b) Sedang

Pasien terlihat lebih lemah dan apatis, turgor kulit berkurang, lidah mengering dan tampak kotor,

denyut nadi lemah dan cepat, suhu akan naik dan mata sedikit ikteris, berat badan turun dan mata

cekung, tensi turun, hemokonsetrasi, oliguria(volume buang air kecil sedikit) dan konstipasi(sulit

buang air besar). Bau aseton dapat tercium dari nafas dan dapat pula ditemukan dalam urin.

c) Berat

Keadaan umum tampak lebih parah, muntah berhenti, penurunan kesadaran, bisa somnolen

sampai koma. Nadi lemah dan cepat, tekanan darah menurun dan suhu meningkat. Komplikasi

pada susunan saraf yang fatal dapat terjadi, dikenal dengan ensefalopati wernicke, dengan gejala

nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan tersebut diakibatkan oleh kekurangan zat

makanan, terutama vitamin B1 dan B2 .

E. FAKTOR RESIKO

Faktor risiko terjadinya hiperemesis gravidarum diantaranya adalah:

1. Level hormon ß-hCG yang tinggi. Hormon ini meningkat cepat pada triwulan pertama

kehamilan dan dapat memicu bagian dari otak yang mengontrol mual dan muntah.

2. Peningkatan level estrogen. Mempengaruhi bagian otak yang mengontrol mual dan

muntah.

3. Perubahan saluran cerna. Selama kehamilan, saluran cerna terdesak karena memberikan

ruang untuk perkembangan janin. Hal ini dapat berakibat refluks asam (keluarnya asam
dari lambung ke tenggorokan) dan lambung bekerja lebih lambat menyerap makanan

sehingga menyebabkan mual dan muntah.

4. Faktor psikologis. Stress dan kecemasan dapat memicu terjadinya morning sickness.

5. Diet tinggi lemak. Risiko hiperemesis gravidarum meningkat sebanyak 5 kali untuk

setiap penambahan 15 g lemak jenuh setiap harinya.

6. Helicobacter pylori. Penelitian melaporkan bahwa 90% kasus kehamilan dengan

hiperemesis gravidarum juga terinfeksi dengan bakteri ini, yang dapat menyebabkan luka

pada lambung.

F. PATOFISIOLOGI

Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang isinya bila terjadi

iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah merupakan refleks

terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga komponen utama yaitu detektor muntah, mekanisme

integratif dan efektor yang bersifat otonom somatik. Rangsangan pada saluran cerna dihantarkan

melalui saraf vagus dan aferen simpatis menuju pusat muntah. Pusat muntah juga menerima

rangsangan dari pusat-pusat yang lebih tinggi pada sereberal, dari chemoreceptor trigger zone

(CTZ) pada area postrema dan dari aparatus vestibular via serebelum. Beberapa signal perifer

mem-bypass trigger zone mencapai pusat muntah melalui nukleus traktus solitarius. Pusat

muntah sendiri berada pada dorsolateral daerah formasi retikularis dari medula oblongata. Pusat

muntah ini berdekatan dengan pusat pernapasan dan pusat vasomotor. Rangsang aferen dari

pusat muntah dihantarkan melalui saraf kranial V, VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan

melalui saraf spinal ke diapragma, otot iga dan otot abdomen. Patofisiologi dasar hiperemesis

gravidarum hingga saat ini masih kontroversial. Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan
cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak

yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunya asam aseton asetik, asam

hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan

cairan akibat muntah akan menyababkan dehidrasi, sehingga cairan ekstra vaskuler dan plasma

akan berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian juga dengan klorida urine. Selain

itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehigga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini

menyebabkan zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang dan tertimbunya zat metabolik

dan toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat

ginjal, meningkatkan frekuensi muntah yang lebih banyak, merusak hati, sehingga memperberat

keadaan penderita.

G. MANIFESTASI KLINIS

1. Tingkat I

Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu

makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrum. Nadi

meningkat ssekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah

mengering dan mata cekung.

2. Tingkat II

Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah mengering dan

nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris.

Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oligouria dan konstip

asi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan

dapat pula ditemukan dalam kencing.


3. Tingkat III

Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma,

nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan

saraf yang dikenal sebagai ensefalopatiwernicke, dengan gejala: nistagmus diplopia

dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan,

termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.

H. DIAGNOSIS

Diagnosis hyperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, serta

pemeriksaan penunjang.

a. Anamnesis

Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan muntah.

Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi terus menerus, dirangsang

oleh jenis makanan tertentu, dan mengganggu aktivitas pasien sehari- hari. Selain itu dari

anamnesis juga dapat diperoleh informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

terjadinya hiperemesis gravidarum seperti stres, lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi

dan riwayat penyakit sebelumnya (hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus,

dan tumor serebri).

b. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda

dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan tiroid

dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.

c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan

menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap,

urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar), analisis gas darah,

tes fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan tertentu, jika pasien dicurigai menderita

hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T4.

Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50- 60% terjadi penurunan kadar

TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibodi

Helicobacter pylori. Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda

dehidrasi dan pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen,

kreatinin dan hematokrit. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi adanya

kehamilan ganda ataupun mola hidatidosa.

I. TATA LAKSANA

Tata laksana awal dan utama untuk mual dan muntah tanpa komplikasi adalah istirahat

dan menghindari makananyang merangsang, seperti makanan pedas, makanan berlemak,atau

suplemen besi.Perubahan pola diet yang sederhana, makan yang sering cukup efektif untuk

mengatasi mual dan muntah derajat ringan. Jenis makanan yang direkomen-dasikan adalah

makanan ringan, kacang-kacangan, produk susu, kacang panjang, dan biskuit kering. Minuman

elektrolit dan suplemen nutrisi peroral disarankan sebagai tambahanuntuk memastikan

terjaganya keseimbangan elektrolit danpemenuhan kebutuhan kalori. Menu makanan yang

banyak mengandung protein juga memiliki efek positif karena bersifat eupeptic dan efektif

meredakan mual. Manajemen stres juga dapat berperan dalam menurunkan gejala mual.
Obat-obatan yang digunakan antara lain adalah vitamin B6 (piridoksin), antihistamin dan

agen-agen prokinetik. American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG)

merekomendasikan 10 mg piridoksin ditambah 12,5 mg doxylamine per oral setiap 8

jam sebagai farmakoterapilini pertama yang aman dan efektif.

Dalam sebuah randomized trial, kombinasi piridoksin dan doxylamine

terbuktimenurunkan 70% mual dan muntah dalam kehamilan.Suplementasi dengan tiamin dapat

dilakukan untuk mencegahterjadinya komplikasi berat hiperemesis,

yaitu Wernicke’sencephalopathy. Komplikasi ini jarang terjadi, tetapi perlu diwaspadai jika

terdapat muntah berat yang disertai dengangejala okular, seperti perdarahan retina atau hambatan

gerakanekstraokular. Antiemetik konvensional, seperti fenotiazin dan ben-zamin, telah terbukti

efektif dan aman bagi ibu. Antiemetik seperti proklorperazin, prometazin, klorpromazin

menyem-buhkan mual dan muntah dengan cara menghambat postsyn-aptic mesolimbic

dopamine receptors melalui efek anti-kolinergik dan penekanan reticular activating system.

Obat-obatan tersebut dikontraindikasikan terhadap pasien denganhipersensitivitas terhadap

golongan fenotiazin, penyakit kardiovaskuler berat, penurunan kesadaran berat, depresisistem

saraf pusat, kejang yang tidak terkendali, dan glaukomasudut tertutup. Namun, hanya didapatkan

sedikit informasimengenai efek terapi antiemetik terhadap janin.

Fenotiazin atau metoklopramid diberikan jika pengobatan dengan antihistamin gagal.

Prochlorperazine juga tersediadalam sediaan tablet bukal dengan efek samping sedasi yanglebih

kecil. Dalam sebuah randomized trial, metoklopramid dan prometazin intravena memiliki

efektivitas yang s ama untuk mengatasi hiperemesis, tetapi metoklopramid memiliki

efek samping mengantuk dan pusing yang lebih ringan.


J. PENCEGAHAN

Prinsip pencegahan untuk mengobati emesis agar tidak menjadi hiperemesis adalah:

1. Penerapan bahwa kehamilan dan persalinan adalah proses fisiologi

2. Makan sedikit tapi sering dengan (makanan kering)

3. Hindari makanan berminyak dan berbau

4. Defekasi teratur

K. KOMPLIKASI

Bagi wanita hamil, jika tidak diobati, HG dapat menyebabkan gagal ginjal, mielinolisis

pontine pusat, koagulopati, atrofi, Mallory-Weiss sindrom, hipoglikemia, sakit kuning,

kekurangan gizi, ensefalopati Wernicke, pneumomediastinum, rhabdomyolysis, deconditioning,

avulsion limpa, dan vasospasms arteri serebral. Depresi merupakan komplikasi sekunder umum

HG. Pada kesempatan langka seorang wanita dapat meninggal karena hiperemesis; Charlotte

Bronte adalah korban diduga penyakit ini.

Bayi dari wanita dengan hiperemesis berat yang mendapatkan kurang dari 7 kg (15,4

lb) selama kehamilan cenderung berat lahir rendah, kecil untuk usia kehamilan, dan lahir

sebelum usia kehamilan 37 minggu. Sebaliknya, bayi dari wanita dengan hiperemesis yang

memiliki keuntungan kehamilan berat lebih dari 7 kg muncul mirip sebagai bayi dari kehamilan

tanpa komplikasi. Tidak ada jangka panjang tindak lanjut penelitian telah dilakukan pada anak

dari ibu hiperemesis.


L. PROGNOSIS

Umunya dubia at bonam apabila ditangani secara cepat dan tepat, tetapi bisa juga dubia at malam

jika tidak segera ditangani secara cepat dan tepat yang akan berdampak pada ibu dan janin.
DAFTAR PUSTAKA

1. Tim penyusun. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Edisi Revisi Tahun 2014 Di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta. 2014.

2. Verberg MF, Gillott DJ, Al-Fardan N. Hyperemesis gravidarum, a literature review. Hum

Reprod Update. Sep-Oct 2005;11(5):527-39.

3. Quinlan JD, Hill DA. Nausea and vomiting of pregnancy. Am Fam Physician. Jul

2003;68 (1):121-8.

4. Bailit JL. Hyperemesis gravidarium: Epidemiologic findings from a large cohort. Am J

Obstet Gynecol. Sep 2005;193(3 Pt 1):811-4.

5. Manuaba, 2003. kepaniteraan klinik obstetri & ginekologi. Jakarta: ECG

6. Mitayani,2009, Asuhan Keperawatan Matermitas, Jakarta:Salemba Medika

7. Prawirojardjo, S. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

8. Mansjoer,Arif dkk : Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta,2001

9. Mochtar,Rustam:Sinopsis Obstetri.Jakarta,1998

10. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu Kebidanan;

Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta;2002; hal. 275-280.

11. Leveno,Kenneth J.dkk . Obstetri Williams.Edisi 21. Jakarta.EGC.2009

12. Jueckstock JK, Kaestner R, Mylonas I. Managing hyperemesisgravidarum: a multimodal

challenge. BMC Medicine. 2010;8:46

13. Lacasse A, Rey E, Ferreira E, Morin C, Berard A. Nausea andvomiting of pregnancy:

what about quality of life? BJOG.2008;115:1484-93.

14. Ratnasari MY, Girsang BM, Natosba J. Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian

Hiperemesis Gravidarum Pada Primigravida.


15. Ayu CI. buku patologi obstetri. Candranita. Jakarta; 2015.

16. purba junita. hubungan dukungan suami dengan pencegahan hiperemesis gravidarum

pada ibu hamil trimester I diklinik Niar Medan tahun 2017. Medan; 2017.

17. Taufan N. kasus emergency kebidanan. dr. Nugroh. Yogjakarta; 2017

18. Williams. Obstetri Williams. Vol 23. Jakarta: EGC; 2014. h. 27,113, 220

19. Runiari, Nengah. 2014. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis

Gravidarum: Penerapan Konsep dan Teori Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai