Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEBUTUHAN NUTRISI BUMIL DENGAN GANGGUAN

HIPEREMISIS GRAVIDARUM

Dosen pengampu: Rany Yuliani , SST., M.Kes

Disusun oleh :

Kelompok 3

1. Ai lina
2. Akmal Zahir Mursalin 8. Ikeu Nurhayati
3. Ayu Lestari 9. Melisa
4. Cheeisya Tazqia putri U 10.Melia
5. Denia Siti Aisah 11.Mutiara Tazqia
6. Fajar Marta 12.Putri Sifa
7. Ihsan Pahlevi 13.Rahma Aulia
14.Sinta Amelia

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA PSDKU GARUT

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Tugas Makalah tentang
"Nutrisi bumil dengan gangguan Hiperemesis Gravidarrum”

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Anggota Kelompok
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan Makalah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik


dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki Makalah ini.

Kami berharap semoga Makalah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.

Garut, 18 November 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB l
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kehamilan merupakan sesuatu yang wajar terjadi pada wanita usia produktif, tetapi kurangnya
pengetahuan berkaitan dengan reproduksi dapat menimbulkan kecemasan tersendiri. Dalam kehamilan
mual muntah adalah gejala yang normal dan sering terjadi pada trimesterpertama. Namun, apabila
berlebihan dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk sehingga ibu
kekurangan energi dan juga zat gizi yang disebut hyperemesis gravidarum. Penyebab hiperemesis
gravidarum masih belum diketahui secara pasti, meskipun peningkatan kadar Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) tampaknya berperan besar. Penyebab lain adalah peningkatan kadar hormon
progesteron serta peningkatan hormon estrogen. Faktor psikologis juga berperan terhadap terjadinya
hiperemesis gravidarum seperti tekanan pekerjaan, rumah tangga yang retak dan dapat menyebabkan
konflik mental sehingga memperparah mual dan muntah. Dampak yang terjadi pada hiperemesis
gravidarum yaitu dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun, gangguan fungsi liver dan terjadi
ikterus, terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga menyebabkan gangguan fungsi umum pada alat
vital sampai dapat menimbulkan kematian. Hiperemesis gravidarum juga berdampak pada peningkatan
risiko untuk berat bayi lahir rendah, kelahiran premature, kecil untuk usia kehamilan, dan kematian
perinatal.
Penanganan ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum perlu menjalani perawatan di rumah sakit
untuk melakukan proses pengobatan. Pengobatan dilakukan dengan tujuan untuk menghentikan mual dan
muntah, mengganti cairan dan elektrolit yang hilang akibat muntah berlebihan, serta menambah asupan
nutrisi dalam tubuh. Jika tidak dilakukan pengobatan, maka kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil
tidak terpenuhi sehingga dapat mengganggu kesehatan, aktifitas ibu hamil dan berpengaruh pada
pertumbuhan janin. Pengobatan dilakukan dengan memberikan asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan
yang diberikan oleh seorang perawat harus berkualitas sehingga perawat perlu mengembangkan ilmu
pengetahuan dan praktik pengobatan.

2. Rumusan Malah

1) Bagaimanakah yang dimaksud Hiperemisis Gravidarum?


2) Bagaimanakah Patofisiologi Hiperemisis Gravidarum?
3) Bagaimanakah Etiologi Hiperemisis Gravidarum?
4) Bagaimanakah Klasifikasi Hiperemisis Gravidarum?
5) Bagaimanakah Manifestasi Klinis Hiperemisis Gravidarum?
6) Bagaimanakah Diagnosa Keperawatan pada Hiperemisis Gravidarum?
7) Bagaimanakah Komplikasi pada Hiperemisis Gravidarum?
8) Bagaimanakah Pengobahatan Hiperemisis Gravidarum?
9) Bagaimanakah Pencegahan untuk Hiperemisis Gravidarum?
3. Tujuan
1) Memahami yang dimaksud Hiperemisis Gravidarum?
2) Mengetahui Patofisiologi Hiperemisis Gravidarum?
3) Mengetahui Etiologi Hiperemisis Gravidarum?
4) Mengetahui Klasifikasi Hiperemisis Gravidarum?
5) Mengetahui Manifestasi Klinis Hiperemisis Gravidarum?
6) Mengetahui Diagnosa Keperawatan pada Hiperemisis Gravidarum?
7) Mengetahui Komplikasi pada Hiperemisis Gravidarum?
8) Mengetahui Pengobahatan Hiperemisis Gravidarum?
9) Mengetahui Pencegahan untuk Hiperemisis Gravidarum?
BAB ll

KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Hiperemisis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih dari 10 kali sehari dalam
masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau
gangguan elektrolit, sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam
kandungan Hiperemesis gravidarum dapat mempengaruhi status kesehatan ibu serta tumbuh
kembang janin, pada kehamilan 16 minggu pertama 70-80% wanita mengalami mual dan muntah,
60% wanita mengalami muntah, sementara 33% wanita hanya mengalami mual. Apabila semua
makanan yang dimakan dimuntahkan pada ibu hamil, maka berat badan akan menurun, turgor
kulit berkurang dan timbul asetonuria.

B. Patofisiologi HIperemisis Gravidarum

Patofisiologi hiperemesis gravidarum belum sepenuhnya dipahami dengan jelas, tetapi beberapa
mekanisme yang mungkin terlibat telah diidentifikasi. Hiperemesis gravidarum diyakini terkait
dengan sejumlah faktor, termasuk perubahan hormonal, faktor genetik, dan faktor psikologis.
Berikut adalah beberapa aspek patofisiologi yang mungkin terlibat:

1. Kenaikan Hormon hCG (Human Chorionic Gonadotropin): Salah satu faktor utama yang
diidentifikasi dalam patofisiologi hiperemesis gravidarum adalah peningkatan kadar hormon
hCG, yang diproduksi oleh plasenta. Hormon ini meningkat secara signifikan selama awal
kehamilan dan diyakini berkontribusi pada mual dan muntah. Meskipun hCG diperlukan untuk
mendukung kehamilan, tingkat yang sangat tinggi dapat menjadi pemicu hiperemesis gravidarum
pada beberapa wanita.

2. Perubahan Hormon Lainnya: Selain hCG, perubahan hormonal lainnya, seperti peningkatan
kadar estrogen dan progesteron, juga dapat berperan dalam timbulnya hiperemesis gravidarum.
Interaksi kompleks antara hormon-hormon ini dapat memengaruhi fungsi sistem pencernaan dan
memicu respons mual dan muntah yang berlebihan.

3. Iritasi pada Sistem Pencernaan: Peningkatan hormon-hormon tersebut dapat menyebabkan


iritasi pada sistem pencernaan, yang dapat meningkatkan kemungkinan munculnya mual dan
muntah. Selain itu, perubahan hormon dapat memengaruhi otak dan pusat pengaturan mual di
dalamnya.

4. Faktor Genetik: Beberapa penelitian menunjukkan adanya faktor genetik dalam hiperemesis
gravidarum, menunjukkan bahwa wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan kondisi ini
mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi.

5. Stres Psikologis: Faktor-faktor psikologis, seperti stres dan kecemasan, juga dapat memainkan
peran dalam munculnya hiperemesis gravidarum atau memperburuk gejalanya. Stres dapat
memengaruhi sistem saraf otonom dan merangsang respons mual dan muntah.

Meskipun mekanisme ini memberikan pemahaman awal tentang patofisiologi


hiperemesis gravidarum, masih banyak yang perlu dipelajari. Kondisi ini bersifat individual dan
dapat bervariasi antar wanita hamil. Studi lebih lanjut diperlukan untuk memahami dengan lebih
baik interaksi kompleks antara faktor-faktor ini dalam timbulnya hiperemesis gravidarum.

C. Etiologi Hiperemisis Gravidarum

Etiologi atau penyebab dari hiperemesis gravidarum belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa
faktor yang telah diidentifikasi dapat memainkan peran dalam munculnya kondisi ini. Beberapa
faktor yang mungkin berkontribusi terhadap etiologi hiperemesis gravidarum melibatkan
perubahan hormonal, faktor genetik, dan faktor psikologis. Berikut adalah beberapa aspek yang
terkait dengan etiologi hiperemesis gravidarum:

1. Hormon hCG (Human Chorionic Gonadotropin): Peningkatan kadar hormon hCG, yang
diproduksi oleh plasenta, diidentifikasi sebagai faktor utama. Hormon ini meningkat secara
dramatis selama trimester pertama kehamilan dan diyakini memiliki hubungan dengan mual dan
muntah. Beberapa wanita yang mengalami hiperemesis gravidarum memiliki kadar hCG yang lebih
tinggi dibandingkan dengan wanita hamil lainnya.

2. Estrogen dan Progesteron: Selain hCG, perubahan hormonal lainnya juga dapat berkontribusi.
Kenaikan kadar estrogen dan progesteron, hormon kehamilan lainnya, dapat mempengaruhi fungsi
sistem pencernaan dan memicu gejala mual dan muntah.

3. Faktor Genetik: Ada bukti bahwa faktor genetik dapat memainkan peran dalam kecenderungan
terhadap hiperemesis gravidarum. Wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan kondisi ini
mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi.

4. Faktor Psikologis: Stres dan faktor psikologis lainnya dapat memengaruhi munculnya atau
intensitas hiperemesis gravidarum. Kondisi stres dapat memicu atau memperburuk gejala mual dan
muntah.

5. Kelainan Metabolik: Beberapa penelitian menyelidiki kemungkinan adanya kelainan metabolik


atau perubahan dalam metabolisme wanita yang mengalami hiperemesis gravidarum.

6. Faktor Nutrisi: Kekurangan nutrisi tertentu atau sensitivitas terhadap zat tertentu juga telah
diajukan sebagai faktor potensial.
Meskipun faktor-faktor ini telah diidentifikasi, hiperemesis gravidarum seringkali merupakan hasil
dari interaksi kompleks antara beberapa faktor tersebut. Wanita hamil dengan faktor risiko tertentu
atau kombinasi faktor-faktor ini mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
hiperemesis gravidarum. Perkembangan lebih lanjut dalam penelitian ilmiah diharapkan untuk
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang etiologi kondisi ini dan membantu
pengembangan strategi manajemen yang lebih efektif.

D. Klasivikasi Hiperemisis Gravidarum

Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum Menurut:


a. Tingkat I
1) Ibu merasa lemah
2) Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum
3) Nafsu makan tidak ada
4) Berat badan menurun, temperatur tubuh meningkat
5) Nadi meningkat sekitar 100 per menit dan tekanan darah sistolik menurun
6) Turgor kulit mengurang
7) Lidah mengering mata cekung
8) Merasa nyeri pada epigastrium
b. Tingkat II
1) Ibu tampak lebih lemah dan apatis
2) Berat badan turun
3) Tensi turun, nadi kecil dan cepat
4) Suhu kadang-kadang naik
5) Mata sedikit ikterik dan cekung
6) Turgor kulit lebih mengurang
7) Lidah mengering dan tampak kotor
8) Hemokonsentrasi, oliguria, konstipasi
9) Aseton tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula
ditemukan dalam kencing
c. Tingkat III
1) Keadaan umum lebih parah
2) Muntah berhenti
3) Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma
4) Nadi kecil dan cepat
5) Suhu meningkat
6) Tensi menurun
7) Mulut kering dan kotor, pernapasan bau aseton
8) Mata cekung dan timbulnya ikterus

E. Manifestasi Klinis Hiperemisis Gravidarum


Gejala utama hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah saat hamil, yang bisa terjadi
hingga lebih dari 3-4 kali sehari. Kondisi ini bisa sampai mengakibatkan hilangnya nafsu
makan dan penurunan berat badan. Muntah yang berlebihan juga dapat menyebabkan ibu
hamil merasa pusing, lemas, dan mengalami dehidrasi. Selain mual dan muntah secara
berlebihan, penderita hyperemesis gravidarum juga dapat mengalami gejala tambahan
berupa :
a. Sakit kepala
b. Konstipasi
c. Sangat sensitif terhadap bau
d. Produksi air liur berlebihan
e. Inkontinensia urine
f. Jantung berdebar
Gejala hiperemesis gravidarum biasanya muncul di usia kehamilan 4-6 minggu dan mulai
mereda pada usia kehamilan 14-20 minggu. Mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil
cenderung akan membuat mereka menjadi lebih lemah dan akan meningkatkan kecemasaan
terhadap kejadian yang lebih parah. Masalah psikologis juga berperan pada parahnya mual
dan muntah serta perkembangan hyperemesis gravidarum. Masalah psikologis yang terjadi
pada ibu hamil akan cenderung mengalami mual dan muntah dalam kehamilan, atau
memperburuk gejala yang sudah ada serta mengurangi kemampuan untuk mengatasi gejala
normal. Selain itu ketidakseimbangan psikologis ibu hamil seperti cemas, rasa bersalah,
mengasihani diri sendiri, ingin mengatasi konflik secara serius, ketergantungan atau hilang
kendali akan memperberat keadaan mual dan muntah yang dialaminya sehingga akan lebih
ditakutkan keadaan mual muntah tersebut menjadi lebih buruk dan menyebabkan terjadinya
hiperemesis gravidarum.

F. Diagnosa Keperawatan Hiperemisis Gravidarum

Diagnosa keperawatan untuk wanita hamil dengan hiperemesis gravidarum dapat melibatkan
identifikasi masalah dan kebutuhan klien serta perencanaan perawatan yang sesuai. Berikut
adalah beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin relevan untuk wanita dengan hiperemesis
gravidarum:

1. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan mual dan muntah yang
berlebihan.

Tujuan: Klien akan mempertahankan atau mendapatkan berat badan yang sesuai selama
kehamilan.
Intervensi: Monitor asupan makanan, berikan makanan dalam porsi kecil dan sering,
pertimbangkan pemberian nutrisi intravena jika diperlukan.

2.Dehidrasi berhubungan dengan muntah berlebihan.

Tujuan: Klien akan mempertahankan status hidrasi yang adekuat.


Intervensi: Monitor tanda-tanda dehidrasi, berikan cairan intravena sesuai kebutuhan, dorong
asupan cairan secara oral jika toleransi makanan membaik.
3. Gangguan Ketidakseimbangan Elektrolit: Risiko tinggi terhadap ketidakseimbangan
elektrolit berhubungan dengan muntah yang persisten.
Tujuan: Klien akan mempertahankan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi: Monitor kadar elektrolit secara teratur, berikan suplemen elektrolit jika diperlukan,
dan pertahankan keseimbangan cairan.

4. Gangguan Keseimbangan Cairan: Risiko tinggi terhadap ketidakseimbangan cairan


berhubungan dengan muntah yang berlebihan.
Tujuan: Klien akan mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
Intervensi: Monitor tanda-tanda ketidakseimbangan cairan, berikan cairan intravena atau oral
sesuai kebutuhan.

5. Stres Psikososial berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik dan kekhawatiran terhadap


kesehatan diri dan janin.
Tujuan: Klien akan menunjukkan tanda-tanda penurunan tingkat stres dan kecemasan.
Intervensi: Berikan dukungan emosional, identifikasi strategi pengelolaan stres,
pertimbangkan konseling jika diperlukan.
6. Pengetahuan Keterbatasan berhubungan dengan kurangnya pemahaman tentang
hiperemesis gravidarum.
Tujuan: Klien akan mendemonstrasikan pemahaman tentang kondisi dan perawatan yang
diperlukan.
Intervensi: Edukasi tentang hiperemesis gravidarum, menjelaskan tanda dan gejala yang
memerlukan perhatian medis, serta memberikan informasi tentang manajemen gejala.

Diagnosa keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi spesifik setiap klien dan dapat
berubah seiring waktu sejalan dengan perubahan dalam kondisi kesehatan dan respons
terhadap perawatan. Perawatan kolaboratif dengan tim kesehatan, termasuk dokter, bidan, dan
ahli gizi, sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal bagi ibu hamil dan janinnya.

G. Komplikasi Hiperemisis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan sejumlah komplikasi yang dapat memengaruhi


kesehatan ibu hamil dan janin. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat dari
hiperemesis gravidarum meliputi:

1. Dehidrasi: Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan kehilangan cairan tubuh yang
signifikan, mengakibatkan dehidrasi. Dehidrasi yang parah dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit dan gangguan fungsi organ.

2. Gangguan Elektrolit: Kehilangan cairan melalui muntah dapat mengakibatkan


ketidakseimbangan elektrolit, terutama penurunan kadar kalium. Gangguan elektrolit dapat
berdampak serius pada fungsi jantung, otot, dan sistem saraf.
3. Penurunan Berat Badan yang Signifikan: Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan
penurunan berat badan yang cukup signifikan, yang dapat memengaruhi kesehatan ibu hamil dan
pertumbuhan janin.

4. Gangguan Fungsi Hati: Beberapa kasus hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan


peningkatan kadar enzim hati, yang dapat mengindikasikan adanya gangguan fungsi hati.

5. Ketidakseimbangan Hormonal: Hiperemesis gravidarum dapat memengaruhi keseimbangan


hormonal dalam tubuh, yang mungkin memiliki dampak jangka panjang pada sistem endokrin.

6. Komplikasi Psikologis: Wanita yang mengalami hiperemesis gravidarum dapat mengalami


stres, kecemasan, dan depresi akibat ketidaknyamanan fisik dan ketidakpastian terkait dengan
kehamilan.

7. Gangguan Pertumbuhan Janin: Penurunan asupan nutrisi dan berat badan ibu hamil dapat
memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Kondisi ini dapat berkontribusi pada
kelahiran bayi dengan berat rendah atau masalah kesehatan lainnya.

8. Ketidakcukupan Asupan Nutrisi: Muntah berlebihan dapat menghambat kemampuan ibu hamil
untuk mengonsumsi nutrisi yang cukup, yang dapat menyebabkan kekurangan nutrisi yang dapat
memengaruhi kesehatan ibu dan janin.

Penting untuk mendeteksi dan mengelola hiperemesis gravidarum secara dini untuk
mencegah atau mengurangi risiko komplikasi. Perawatan medis yang tepat, seperti hidrasi
intravena, pengelolaan nutrisi, dan pemberian obat anti-muntah, dapat membantu mengatasi
gejala dan mencegah komplikasi serius. Konsultasikan dengan profesional kesehatan untuk
evaluasi dan perawatan lebih lanjut jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala
hiperemesis gravidarum.

H. Pengobatan Hiperemisis Gravidarum

Pengobatan hiperemesis gravidarum bertujuan untuk meredakan gejala, mencegah komplikasi,


dan memastikan kesehatan ibu hamil dan janin. Pengelolaan hiperemesis gravidarum melibatkan
pendekatan yang komprehensif dan dapat mencakup berbagai tindakan, seperti:

1. Hidrasi: Untuk mengatasi dehidrasi yang disebabkan oleh muntah berlebihan, pemberian cairan
intravena dapat diperlukan. Ini membantu memastikan bahwa ibu hamil tetap terhidrasi dan
mempertahankan keseimbangan elektrolit.

2. Nutrisi: Asupan nutrisi yang adekuat sangat penting. Jika muntah parah menghambat
kemampuan ibu hamil untuk makan, nutrisi dapat diberikan melalui infus atau suplemen nutrisi
intravena. Jika mungkin, pemberian nutrisi melalui mulut dalam bentuk makanan ringan dan
sering juga dapat membantu.

3. Obat Anti-Muntah: Beberapa obat anti-muntah dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual
dan muntah. Beberapa contoh termasuk obat golongan antihistamin, seperti doxylamine dan
pyridoxine (vitamin B6), atau obat anti-muntah yang lebih kuat, seperti ondansetron. Penggunaan
obat harus selalu berdasarkan rekomendasi dan pengawasan dokter.

4. Perubahan Gaya Hidup: Beberapa perubahan gaya hidup dapat membantu mengurangi gejala
hiperemesis gravidarum. Ini dapat mencakup mengonsumsi makanan dalam porsi kecil dan
sering, menghindari makanan atau aroma yang memicu mual, dan mencari cara untuk
mengurangi stres.

5. Manajemen Psikologis: Dukungan psikologis dan konseling dapat membantu ibu hamil
mengelola stres dan kecemasan yang mungkin memperburuk gejala. Konseling juga dapat
memberikan ruang bagi wanita hamil untuk berbicara tentang pengalaman mereka dan
mendapatkan dukungan emosional.

6. Pemantauan Medis Rutin: Pemantauan medis secara rutin oleh tim kesehatan, termasuk dokter
atau bidan, sangat penting untuk memantau perkembangan kesehatan ibu dan janin serta
memastikan bahwa tindakan pengobatan sesuai dengan kebutuhan.

Penting untuk dicatat bahwa pengobatan hiperemesis gravidarum harus disesuaikan dengan setiap
individu dan dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan gejala. Setiap keputusan terkait
pengobatan harus dibuat bersama dengan tim kesehatan yang merawat, dan keputusan tersebut
harus mempertimbangkan manfaat dan risiko untuk ibu dan janin. Jika Anda atau seseorang yang
Anda kenal mengalami gejala hiperemesis gravidarum, segera berkonsultasilah dengan
profesional kesehatan untuk evaluasi dan perawatan yang tepat.

I. Pencegahan Hiperemisis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum sulit untuk dicegah sepenuhnya karena penyebab pasti kondisi ini belum
sepenuhnya dipahami. Meskipun demikian, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk
mengurangi risiko atau mencegah keparahan gejala hiperemesis gravidarum:

1. Asupan Vitamin B6 (Pyridoxine): Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplemen vitamin


B6 dapat membantu mengurangi gejala mual dan muntah pada kehamilan. Konsultasikan dengan
dokter sebelum mengonsumsi suplemen apa pun.

2. Makanan dengan Porsi Kecil dan Sering: Mengonsumsi makanan dalam porsi kecil dan sering
dapat membantu mencegah perut kosong, yang dapat memicu mual. Hindari makanan yang
beraroma kuat atau berlemak.

3. Minum Cairan Secara Teratur: Menjaga tubuh tetap terhidrasi dapat membantu mencegah
dehidrasi. Minumlah cairan secara teratur, dan jika sulit untuk minum air, coba pilihan cairan lain
seperti minuman elektrolit atau infus.

4. Istirahat Cukup: Kekurangan tidur dan kelelahan dapat memperburuk gejala hiperemesis
gravidarum. Pastikan untuk mendapatkan istirahat yang cukup dan luangkan waktu untuk
istirahat selama hari.

5. Perhatikan Pola Makan dan Gejala Aus Haus: Mencatat pola makan dan mengetahui kapan
gejala mual dan muntah cenderung lebih ringan atau lebih parah dapat membantu dalam
merencanakan asupan makanan dan cairan.

6. Konsultasi dengan Profesional Kesehatan: Jika seorang wanita hamil memiliki riwayat
hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya atau memiliki faktor risiko tertentu, penting
untuk berkonsultasi dengan dokter atau bidan untuk perencanaan dan manajemen yang lebih baik.

7. Manajemen Stres: Stres dapat memengaruhi keseimbangan hormonal dan memperburuk gejala
hiperemesis gravidarum. Upayakan untuk mengelola stres dengan teknik relaksasi, seperti
meditasi, yoga, atau aktivitas yang menenangkan.

8. Pertimbangkan Suplemen Prenatal: Jika ibu hamil sulit untuk mendapatkan nutrisi yang cukup
dari makanan, dokter dapat merekomendasikan suplemen prenatal yang mengandung nutrisi
penting.

Penting untuk diingat bahwa setiap kehamilan adalah unik, dan apa yang dapat berfungsi
untuk satu individu mungkin tidak berlaku untuk yang lain. Konsultasikan dengan profesional
kesehatan untuk membahas strategi pencegahan yang sesuai berdasarkan keadaan dan kebutuhan
khusus ibu hamil.

BAB lll
PENUTUP

J. Kesimpulan

Hiperemesis gravidarum adalah kondisi mual dan muntah yang parah selama kehamilan, terutama
pada trimester pertama. Meskipun bukan bagian dari kehamilan yang umum, hiperemesis
gravidarum dapat memengaruhi kesehatan ibu hamil dan janin, mengakibatkan dehidrasi,
penurunan berat badan, dan dampak psikologis. Penyebab pasti kondisi ini belum sepenuhnya
dipahami, tetapi faktor-faktor hormonal, genetik, dan psikologis telah diidentifikasi sebagai
kemungkinan pemicu.
Manajemen hiperemesis gravidarum melibatkan pendekatan yang komprehensif, termasuk hidrasi
yang adekuat, nutrisi yang baik, dan jika diperlukan, penggunaan obat anti-muntah. Penting bagi
wanita hamil dengan gejala yang mencurigakan untuk mencari bantuan medis dan mendapatkan
perawatan yang tepat.

Pencegahan hiperemesis gravidarum tidak selalu mungkin, tetapi langkah-langkah seperti


menjaga pola makan yang sehat, minum cairan secara teratur, dan mengelola stres dapat
membantu mengurangi risiko atau keparahan gejala. Konsultasi dengan profesional kesehatan
selama kehamilan dan pemantauan secara rutin sangat penting untuk mendeteksi dan mengelola
hiperemesis gravidarum sejak dini.

Hiperemesis gravidarum dapat menjadi pengalaman yang menantang bagi seorang ibu hamil,
tetapi dengan manajemen yang tepat, dukungan medis, dan perencanaan yang baik, banyak
wanita dapat mengatasi kondisi ini dan melahirkan bayi yang sehat. Kesadaran akan gejala, peran
faktor risiko, dan upaya pencegahan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
kondisi ini, membantu meningkatkan perawatan, dan mendukung kesejahteraan ibu hamil.

K. Saran
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Khususnya untuk
memperdalam pengetahuan mengenai Nutrisi Ibu hamil Dengan Gangguan Hiperemisis
Gravidarum, agar tidak terjadinya kesulitan serta kesalahan dalam pendokumentasian
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Ubayanti.2016. “Bab 1 Pendahuluan Hiperemisis gravidarum”,


https://repository.um-surabaya.ac.id/181/2/BAB_1..pdf . Diakses pada 20 November 2023, pukul
04.45.

Putri.2022. “ Karya Tulis Ilmiah Asuhan keperawatan Pemenuhan Nutrisi Ibu hamil
Dengan Hiperemisis Gravidarum”, https://repository.poltekkesbengkulu.ac.id/2442/1/1b.
%20KTI-Lampiran%20FIX%20TTD.pdf. Di akses pada 20 November 2023, Pukul 05. 50

Anda mungkin juga menyukai