Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Hiperemesis gravidarum adalah bentuk dari mual dan muntah yang paling parah

selama kehamilan yang menimbulkan konsekuensi terhadap ibu dan janin seperti dehidrasi,

gangguan elektrolit, gangguan metabolisme dan kekurangan gizi yang dapat menyebabkan

seseorang memerlukan perawatan rumah sakit. 1

Hiperemesis gravidarum merupakan muntah yang terjadi pada awal kehamilan

sampai dengan usia kehamilan 20 minggu. 2

Hyperemesis Gravidarum (HG), mual dan muntah yang parah dalam kehamilan.

Sekitar 59.000 wanita hamil di AS setiap tahun dirawat di rumah sakit dengan hyperemesis

gravidarum dengan insiden 0,5 %.Prevalensi hiperemesis gravidarum adalah sekitar 0,3-3%

dari kehamilan dan bervariasi karena kriteria diagnostik yang berbeda dan variasi etnis

dalam populasi penelitian. Meskipun demikian, sebagian besar penelitian setuju bahwa

hiperemesis gravidarum lebih sering terjadi pada ibu primipara muda yang bukan Kaukasia

dan bukan perokok.3

Di seluruh dunia, wanita dari etnis Asia dan Timur Tengah telah dilaporkan memiliki

tingkat prevalensi yang lebih tinggi, bahkan setinggi sekitar 10% dalam sebuah penelitian

yang dilaporkan dari populasi Cina.4

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Hiperemesis gravidarum adalah bentuk dari mual dan muntah yang paling parah

selama kehamilan yang menimbulkan konsekuensi terhadap ibu dan janin seperti

dehidrasi, gangguan elektrolit, gangguan metabolisme dan kekurangan gizi yang

dapat menyebabkan seseorang memerlukan perawatan rumah sakit. 1

Hiperemesis gravidarum merupakan muntah yang terjadi pada awal kehamilan

sampai dengan usia kehamilan 20 minggu. 2

B. EPIDEMIOLOGI

Hyperemesis Gravidarum (HG), mual dan muntah yang parah dalam kehamilan.

Sekitar 59.000 wanita hamil di AS setiap tahun dirawat di rumah sakit dengan

hyperemesis gravidarum dengan insiden 0,5 %. Sebagian besar penulis melaporkan

angka kejadian hyperemesis gravidarum bervariasi disetiap negara, 0,3% dari seluruh

kehamilan di Swedia, 10,8% di China, 0,5% di California, 0,8% di Canada, 0,9% di

Norwegia, 2,2% di Pakistan dan 1,9% di Turki. 3

Prevalensi hiperemesis gravidarum adalah sekitar 0,3-3% dari kehamilan dan

bervariasi karena kriteria diagnostik yang berbeda dan variasi etnis dalam populasi

penelitian. Meskipun demikian, sebagian besar penelitian setuju bahwa hiperemesis

gravidarum lebih sering terjadi pada ibu primipara muda yang bukan Kaukasia dan

bukan perokok. Dalam populasi AS, ada kekurangan data yang signifikan tentang

4
perbedaan prevalensi hiperemesis gravidarum antara latar belakang etnis yang

berbeda. Di seluruh dunia, wanita dari etnis Asia dan Timur Tengah telah dilaporkan

memiliki tingkat prevalensi yang lebih tinggi, bahkan setinggi sekitar 10% dalam

sebuah penelitian yang dilaporkan dari populasi Cina. Namun, penting untuk dicatat

bahwa karena kurangnya kriteria diagnostik yang seragam, persentase ini mungkin

lebih tinggi ketika diagnosis mual dan muntah yang lebih ringan disertakan.4

Mual dan muntah pada saat hamil adalah pengalaman yang umum dirasakan oleh

50%-90% wanita hamil. Mual dan muntah umumnya hanya terjadi dalam trimester

pertama, tetapi 20% wanita mengalami gejala tersebut hingga sepanjang masa

kehamilan. Derajat mual dan muntah beragam dari ringan hingga berat sehingga

mempengaruhi kelebihan dan muntah yang menetap. 5

C. ETIOLOGI

Penyebab mual dan muntah kehamilan dan hiperemesis gravidarum tidak

diketahui. Namun, data pengamatan menunjukkan bahwa kondisi ini berkorelasi

dengan kadar human chorionic gonadotropin (hCG) dan ukuran massa plasenta, yang

menunjukkan bahwa produk plasenta mungkin terkait dengan keberadaan dan

keparahan mual dan muntah. Beberapa wanita dengan kehamilan mola hidatidosa

lengkap, mengalami mual dan muntah yang signifikan, yang menunjukkan bahwa

faktor plasenta, terutama hCG ikut berperan. Wanita dengan kadar hCG yang lebih

tinggi, seperti mereka yang memiliki kehamilan ganda, mola hidatidosa, atau janin

dengan sindrom down, berada pada peningkatan risiko mual dan muntah.6

Tingkat estrogen dan progesteron juga mungkin terlibat. Etiologi potensial

lainnya termasuk prostaglandin plasenta, kadar serotonin, disfungsi tiroid,

5
peningkatan kadar leptin, disregulasi sistem kekebalan, infeksi Helicobacter pylori ,

dan dismotilitas gastrointestinal.6

Penyebab pasti hiperemesis gravidarum masih belum diketahui secara jelas.

Namun, ada beberapa teori tentang beberapa hal yang mungkin berkontribusi pada

perkembangan proses hiperemesis gravidarum : 7

a. Perubahan Hormon

 Kadar hormon human chorionic gonadotropin (hCG) diduga terlibat dalam

proses hiperemesis gravidarum. Kadar hCG memuncak selama trimester

pertama, sesuai dengan onset khas gejala hiperemesis. Menurut peneltian

terbaru peningkatan kadar hormon human chorionic gonadotropin (hCG) akan

menginduksi ovarium untuk memproduksi estrogen yang dapat merangsang

mual dan muntah. Beberapa penelitian menunjukkan adanya korelasi antara

konsentrasi hCG yang lebih tinggi dan tejadinya hiperemesis. Namun, sampai

saat ini data ini belum konsisten. 6,7

 Hormon estrogen juga dianggap berkontribusi terhadap mual dan muntah pada

kehamilan. Tingkat estradiol meningkat pada awal kehamilan dan kemudian

mengalami penurunan, hal ini mencerminkan perjalanan khas mual dan

muntah pada kehamilan. Selain itu, mual dan muntah adalah efek samping

yang diketahui dari obat yang mengandung estrogen. Ketika tingkat estrogen

meningkat, begitu pula kejadian muntah. 7

b. Perubahan pada Sistem Gastrointestinal

 Diketahui bahwa sfingter esofagus bagian bawah berelaksasi selama

kehamilan karena peningkatan estrogen dan progesteron. Hal ini

menyebabkan peningkatan insiden gejala penyakit refluks gastroesofageal


6
(GERD) pada kehamilan, dan salah satu gejala GERD adalah mual. Studi

yang meneliti hubungan antara GERD dan emesis pada kehamilan

melaporkan hasil yang bertentangan. 7

c. Genetika

 Peningkatan risiko hiperemesis gravidarum telah ditunjukkan di antara wanita

dengan anggota keluarga yang juga mengalami hiperemesis gravidarum. 7

 Gen GDF15 dan IGFBP7. Kedua gen ini diduga memiliki potensi

perkembangan hiperemesis gravidarum.7

Beberapa faktor predisposisi lain yang dapat mempengaruhi adalah:

a. Primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda. Pada mola hidatidosa dan

kehamilan ganda, faktor hormon memegang peranan di mana hormon khorionik

gonadotropin dibentuk berlebihan. Selain itu HCG juga menstimulasi kelenjar

tiroid yang dapat mengakibatkan mual dan muntah.5

b. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik

akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan

tersebut.5

c. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak. 5

d. Faktor psikologis, seperti depresi, gangguan psikiatri, rumah tangga yang retak,

kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap

tanggung jawab sebagai ibu, tidak siap menerima kehamilan memegang peranan

yang cukup penting dalam menimbulkan hiperemesis gravidarum.5

7
D. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi mual dan muntah dalam kehamilan belum dipahami dengan

jelas. Hiperemesis melibatkan interaksi kompleks secara biologis, psikologis, dan

faktor sosiokultural.5

a. Human chorionic gonadotropin

Terdapat hubungan yang erat antara konsentrasi HCG dengan kejadian mual dan

muntah pada kehamilan. HCG yang berasal dari plasenta dianggap sebagai penyebab

stimulus emetogenik. Peran HCG juga dibuktikan oleh hampir semua penelitian

mengenai hormon tiroid pada kehamilan yang menunjukkan hubungan antar

hipertiroidisme dengan mual dan muntah pada kehamilan, dimana HCG adalah

stimulator hormon tiroid pada kehamilan. Tingkat stimulus HCG dapat dimodifikasi

oleh kondisi plasenta yang meningkatkan konsentrasinya (missal pada kehamilan

ganda, mola hidatidosa) dan interaksi reseptor hormon.5

b. Estrogen dan progesteron

Hormone lain yang diketahui mempengaruhi mual dan muntah pada kehamilan

adalah estrogen. Mual dan muntah pada kehamilan lebih sering terjadi ketika kadar

estradiol meningkat. Estrogen dalam pil kontrasepsi kombinasi oral terbukti

menginduksi mual dan muntah. Wanita dengan keluhan mual dan muntah setelah

paparan estrogen lebih mungkin mengalami mual dan muntah selama kehamilan

dibandingkan wanita yang tidak memiliki senstivitas terhadap estrogen.5

Peningkatan hormon estrogen dan progesteron menyebabkan otot polos pada sistem

gastrointestinal mengalami relaksasi, hal itu mengakibatkan penurunan motilitas

lambung sehingga pengosongan lambung melambat. Refleks esofagus, penurunan

motilitas lambung dan penurunan sekresi dari asam hidroklorid juga berkontribusi
8
terhadap terjadinya mual dan muntah.5

Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang isinya bila

terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah

merupakan refleks terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga komponen utama yaitu

detektor muntah, mekanisme integratif dan efektor yang bersifat otonom somatik.

Rangsangan pada saluran cerna dihantarkan melalui saraf vagus dan aferen simpatis

menuju pusat muntah. Pusat muntah juga menerima rangsangan dari pusat-pusat yang

lebih tinggi pada sereberal, dari chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada area

postrema dan dari aparatus vestibular via serebelum. Beberapa signal perifer mem-

bypass trigger zone mencapai pusat muntah melalui nukleus traktus solitarius. Pusat

muntah sendiri berada pada dorsolateral daerah formasi retikularis dari medula

oblongata. Pusat muntah ini berdekatan dengan pusat pernapasan dan pusat

vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah dihantarkan melalui saraf kranial V,

VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diapragma, otot

iga dan otot abdomen.8

Patofisiologi dasar hiperemesis gravidarum hingga saat ini masih kontroversial.

Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat dan lemak habis

terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, maka

terjadilah ketosis dengan tertimbunya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik, dan

aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan akibat

muntah akan menyababkan dehidrasi, sehingga cairan ekstra vaskuler dan plasma

akan berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian juga dengan klorida

urine.8

Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehigga aliran darah ke


9
jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan zat makanan dan oksigen ke jaringan

berkurang dan tertimbunya zat metabolik dan toksik. Kekurangan kalium sebagai

akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, meningkatkan frekuensi

muntah yang lebih banyak, merusak hati, sehigga memperberat keadaan penderita. 8

E. GEJALA KLINIS

Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu:

a. Tingkat I

Muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman,

berat-badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan

sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100

kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering,

turgor kulit berkurang, dan urin sedikit tetapi masih normal. 2

b. Tingkat I

Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat,

subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah sistolik

kurang dari 80mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, ikterus, aseton, bilirubin dalam

urin, dan berat badan cepat menurun. 2

c. Tingkat II

Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan

kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi

ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam urin.8

10
F. DIAGNOSIS

Beberapa tanda dan gejala yang dapat ditemukan untuk menegakkan diagnosis

antara lain:

a. Anamnesis

Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan

muntah.Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi terus

menerus, dirangsang oleh jenis makanan tertentu, dan mengganggu aktivitas

pasien sehari- hari.Selain itu dari anamnesis juga dapat diperoleh informasi

mengenai hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya hiperemesis

gravidarum seperti stres, lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat

penyakit sebelumnya.8

b. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda

vital, tanda dehidrasi, dan besarnya kehamilan.Tanda-tanda dehidrasi, kulit

pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal toucher uterus

besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi lunak, pada pemeriksaan

inspekulo serviks berwarna biru (lividae).8

c. Pemeriksaan Penunjang

11
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis

dan menyingkirkan diagnosis banding.Pemeriksaan yang dilakukan adalah

darah lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang

dasar), analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal.Pada keadaan tertentu, jika

pasien dicurigai menderita hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi

tiroid dengan parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis gravidarum

dengan hipertiroid 50- 60% terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai

terjadi infeksi gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibodi

Helicobacter pylori.Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-

tanda dehidrasi dan pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan

blood urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit.Pemeriksaan USG penting

dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun mola

hidatidosa.8

d. Pada keluhan hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk

konsultasi psikologi

G. PENATALAKSANAAN

Tatalaksana Hiperemesis Berdasarkan Derajat Ringan Sedang Berat:

a. Derajat I (ringan) :

Terapi yang dapat diberikan pada derajat I yaitu pemberian obat antiemetik

dan edukasi pemberian diet makanan. Antiemetik yang dapat diberikan pada

tahap ini dapat berupa pemberian Oral Ondancentron 4 mg dengan durasi

12
pemberian per 8 jam. Serta pemberian Anti histamin yangdianjurkan adalah

doxylamine dan dipenhydramine.Pemberian antihistamin bertujuan untuk

menghambat secara langsung kerja histamin pada reseptor H1 dan secara tidak

langsung mempengaruhi sistem vestibular, menurunkan rangsangan di pusat muntah.

Dimenhidrinat 50-100mg per oral 4-6 kali sehari doksilamin (antihistamin) 10 mg

dan Vitamin B6 (piridoksin) 10 mg dengan dosis 2 tablet saat akan tidur, 1 tablet

pada pagi hari dan 1 tablet pada siang hari. Pada keadaan ini dapat dilakukan

pemantauan di poliklinik rawat jalan.Pemberian Antasida pada pasien Hiperemesis

gravidarum tidak begitu dianjurkan, karena dapat memicu terjadinya kontraksi

uterus.8,9

b. Derajat II (sedang)

Pada tahap ini, tampak tanda-tanda dehidrasi berupa mata cekung, turgor

kulit menurun disertai ketonuria dan meningkatnya tekanan pembulu darah

perifer lebih dari 100 kali per menit. Maka perlu dilakukan perawatan dengan

resusitasi cairan dengan NaCl 0,9% untuk merehidrasi kekurangan cairan,

pemberian doksilamin (antihistamin) 10 mg dan Vitamin B6 (piridoksin) 10

mgdengan dosis 2 tablet saat akan tidur, 1 tablet pada pagi hari dan 1 tablet

pada siang hari. Anti histamin yang dianjurkan adalah doxylamine dan

dipendyramine.Pemberian antihistamin bertujuan untuk menghambat secara

langsung kerja histamin pada reseptor H1 dan secara tidak langsung

mempengaruhi sistem vestibular, menurunkan rangsangan di pusat muntah.

Dimenhidrinat 50-100mg per oral 4-6 kali sehari dan dilakukan injeksi

13
Ondancentron 8mg dalam 12 jam pemberian. Pemberian Domperidon tidak

dianjurkan untuk diberikan karena dapat mengganggu dopamine.8,9

c. Derajat III (berat)

Pada keadaan ini, perlu dilakukan perawatan di Intensive Care Unit (ICU),

karena dengan terjadinya syok atau menurunnya tekanan darah dan terjadi

penurunan kesadaran maka perlu dilakukan pemantauan yang lebih.Rehidrasi,

koreksi ketidakeimbangan elektrolit untuk mencegah komplikasi.Larutan

sodium laktat (Hartmann) untuk hidrasi cepat awal dan hidrasi lambat.

Intravena (IV) 0,9% natrium klorida dapat digunakan untuk hidrasi lambat

(lebih dari 6-8 jam), pertimbangkan untuk menambahkan 20 mmol potassium

klotida kedalam cairan (menyesuaikan denganelektrolit).8,9

Thiamine dan suplementasi asam folat dosis tinggi diperlukan pada kasus

hyperemesis berat dan wanita yang memerlukan pengulangan pada penerimaan

rumah sakit untuk mencegah ensefalopati Wernicke, thiamine 50 mg secara

oral atau Intravena Pabrinex I dan II dalam 100 mililiter natrium klorida 0,9%

diinfuskan selama 30-60 menit. Pada keadaan ini, muntah sudah berhenti maka

pemberian antiemetic dapatditunda.8,9

14
Algoritma Tatalaksana Hiperemesis Gravidarum9
Obat-obatan yang digunakan untuk Hiperemesis Gravidarum9

H. KOMPLIKASI

Komplikasi Maternal
15
a. Dampak Psikologi
Penelitian menunjukkan bahwa efek psikologis dan sosial dari hiperemesis

tidak dapat diremehkan. Wanita hamil dengan HEG, khususnya HEG berat,

memiliki potensi risiko gangguan kognitif, disfungsi perilaku dan stres emosional

dalam kehamilan.Tingkat keparahan muntah berhubungan dengan disfungsi sosial,

kecemasan, gangguan tidur dan depresi berat.Umumnya pasien dengan

hiperemesis gravidarum memiliki ketakutan akan kehamilan berikutnya. Pasien

harus diberitahukan bahwa dengan pemberian terapi yang memadai dan adanya

penambahan berat badan maka komplikasi yang terjadi padajanin dan ibu dapat

dicegah.1

b. Defisiensi nutrisi

Pada wanita dengan hiperemesis gravidarum memiliki asupan rata-rata

sebagian besar nutrisi dalam makanan turun di bawah 50% dari asupan makanan

yang direkomendasikan. Lebih dari 60% pasien dengan hiperemesis gravidarum

memiliki insufisiensi relatif terhadap tiamin, riboflavin, piridoksin, asam retinoat,

dan protein pengikat retinol. Oleh karena itu, pasien hamil hiperemetik berada

pada risiko potensial nutrisi, inisiasi awal pengobatan suplemen dan terapi korektif

direkomendasikan untuk menghindari kerusakan serius dan kerusakan yang

berpotensi ireversibel. 1

Kekurangan vitamin yang larut dalam lemak yang signifikan secara klinis,

terutama vitamin K telah dilaporkan. Hal ini telah dikaitkan dengan efek samping

seperti perdarahan neonatal. Beberapa kasus melaporkan perkembangan

koagulopati dari defisiensi vitamin K yang berkontribusi terhadap perdarahan

intraperitoneal intraoperatif pada wanita dengan mioma besar dan obstruksi usus

kecil yang telah didiagnosis dengan hiperemesis dan menjalani operasi selama

kehamilan. Koagulopati ini dapat menyebabkan peningkatan kehilangan darah16


selama prosedur dan operasi yang diperlukan selama kehamilan. Kekurangan

vitamin B6 dan B12 dilaporkan dapat menyebabkan anemia dan masalah

neurologis. Penggantian asam folat harus diberikan sampai gejala membaik untuk

mencegah timbulnya defek pada saraf janin.1

c. Wenicke encephalopathy

Merupakan kondisi yang jarang terjadi akibat dari defisiensi thiamine. Hal ini

dapat dipicu oleh makanan yang kaya karbohidrat tetapi biasanya terjadi pada

kasus defisiensi thiamine yang menerima infus glukosa tanpa penggantian

thiamine yang memperburuk status biokimia suboptimal thiamine.1

d. Ketidakseimbangan elektrolit dan gangguan metabolisme

Hiponatremia merupakan komplikasi hiperemesis gravidarum. Gambaran

klinis hiponatremia ringan tidak spesifik dan mungkin termasuk anoreksia, sakit

kepala, mual, muntah, dan lesu.Presentasi ini mungkin sulit dibedakan dengan

HEG. Hiponatremia yang lebih jelas dapat menyebabkan perubahan perilaku, kram

otot, dan kelemahan otot, kebingungan, ataksia, kantuk, reflex yang berkurang,

dankejang.1

Hiponatremia (kadar natrium plasma <120 mmol/L) merupakan komplikasi

hiperemesis gravidarum. Gambaran klinis hiponatremia ringan tidak spesifik dan

hanya menunjukkan gejala anoreksia, sakit kepala, mual, muntah, dan lesu.

Hiponatremia yang lebih jelas dapat menyebabkan perubahan kepribadian, kram

otot, dan kelemahan, kebingungan, ataksia, kantuk, refleks yang berkurang, dan

kejang. Terdapat hubungan antara koreksi cepat natrium plasma dan sindrom

demielinasi osmotik (mielinolisis pontin sentral) yang ditandai dengan hilangnya

mielin di neuron pontin dan di tempat lain seperti kapsul internal, inti basal, otak

kecil, dan otak besar. Gejala klasik mielinolisis adalah spastik quadriparesis dan17
gejala pseudobulbar yang menunjukkan kerusakan pada traktus piramidalis dan

kortikobulbar.1

Ketidakseimbangan elektrolit serum pasien dengan hiperemesis dapat

menyebabkan hipokalemia berat. Abnormalitas kalium telah dilaporkan

meningkatkan mortalitas pada wanita hamil dengan hiperemesis. Selain itu,

hipokalemia berat dapat menyebabkan rhabdomyolysis pada hiperemesis

gravidarum. Penggantian kalium harus dilakukan secara perlahan dan di bawah

pengawasan untuk menghindari henti jantung pada diastol. 1

e. Komplikasi lainnya

 Trombosis

Dehidrasi dan imobilitas terkait pada wanita dengan hiperemesis

gravidarum meningkatkan risiko penyakit tromboemboli vena.1

 Cedera esofagus

Muntah yang parah terkait dengan serangan muntah pada pasien

hiperemesis dapat menyebabkan trauma esofagus dan robekan Mallory-

Weiss. Ablasi retina, ruptur esofagus, pneumo-mediastinum, dan avulsi

limpa juga telah dilaporkan. Sementara beberapa pasien dengan komplikasi

ini dapat dikelola secara konservatif, tetapi yang lainnya mungkin

memerlukan perawatan bedah. Komplikasi ini dapat dipertimbangkan pada

pasien yang pemeriksaan fisiknya menunjukkan emfisema subkutan di

leher; juga tanda ini dapat dilihat pada MRI leher dan rontgen dada.1

 Komplikasi TPN

Pasien dengan Hiperemesis Gravidarum yang tidak dapat menjaga asupan

oral terkadang membutuhkan TPN. Pasien yang membutuhkan TPN untuk


18
dukungan nutrisi cenderung membutuhkan penempatan jalur sentral.
Kateter jalur sentral dihubungkan dengan komplikasi seperti infeksi,

trombosis, hematoma, pneumotoraks dan aritmia jantung.1

 Vasospasme arteri serebral

Dua wanita hamil dengan HG berat yang refrakter terhadap terapi cairan

intravena dan penggantian multivitamin dilaporkan mengalami vasospasme

arteri serebral tengah pada pemeriksaan MRI. Pada kedua pasien,

vasospasme menurun setelah perbaikan status hiperemetik. Penulis

menyimpulkan bahwa peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik dengan

hiperemesis gravidarum dapat berkontribusi pada vasospasme.1

Komplikasi Janin

a. Masalah perilaku dan psikis

Sebuah data yang signifikan mendukung peningkatan kejadian penyakit

perkembangan saraf dan perilaku pada anak-anak yang terpapar hiperemesis

gravidarum selama kehamilan. Penyebab asosiasi ini perlu dipelajari dengan baik.

Ini mungkin karena kecemasan pasien, gangguan kadar hormon selama

embriogenesis dan/atau ikatan ibu yang abnormal setelah melahirkan atau

kekurangan nutrisi dan vitamin. Tapi ada risiko yang lebih tinggi dari depresi,

gangguan bipolar, dan gangguan kecemasan selama masa dewasa yang dikaitkan

dengan HG itu sendiri, daripada faktor pembaur lain yang terkait dengan HG. 1

b. Sensitivitas insulin

Selain itu, semakin banyak bukti yang mendukung hasil buruk jangka panjang yang

terkait dengan paparan HG mungkin termasuk baseline serum kortisol yang lebih

tinggi, penurunan sensitivitas insulin. lebih banyak pengurangan sensitivitas insulin


19
daripada kelompok kontrol. Namun belum ada penelitian yang menyelidiki
hubungan lebih lanjut dengan diabetes, penyakit jantung koroner dan stroke. 1

c. Resiko keganasan

Hubungan HG dan keganasan testis pada keturunan diduga karena gangguan

hormonal yang meliputi kadar hCG dan estradiol yang lebih tinggi dan keduanya

terkait dengan testis yang tidak turun, oleh karena itu fakta ini dapat berkontribusi

pada insiden keganasan testis yang lebih tinggi di antara keturunan.1

d. Plasenta tidak normal

Pre-eklampsia, pemisahan plasenta dan kecil untuk usia kehamilan adalah

penyakit plasentasi abnormal. Sebuah penelitian besar di Swedia melaporkan

hubungan antara HG dan penyakit disfungsi plasenta yang meliputi risiko

preeklamsia prematur, solusio plasenta dan kecil untuk usia kehamilan. Penyakit ini

terutama terkait dengan kasus HG yang dirawat di rumah sakit selama trimester

kedua.1

f. PROGNOSIS

Mual dan muntah dalam kehamilan merupakan hal yang biasa. Gejala biasanya

timbulsebelumusiakehamilan9minggu,dansebagianbesarkasusteratasipada minggu ke

20 kehamilan. Sebagian kecil, sekitar 3% akan terus mengalami mual dan muntah

sampai di trimester ketiga. Sekitar 10 % pasien dengan HEG terjadi selama

kehamilannya. Hal ini perlu diketahui bahwa HEG tidak selalu terjadi disetiap

kehamilan, mungkin kehamilan selanjutnya bisa saja berbeda dari sebelumnya.7

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Abanoub G. Complications of hyperemesis gravidarum; a disease of both mother

and fetus, review article. Obstetric and gynecology, Assult University, Egypt;

2018.

https://obstetrics.imedpub.com/complications-of-hyperemesis-gravidarum-a-

disease-of-both-mother-and-fetus-review-article.php?aid=23934

2. Djaffar S. Kelainan Gastrointestinal. Dalam Prawirohardjo, S editor. Ilmu

Kandungan. Edisi Ke-5. Jakarta. Yayasan Bina Pustaa Sarwono

Prawirohardjo.2016

3. Marlena SF, DKK. High Prevalence of Severe Nausea and Vomiting of

Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum among Relatives of Affected

Individuals. Department of Obstetrics and Gynecology, Los Angeles, California,

USA;2008.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2660884/

4. London V, Grube S, Sherer DM, Abulafia O. Hyperemesis Gravidarum : A

Review of Recent Literature. Department of Obstetrics and Gynecology, State

University of New York (SUNY); 2017.

https://www.karger.com/Article/Fulltext/477853

5. Lumbanraja SN. Kegawatdaruratan Obstetri. Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara Press;2017.p14-15

6. Howard EH. Nausea and Vomitting of Pregnancy. American Family Physician;

2014.

https://www.aafp.org/afp/2014/0615/p965.html 21
7. Lindsey KJ, Heba M, Hyperemesis Gravidarum. Medical University of South

Carolina;2021.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532917/

8. Widayana A, Megadhana IW, Kemara KP. Diagnosis and management of

hyperemesis gravidarum. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana;2013

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/5114

9. Cunningham FG, Hauth JC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Wenstrom KD,

Obstetri Williams: Upper Gastrointestinal Tract Disorders. 25th ed. Mc Graw Hill

education ; 2018. p1629.

22

Anda mungkin juga menyukai