Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Kemampuan berbicara merupakan hal yang penting dalam kehidupan anak, yakni
kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial. Walaupun dengan cara lain anak
mungkin bisa berkomunikasi dengan anggota kelompok sosial, sebelum mereka mampu
berbicara dengan anggota kelompok tersebutl.Seperti perkembangan dalam bidang
lainnya, tahun-tahun awal kehidupan sangat penting bagi perkembangan bicara anak,
dimana dasar untuk perkembangan bicara berada dalam masa tersebut.1
Gangguan bicara merupakan salah satu masalah yang sering ditemukan pada
anak. Menurut NCHS, berdasarkan laporan orang tua(diluar gangguan pendengaran serta
palatoskisis), terdapat 0.9% kejadian pada anak dibawah umur 5 tahun dan 1.94% pada
anak usia sekolah, dimana angka kejadianya 3.8 kali lebih tinggi dibandingkan hasil
wawancara. Berdasarkan hal ini, diperkirakan gangguan bicara dan bahasa pada anak
adalah sekitar 4-5%.2
Deteksi dini perlu ditegakkan, agar penyebab dari gangguan bicara dapat segera
dicari, sehingga pengobatan serta pemulihannya dapat dilakukan sedini mungkin.
Contohnya, pada seorang anak dengan tuli konduksi tetapi cerdas yang terlambat
mendapat alat bantu pendengaran dan terapi wicara, serta tidak diberi kesempatan
mengembangkan sistem komunikasi non verbal pada dirinya sendiri sebelum usia 3
tahun, maka kesempatan untuk mengajarinya supaya bisa berbicara yang dapat
dimengerti, jelas dan terang telah hilang.3

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakkan artikulasi atau kata untuk
menyampaikan maksud. Karena bicara merupakan bentuk komunikasi yang paling
efektif, maka penggunanya pun juga paling luas dan paling penting.1Masalah   bicara  
dan bahasa   sebenarnya berbeda tetapi kedua masalah ini sering kali tumpang tindih.2
Gangguan bicara adalah gangguan yang berhubungan dengan intensitas dan
penekanan bunyi dengan kesulitan menghasilkan bunyi yang spesifik untuk bicara atau
gangguan dalam kualitas suara. Gangguan perkembangan ini berhubungan erat dengan
umur, jenis kelamin, dan latar belakang budaya.4
Afasia yaitu kehilangan kemampuan untuk membentuk katakata atau
kehilangankemampuan untuk menangkap arti katakata sehingga pembicaraan tidak dapat
berlangsung dengan baik. 5
Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama
bicara.Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata, atau suatu bloking yang
spasmodik, biasaterjadi spasme tonik dari otototot bicara seperti lidah, bibir, dan laring
dan dipengaruhi oleh adanya riwayat gagap dalam keluarga.5

2.2 Epidemiologi

bicara dan bahasa merupakan gangguan perkembangan yang banyak ditemukan


pada anak usia 3-16 tahun. Prevalensi dari gangguan ini berkisar antara 1-32% yang
dipengaruhi oleh umur saat ditemukan dan metode diagnosis yang digunakan.5
Gangguan bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia prasekolah. Gangguan
keterlambatan bicara terjadi sebanyak 20% pada anak umur 2 tahun dan 19% pada anak
umur 5 tahun. Gagap terjadi 4-5% pada usia 3-5 tahun dan 1% pada usia remaja. Laki-
laki memiliki gangguan bicara dan bahasa hampir dua kali lebih banyak daripada wanita.2

2
2.3 Fisiologi bicara

Terdapat dua aspek dalam proses terjadinya bicara, yaitu aspek sensorik(input


bahasa) dan motorik(output bahasa). Aspek sensorik meliputi pendengaran, penglihatan,
dan rasa raba yang berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat, dan dirasa.
Aspek motorik melibatkan vokalisasi dan pengaturannya.6
Otak memiliki tiga pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat bersifat
reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dantulisan serta, satu pusatlainnya
bersifat ekspresif yang menguruspelaksanaan bahasa lisan dan tulisan.Ketiganya berada
di hemisfer dominan dari otak atau system susunan saraf pusat. Kedua
pusatbahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area Wernicke, merupakan
pusat persepsi auditoroleksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu
yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 Broadman adalah pusat persepsi
visuoleksik yangmengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan
dengan bahasa tulis.Sedangkan area Broca adalah pusat bahasa ekspresif. Ketiga pusat
tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi.4,
Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk
melalui lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membrane timpani.
Dari sini rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga
bagian dalam. Di telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang
disebut  koklea. Saat gelombang suara mencapai koklea maka impuls ini diteruskan oleh
saraf VIII ke area pendengaran primer di otak diteruskan ke area Wernicke.Kemudian
jawaban diformulasikan dan disalurkan dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area
motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara.Selanjutnya proses bicara dihasilkan
oleh vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh aliran udara dari paruparu sedangkan
bunyi dibentukoleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langitlangit). Jadi untuk proses
bicara diperlukan koordinasi system saraf motoris dan sensoris dimana organ
pendengaran sangat penting.2,3,
Untuk dapat mengucapkan katakata sebaikbaiknya, sehingga bahasa yang
didengar dapat ditangkap dengan jelas dan setiap suku kata dapat terdengar secara terinci,

3
maka, mulut, lidah, bibir, palatum mole dan pita suara, serta otototot pernafasan harus
melakukan gerakan sempurna.Bila ada salah satu gerakan tersebut diatas terganggu,
timbullah cara berbahasa yang kurang jelas ada katakata yang seolaholah ”ditelan”
terutama pada akhir kalimat.7

2.4 Tahap perkembangan bicara

Tahap perkembangan bicara dan bahasa pada anak normal tampak pada table berikut:4
Umur Bahasa reseptif Bahasa ekspresif
(bulan) (bahasa pasif) (bahasa aktif)
1 Kegiatan anak terhenti Vokalisasi yang masih
akibat suara sembarang, terutama huruf
hidup
2 Tampak mendengarkan Tanda-tanda vokal yang
ucapan pembicara, dapat menunjukkan perasaan
tersenyum pada senang, senyum sosial
pembicaraan
3 Melihat kearah pembicara Tersenyum sebagai jawaban
terhadap pembicara
4 Memberi tanggapan yang Jawaban vokal terhadap
berbeda terhadap suara rangsang sosial
bernada marah/senang
5 Bereaksi terhadap panggilan Mulai meniru suara
namanya
6 Mulai mengenal kata-kata Protes vokal, berteriak
”da da, papa, mama” kerana kegirangan
7 Bereaksi terhadap kata-kata Mulai menggunakan suara
naik, kemari, dada mirip kata-kata kacau
8 Menghentikan aktifitas bila Menirukan rangkaian suara
namanya dipanggil
9 Menghentikan kegiatan bila Menirukan rangkaian suara

4
dilarang
10 Secra tepat menirukan Kata-kata pertama mulai
variasi suara tinggi muncul
11 Reaksi terhadap pertanyaan Kata-kata kacau mulai
sederhana dengan melihat dapat dimengerti dengan
atau menoleh baik
12 Reaksi dengan melakukan Mengungkapkan kesadaran
gerakan terhadap berbagai tentang obyek yang telah
pertanyaan verbal akrab dan menyebu
namanya
15 Mengetahui dan mengenali Kata-kata yang benar
nama-nama bagian tubuh terdengar diantara kata-kata
yang kacau, sering dengan
disertai gerakan tubuhnya
18 Dapat mengetahui dan Lebih banyak menggunakan
mengenali gambar-gambar kata-kata daripada gerakan
obyek yang sudah akrab untuk mengungkapkan
denganya jika obyek keingingannya.
tersebut disebut namanya
21 Akan mengikuti petunjuk Mulai mengkombinasikan
yang berurutan (ambil kata-kata (mobil papa,
topimu dan letakkan di atas mama berdiri)
meja)
24 Mengetahui lebih banyak Menyebut nama sendiri
kalimat yang lebih rumit

Perkembangan bicara normal melalui beberapa tahapan perkembangan bicara


yaitu coding, babbling, echolalia, jargon, kata dan kombinasi kata dan pembentukan
kalimat, seperti yang tercantum dalam tabel berikut8:

Tabel perkembangan bicara normal

5
Pendengaran dan Pengertian Bicara
4-8 bulan:
mata bergerak ke arah suara Babbling dengan berbagai huruf awal ”b”,
respons terhadap suara ”p”p, ”m”
perhatian terhadap mainan yang suara kegembiraan atau sedih
mengeluarkan suara suara saat sendiri atau bermain
pengertian terhadap musik
7 bulan – 1 tahun:
mengerti permainan ”ciluk-ba” Babbling dengan kata panjang dan pendek
menoleh dan melihat ke arah suara seperti ”tata”, ”bibibi”
mendengarkan saat orang berbicara menggunakan kata atau suara untuk
mengerti beberapa kata: sepatu, gelas mendapat perhatian
respon terhadap permintaan sederhana mengucapkan 1-2 kata
seperti ke sini, mau lagi
1-2 tahun:
menunjuk anggota tubuh kata-kata bertambah tiap bulan
mengikuti perintah dan permintaan yang menggunakan 1-2 kata tanya
mudah mengucapkan dua kata bersamaan
mendengar cerita sederhana, lagu dan mengucapkan 10 kata saat usia 19 bulan
irama
menunjuk gambar sesuai dengan namanya
2-3 tahun:
mengerti perbedaan dengan artinya
mengikuti 2 tahap perintah: ambil buku itu mempunyai kata untuk semua benda
dan letakkan di meja berbicara dengan 2-3 kata dalam kalimat

2. 5 Etiologi dan Patogenesis Gangguan Bicara pada Anak

6
Penyebab kelainan bicara bermacam – macam yang melibatkan berbagai faktor
yang dapat saling mempengaruhi, antara lain kemampuan lingkungan, pendengaran,
kognitif, fungsi saraf, emosi psikologis dan lain sebagainya.4
Menurut Aram DM( dalam Soetjiningsih ), mengatakan bahwa gangguan bicara
pada anak dapat disebabkan oleh kelainan berikut ini,4 :
1. Lingkungan sosial anak
Lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan gangguan bicara pada
anak.
2. Sistem masukan dan input
Pendengaran merupakan alat yang penting dalam perkembangan bicara. Anak
dengan gangguan pendengaran seperti otitis kronis dengan penurunan daya pendengaran
akan mengalami keterlambatan kemampuan menerima ataupun mengungkapkan bahasa.
Gangguan bicara juga terjadi pada tuli neurosensorial ( infeksi intra uterin ), tuli konduksi
akibat malformasi telinga luar, tuli persepsi / afasia sensorik ( terjadi kegagalan integrasi
arti bicara yang didengar ).
3. Sistem pusat bicara dan bahasa
Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari retardasi mental, misalnya
pada sindoma down.
4. Sistem produksi
Sistem produksi suara seperti laring, faring, hidung, struktur mulut, dan
mekanisme neuromuskular yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas untuk berbicara,
bunyi laring, pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara melalui aliran udara lewat laring,
faring, dan rongga mulut.

Beberapa penyebab gangguan bicara pada anak :


I. Keterlambatan bicara fungsional
Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering dialami
oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional sering juga diistilahkan
keterlambatan maturasi atau keterambatan maturitas ( maturity delay ) dari proses saraf
pusat yang dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara pada anak. Biasanya hal
ini merupakan keterambatan bicara yang ringan dan prognosis baik.4

7
II. Retardasi mental
Berbeda dengan anak gangguan bicara atau emosional, anak dengan retadasi
mental terbelakang secara menyeluruh. Mereka tertinggal dalam perkembangan sosio-
emosional, intelektual dan persepsi motorik, demikian juga dalam bicara. Semakin berat
derajat retardasi, makin berat juga keterlambatan bicara. Anak dengan retardasi berat
mungkin tidak dapat berbicara sama sekali.3
Patogenesis terjadinya hambatan bicara pada anak dengan retardasi mental
dihubungkan dengan adanya disfungsi otak. Disfungsi otak terjadi akibat adanya
ketidaknormalan yang luas dari struktur otak, neurotransmiter atau mielinisasi.4
III. Gangguan Pendengaran
Pendengaran normal pada tahun pertama kehidupan, memegang peranan penting
dalam perkembangan bicara dan bahasa. Gangguan pendengaran pada awal
perkembangan dapat menyebabkan keterlambatan bicara yang berat. Oleh karenanya,
pemeriksaan fungsi pendengaran pada keterlambatan bicara, memegang peranan sangat
penting.9
Gangguan pendengaran dapat berupa tipe konduktif dan sensorineural. Gangguan
pendengaran tipe konduktif dapat disebabkan oleh otitis media dengan efusi. Adapun
gangguan pendengaran sensorineural dapat disebabkan oleh infeksi intra uterin, kern
icterus, meningitis bakterial, atau hipoksia. Gangguan pendengaran sebagai penyebab
keterlambatan bicara makin bertambah, tersering penyebab gangguan pendengaran
adalah kongenital.9
IV. Faktor Emosional
Faktor emosional memegang peranan penting dalam perkembangan bicara anak.
Anak yang memiliki ibu yang tertekan dan gangguan serius dalam keluarga berefek
serius terhadap gangguan bicara pada anak, misalnya gagap. Gagap merupakan suatu
gangguan dalam arus ritme bicara atau artikuasi kata – kata dimana terdapat pengulangan
suara, suku kata atau kata, atau suatu bloking yang spasmodik. Sering disertai kontraksi
otot – otot muka, tics, dan bunyi tambahan sebagai usaha anak untuk memperbaiki
bicaranya atau akibat tekanan emosi. Walaupun demikian maka sering dapat bernyanyi
atau mengucapkan sajak tanpa kesukaran.4,10
V. Cerebral Palsy

8
Cerebral palsy adalah suatu kelainan gerakan dan sikap badan yang tidak
progresif, oleh karena suatu kerusakan atau gangguan pada sel – sel motorik pada
susunan saraf pusat yang sedang tumbuh atau belum selesai pertumbuhannya. Pada
cerebral palsy gangguan bicara disebabkan karena kerusakan yang tidak hanya terjadi
pada korteks cerebelaris, tetapi dapat juga mengenai ganglia basalis, pontina dan pada
pusat – pusat subkortikal midbrain atau serebellum hal ini bisa menyebabkan gangguan
bicara berupa disfonia, disritmia, disartria, disfasia dan bentuk campuran.4

2.6 Deteksi Dini Gangguan Bicara Pada Anak

Deteksi yang sedini mungkin terhadap gangguan bicara pada anak perlu
dilakukan, agar bisa sesegera mungkin memastikan penyebab terjadinya gangguan bicara
tersebut dan untuk menentukan langkah pengobatan selanjutnya yang tepat dan sesuai.
Umumnya jika gangguan bicara ini semakin dini terdeteksi, maka semakin baik
kemungkinan pemulihan gangguan tersebut.2,4 Deteksi dini keterlambatan bicara harus
dilakukan oleh semua individu. Kegiatan deteksi dini ini melibatkan orang tua, keluarga,
bila memungkinkan dokter kandungan yang merawat sejak kehamilan dan tentunya
dokter anak yang merawat anak tersebut. Kegiatan deteksi dini ini dapat juga dilakukan
oleh kader kesehatan BKB (Bina Keluarga Balita) terlatih, petugas tempat penitipan anak
terlatih, petugas PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) terlatih, kemudian di Puskesmas
oleh dokter, bidan, maupun perawat. Instrumen dan metode skrining yang bisa digunakan
antara lain: KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) menurut umur, Tes Daya
Lihat, dan Tes Daya Dengar10
Orang tua sebagai lini pertama yang biasanya mengetahui bila terjadi sesuatu
yang aneh dalam proses pertumbuhan dan perkembangan putra-putrinya sebelum
akhirnya memutuskan untuk berobat ke dokter, sebaiknya memperoleh sosialisasi
mengenai metode deteksi dini gangguan tumbuh kembang yang bisa mereka lakukan
khususnya terhadap gangguan bicara, sehingga penanganan terhadap kasus gangguan
bicara ini bisa dilakukan lebih awal. Pada dasarnya deteksi dini adalah kegiatan
menggunakan seluruh kemampuan dan panca indera orang tua untuk mengamati proses

9
perkembangan putra-putrinya, sebaiknya orang tua juga mengetahui fase-fase normal
yang seharusnya terjadi dalam periode tumbuh kembang.10
Gangguan bicara yang diawali oleh gangguan perkembangan bahasa serta
pengucapan yang terdapat pada anak-anak usia pra sekolah dapat diamati melalui
berbagai tanda-tanda berikut2,4:
a. pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta kepalanya terhadap
suara yang datang dari belakang atau samping
b. pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya
sendiri
c. pada umur 15 bulan anak tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap kata-kata-
kata jangan, da-da, dan sebagainya
d. pada usia 18 bulan tidak dapat menyebut 10 kata tunggal
e. pada usia 21 bulan tidak memberi reaksi terhadap perintah (misalnya duduk,
kemari, berdiri)
f. pada usia 24 bulan tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh
g. pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapa yang terdiri dari 2
buah kata
h. setelah 24 bulan hanya mempunyai perbendaharaan kata yang sangat sedikit/tidak
mempunyai kata-kata huruf z pada frase
i. pada usia 30 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh anggota keluarganya
j. pada usia 36 bulan belum dapat mempergunakan kalimat-kalimat sederhana
k. pada usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan menggunakan kalimat tanya yang
sederhana
l. pada usia 36 bulan ucapannya tidak dimengerti oleh orang di luar keluarganya
m. pada usia 3,5 tahun selalu gagal untuk menyebutkan kata akhir (ca untuk cat, ba
untuk ban, dan lain-lain)
n. setelah berusia 4 tahun tidak lancar berbicara/gagap
o. setelah usia 7 tahun masih ada kesalahan ucapan
p. pada usia berapa saja terdapat hipernasalitas atau hiponasalitas yang nyata atau
mempunyai suara yang monoton tanpa berhenti, sangat keras dan tidak dapat di
dengar serta terus menerus memperdengarkan suara yang serak.

10
Berbagai metode skrining yang lebih mutakhir dan global untuk deteksi dini
gangguan bicara juga dikembangkan dengan menggunakan alat bantu atau panduan skala
khusus, misalnya: menggunakan DDST (Denver Developmental Screening Test – II),
Child Development Inventory untuk menilai kemampuan motorik kasar dan motorik
halus, Ages and Stages Questionnaire, Parent’s Evaluations of Developmental Status.
Dan alat-alat skrining yang lebih Spesifik dan khusus yaitu ELMS (Early Language
Milestone Scale) dan CLAMS (Clinical Linguistic and Milestone Scale) yang dipakai
untuk menilai kemampuan bahasa ekspresif, reseptif, dan visual untuk anak di bawah 3
tahun.2

2.7 Diagnosis Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak

American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual of


MentalDisorder (DSM IV) membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe.2
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptifekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap
Pada gangguan bahasa ekspresif, secara klinis kita bisa menemukan gejala seperti
perbendaharaan kata yang jelas terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata, mengalami
kesulitandalam mengingat kata-kataatau membentuk kalimat yang panjang dan memiliki
kesulitan dalampencapaian akademik, dan komunikasi sosial, namun pemahaman bahasa
anak tetap relatif utuh.Gangguan menjadi jelas pada kira-kirausia 18 bulan, saat anak
tidak dapat mengucapkan katadengan spontan atau meniru kata dan menggunakan
gerakan badannya untuk menyatakankeinginannya. Jika anak akhirnya bisa berbicara,
defisit bahasa menjadi jelas, terjadi kesalahanartikulasi seperti bunyi th, r, s, z, y. Riwayat
keluarga yang memiliki gangguan bahasa ekspresif jugaikut mendukung diagnosis.8,13
Pada gangguan bahasa campuran ekspresifreseptif,selain ditemukan gejala-gejala
gangguanbahasa ekspresif, juga disertai kesulitan dalam mengerti kata dan kalimat.Ciri
klinis penting darigangguan tersebut adalah gangguan yang bermakna pada pemahaman
bahasa dan ekspresi bahasa.Gangguan ini biasanya tampak sebelum usia 4 tahun. Bentuk

11
yang parah terlihat pada usia 2 tahun,bentuk ringan tidak terlihat sampai usia 7 tahun atau
lebih tua. Anak dengan gangguan bahasareseptif ekspresifcampuran memiliki gangguan
auditorik sensorik atau tidak mampu memprosessimbol visual seperti arti suatu
gambar.Mereka memiliki defisit dalam mengintegrasikan simbolauditorik maupun visual,
contohnya mengenali atribut dasar yang umum untuk mainan truk danmainan mobil
penumpang. Anak dengan gangguan bahasa campuran reseptifekspresifbiasanyatampak
tuli.9,10
Anak dengan kesulitan bebicara memiliki masalah dalam pengucapan, yaitu
berhubungan dengan gangguan motorik, diantaranya kemampuan untuk memproduksi
suara.2
Anak yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi
pengulangan atauperpanjangan suara, kata, atau suku kata dan sangat sering disertai
mengedipkanmata dan menggoyangkan kepala.2
Secara lebih spesifik lagi gangguan bicara motorik dibagi antara lain berupa:
disartria, verbal apraxia, gangguan fonologik, gangguan bicara yang disebabkan oleh
gangguan pendengaran, serta gagap. Untuk penegakan diagnosis gangguan bicara
didasarkan dari hasil pengumpulan dan analisis data-data yang diperoleh selama
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan bila diperlukan dari pemeriksaan penunjang.2

2. 7. 1. Anamnesis
Anamnesis yang holistik meliputi keluhan utama yang jelas dan dapat langsung
mengarah pada kemungkinan diagnosis, riwayat penyakit dahulu (infeksi susunan saraf,
trauma kepala, kejang, obat-obatan), riwayat keturunan atau penyakit anggota keluarga
lainnya, riwayat kehamilan ibu (infeksi TORCH, penyakit ibu, obat-obatan), riwayat
perinatal (trauma perinatal, infeksi atau asfiksia, perdarahan intrakranial) dan persalinan
(adakah trauma perinatal, infeksi atau asfiksia saat hamil), psikososial, riwayat
pengobatan. Kemudian riwayat imunisasi, pertumbuhan dan perkembangan anak
terutama motorik dan bicara, yaitu perkembangan bicara pada anak dikategorikan dalam
kondisi bahaya, bila ditemukan.2
a. 4–6 Bulan
Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya;

12
Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak
b. 8-10 Bulan
Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian.
Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya.
Usia 9-10bulan, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis.
c. 12-15 Bulan
12 bulan, belum menunjukkan mimik.
12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara, seperti “mama”,“dada”.
12 bulan, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan sesuatu.
15 bulan, belum mampu memahami arti “tidak boleh” atau “daag”.
15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda.
16 bulan, belum dapat mengucapkan 13kata.
d. 18-24Bulan
18 bulan, belum dapat mengucapkan 610kata.
18-20 bulan, tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian.
18-21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana.
24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat.
24 bulan, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dantelepon.
24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau katakataorang lain.
24 bulan, tidak mampu menunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya.
e. 30-36Bulan
30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga.
36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana dan pertanyaan dan tidak dapat
dipahamioleh orang lain selain anggota keluarga.

f. 3-4Tahun
3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal dan tidak
memilikiminat bermain dengan sesamanya.
3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti “ayah” diucapkan “aya”.

13
4 tahun, masih gagap dan tidak dimengerti secara lengkap.

2. 7. 2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan
bahasadan bicara. Perlu diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali telinga luar, otitis
media yangberulang, sindrom William (fasies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung,
langkah yang tidakmantap), celah palatum, dan lain-lain.Gangguan oromotor dapat
diperiksa dengan menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah, dan
mengulang suku kata pa, ta, pata,pataka.4,5
Pada bayi diperhatikan respon pendengaranya dalam ingkah laku sehari-hari,
tingkh laku pre linguistik buruk, seperiti respon visual yang buruk dan gagal terhadap tes
dasar yang dilakukan harus diwaspadai sebagai tanda akan terjadinya gangguan bicara5

2. 7. 3. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan audiometri18
Pemeriksaan audiometri diindikasikan untuk anak-anak yang sangat kecil dan
untuk anak-anakyang ketajaman pendengarannya tampak terganggu. Ada 4 kategori
pengukuran dengan audiometri :
a. Audiometri tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan
dengan melihatrespon dari anak jika diberi stimulus bunyi. Mulai dapat
dilakukan pada bayi usia 4-7 bulan dimana kontrol neuromotor berupa
kemampuan mencari sumber bunyi sudah berkembang. Respon yang
diberikan dapat berupa menoleh kearah sumber bunyi atau mencari sumber
bunyi. Pemeriksaan dilakukan di ruangan yangtenang atau kedap suara dan
menggunakan mainan yang berfrekuensi tinggi. Penilaiandilakukan terhadap
respon yang diperlihatkan anak.
b. Audiometri bermain, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan
sambil bermain,misalnya anak diajarkan untuk meletakkan suatu objek pada
tempat tertentu bila dia mendengar bunyi. Dapat dilakukan pada usia 2-5
tahun bila anak cukup kooperatif.

14
c. Audiometri bicara. Pada tes ini dipakai kata-katayang sudah disusun dalam
silabus dalamdaftar yang disebut : phonetically balance word LBT (PB List).
Anak diminta untukmengulangi kata-katayang didengar melalui kaset tape
recorder. Pada tes ini dilihat apakahanak dapat membedakan bunyi s, r, n, c,
h, ch. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menilai kemampuan anak dalam
pembicaraan sehari-haridan untuk menilai pemberian alat bantudengar
(hearing aid).
d. Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus.
2. BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry)
Merupakan pemeriksaan elektrofisiologik untuk menilai integritas sistem
auditorik, bersifat obyektif, tidak invasif. Dapat dilakukan pada bayi dan anak yang tidak
kooperatif yang sulit diperiksa dengan pemeriksaan konvensional.8
BERA merupakan cara pengukuran evoked potensial (aktivitas listrik yang
dihasilkan saraf VIII, pusat-pusatneural dan traktus di dalam batang otak)sebagai respon
terhadap stimulus auditorik. Stimulus bunyi yang digunakan berupa bunyi click atau
toneburst yang diberikan melalui headphone,insert probe, bone vibrator. 8
3. Timpanometri
Digunakan untuk menilai kondisi telinga tengah(mengukur kelenturan membrana
timpani dan sistem osikular). Gambaran timpanometri yang abnormal (adanya cairan atau
tekanan negative di telinga tengah) merupakan petunjuk adanya angguan pendengaran
konduktif.8
Melalui probe tone (sumbat liang telinga) yang dipasang pada liang telinga dapat
diketahui besarnya tekanan di liang telinga berdasarkan energi suara yang dipantulkan
kembali (ke arah luar) oleh gendang telinga. Pada bayi berusia di atas 7 bulan digunakan
probe tone frekuensi 226 Hz. Khusus untuk bayi di bawah usia 6 bulan tidak digunakan
probe tone 226 Hz karena akan terjadi resonansi pada liang telinga sehingga harus
digunakan probe tone frekuensi tinggi (668, 678 atau 1000 Hz).8
4. Otoacoustic Emission (OAE)
Merupakan pemeriksaan elektrofisiologik untuk menilai fungsi koklea yang
obyektif, otomatis, tidak invasif, mudah, tidak membutuhkan waktu lama dan praktis
sehingga sangat efisien untuk program skrining pendengaran bayi baru lahir (Universal

15
newborn Hearing Screening). Pemeriksaan tidak harus di ruang kedap suara, cukup di
ruangan yang tenang. Untuk memperoleh hasil yang optimal diperlukan pemilihan probe
(sumbat liang telinga) sesuai ukuran liang telinga.8

2.8 Tatalaksana

Gangguan bicara biasanya pertama kali dikenal pasti oleh orang tua pasien atau
pengasuh anak.Jika dicurigai gangguan bicara perlu dilakukan tes pendengaran oleh ahli
bicara dan bahasa sebagai langkah pertama. Jika memang gangguan bicara disebabkan
oleh gangguan pendengaran, dapat dipasang alat bantu dengar.6

2.8.1 Terapi bicara


Terapi bicara melibatkan dokter ahli bicara bersama anak secara perorangan
dalam sebuah kelompok kecil atau secara langsung didalam sebuah kelas untuk
mengatasi gangguan tertentu. Terapi bicara menggunakan berbagai cara termasuk
intervensi bahasa dan terapi artikulasi. Seorang terapis mungkin menggunakan objek-
objek, gambar, buku atau peristiwa penting untuk merangsang perkembangan bicara.
Terapis juga merupakan contoh terhadap pengucapan yang benar dan menggunakan
latihan mengulang sebutan untuk membangun keterampilan berbicara dan berbahasa.6

2.8.2 Terapi artikulasi


Terapi artikulasi melibatkan ahli terapis sebagai model yang benar terhadap
pengucapan yang benar untuk anak, selama kegiatan bermain.Tingkatan permainan
tersebut adalah berdasarkan umur dan sesuai dengan kebutuhan anak.Terapi ini
melibatkan fisik anak tentang bagaimana membuat suara tertentu seperti “R”. Seorang
terapis bicara seharusnya menunjukkan bagaimana cara menggerakkan lidah untuk
menghasilkan suara tertentu.6

2.8.3 Terapi perilaku


Terapi perilaku adalah terapi yang bertujuan untuk merubah atau menghilangkan
tingkah laku anak yang dianggap tidak layak. Terapi perilaku ini lebih dikenal dengan
nama ABA (Applied Behavior Analysis) yang dilakukan dengan metode Lovas, yang

16
dalam prakteknya menggunakan prinsip stimulus respons. Terapi ini disukai karena
terstruktur, terarah dan terukur. Yang ingin dipacu pada terapi ini adalah peningkatan
pemahaman dan kepatuhan akan aturan. Terapi ini diberikan pada anak autisme,
gangguan perkembangan pervasive, anak dengan ADD, anak dengan gangguan
emosional, dan sebagainya.2

2.8.4 Terapi sensori integrasi


Terapi sensori integrasi adalah suatu pendekatan untuk menilai dan melakukan
terapi pada anak-anak yang menunjukkan masalah perilaku atau kesulitan belajar.Dalam
terapi ini, anak dibimbing untuk melakukan berbagai aktivitas yang dapat memberikan
masukan berbagai informasi sensorik, yang penting adalah partisipasi aktif dari anak agar
timbul perubahan positif yang dapat memperbaiki struktur halus pada otak anak yang
masih mempunyai daya plastisitas yang baik. Dalam memberikan terapi, anak didukung
untuk memilih kegiatan yang disukainya dan terapis akan mengarahkan agar kegiatan
yang dilakukan dapat memberikan tantangan yang tepat. Dengan tantangan ini, maka
perlahan-lahan kemampuan anak akan bertambah. Diharapkan dengan ini fungsi otak
yang lebih kompleks, seperti berfikir secara emotif, kreatif, dan fleksibel serta
pemahaman terhadap konsep-konsep abstrak seperti berbahasa akan berkembang lebih
baik. Terapi ini dirancang untuk dapat memberikan rangsangan vestibuler, proprioseptif,
taktil auditori, visual, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan individual anak.2

2.8.5 Terapi okupasi


Terapi okupasi adalah penggunaan aktivitas yang bertujuan mengintervensi,
sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan dan fungsi perkembangan ke tingkat yang
lebih tinggi dari seseorang yang mengalami keterbatasan yang disebabkan penyakit fisik,
kondisi fungsional, gangguan kognitif, disfungsi psikososial, gangguan mental, disabilitas
perkembangan. Terapi okupasi bertujuan membuat individu mandiri dalam aktifitasnya
sehari-hari, memiliki produktifitas, dan pengisian waktu luang yang sesuai usia individu
tersebut. Terapi ini meliputi pengajaran keterampilan dalam aktivitas sehari-hari (makan,
minum, mandi, berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan), pengembangan
keterampilan motorik, keterampilan sensori integrasi, keterampilan bermain dan kapasitas

17
kerja, maupun memanfaatkan waktu luang. Selain itu, terapi okupasi berperan dalam
menyediakan fasilitas untuk meningkatkan dan memperbaiki fungsi sensorimotor,
neuromuskular, emosional, kognitif, dan kinerja psikososial.2

2.8.6 Fisioterapi
Fisioterapi digunakan sebagai metode untuk membantu rehabilitasi terhadap anak-
anak yang mengalami gangguan tumbuh kembang, seperti keterlambatan dalam gerak
motorik kasar (tengkurap, duduk, berdiri, dan berjalan) dan motorik halus (menggunakan
fungsi tangan).Metode yang digunakan adalah metode Bobath yaitu terapi yang
berdasarkan pada perkembangan normal saraf, sehingga disebut juga neurodevelopmental
treatment. Metode ini menggunakan sensori-motor dari indera (taktil perabaan,
penglihatan, pengecapan, dan penciuman), juga perkembangan neuropsikososial.2

2.9 Prognosis

Prognosis gangguan bicara pada anak tergantung pada penyebabnya.Sebagian


besar anak memberikan respon baik terhadap tata laksana yang diberikan.Untuk
gangguan yang berhubungan dengan kelainan organik seperti pada tuli konduksi,
perbaikan masalah medisnya dapat menghasilkan perkembangan bahasa normal pada
anak.Anak dengan retardasi mental memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan
anak yang intelegensinya baik.Demikian juga dengan anak yang memiliki gangguan
perkembangan multiple, membutuhkan penanganan ekstra agar tidak meninggalkan
kelainan sisa. Lingkungan yang beresiko tinggi dan usia terdeteksinya gejala turut
memperburuk prognosis.2,4
Beberapa anak yang mengalami keterlambatan berbahasa dini dapat mengalami
“periode sembuh ilusi” selama bertahun-tahun usia prasekolah, tetapi secara berturut-
turut memiliki kesulitan belajar untuk membaca selama tingkat sekolah dasar awal karena
adanya maslaah fonetik (yaitu kesulitan mengenali setiap bagian kata, misal suara atau
suku kata). Sebagian besar gagap sembuh pada akhir masa kanak-kanak, pada 1 %
populasi dengan masalah jangka panjang ke dalam tahun-tahun dewasa. Sayangnya

18
terdapat data yang terbatas untuk membantu menyususn prognosis spesifik utnuk setiap
anak.7

DAFTAR PUSTAKA

19
1. Santrock WJ. Perkembangan Anak Jilid 1. Edisi ke11. Jakarta : Erlangga,
2005.h.252-80
2. Simms MD, Schum RL. Language development and communication disorder.
Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson textbook of
paediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders, 2007. h.152-61.
3. Virginia W, Meredith G, Dalam : Adams, Boies highler. Gangguan bicara dan
bahasa. Buku ajar penyakit telinga, hidung, tenggorok.Edisi 6. Jakarta : EGC, 1997.
h 397-410
4. Levine A. David. Growth and development. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE,
Jenson HB, Marcdante JK. Nelson essentials of paediatrics. Edisi ke-5.
Philadelphia: Saunders, 2006. h.56-57.
5. Kaplan, Harold I. Gangguan Komunikasi. Dalam : I Made Wiguna, editor. Sinopsis
Psikiatri : Bina Rupa Aksara, 1997.h. 766-82
6. Vade – Mecum, Pediatri, Edisi 13, Erlangga, EGC, 2003
7. Heidi M. Feildman Evaluation and Management of Speech and Language disorder
in Preschool Children. Pediatric in Review. 2005.h.131-42
8. Chamidah, A Nur. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.
Diakses dari www. Journal_UMY.ac.id. Diunduh tanggal 04 November 2010
9. Departemen Kesehatan RI, 2009, Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, deteksi dan
intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak ditingkat Pelayanan Kesehatn Pasar.
10. Lissauer Tom, Clayden Graham. Developmental problems and tha child with special
needs. Illustrated textbook of paediatrics. Edisi ke-3. London,UK: Mosby, 2007.
h.45-46.

20

Anda mungkin juga menyukai