Anda di halaman 1dari 6

GANGGUAN BAHASA EKSPRESIF

Perkembangan bahasa ekspresif merupakan istilah untuk anak yang


kesulitan berekspresi, dimana anak dapat memahami apa yang dikatakan orang
lain, namun sulit untuk menempatkan kata secara bersama-sama membalasnya
serta kesulitan untuk mengatakan apa yang akan disampaikan (Ardy, 2014).
Gangguan bahasa ekspresif merupakan bentuk keterlambatan bahasa.
Istilah ini mengimplikasikan bahwa anak mengembangkan bahasa hanya saja
mengalami keterlambatan yang lebih tepat diberikan pada anak usia pra sekolah
yang mengalami kesulitan bahasa atau gangguan bahasa ekspresif (Oto, 2015).
Hasiana (2020) menjelaskan bahwa gejala yang muncul pada anak
dengan gangguan bahasa ekspresif, yaitu: (a) Anak sama sekali tidak
mau berbicara (b) Perbendaharaan kata yang dimiliki anak terbatas (c)
Anak sering membuat kesalahan dalam kosa kata (d) Anak mengalami
kesulitan dalam mengingat kata-kata atau membentuk kalimat yang
panjang (e) Anak memiliki kesulitan dalam pencapaian prestasi akademik
dan komunikasi sosial, namun pemahaman anak terhadap bahasa relatif
utuh (f) Anak tidak mampu untuk memulai suatu percakapan (g) Anak
merasa sulit saat diminta untuk menceritakan kembali suatu cerita atau
suatu peristiwa.
Faktor yang mempengaruhi gangguan perkembangan bicara dan bahasa
ekspresif
Gangguan perkembangan bicara dan bahasa ekspresif dapat terjadi
disebabkan karena beberapa faktor (Almi & Ellen, 2020) yaitu:
a. Riwayat kesehatan
b. Status sosial
c. Ekonomi
d. Bentuk komunikasi
e. Motivasi untuk berbicara
f. Gaya bicara atau model
g. Besarnya keluarga
h. Bentuk interaksi
i. Penggunaan gadget atau televisi
Berikut ini merupakan indikator perkembangan bahasa respetif dan ekspresif
pada anak yang berusia 3-5 tahun menurut (Wiyani, 2011) yaitu:

Usia Bahasa reseptif Bahasa Ekspresif


36 Memahami arti kata- Menyatakan keinginan
kata dengan diulang- dengan mengucapkan
ulang kallimat sederhana
48 Mengetahui Mencertikan sesuatu hal kepada
pembendaharaan kata orang lain dan berpartisipasi
mengenal kata sigar dalam sebuah percakapan
(baik, buruk, nakal dan
lainnya)
60 Pendengar yang baik Menyusun kalimat dalam
struktur lengkap dan
percakapan sudah seperti orang
dewasa

Selain itu, dengan metode pragmatik yaitu studi tentang niat dan interaksi antara
pembicara dan pendengar dan semua yang ada dilingkungan. Keterampilan
bahasa sosial menurut (Lanza & Flahive, 2012) berdasarkan kategori usia
adalah sebagai berikut:

Age Milestsones
2-3 tahun Melihat anak-anak lain dan bergabung sebentar dalam permainan
Berparisipasi dalam permainan asosiatif
Meminta izin untuk melakuan aktivitas
Menggunakan bahasa untuk fantasi, lelucon dan godaan
Membuat perbaikan apabilan lawan bicara tidak mengerti tentang
apa yang disampaikan
Terlibat dialog yang lebih panjang
Mulai bermain rumah
Berpartisipasi dalam kegiatan kelompok sederhana
Membela barang milik sendiri
Melakukan percakapan dengan diri sendiri dan boneka
Terlibat aktivitas sederhana dan percaya diri
Mulai mengntrol perilaku secara verbal bukan hanya fisik
Mengangkat jari untuk mengetahui usia
Mencari mainan yang hilang
Membantu menyimpan barang-barang
3-4 tahun Terlibat dialog yang lebih panjang
Mulai bermain rumah
Berpartisipasi dalam kegiatan kelompok sederhana
Membela harta milik sendiri
Melakukan percakapan dengan diri sendiri dan boneka
Terlibat dalam aktivitas sederhana dan percaya diri
Mulai mengontrol perilaku secara verbal bukan hanya fisik
Mengangkat jari untuk mengetahui usia
Mencari mainan yang hilang
Membantu menyimpan barang-barang

Ketepatan Artikulasi kata pada anak dengan gangguan bahasa ekspresif


Menurut Buckey dalam Alic (2004), kemampuan anak memahami bahasa
berkembang lebih dahulu daripada kemampuan berbicara. Berikut ini adalah
tahap perkembangan berbicara menurut Buckley:
Usia (dalam bulan) Perkembangan Berbicara
lahir-3 Menangis; membuat suara seperti “ooh” dan “ah”
Berteriak karena kegirangan; mengoceh; membuat lebih
3-6 banyak suara vokal; suara konsonan seperti “p”,
“b”, dan “m” mulai muncul
Menunjukkan suasana hati dengan suara; bermain dengan
6-9 suara (mengeluarkan suara dengan intonasi
dan volume yang berbeda-beda)
Mengocehkan 2-3 suku kata secara berulang-ulang seperti:
9-12 ma-ma, da-da-da; lebih sering menggunakan suara dari
pada tangisan untuk mendapatkan
perhatian
Menggunakan suara untuk menolak; menggunakan
12-15
suara untuk mengajukan permintaan
Menguasai 10-20 kata, sebagian besar adalah kata
15-18
benda; ekolalia; 20-25% pengucapan dimengerti oleh orang
lain
Bersenandung atau mencoba bernyanyi mengikuti
nyanyian sederhana; memasukkan dua kata dalam kalimat;
18-24 menyebutkan anggota keluarga; mengucapkan pertanyaan
yang terdiri dari dua kata; mengungkapkan rasa takut
secara lisan; menguasai 20- 50 kata; 50-70% pengucapan
dapat dimengerti oleh
orang lain
Menyebutkan nama: bagian-bagian tubuh, hewan, dll;
24-36 mengulang nyanyian yang didengarnya; mengulang cerita
yang didengarnya; sebagian besar ucapan dapat
dimengerti oleh orang lain; menguasai sekitar 400 kata
Memasukkan 3-5 kata dalam satu kalimat; bercakap- cakap;
36-48 bercerita; menguasai 900-1000 kata; 90%
pengucapan dapat dimengerti oleh orang lain
STIMULASI MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF ANAK
Metode story telling berdasarkan beberapa penelitian terdahulu menjadi
salah satu metode yang efektif dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak
speech delay dengan gangguan bahasa eksresif. Media bercerita dengan media
boneka tangan ini sering digunakan untuk menstimulasi perkembangan bahasa
dikarenakan secara eksplisit mampu mengembangkan kemampuan
berbahasanya. Media boneka tangan ini berpengaruh secara efektif dalam
meningkatkan bahasa ekspresif anak usia dini (intan et al., 2020; Kusdiyati et al.,
2010; Prihanjani et al.,2016; G.G. Sari, 2019). Efektif dalam memberikan
penguasaan kosa kata dan pengucapan (intan et al, 2020), dan membuat anak
secara aktif menanggapi berdasarkan pertanyaan yang diberikan (Mariam &
Lestari, 2021), serta juga dapat berbicara dengan kalimat sederhana, jelas,
kemampuan untuk bertanya, menjawab, bercerita dan kemampuan mengulang
kembali cerita yang didengar (Hariyanti, 2019).
Adapun Target intervensi yang akan dilaksanakan dan dicapai adalah
kemampuan klien dalam berbicara dan menyampaikan keinginan agar lebih
jelas, mempunyai kosa kata yang tepat dalam berinteraksi. Target yang ditujukan
adalah melatih klien dalam mengucapkan “saya mau (nama aktivitas/benda yang
diinginkan).

Adapun perilaku yang akan diubah adalah:

a. Klien dapat mengungkapkan keinginannya secara lisan dengan baik


b. Klien dapat memiliki inisiatif dalam bermain secara kelompok
c. Dapat merespon ketika dipanggil/disapa guru atau teman
d. Dapat mengatakan ketika ingin meminjam barang

Selain itu diharapkan agar Guru dapat menjalin komunikasi yang aktif dan
interaktif untuk menstimulasi ananda dalam berbicara dan memberikan
tanggapan-tanggapan secara verbal. Guru dan orang tua dapat menggunakan
metode story tellling dalam belajar dengan media yang menarik untuk
menanamkan nilai-nilai moral dan sosial kepada klien, selain itu juga dapat
menambah kosa kata yang dapat digunakan ananda dalam berinteraksi. Guru
dan orang tua diharapkan dapat berkomunikasi dan bekerjasama untuk
mengoptimalkan capaian tugas perkembangan ananda S. Guru dapat
menerapkan pemberian reward dalam target perilaku yang akan dicapai, bentuk
reward yang seperti memberikan apresiasi, memberikan sesuatu yang diinginkan
setelah melakukan instruksi yang diberikan dan membiasakan anak untuk dapat
menyampaikan keinginannya secara verbal dengan jelas.
FORM PENILAIAN

Anda mungkin juga menyukai