Anda di halaman 1dari 8

1) Perkembangan Bahasa

a. Pengertian Perkembangan Bahasa

Menurut Rosleny Marliani (2016, h.208) bahasa merupakan alat

komunikasi yang dapat diartikan sebagai tanda, gerak, dan suara

untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain. Bahasa sebagai

alat komunikasi akan menjadi efektif apabila sesorang individu

berkomunikasi dengan orang lain. Ninuk Indrayani (2016, h.208)

mengatakan bahwa:

“Language is any form of communication in which a person's


thoughts and feelings symbolized in order to convey meaning to
others. Furthermore, language development starts from the first
cry until a child is able to speak a word”.

Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan

penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara

lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat

(Mursid, 2015).

Menurut Vygotsky dalam Walfolk (1995) dalam Ahmad

Susanto (2011, h.73), mengatakan bahwa: “Language is critical for

cognitive development. Language provide a means for expressing

ideas and asking question and it provides the categories and

concept for thinking.” Yang memiliki arti bahasa merupakan alat

yang digunakan untuk mengekspresikan suatu ide dan bertanya

serta dapat menghasilkan konsep dan kategori-kategori untuk

berfikir.
Menurut Enung Fatimah (2006, h. 100) bahasa yang dimiliki

dan dikuasai anak merupakan bahasa yang berkembang didalam

keluarga, yang biasa kita sebut dengan istilah “bahasa ibu”.

Perkembangan bahasa ibu dilengkapi dan diperkaya oleh bahasa

tempat dimana anak tinggal. Hal ini berarti proses pembentukan

kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat

sekitar akan memberikan ciri khusus dalam perkembangan bahasa

anak.

Dengan demikian, perkembangan bahasa adalah kemampuan

menangkap maksud yang ingin dikomunikasikan dengan orang lain

dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain,

sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti (Busthomi dalam Novi

Mulyani 2018, h.107).

Perkembangan bahasa dalam penelitian ini merupakan sarana

untuk saling bertukar informasi dengan orang lain, ketika bahasa

belum dikuasai sepenuhnya oleh anak, maka informasi yang ingin

disampaikan tidak dapat dipahami dengan jelas oleh orang lain atau

individu lain.

b. Tahap Perkembangan Bahasa

Secara umum tahap-tahap perkembangan anak dapat dibagi ke

dalam beberapa rentang usia, yang masing-masing menunjukkan

ciri-ciri tersendiri. Menurut Guntur dalam Ahmad Susanto (2011,

h.75), tahapan perkembangan ini sebagai berikut:


a) Tahap 1 (pralinguistik), yaitu antara 0-1 tahun. Tahap ini terdiri

dari :

(1) Tahap meraban -1 (pralinguistik pertama). Tahap ini

dimulai dari bulan pertama hingga bulan keenam dimana

anak akan mulai menangis, tertawa, dan menjerit.

(2) Tahap meraban -2 (pralinguistik kedua). Tahap ini

dasarnya merupakan tahap kata tanpa makna mulai dari

bulan ke-6 hingga 1 tahun.

b) Tahap II (linguistik). Tahap ini terdiri dari tahap I dan II, yaitu :

(1) Tahap-I ; holafrastik (1 tahun), ketika anak-anak mulai

menyatakan makna keseluruhan frasa atau kalimat dalam

satu kata. Tahap ini juga ditandai dengan pembendaharaan

kata anak hingga kurang lebih 50 kosa kata.

(2) Tahap-2; frasa (1-2), pada tahap ini anak sudah mampu

mengucapkan dua kata (ucapan dua kata). Tahap ini juga

ditandai dengan pembendaharaan kata anak sampai dengan

50-100 kosa kata.

c) Tahap III (pengembangan tata bahasa, yaitu prasekolah 3,4,5

tahun). Pada tahap ini anak sudah dapat membuat kalimat,

seperti telegram. Dilihat dari aspek pengembangan tata bahasa

seperti : S-P-O, anak dapat memperpanjang kata menjadi satu

kalimat.
d) Tahap IV (tata bahasa menjelang dewasa, yaitu 6-8 tahun).

Tahap ini ditandai dengan kemampuan yang mampu

menggabungkan kalimat sederhana dan kalimat kompleks.

Menurut Suyanto dalam Ahmad Susanto (2011:76), menyatakan

bahwa anak belajar dari konkret ke abstrak melalui tiga tahapan,

yaitu: enactive.iconic, dan symbolic. Pada tahap enactive, anak

berinteraksi dengan objek berupa benda-benda, orang, dan

kejadian. Dari interaksi tersebut, anak belajar nama dan merekam

ciri benda dan kejadian. Itulah sebabnya anak usia 2-3 tahun akan

banyak bertanya, “Apa itu?”, “Apa ini?”, sangat penting untuk

mengenalkan nama benda-benda sehingga anak mulai

menghubungkan antara benda dan symbol, nama benda.

Pada tahap simbolis anak mulai belajar berfikir abstrak. Ketika

anak usia 4-5 tahun pertanyaan “apa itu?”,dan “apa ini?” akan

berubah menjadi “Kenapa?”atau“Mengapa?”.Pada tahap ini anak

mulai mampu menghubungkan keterkaitan antara berbagai benda,

orang atau objek dalam suatu urutan kejadian.Ia mulai

mengembangkan arti makna dari suatu kejadian.

Tahapan perkembangan bahasa anak usia dini dalam penelitian

ini adalah kemampuan berbahasa anak akan berkembang saat

bertambahnya usia, dan kemampuan bahasa anak juga dipengaruhi

oleh pancaindra, anak mendapatkan informasi melalui apa yang ia

lihat.
c. Perkembangan Bahasa Anak Usia 5-6 Tahun

Belajar bahasa yang sangat penting terjadi pada anak sebelum

enam tahun. Oleh karena itu, taman kanak-kanak atau pendidikan

prasekolah merupakan wahana yang sangat penting dalam

mengembangkan bahasa anak. Anak memperoleh bahasa dari

lingkungan keluarga, dan dari lingkungan tetangga. Dengan bahasa

yang mereka miliki perkembangan kosakata akan berkembang

dengan cepat sebagaimana dikemukakan Sroufe dalam Ahmad

Susanto (2011, h.74): “Children vocabularies grew quite quickly

after they begin to speak”.

Ganeshi dalam Eliason (1994) dalam Ahmad Susanto (2011,

h.74), mengungkapkan bahwa bahasa anak tidak dimulai dari kata

ke huruf lalu pengalaman, tetapi dari perbuatan atau pengalaman ke

huruf baru kemudian ke kata. Selanjutnya menurut Ganeshi:

“Children who are successful readers in school have had written

language as a dominan part of their daily activities”. Jadi anak

yang berhasil membaca disekolah telah memiliki bahasa tulisan

sebagai bagian yang dominan dari kehidupan mereka sehari-hari.

Oleh karena itu, lingkungan yang mendukung akan membantu

dalam mengembangkan bahasa anak.

Pembelajaran bahasa untuk anak usia dini diarahkan pada

kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis

(simbolis). Untuk memahami bahsa simbolis, anak perlu belajar


membaca dan menulis. Oleh karena itu belajar bahasa sering

dibedakan menjadi dua, yaitu belajar bahasa untuk komunikasi dan

belajar literasi, yaitu belajar membaca dan menulis (Suyanto dalam

Susanto 2011, h.74).

Menurut Jamaris dalam Susanto (2011, h.78), karakteristik

kemampuan bahasa anak usia 5-6 tahun adalah sebagai berikut:

(a) Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosa kata

(b) Lingkup kosakata yang dapat diucapkan anak menyangkut

warna, ukuran, perbandingan, jarak, dan permukaan (kasar-

halus).

(c) Anak usia 5-6 tahun sudah dapat melakukan peran sebagai

pendengar yang baik.

(d) Dapat berpatisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat

mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi

pembicaraan tersebut.

(e) Percakapan yang dilakukan oleh anak 5-6 tahun telah

menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yang

dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain, serta apa yang

dilihatnya. Anak pada usia 5-6 tahun ini sudah dapat

melakukan ekspresi diri, menulis, membaca, dan bahkan

berpuisi.

Berikut ini merupakan tabel tingkat pencapaian perkembangan

bahasa anak usia 5-6 tahun:


Tabel 1.4

Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak

Lingkup
Usia 5-6 Tahun
Perkembangan
Bahasa 1. Mengerti beberapa perintah secara
bersamaan.
2. Mengulang kalimat yang lebih
kompleks.
3. Memahami aturan dalam suatu
permainan.
4. Menjawab pertanyaan yang lebih
kompleks.
5. Menyebutkan kelompok gambar yang
memiliki bunyi yang sama.
6. Berkomunikasi secara lisan, memiliki
perbendaharaan kata, serta mengenal
simbol-simbol untuk persiapan
membaca, menulis dan berhitung.
7. Menyusun kalimat sederhana dalam
struktur lengkap (pokok kalimat-
predikat-keterangan).
8. Memiliki lebih banyak kata-kata
untuk mengekpresikan ide pada orang
lain.
9. Melanjutkan sebagian cerita/dongeng
yang telah diperdengarkan.
10.Menyebutkan simbol-simbol huruf
yang dikenal.
11.Mengenal suara huruf awal dari nama
benda-benda yang ada di sekitarnya.
12.Menyebutkan kelompok gambar yang
memiliki bunyi/huruf awal yang
sama.
13.Memahami hubungan antara bunyi
dan bentuk huruf.
14.Membaca nama sendiri.
15.Menuliskan nama sendiri.
Sumber: Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009

Anda mungkin juga menyukai