Anda di halaman 1dari 8

JAWABAN DARI SOAL TUGAS 3

1). Bagan Hubungan Mendengarkan, Berbicara, Membaca dan Menulis

GURU Mendengar SISWA

Berbiacara Membaca

Menulis

A. Hubungan Antara Menyimak dan Berbicara


Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan yang saling melengkapi, keduanya saling
bergantung. Tidak ada yang perlu dikatakan jika tidak ada seorang pun yang mendengarkan,
dan meskipun mungkin kita dapat menyimak nyanyian atau doa, komunikasi yang diucapkan
merupakan hal utama yang perlu disimak. Menyimak dan berbicara, merupakan keterampilan
berbahasa lisan. Keduanya membutuhkan penyandian dan penyandian kembali simbol -
simbol lisan.
Pada dasarnya bahasa yang digunakan dalam percakapan dipelajari lewat menyimak dan
menirukan pembicaraan. Anak-anak tidak hanya menirukan pembicaraan yang mereka
pahami, tetapi juga mencoba menirukan hal-hal yang tidak mereka pahami. Kenyataan ini
mengharuskan orang tua dan guru menjadi model berbahasa yang baik, supaya anak – anak
tidak menirukan pembicaraan yang memalukan atau tidak benar (Ross dan Roe, 1990: 11).
Keterampilan menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh manusia bila
dilihat dari proses pemerolehan bahasa. Secara berturut-turut pemerolehan keterampilan
berbahasa itu pada umumnya dimulai dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Kegiatan menyimak diawali dengan mendengarkan, dan pada akhirnya memahami apa yang
disimak. Untuk memahami isi bahan simakan diperlukan suatu proses berikut;
mendengarkan, mengidentifikasi, menginterpretasi atau menafsirkan, memahami, menilai,
dan yang terakhir menanggapi apa yang disimak. Dalam hal ini menyimak memiliki tujuan
yang berbeda-beda yaitu untuk; mendapatkan fakta, manganalisa fakta, mengevaluasi fakta,
mendapat inspirasi, menghibur diri, dan meningkatkan kemampuan berbicara.
Dawson dalam tarigan (1994 : 3 ) menjelaskan hubungan antara berbicara dan menyimak.
Seperti berikut :
1)    Ujaran biasanya dipelajari melalui mendengarkan dan meniru. Dengan demikian materi
yang didengarkan dan direkam dalam ingatan berpengaruh terhadap kecakapan berbicara
seseorang.
2)    Ujaran seseorang mencerminkan pemakaian bahasa di lingkungan keluarga dan
masyarakat tempatnya hidup, misalnya dalam penggunaan intonasi, kosakata dan pola
kalimat.
3)    Upaya yang dilakukan untuk meningkatklan kemampuan mendengarkan berarti pula
membantu meningkatkan kemampuan mendengar yang berarti membantu meningkatkan
kualitas berbicara.
4)    Bunyi suara yang didengarkan merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap
kemampuan berbicara seseorang terutama bagi anak-anak. Oleh karena itu suaraa dan meteri
yang berkualitas baik yang didengar.
Menyimak dan Berbicara, merupakan komunikasi dua arah secara langsung, komunikasi
tatap muka atau face to face communication (Brooks, 1964:134). Persamaan : kegiatan
komunikasi dua arah yang terjadi secara langsung. Perbedaan : menyimak (reseptif atau
menerima informasi, apresiatif, fungsional), berbicara (produktif atau memberi informasi dan
ekspresif).

B. Hubungan Antara Menyimak dan Membaca


Menyimak dan membaca merupakan keterampilan reseptif. Keduanya memungkinkan
seseorang menerima informasi dari orang lain. Baik dalam menyimak maupun dalam
membaca dibutuhkan penyandian symbol-simbol ; menyimak bersifat lisan sedangkan
membaca bersifat tertulis.
Penyandian kembali simbol-simbol lisan (menyimak) hanya melibatkan satu tingkat
pemindahan, yaitu dari bunyi ke pengalaman yang menjadi sumbernya. Misalnya ketika
seorang anak menyimak kalimat “Nanti Ibu belikan bola”, anak mengubungkan dengan alat
permainan yang digunakan untuk bermain sepak bola, sehingga dapat memahami arti kata
bola yang disimaknya.
Penyandian kembali simbol-simbol tertulis (membaca) melibatkan dua tingkat pemindahan,
yaitu dari simbol tertulis ke simbol lisan, selanjutnya ke pengalaman yang menjadi
sumbernya. Ketika membaca bola, anak mengucapkan atau mengucapkan dalam hati kata
tersebut. Selain itu menghubungkannya dengan benda yang digunakan untuk bermain sepak
bola. Oleh karena itu keterampilan menyimak bagus untuk mengembangkan kesiapan
membaca, karena menyimak memerlukan proses mental yang sama dengan membaca, kecuali
pada tingkat penyandiannya.
 Mengajar anak-anak menangkap ide-ide pokok, detail, urutan, hubungan sebab akibat,
mengevaluasi secara kritis, dan menangkap elemen-elemen lain dari pesan-pesan secara lisan
dapat mempengaruhi kemampuan anak-anak membaca guna menangkap elemen-elemen yang
sama seperti ketika mereka menyimak. Penambahan sebuah kata dalam kosa kata yang
disimak anak-anak meningkatkan kemungkinan mereka dapat menafsirkan arti kata tersebut
jika mereka membacanya (Ross dan Roe, 1990: 12). Contoh, seorang anak yang dapat
memahami kata “bermain” ketika menyimak cerita gurunya, juga dapat memahami ketika
menjumpai kata tersebut dalam bacaan.
Persamaan dan Perbedaan Menyimak dan Membaca
a.    Persamaan
1.    Keduanya bersifat apresiatif
2.    Keduanya bersifat reseptif artinya menerima informasi dari sumber
3.    Keduanya bersifat fungsional

b.    Perbedaan
1.    Membaca melakukan kegiatan komunikasi secara tidak langsung sedangkan    
menyimak melakukan komunikasi secara langsung
2.    Media yang digunakan dalam kegiatan menyimak adalah secara lisan (hasil kegiatan
berbicara) sedangkan membaca menggunakan media tulisan (hasil kegiatan menulis)

C. Hubungan Antara Menyimak dan Menulis


Menyimak dan menulis merupakan aktifitas berbahasa, dimana keterampilan menyimak
bersifat reseftif dan menulis adalah bersifat produktif, Antara menyimak dan menulis
memiliki hubungan yang erat dari menyimak suatu ujaran atau informasi dapat
menumbuhkan kreatifitas untuk menulis hasil simakan yang diperoleh.,dan dituangkan dalam
suatu karya tulisbaik itu puisi, cerpen, prosa, dll.

D. Hubungan Antara Berbicara dan Menulis


Berbicara dan menulis merupakan keterampilan ekspresif atau produktif. Keduanya
digunakan untuk menyampaikan informasi. Dalam berbicara dan menulis dibutuhkan
kemampuan menyandikan simbol-simbol, simbol lisan dalam berbicara dan simbol tertulis
dalam menulis.
Baik dalam kegiatan berbicara maupun menulis pengorganisasian pikiran sangat penting.
Pengorganisasian pikiran ini lebih mudah dalam menulis, karena informasi dapat disusun
kembali secara mudah setelah ditulis sebelum disampaikan kepada orang lain untuk
dibaca.Sebaliknya setelah suatu pesan yang tidak teratur dikatakan kepada orang lain,
meskipun telah dibetulkan oleh pembicara, kesan yang tidak baik sering kali masih tetap ada
dalam diri pendengar. Itulah sebabnya banyak pembicara yang merencanakan apa yang akan
dikatakan dalam bentuk tertulis dahulu sebelum disajikan secara lisan.
Namun, kegiatan berbicara dapat juga merupakan kegiatan untuk mencapai kesiapan menulis.
Bahasa lisan dipelajari lebih dahulu oleh anak-anak dan pada umumnya mereka tidak
mengutarakan secara tertulis hal-hal yang tidak mereka kuasai secara lisan.
Aspek-aspek yang dinilai pada kegiatan berbicara terdiri atas aspek kebahasaan dan
nonkebehasaan. Aspek kebahasaan terdiri atas; ucapan atau lafal, tekanan kata, nada dan
irama, persendian, kosakata atau ungkapan, dan variasi kalimat atau struktur kalimat. Aspek
nonkebahasaan terdiri atas; kelancaran, penguasaan materi, keberanian, keramahan,
ketertiban, semangat, dan sikap.
Subyakto-Nababan (1993:153) dan Tarigan (1994:10) menjelaskan bahwa baik berbicara
maupun menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif.
Berbicara merupakan kegiatan berbahasa ragam lisan, sedangkan menulis adalah kegiatan
berbahasa ragam tulis. Kemudian, kegiatan menulis pada umumnya merupakan kegiata
berbahasa tak langsung, sedangkan berbicara pada umumnya kegiatan bersifat langsung. Ini
berarti ada kegiatan menulis yang bersifat langsung, misalnya komunikasi tulis dengan
menggunakan telepon seluler (sms) dan dengan menggunakan internet (chatting). Sebaliknya
ada pula kegiatan berbicara secara tidak langsung, misalnya melauli pengiriman pesan suara
melalui telepon seluler.

E. Hubungan Antara Membaca dan Menulis


Membaca dan menulis merupakan keterampilan yang saling melengkapi. Tidak ada yang
perlu ditulis kalau tidak ada yang membacanya, dan tidak ada yang dapat dibaca kalau belum
ada yang ditulis. Keduanya merupakan keterampilan bahasa yang tertulis, dan menggunakan
symbol-simbol yang dapat dilihat yang mewakili kata-kata yang diucapkan serta pengalaman
dibalik kata-kata tersebut. Dalam menulis, orang lebih suka menggunakan kata-kata yang
dikenal dan yang dirasakan sudah dipahami dengan baik dalam bahasa bacaan yang telah
dibacanya. Namun, banyak materi yang telah dibaca dan dikuasai oleh seseorang yang tidak
pernah muncul dalam tulisan (karangan). Hal itu terjadi karena untuk menggunakan suatu
kata dalam tulisan diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam dalam hal penerapan kata
tersebut dari pada sekedar memahami ketika membaca.
a)    Persamaan
1.    Keduanya bersifat tak langsung
2.    Keduanya melakukan komunikasi secar ridak tatap muka
3.    Keduanya menggunakan media tulisan
b)    Perbedaan
1.    Menulis bersifat produktif sedangkan membaca bersifat reseptif
2.    Menulis bersifat ekspresif sedangkan membaca bersifat apresiatif

2. Pendekatan Kumulatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan teori-teori disusun


berdasarkan teori-teori yang sudah ada atau memperbaiki, memperluas serta memperkuat
teori-teori yang sudah lama. Masyarakat senantiasa berkembang, demikian juga dengan
persoalan-persoalan yang ada dalam masyarakat pun akan berkembang pula.
3. Perbedaan menyimak ekstentif dan menyimak intensif yaitu ada menyimak ekstensif,
penyimak memahami isi simakan secara sepintas saja,
misal menyimak sosial, menyimak sekunder, menyimak estetik, dan menyimak pasif.
Sedangkan pada menyimak intensif, penyimak memahami isi simakan secara terinci, teliti,
cermat, dan mendalam terhadap bahan yang disimaknya.

4. Jenis- jenis Berbicara dan contohnya


Kegiatan berbicara adalah salah satu keterampilan berbicara yang paling sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam sehari manusia dapat berbicara dari 7.000 kata sampai
dengan 20.000 kata. Ketika berbicara, wanita lebih banyak memproduksi kata dalam sehari.
Menurut penelitian, kira-kira kata yang diproduksi oleh wanita dalam sehari berbicara adalah
20 ribu kata, sedangkan pria hanya 7.000 kata. Menurut (Mudini & Purba, 2009, p. 5)
kegiatan berbicara memiliki berbagai macam jenis atau ragamnya, oleh karenanya jenis
berbicara harus dikalsifikasikan ke dalam beberapa kategori, yakni klasifikasi berbicara
berdasarkan tujuannya, situasi, metode penyampaian, jumlah pendengar, dan peristiwa
khusus.

1. Jenis Berbicara Berdasarkan Tujuan


Berdasarkan tujuannya, jenis-jenis berbicara terdiri dari lima jenis, yakni berbicara untuk
menginformasikan, berbicara untuk meyakinkan, berbicara untuk menghibur, berbicara untuk
menstimulasi, dan berbicara untuk menggerakkan. Pengklasifikasian jenis berbicara ini
diambil dari tujuan berbicara. Berikut adalah penjelasan lengkap dari lima jenis berbicara
berdasarkan tujuannya.

a. Berbicara untuk menginformasikan


Jenis berbicara untuk menginformasikan adalah jenis berbicara yang digunakan ketika
seorang pembicara ingin menginformasikan, memberitahukan, atau melaporkan suatu hal.
Selian itu, jenis berbicara ini juga digunakan jika seseorang menjelaskan sesuatu proses,
menguraikan, menafsirkan sesuatu, menyebarkan informasi dan lain sebagainya.

b. Berbicara untuk meyakinkan


Jenis berbicara kedua dalam klasifikasi jenis berbicara berdasarkan tujuan yaitu berbicara
untuk meyakinkan. Berbicara untuk meyakinkan adalah kegiatan berbicara yang digunakan
untuk menjadikan seseorang percaya akan suatu hal. Jenis berbicara yang termasuk dalam
kategori ini yakni, berbicara untuk membuat orang tahu, mengerti atau menghilangkan
keraguan pendengar akan suatu hal. Hal ini dapat dilakukan dengan menyertakan bukti, fakta,
atau contoh yang tepat yang disodorkan dalam pembicaraan, sehingga akan membuat
pendengar menjadi yakin.

c. Berbicara untuk menghibur


Berbicara untuk menghibur adalah jenis berbicara ketiga dalam pengklasifikasian bicara
berdasarkan tujuan. Berbicara untuk menghibur adalah kegiatan berbicara yang dilakukan
oleh seseorang atau kelompok orang untuk menyenangkan dan menyejukkan hati pendengar
yang sedang kesusahan atau membutuhkan hiburan. Jenis berbicara ini memerlukan
kemampuan menarik perhatian dan menyenangkan pendengar. Berbicara menghibur biasanya
dilakukan oleh komedian dalam suatu panggung.

d. Berbicara untuk menstimulasi


Berbicara untuk meyakinkan adalah jenis berbicara atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang untuk membuat pendengar mengerjakan sesuatu yang diinginkan oleh pembicara.
Kategori berbicara untuk menstimulasi dapat dilihat pada kegiatan berbicara untuk
membangkitkan inspirasi, berbicara untuk menimbulkan kemauan pendengar, atau berbicara
agar pendengarnya melakukan sesuatu.

e. Berbicara untuk menggerakkan


Jenis berbicara terakhir dalam klasifikasi berbicara berdasarkan tujuan adalah berbicara untuk
menggerakkan. Berbicara untuk menggerakkan adalah kegiatan berbicara yang dilakukan
oleh seseorang untuk memobilisasi pendengar (individu atau kelompok) agar melakukan hal
yang diinginkan oleh pembicara. Kegiatan berbicara untuk menggerakkan ini biasa dilakukan
oleh individu kepada sekelompok orang, walaupun dapat pula dilakukan pada individu.
Contoh kegiatan ini dapat dilihat pada kegiatan kampanye, orasi pada aksi demonstrasi, atau
pidato para pejuang.

2. Jenis Berbicara Berdasarkan Situasi


Klasifikasi dari jenis berbicara berikutnya adalah jenis berbicara berdasarkan situasi.
Kategori jenis berbicara ini terdiri dari dua jenis, yakni berbicara formal dan berbicara
informal. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut dari dua jenis berbicara berdasarkan situasi.

a. Berbicara formal
Berbicara formal adalah kegiatan berbicara yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok
orang pada kegiatan resmi. Ciri kegiatan resmi biasanya dilakukan oleh pemerintah, lembaga,
perusahaan, atau instansi dengan peserta yang dari pemerintahan, lembaga, instansi, atau
perusahaan. Ciri lainnya dapat dilihat dari tujuan acara, misalnya acara peresmian,
pengukuhan, pelatihan, pelantikan, seminar, wawancara, ceramah/pidato, mengajar, dan
lainnya. Pada kegiatan berbicara formal, seorang pembicara harus menggunakan bahas yang
formal dan disesuaikan dengan pendengar.

b. Berbicara informal
Berbicara informal adalah kegiatan berbicara yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok
orang pada kegiatan yang tidak resmi. Pada kegiatan ini, pembicara dituntut untuk
menggunakan bahasa dan pola komunikasi yang cair atau bahasa keseharian. Walaupun
demikian, nilai-nilai atau tata krama juga harus diperhatikan. Ciri kegiatan informal atau
tidak resmi biasanya dilakukan untuk sesuatu yang tidak serius atau hiburan. Kegiatan ini
dapat dilakukan oleh siapa pun, individu atau kelompok. Contoh kegiatan ini dapat dilihat
pada kegiatan hiburan, berkomunikasi sehari-hari, komunikasi antar teman, atau lainnya.
Kegiatan berbicara informal biasanya menggunakan bahasa yang informal atau tidak baku.

3. Jenis Berbicara Berdasarkan Metode Penyampaian


Pengklasifikasian jenis berbicara selanjutnya adalah jenis berbicara berdasarkan metode
penyampaian. Jenis berbicara berdasarkan metode penyampaiannya terdiri empat macam,
yakni dari berbicara mendadak (spontan), berbicara berdasarkan catatan, berbicara
berdasarkan hafalan, dan berbicara berdasarkan naskah. Berikut adalah penjelasan lebih
lanjut dari empat jenis berbicara berdasarkan metode penyampaiannya.

a. Berbicara mendadak (spontan)


Berbicara mendadak atau spontan adalah kegiatan berbicara yang dilakukan oleh seseorang
secara tiba-tiba tanpa ada persiapan, pemberitahuan, atau perencanaan sebelumnya. Jenis
berbicara ini biasa dilakukan pada acara yang informal, walaupun tidak menutup
kemungkinan pada acara formal pun dilakukan. Berbicara secara mendadak atau spontan ini
membutuhkan kematangan dan pengalaman dari seorang pembicara. Hal yang perlu
diperhatikan dalam jenis berbicara ini adalah memperhatikan tema kegiatan dan peserta.

b. Berbicara berdasarkan catatan


Berbicara berdasarkan catatan adalah kegiatan berbicara yang dilakukan oleh seseorang
berdasarkan tulisan yang telah dibuat sebelumnya. Jenis berbicara ini membutuhkan
keterampilan dan persiapan dari pembicara. Ha ini diperlukan sebab pembicara hanya
membuat catatan penting apa yang harus dibicarakan, selanjutnya pembicara
mengembangkan sendiri apa yang harus dibicarakan. Catatan yang dibuat dapat berupa kartu
kecil atau catan pada gawai pembicara. Kegiatan berbicara ini dapat dikatakan adalah jenis
pertengahan dari jenis berbicara berdasarkan hafalan dan jenis berbicara berdasarkan naskah
yang akan dibahas selanjutnya.

c. Berbicara berdasarkan hafalan


Berbicara berdasarkan hafalan adalah kegiatan berbicara yang dilakukan oleh seseorang tanpa
naskah dan catatan saat berbicara. Hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan berbicara
berdasarkan hafalan adalah persiapan dari pembicara. Pembicara harus menghafalkah naskah
atau hal yang harus dibicarakan sebelum tampil. Hal-hal yang dihafalkan dapat berupa poin-
poin penting yang kemudian dikembangkan oleh pembicara atau semua isi naskah. Kegiatan
berbicara berdasarkan hafalan ini membutuhkan waktu yang lebih lama jika dibandingkan
jenis berbicara lainnya.
d. Berbicara berdasarkan naskah
Jenis berbicara terakhir dari pengklasifikasian jenis berbicara berdasarkan metode
penyampaiannya adalah berbicara berdasarkan naskah. Berbicara berdasarkan naskah adalah
kegiatan berbicara yang dilakukan oleh seseorang dengan membaca naskah yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Persiapan naskah dalam jenis berbicara ini dapat dilakukan sendiri
atau oleh orang lain. Berbicara berdasarkan naskah biasa digunakan dalam keperluan yang
penting, sehingga apa yang dibicarakan harus dipersiapkan terlebih dahulu.

4. Jenis Berbicara Berdasarkan Jumlah Pendengar


Pengklasifikasian berikutnya dari jenis berbicara adalah jenis berbicara berdasarkan jumlah
pendengar. Sesuai dengan namanya, jenis berbicara berdasarkan jumlah pendengar adalah
kategori berbicara yang dibagi sesuai dengan seberapa banyak pendengarnya. Jenis berbicara
ini terdiri dari tiga jenis, yakni berbicara antar pribadi, berbicara dalam kelompok kecil, dan
berbicara dalam kelompok besar. Berikut adalah penjelasan lebih lengkap dari tiga jenis
berbicara berdasarkan jumlah pendengarnya.

a. Berbicara antarpribadi (bicara empat mata)


Berbicara antarpribadi atau antar individu adalah kegiatan berbicara yang dilakukan antara
individu yang satu dengan individu yang lainnya tanpa ada keterlibatan orang lain. Jenis
berbicara ini adalah berbicara intens yang terjadi antara dua orang. Jenis berbicara ini dapat
berlangsung secara spontan atau direncanakan dapat pula dilakukan secara formal atau
informal. Jenis berbicara ini misalnya dapat ditemukan pada kegiatan wawancara, interogasi,
pembicaraan antar teman, dan lainnya.

b. Berbicara dalam kelompok kecil ( 3 – 5 orang)


Berbicara dalam kelompok kecil adalah jenis kegiatan berbicara yang dilakukan oleh
seseorang di dalam suatu kelompok yang berisikan tiga sampai dengan lima orang. Kegiatan
ini biasa ditemukan pada kegiatan diskusi kelompok kecil, seminar, kursus, atau pelatihan
khusus. Kegiatan berbicara dalam kelompok kecil ini dapat terjadi satu arah (mengajar,
ceramah, atau lainnya) atau dapat pula terjadi secara dua arah (pembicara dan pendengar
sama-sama aktif).

c. Berbicara dalam kelompok besar (massa)


Berbicara dalam kelompok besar adalah jenis kegiatan terakhir dalam kategori jenis berbicara
berdasarkan jumlah pendengarnya. Berbicara dalam kelompok besar adalah jenis kegiatan
berbicara yang dilakukan oleh seseorang kepada lebih dari lima orang. Jenis berbicara
semacam ini dilakukan ketika seseorang diharuskan berbicara dalam kelompok besar orang
dan pendengar yang besar pula. Kegiatan berbicara dalam kelompok besar biasa terjadi pada
rapat umum, kampanye, dan sebagainya.

5. Jenis Berbicara Berdasarkan Peristiwa Khusus


Pengklasifikasian terakhir dari jenis berbicara adalah jenis berbicara berdasarkan peristiwa
khusus. Jenis berbicara berdasarkan peristiwa khusus adalah jenis berbicara yang dilakukan
oleh seseorang pada suatu kejadian yang khas atau eksklusif. Jenis kegiatan berbicara ini
setidaknya terdiri dari enam jenis kegiatan berbicara, yakni presentasi, pidato penyambutan,
pidato perpisahan, pidato jamuan, pidato perkenalan, dan pidato nominasi. Berikut adalah
penjelasan lebih lengkap dari enam jenis berbicara berdasarkan peristiwa khusus.

a. Presentasi
Presentasi adalah jenis berbicara yang dilakukan oleh seseorang untuk memaparkan atau
menyajikan hal atau sesuatu yang ingin atau harus diketahui oleh pendengar. Jenis berbicara
ini biasanya bersifat formal, walaupun tidak menutup kemungkinan dilakukan secara
informal. Contoh kegiatan presentasi dapat dilihat pada presentasi tentang suatu makalah oleh
siswa, presentasi suatu penelitian, proyek, atau lainnya.

b. Pidato penyambutan
Pidato penyambutan adalah jenis kegiatan berbicara yang dilakukan oleh seseorang untuk
menerima seseorang atau kelompok orang. Tujuan dilakukannya pidato penyambutan adalah
agar tamu yang hadir diketahui oleh banyak orang dan tuan rumah menerimanya dengan baik.
Pidato penyambutan merupakan salah satu bentuk penghormatan tuan rumah terhadap tamu
yang hadir atau berkunjung ke tempatnya. Kegiatan ini biasa dilakukan secara resmi dan
disertai jamuan. Contoh kegiatan ini dapat dilihat pada penyambutan kepala daerah terhadap
kepala daerah lain, penyambutan kepala daerah pada mahasiswa KKN, penyambutan seorang
petinggi perusahaan terhadap petinggi perusahaan lainnya atau kegiatan sejenisnya.

c. Pidato perpisahan
Pidato perpisahan adalah kegiatan berbicara yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu
atau kelompok untuk mengakhiri suatu pertemuan. Pidato perpisahan adalah kegiatan yang
berlawanan dengan pidato penyambutan. Tujuan dari pidato perpisahan adalah untuk
berterima kasih kepada tamu yang telah berkunjung atau menetap pada suatu daerah,
lembaga, atau instansi. Kegiatan ini biasanya dilakukan secara formal. Sama halnya dengan
pidato penyambutan, pidato perpisahan adalah salah satu bentuk penghormatan tuan rumah
terhadap tamunya.

d. Pidato jamuan (makan malam)


Pidato jamuan makan malam adalah jenis kegiatan berbicara yang dilakukan oleh seseorang
pada acara jamuan makan malam. Jenis kegiatan ini masih asing di Indonesia sebab kegiatan
ini adalah bagian dari kebudayaan Barat. Pidato jamuan makan malam biasanya berisi ucapan
terima kasih pada tamu atau tuan rumah kemudian dilanjutkan oleh hal lain yang berkaitan
dengan tujuan diadakannya jamuan makan malam tersebut. Pidato jamuan makan malam
biasanya dilakukan secara formal atau informal.

e. Pidato perkenalan
Pidato perkenalan adalah jenis kegiatan berbicara yang dilakukan oleh seseorang untuk
memberitahukan kepada orang lain tentang dirinya sendiri dengan tujuan agar orang lain
mengenal dirinya. Pidato perkenalan dilakukan oleh individu, walaupun yang dikanalkan oleh
kelompok orang, perwakilan kelompok dapat melakukan pidato perkenalan untuk
memperkenalkan kelompoknya. Kegiatan ini dapat menjadi kegiatan lanjutan dari pidato
penyambutan.
f. Pidato nominasi (mengunggulkan)
Jenis berbicara terakhir dalam pengklasifikasian berbicara berdasarkan peristiwa khusus
adalah pidato nominasi. Pidato nominasi adalah jenis berbicara yang dilakukan oleh
seseorang setelah mendapatkan penghargaan atau nominasi. Pidato nominasi bertujuan agar
pembicara dapat berterima kasih pada pihak yang membantunya untuk mendapatkan
penghargaan, selain itu dapat pula berisi tentang perjalanan kariernya, atau motivasi untuk
orang lain. Pidato nominasi biasanya berlangsung secara singkat, sebab melibatkan banyak
pemenang. Walaupun begitu, tidak menutup kemungkinan pidato nominasi berlangsung
secara khusus untuk satu orang, sehingga waktu penyampaian pidato juga lebih lama. Contoh
kegiatan ini dapat ditemukan pada pidato nominasi peraih Nobel, penghargaan dari
pemerintah, lembaga, atau lainnya.

Referensi:
Mudini, M., & Purba, S. (2009). Pembelajaran Berbicara. Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa.

Anda mungkin juga menyukai