Anda di halaman 1dari 8

Hubungan Keterampilan Menyimak dengan Keterampilan Berbahasa

Lainnya
Hubungan Keterampilan Menyimak dengan Keterampilan Berbahasa Lainnya

2.1.3 Hubungan Keterampilan Menyimak dengan Keterampilan Berbahasa Lainnya


1.
Hubungan
Keterampilan
Menyimak
dan
Keterampilan
Berbicara
Keterampilan menyimak dan keterampilan berbicara merupakan bentuk komunikasi dua arah.
Bentuk komunikasi dua arah itulah yang antara lain dapat melandasi pikiran untuk
menguraikan hubungan keduanya lebih lanjut, Brooks dalam Tarigan (1994 : 3) menjelaskan
bahwa menyimak dan berbicara merupakan kegiatan dua arah yang langsung, merupakan
komunikasi
tatap
muka
atau
face
to
face
communication.
Tarigan (1994 : 3) mengemukakan bahwa bunyi suara merupakan suatu factor penting dalam
peningkatan cara pemakaian kata-kata sang anak. Oleh karena itu, maka sang anak akan
tertolong kalau mendengarkan serta menyimak ujaran-ujaran yang baik dan benar dari para
guru-guru, rekaman-rekaman yang bemutu, cerita-cerita yang bernilai tinggi, dan lain-lain.
Dari dua pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa keterampilan menyimak dan berbicara
mempunyai hubungan yang banyak erat. Sebabseorang pembicara pasti memerlukan orang
yang
akan
mendengarkan
pembicaranya
(penyimak).
2.
Hubungan
Keterampilan
Menyimak
dan
Keterampilan
Membaca
Keterampilan menyimak dan keterampilan membaca sering kali diperoleh secara bersamasama dan tunjang menunjang sehingga dapat dikatakan bahwa keduanya mempunyai
hubungan yang sangat erat. Keeratan ini diperjelas dengan pendapat, Untuk meningkatkan
hasil yang hendak dicapai dalam membaca, maka seyogyanyalah setiap keterampilan
menyimak diikuti oleh kegiatan membaca yang sesuai dengan tujuan menyimak tersebut.
Dengan kata lain listening gaols harus diikuti oleh reading activity (Tarigan 1994 : 7).
Keterampilan menyimak juga merupakan factor penting keberhasilan seseorang dalam belajar
membaca secara efektif. Penelitian para pakar atau ahli telah memperlihatkan beberapa
hubungan
antara
menyimak
dengan
membaca
sebagai
berikut:
a. Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca disampaikan oleh sang guru melalui
bahasa lisan, dan kemampuan sang anak untuk menyimak dengan pemahaman ternyata
penting sekali.
b. Kosa kata simak (listening vocabulary) yang sangat terbatas mempunyai kaitan dengan
kesukaran-kesukaran
dengan
membaca
secara
baik.
c. Pembeda-pembeda atau diskriminasi pendengaran yang jelek seringkali dihubungkan
dengan membaca yang tidak efektif dan mungkin merupakan suatu factor pendukung atau
suatu factor tambahan dalam ketidakmampuan membaca (poor reading).
d. Menyimak turut membantu sang anak untuk menangkap ide pokok atau gagasan utama
yang diajukan oleh sang pembicara; bagi para siswa yang lebih tinggi kelasnya ternyata
bahwa membaca lebih unggul daripada menyimak sesuatu yang mendadak dan memahami
informasi
yang
terperinci
(Tarigan
1994
:
4).
Hubungan keterampilan menyimak dengan keterampilan membaca merupakan komunikasi
dua
arah.
Achsin
(1983
:
11)
menjelaskan
bahwa:
Menyimak itu bukanlah keterampilan pasif, sebab selama seseorang menangkap ujaran baik
bahasa lisan maupun bahasa tulisan, maka mental orang tersebut terlibat secara aktif

mungkinkah lebih baik dikatakan keterampilan menyimak itu disebut keterampilan reseptif
karena selama berlangsungnya kegiatan, orang selalu aktif menerima, menangkap,
memahami,
dan
mengingat
ujaran
yang
disampaikan.
Tarigan (1986 : 8) sendiri mengemukakan bahwa membaca dapat pula diartikan sebagai suatu
metode yang kita pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadangkadang dengan orang lain yaitu mengkobinasikan makna yang terkandung atau tersirat dalam
lambing-lambang tertulis.
Dari kedua pendapat tersebut menimbulkan kesan bahwa menyimak dan menbaca merupakan
dua bentuk komunikasi.Bentuk komunikasi dan keterampilan tersebut menyisyaratkan bahwa
menyimak dan membaca mempunyai hubungan yang erat.Sebab, menyimak adalah
menerima, menangkap, dan mengingat ujaran yang dsisampaikan oleh pembaca dan tentu
makna bacaan memerlukan kegiatan lebih lanjut untuk disimak.
3.
Hubungan
Keterampilan
Menyimak
dan
Keterampilan
Menulis
Sewaktu menulis, seseorang butuh inspirasi, ide, atau informasi untuk tulisannya. Hal ini
dapat diperoleh dari berbagai sumber, sumber tercetak seperti buku, majalah, surat kabar,
jurnal atau laporan. Sedangkan dari sumber tak tercetak seperti radio, televisi, ceramah,
pidato, wawancara, diskusi dan obrolan.Jika dari sumber tercetak informasi itu diperoleh
dengan membaca, maka dari sumber tak tercetak diperoleh informasi itu dengan menyimak.
Di dalam perkuliahan, seorang mahasiswa membuat saat dia menyimak penjelasan
dosen.Demikian halnya seorang penulis, dia harus pandai-pandai menyimak suatu informasi
yang baru sebagai bahan tulisannya.Melalui menyimak suatu informasi yang baru sebagai
bahan tulisannya. Melalui menyimak ini penulis tidak hanya memperoleh idea tau informasi
untuk tulisannya, tetapi juga menginspirasi tata saji dan struktur penyampaian lisan yang
menarik hatinya, yang akan berguna untuk aktifitas menulisnya (Suparno, 2004 : 1.7).
Pengertian keterampilan menyimak dan berbicara
Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan.Karena
itu dapatlah kita simpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap, memahami,
atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.
Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi melalui menyimak dapat berwujud dalam
berbagai variasi.Misalnya mendengarkan radio, televisi, penyampaian makalah dalam
seminar, pidato ilmiah, percakapan dengan teman sekerja, sekelas dan sebagainya.
Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa,
mengidentifikasi, menginterprestasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di
dalamnya.Menyimak melibatkan pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan,
pengertia.Bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimak pun harus
diperhitungkan dalam menentukan maknanya.
Melalui proses menyimak, orang dapat menguasai pengucapan fonem, kosa kata, dan
kalimat.Pemahaman terhadap fonem, kata dan kalimat ini sangat membantu yang
bersangkutan dalam kegiatan berbicara, membaca, ataupun menulis.
Penyimak yang baik apabila individu mampu menggunakan waktu ekstra untuk mengaktifkan
pikiran pada saat menyimak.Ketika para siswa menyimak, perhatiannya tertuju pada objek
bahan simakan. Pada saat itulah akan didapatkan proses menyimak yang efektif, menyimak
yang lemah, dan menyimak yang kuat, sebagaimana dikemukakan oleh Campbell, dkk
(2006:16) pada tabel berikut ini.
Tabel : Menyimak yang Efektif
Menyimak yang Efektif

Menyimak yang

Menyimak yang Kuat

Lemah
1.

Temukan beberapa
area minat

Menghilangkan
pelajaran yang
kering

Menggunakan peluang dengan


bertanya Apa isinya untuk saya?

2.

Nilailah isinya,
bukan
penyampaiannya

Menghilangkannya
jika penyampaiannya
jelek

Menilai isi, melewati kesalahankesalahan penyampaian

3.

Tahanlah
semangat Anda

Cenderung
berargumen

Menyembunyikan penilaian sampai


paham

4.

Dengarkan ide-ide

Menyimak kenyataan

Menyimak tema inti

5.

Bersikap fleksibel

Membuat catatan
intensif dengan
memakai hanya satu
sistem

Membuat catatan lebih banyak.


Memakai 4-5 sistem berbeda
tergantung pembicara

6.

Bekerjalah saat
menyimak

Pura-pura menyimak

Bekerja keras, menunjukkan keadaan


tubuh yang aktif

7.

Menahan
gangguan

Mudah tergoda

Berjuang/menghindari gangguan,
toleransi pada kegiatan-kegiatan
jelek, tahu cara berkonsentrasi

8.

Latihlah pikiran
anda

Menahan bahan yang


sulit, mencari bahan
yang sederhana

Menggunakan bahan yang padat


untuk melatih pikiran

9.

Bukalah pikiran
anda

Setuju dengan
informasi jika
mendukung ide-ide
yang terbentuk
sebelumnya

Mempertimbangkan sudut pandang


yang berbeda sebelum membentuk
pendapat.

10.

Tulislah dengan
huruf besar
tentang fakta
karena berpikir
lebih cepat
daripada berbicara

Cenderung melamun
bersama dengan
pembicara yang lemah

Menantang, mengantisipasi,
merangkum, menimbang bukti,
mendengar apa yang tersirat.

Berbicara yaitu keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.Keterampilan


berbicara menunjang keterampilan menyimak, membaca dan menulis.Berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi- bunyi artikulasi atau kata- kata untuk mengekspresikan,
menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai perluasan dari
batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu system tanda- tanda yang

dapat di dengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan
jaringan manusia demi maksud dan tujuan gagasan- gagasan atau ide- ide yang
dikombinasikan.
Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan
faktor- faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik
sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling
penting bagi kontrol sosial.
2.2 Hubungan antara menyimak dengan berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung,
merupakan komunikasi tatap muka atau face to face communication. Antara menyimak dan
berbicara terdapat hubungan yang erat dari hal-hal berikut:
a) Ujaran(speech)biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru(imitasi)
b) Kata-kata yang akan dipakai atau dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh
perangsang(stimuli) yang ditemuinya.
c) Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam masyarakat
tempat hidupnya
d) Anak yang masih kecil masih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang
dan rumit daripada kalimat-kalimat yang dapat diucapkannya
e) Meningkatkan keterampilan menyimak berarti pula membantu meningkatkan berbicara
seseorang
f) Bunyi atau suara seseorang merupakan suatu factor penting dalam meningkatkan cara
pemakaian kata-kata sang anak.
g) Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga akan menghasilkan penangkapan informasi
yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya sang anak mempergunakan/meniru bahasa
yang didengarnya.
Dipandang dari segi bahasa, menyimak dan berbicara dikategorikan sebagai keterampilan
berbahasa lisan.Dari segi komunikasi, menyimak dan berbicara diklasifikasikan sebagai
komunikasi lisan. Melalui berbicara orang menyampaikan informasi melalui ujaran kepada
orang lain. Melalui menyimak orang menerima informasi dari orang lain. Kegiatan berbicara
selalu diikuti kegiatan menyimak, atau kegiatan menyimak pasti ada di dalam kegiatan
berbicara. Dua-duanya fungsional bagi komunikasi, dua-duanya tidak terpisahkan.
Ibarat mata uang, sisi muka ditempati kegiatan berbicara, sedangkan sisi belakang ditempati
kegiatan menyimak.Sebagai mana mata uang tidak akan laku bila kedua sisinya tidak terisi,
maka komunikasi lisan pun taka akan berjalan bila kedua kegiatan tidak berlangsung saling
melengkapi.
2.3 Tujuan menyimak dan berbicara
Tujuan Menyimak
Salah satu klasifikasi tujuan menyimak adalah seperti pembagian berikut, yakni menyimak
untuk tujuan:
1) Mendapatkan fakta
Mendapatkan fakta dapat melalui kegiatan penelitian, riset atau eksperimen.Kegiatan
pengumpulan fakta atau informasi melalui menyimak dapat berwujud dalam berbagai variasi
misalnya mendengarkan radio, televisi, penyampaian makalah dalam seminar, pidato ilmiah,
percakapan dalam keluarga.
2)
Menganalisis fakta

Fakta atau informasi yang telah terkumpul perlu dianalisis.Harus jelas kaitan antarunsur
fakta. Proses analisis fakta ini harus berlangsung secara konsisten dari saat ke saat selama
proses menyimak berlangsung.
3) Mengevaluasi fakta
4) Mendapatkan inspirasi
Adakalanya orang menghadiri suatu konvensi, pertemuan pertemuan ilmiah atau jamuan
tertentu, bukan untuk mencari atau mendapatkan fakta. Mereka menyimak pembicaraan
pembicaraan orang lain semata-mata untuk tujuan mencari ilham.
5) Menghibur diri
Sejumlah penyimak datang menghadiri pertunjukan seperti bioskop, sandiwara, atau
percakapan untuk tujuan menghibur diri.
6) Meningkatkan kemampuan bicara
Cara menyimak untuk tujuan meningkatkan kemampuan berbicara biasanya dilakukan oleh
mereka yang baru belajar menjadi orator dan mereka menjadi profesional dalam membawa
acara atau master ceremony.
Tujuan berbicara
Tujuan utama berbicara adalah untuk meyakinkan pendengarnya akan sesuatu. Melalui
pembicaraan yang meyakinkan, sikap pendengar dapat diubah misalnya dari sikap menolak
menjadi sikap menerima.Setiap orang yang berbicara didepan umum mempunyai tujuan
tertentu. Tujuan itu dapat dibedakan atas lima golongan, yakni, sbb:
1.
Menghibur
Berbicara menghibur biasanya bersuasana santai, rileks dan kocak
2.
Menginformasikan
Berbicara menginformasikan bersuasana serius, tertib, dan hening
3.
Menstimulasikan
Berbicara menstimulasi juga bersuasana serius, kadang-kadang terasa kaku.
4.
Meyakinkan
Berrbicara meyakinkan, sesuai namanya, bertujuan meyakinkan pendengarnya.
5.
Menggerakkan
Berbicara mendengarkan pun menuntut keseriusan baik dari segi pembicara maupundari segi
pendengarnya.
2.4 Manfaat belajar keterampilan menyimak dan berbicara
Menyimak merupakan salah satu sarana ampuh dalam menjaring informasi. Karena itu dapat
disimpulkan bahwa menyimak berperan sebagai:
1)
Landasan belajar bahasa
2)
Penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis
3)
Pelancar komunikasi lisan
4)
Penambah informasi
Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.Karena itu dapatlah
disimpulkan bahwa salah satu manfaat berbicara adalah agar kita dapat terampil dalam
berkomunikasi secara lisan.
Empat keterampilan berbahasa baik lisan (menyimak dan berbicara) maupun tulis (membaca dan
menulis) memiliki keterkaitan yang sangat erat. Satu keterampilan akan mendukung keterampilan
yang lainnya. Hubungan antarragam bahasa (ragam lisan atau ragam tulis) lebih erat dibandingkan
hubungan keterampilan antarsifat (reseptif atau produktif).Contohnya menyimak dengan berbicara
lebih erat dibandingkan hubungan menyimak dan membaca atau menulis. Hubungan keterampilan

pada ragam yang sama dapat disebut hubungan langsung, sedangkan hubungan keterampilan pada
sifat yang berbeda hubungannya adalah tidak langsung.
Perhatikan tabel berikut ini.

Keterampilan Berbahasa
Lisan

Tulis

Sifat

Menyimak

Membaca

Reseptif

Berbicara

Menulis

Produktif

Saudara melalui tabel ini kita kaji hubungan antarketerampilan berbahasa.Kita lihat hubungan ini dari
segi ragam. Pada ragam lisan, yaitu menyimak dan berbicara berada pada ruang yang sama. Dalam
kegiatan berbahasa lisan secara tatap muka, penyimak dan pembicara dapat bertukar atau berganti
peran.Penyimak bertukar peran menjadi pembicara dan sebaliknya, pembicara menjadi penyimak.
Pergantian peran ini biasanya terjadi pada kegiatan tanya jawab, saling memberi masukan atau
interaktif.
Pengetahuan yang diperoleh seseorang melalui menyimak dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuannya berbicara. Dengan kata lain, untuk dapat menjadi pembicara yang baik, orang harus
memiliki keterampilan menyimak yang baik.
Sebagaimana menyimak dan berbicara, keterampilan membaca dan menulis juga dapat berganti
peran. Ketika Anda menerima surat, Anda membacanya. Anda menjadi pembaca. Ketika Anda
menulis surat balasan maka Anda menjadi penulis.
Pengetahuan seseorang yang diperoleh melalui membaca dapat digunakan untuk memperoleh atau
meningkatkan keterampilan menulis. Dengan kata lain, untuk dapat menjadi penulis yang baik, orang
harus memiliki keterampilan membaca yang baik.
Keterampilan berbahasa yang memiliki sifat sama pasti memiliki hubungan yang erat. Keterampilan
menyimak dan membaca keduanya bersifat reseptif. Pengetahuan seseorang yang diperoleh melalui
kegiatan menyimak akan menjadi skemata yang akan membantunya ketika memahami isi bacaan,
demikian pula sebaliknya; pengetahuan yang diperoleh dari bacaan atau hasil membaca akan
menjadi skemata yang akan membantu dalam memahami isi simakan. Artinya, kedua keterampilan
berbahasa reseptif ini selalu saling mendukung.Dapat disimpulkan bahwa, seseorang yang terampil
membaca juga terampil menyimak atau sebaliknya.
Antarketerampilan berbahasa produktif juga memiliki hubungan yang erat.Seorang penyaji seminar
selain pintar berbicara ketika mempresentasikan makalahnya juga pandai menulis bahan seminar.

Empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, menulis memiliki


hubungan yang sangat erat meskipun masing masing memiliki ciri tertentu. Karena ada
hubungan yang sangat erat ini, pembelajaran dalam satu jenis keterampilan sering
meningkatkan keterampilan yang lain. Misalnya pembelajaran membaca, di samping
meningkatkan keterampilan membaca dapat juga meningkatkan keterampilan menulis.
Contoh lain belajar menemukan ide ide pokok dalam menyimak juga meningkatkan
kemampuan menemukan ide ide pokok dalam membaca, karena kegiatan berpikir baik
dalam memahami bahasa lisan maupun bahasa tertulis pada dasarnya sama
Dalam proses komunikasi, semua aspek keterampilan berbahasa, baik lisan maupun tertulis
penting. Pengalaman merupakan dasar bagi semua makna yang disampaikan dan yang

dipahami dalam bahasa tertentu. Anak yang memiliki pengalaman berbahasa yang cukup luas
akan dapat mengungkapkan maksudnya dan memahami maksud orang lain dengan mudah.
Kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis semua bergantung pada kekayaan
kosa kata yang diperlukan untuk berkomunikasi yang dimiliki oleh seseorang.Selain itu
kemampuan berbahasa juga memerlukan kemampuan menggunakan kaidah bahasa.
1.
Hubungan antara Menyimak dan Berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan yang saling melengkapi, keduanya saling
bergantung. Tidak ada yang perlu dikatakan jika tidak ada seorang pun yang mendengarkan,
dan meskipun mungkin kita dapat menyimak nyanyian atau doa, komunikasi yang diucapkan
merupakan hal utama yang perlu disimak. Menyimak dan berbicara, merupakan keterampilan
berbahasa lisan.Keduanya membutuhkan penyandian dan penyandian kembali simbol
simbol lisan.
Pada dasarnya bahasa yang digunakan dalam percakapan dipelajari lewat menyimak dan
menirukan pembicaraan.Anak anak tidak hanya menirukan pembicaraan yang mereka
pahami, tetapi juga mencoba menirukan hal hal yang tidak mereka pahami.Kenyataan ini
mengharuskan orang tua dan guru menjadi model berbahasa yang baik, supaya anak anak
tidak menirukan pembicaraan yang memalukan atau tidak benar (Ross dan Roe, 1990: 11).
2.
Hubungan antara Menyimak dan Membaca
Menyimak dan membaca merupakan keterampilan reseptif. Keduanya memungkinkan
seseorang menerima informasi dari orang lain. Baik dalam menyimak maupun dalam
membaca dibutuhkan penyandian simbol simbol ; menyimak bersifat lisan sedangkan
membaca bersifat tertulis.
Penyandian kembali simbol simbol lisan (menyimak) hanya melibatkan satu tingkat
pemindahan, yaitu dari bunyi ke pengalaman yang menjadi sumbernya. Misalnya ketika
seorang anak menyimak kalimat Nanti Ibu belikan bola, anak mengubungkan dengan alat
permainan yang digunakan untuk bermain sepak bola, sehingga dapat memahami arti kata
bola yang disimaknya. Penyandian kembali simbol simbol tertulis (membaca) melibatkan
dua tingkat pemindahan, yaitu dari simbol tertulis ke simbol lisan, selanjutnya ke pengalaman
yang menjadi sumbernya.Ketika membaca bola, anak mengucapkan atau mengucapkan
dalam hati kata tersebut.Selain itu menghungkannya dengan benda yang digunakan untuk
bermain sepak bola. Oleh karena itu keterampilan menyimak bagus untuk mengembangkan
kesiapan membaca, karena menyimak memerlukan proses mental yang sama dengan
membaca, kecuali pada tingkat penyandiannya.
Mengajar anak anak menangkap ide ide pokok, detail, urutan, hubungan sebab akibat,
mengevaluasi secara kritis, dan menangkap elemen elemen lain dari pesan pesan secara
lisan dapat mempengaruhi kemampuan anak anak membaca guna menangkap elemen
elemen yang sama seperti ketika mereka menyimak. Penambahan sebuah kata dalam kosa
kata yang disimak anak anak meningkatkan kemungkinan mereka dapat menafsirkan arti
kata tersebut jika mereka membacanya (Ross dan Roe, 1990: 12).Contoh, seorang anak yang
dapat memahami kata bermain ketika menyimak cerita gurunya, juga dapat memahami
ketika menjumpai kata tersebut dalam bacaan.
3.
Hubungan antara Berbicara dan Menulis
Berbicara dan menulis merupakan keterampilan ekspresif atau produktif.Keduanya
digunakan untuk menyampaikan informasi.Dalam berbicara dan menulis dibutuhkan
kemampuan menyandikan simbol simbol, simbol lisan dalam berbicara dan simbol tertulis
dalam menulis.

Baik dalam kegiatan berbicara maupun menulis pengorganisasian pikiran sangat penting.
Pengorganisasian pikiran ini lebih mudah dalam menulis, karena informasi dapat disusun
kembali secara mudah setelah ditulis sebelum disampaikan kepaa orang lain untuk
dibaca.Sebaliknya setelah suatu pesan yang tidak teratur dikatakan kepada orang lain,
meskipun telah dibetulkan oleh pembicara, kesan yang tidak baik sering kali masih tetap ada
dalam diri pendengar. Itulah sebabnya banyak pembicara yang merencanakan apa yang akan
dikatakan dalam bentuk tertulis dahulu sebelum disajikan secara lisan.
Namun, kegiatan berbicara dapat juga merupakan kegiatan untuk mencapai kesiapan
menulis.Bahasa lisan dipelajari lebih dahulu oleh anak anak dan pada umumnya mereka
tidak mengutarakan secara tertulis hal hal yang tidak mereka kuasai secara lisan.
4.
Hubungan antara Membaca dan Menulis
Membaca dan menulis merupakan keterampilan yang saling melengkapi.Tidak ada yang
perlu ditulis kalau tidak ada yang membacanya, dan tidak ada yang dapat dibaca kalau belum
ada yang ditulis.Keduanya merupakan keterampilan bahasa yang tertulis, dan menggunakan
simbol simbol yang dapat dilihat yang mewakili kata kata yang diucapkan serta
pengalaman dibalik kata kata tersebut.Dalam menulis, orang lebih suka menggunakan kata
kata yang dikenal dan yang dirasakan sudah dipahami dengan baik dalam bahasa bacaan
yang telah dibacanya.Namun, banyak materi yang telah dibaca dan dikuasai oleh seseorang
yang tidak pernah muncul dalam tulisan (karangan).Hal itu terjadi karena untuk
menggunakan suatu kata dalam tulisan diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam dalam
hal penerapan kata tersebut daripada sekedar memahami ketika membaca.

Anda mungkin juga menyukai