RISA AFRIANI OLPHI SEPRIANTY Menurut Gorys Keraf (1997:1), Bahasa ialah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Menurut Fodor (1974), Bahasa ialah system simbol dan tanda. Yang dimaksud dengan system simbol ialah hubungan simbol dengan makna yang bersifat konvensional. Sedangkan yang dimaksud dengan system tanda ialah bahwa hubungan tanda serta makna bukan konvensional tetapi ditentukan oleh sifat atau ciri tertentu yang dimiliki benda atau situasi yang dimaksud. Teori filsafat kebahasaan yang dikembangkan Buhler berpatokan pada pendekatan-pendekatan yang sudah terlebih dahulu dikemukakan oleh Plato, John Stuart Mill ataupun Husserl. Percobaan yang ia lakukan terhadap binatang juga menjadi landasan untuk teori kebahasaannya pada manusia.Seperti dijelaskan di awal, Karl Bühler merancang model yang kita kenal dengan istilah organon model.Di dalam bahasa Yunani, organon berfungsi sebagai alat untuk menginformasikan sesuatu dari seseorang kepada orang yang lainnya.Bühler menyebut adanya tiga buah komponen pada saat terjadinya komunikasi, yaitu pengirim, penerima, serta informasi (Sender, Empfänger, „Mitteilung“).Sebagai komponen keempat, ia menyebutnya dengan fenomena akustik (akustisches Phänomen). Yang dimaksud dengan fenomena akustik di sini adalah mengenai pengaruhnya terhadap situasi komunikasi serta kontribusinya terhadap pemahaman dalam berkomunikasi tersebut. Ada tiga fungsi yang dimiliki oleh bahasa yang diucapkan oleh pengirim pesan, yakni sebagai: simbol, simptom, dan sinyal. Bahasa berfungsi sebagai simbol melalui benda-benda serta situasi yang diacunya.Sementara simptom dapat kita artikan sebagai usaha dari si pengirim pesan melalui pemikiran dan ungkapannya.Terakhir, sinyal bisa dipahami sebagai bentuk bahasa yang disampaikan pada penerima pesan sebagai perintah (Appell). Oleh karenanya, Bühler menyebut tiga komponen dalam berkomunikasi pada manusia, yaitu „ungkapan, perintah, dan representasi“ (Ausdrucks-, Appell- und Darstellungsfunktion). Bühler (1990:35) mengemukakan tiga fungsi bahasa, yaitu: fungsi ekspresif (melalui simtom atau indeks), bahasa sebagai gejala dan digunakan untuk mengungkapkan perasaan penutur; fungsi apelatif (melalui isyarat), bahasa sebagai sinyal yang memiliki daya tarik untuk mengarahkan perasaandan perilaku petutur; fungsi representatif (melalui simbol), didasarkan pada bahasa sebagai lambang yang dapat digunakan untuk membicarakan objek dan berbagai keadaan. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berekspresi Bahasa berfungsi untuk memberikan informasi Bahasa menjalankan fungsi vokatif Bahasa menjalankan fungsi estetika Bahasa memiliki fungsi fatik Bahasa menjalankan fungsi metalingual