Anda di halaman 1dari 2

Tugas.

2
NIM : 042032058
NAMA : SULASTRI NUR AHIRUSANAH

1. Jelaskan perbedaan antara kajian mikropragmatik dengan kajian makropragmatik!


Jawab :
Perbedaan antara kajian mikropragmatik dengan kajian makropragmatik terletak pada fokus
kajiaannya. Dalam mikropragmatik, dikaji hal-hal mendasar yang dipelajari dalam pragmatik
sehubungan dengan makna sebuah ujaran, meliputi empat kajian yaitu :
(1) Implikatur (pemahaman terhadap implikasi atau kandungan sebuah ujaran/kata);
(2) Inferensi (pemahaman terhadap kesimpulan untuk dapat menafsirkan makna dari sebuah
ujaran);
(3) Referensi (pemahaman terhadap apa yang diacu sebuah ujaran); dan
(4) Tindak tutur (tindakan yang tersirat dalam sebuah tuturan).
Sedangkan kajian makropragmatik, lebih kepada penjelasan dan penerapan penggunaan
prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan, menganalisis percakapan, dan menganalisis wacana
dalam kajian makropragmatik sehubungan dengan kegiatan berbahasa.

2. Jelaskan keberadaan prinsip kerja sama dengan prinsip relevansi dalam kajian pragmatik!
Jawab :
Prinsip kerja sama ada pada kajian makropragmatik. Dimana, prinsip kerja sama dibutuhkan
pada proses komunikasi agar terjalin dengan baik. Substansi prinsip kerja sama adalah bahwa
sumbangan informasi yang diberikan penutur harus sebatas yang diperlukan petutur. Prinsip
kerja sama didasari oleh asumsi bahwa dalam berkomunikasi penutur dan petutur bersedia
bekerja sama. Dalam hal ini prinsip kerja sama berfungsi mengatur tuturan penutur agar
mendukung tercapainya penyampaian maksud
Prinsip kerjasama terdiri atas empat maksim, yakni maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim
relevansi (relasi), dan maksim cara. Maksim-maksim tersebut memiliki beberapa sifat,
diantaranya: (1) bukan merupakan aturan; (2) fleksibel; (3) lebih mirip pedoman (guidelines); (4)
dapat dilanggar secara kreatif; dan (5) dapat berkonflik.
Prinsip relevansi termasuk ke dalam empat maksim prinsip kerja sama. Keberadaan konsep
relevan yang bersifat relatif mengakibatkan lahirnya berbagai interpretasi terhadap hakikat
maksim relevansi. Smith dan Wilson (dalam Leech, 1996:93), misalnya, memberikan definisi
relevansi sebagai berikut: “sebuah pernyataan P dinyatakan relevan dengan sebuah pernyataan Q
jika P dan Q, bersama-sama dengan latar belakang, menghasilkan informasi baru yang bukan
hanya diperoleh dari P atau Q”.
Maksim relevan menetapkan bahwa setiap peserta pembicaraan harus memberikan kontribusi
yang relevan dengan masalah pembicaraan. Contoh:
1) Vina : Siapa yang semalam terakhir mengunci pintu?
Iin : Irma
2) Vina : Siapa yang semalam terakhir mengunci pintu?
Iin : Aku tidur dari sore.
Pada dialog 1, peserta pembicaraan sudah melakukan kerjasama yang baik. Iin sudah menjawab
pertanyaan Vina dengan sebenarnya. Dialog 2 belum menunjukkan kerjasama yang baik
antarpeserta dialog, karena Iin tidak langsung menjawab pertanyaan Vina.
3. Analisis percakapan melibatkan beberapa hal/aspek. Sebut dan jelaskan!
Jawab :
Analisis percakapan merupakan kajian lintas ilmu (interdisiplin) yang dalam penerapannya
berfokus pada linguistik. Analisis percakapan melibatkan beberapa hal berikut ini.
a. Satu diantara beberapa pendekatan yang biasa digunakan dalam analisis percakapan adalah
etnometodologi. Pendekatan ini sering digunakan dalam analisis percakapan karena landasan
berpikirnya jelas dan operasional (mudah diterapkan). Dalam etnometodologi berlaku
pandangan bahwa percakapan merupakan suatu aktivitas yang diatur oleh aturan (rule-
governed), percakapan bukan sesuatu yang acak (random) atau tidak bertujuan (aimless),
melainkan aktivitas yang memperagakan keteraturan (regularity) dan pola (patterns)
(marcelino, 1993: 60).
b. Hubungan antar pernyataan dalam percakapan dikelompokkan menjadi dua jenis yakni
kohesi dan koherensi. Kohesi merupakan hubungan perkaitan antar pernyataan yang
dinyatakan secara eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan semantis dalam percakapan.
Sedangkan koherensi merupakan hubungan perkaitan antara pernyataan tetapi berkaitan
tersebut tidak secara eksplisit dapat dilihat pada kalimat-kalimat yang mengungkapkannya.
c. Dalam percakapan sejalan dengan prinsip sekuensi, pembicara yang kooperatif berusaha
menyampaikan gagasannya secara runtut agar pendengar dapat memahaminya dengan
mudah.
d. Percakapan memiliki struktur khas yang berupa rangkaian otomatis yang berpasangan.
Rangkaian otomatis yang biasa disebut pasangan berdekatan tersebut bervariasi sesuai
dengan jenis pasangan kelengkapan pasangan dan kedekatan pasangan.
e. Ada beberapa metafora yang digunakan untuk mendeskripsikan struktur percakapan satu
diantaranya adalah bahwa percakapan dianalogikan sebagai kegiatan bisnis.
f. Dalam percakapan yang panjang biasanya terdapat beberapa topik yang perlu ditata agar
hubungan dan pergeserannya jelas serta mudah dipahami penataan atau pengaturan. Topik
dalam percakapan disebut topikalisasi.

Sumber/referensi: Suhartono dan Yuniseffendri. (2019). BMP Pragmatik. Tanggerang Selatan:


Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai