Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 1 PBIN4213 – PUISI

Nama : Sulastri Nur Ahirusanah


NIM : 042032058
UPBJJ-UT : Bogor

1. Jelaskan perbedaan puisi (Indonesia) lama dengan puisi baru, dengan memperhatikan ciri
khas masing-masing!
Jawab:
Perbedaan puisi lama dan puisi baru terletak pada bagian unsur ekstrinsik serta intrinsik.
Namun kata lama dan baru bukan berarti puisi dibedakan dari waktu pembuatannya, tetapi dari
ciri-ciri ataupun karakteristik yang terdapat di dalamnya.
Misalkan saja puisi yang diciptakan pada tahun lalu bisa jadi termasuk puisi baru sedangkan puisi
yang dibikin pada saat ini merupakan puisi lama. Jadi, perbedaan puisi lama dan puisi baru
tidaklah berdasarkan dari kapan dibuatnya, tetapi berdasarkan strukturnya.
Puisi baru adalah sebuah karya sastra yang terdiri dari kumpulan baris-baris kata dengan
singkat dan mempunyai makna kias di mana tidak lagi terikat oleh aturan jumlah baris, bunyi, dan
bait atau diciptakan dengan bebas oleh si pengarang. Puisi jenis ini tercipta sesudah adanya puisi
lama. Walau begitu, tetap saja masih adanya unsur puisi, yaitu permainan bunyi.Puisi baru
dibedakan menjadi beberapa macam, berdasarkan isi antara lain romansa, elergi, epigram, satire,
balada, orde, dan hymne.
Puisi lama memiliki aturan yang sangat terikat mulai jumlah baris, bait, suku kata. rima dan
sajak yang harus dipergunakannya. Pantun, talibun, syair, bidal, dan gurindam adalah bentuk puisi
lama.
Adapun perbedaan yang dapat kita simpulkan dari penjelasan di atas sebagai berikut.
Puisi Lama Puisi Baru
 Baris dalam tiap bait jumlahnya  Tidak ada aturan yang menentukan jumlah
ditentukan. baris bahkan satu barispun sudah dianggap
 Suku kata tiap baris mempunyai ketentuan. memenuhi seperti karya yang berjudul
 Bunyi di tiap akhir baris memiliki "Malam Lebaran" ciptaan Sitor Situmorang.
ketentuan sesuai jenis puisi.  Sama halnya dengan baris, baitnya juga
 Nama pengarangnya tidak diketahui. tidak ada aturan yang menentukan harus
 Disampaikan dari mulut ke mulut atau berjumlah berapa.
secara lisan.  Kata dalam tiap baris tidak ada batasan
 Sebagai salah satu unsur yang terdapat dalam hitungan jumlah.
pada adat (contoh: mantra, balas pantun  Penyair boleh memakai rima sesuai
Betawi dalam tradisi Palang pintu). keinginannya.
 Umumnya disampaikan dalam bentuk
tulisan.
 Pengarang dari puisi baru bersifat jelas
walaupun misalkan judulnya telah diubah.
 Menjadi tradisi sastra modern.

2. Identifikasi satuan-satuan bunyi estetik yang terdapat dalam puisi berikut ini.
Bunga cina diatas batu
Daunnya lepas kedalam ruang
Adat budaya tidak berlaku
Sebabnya emas budi terbuang
Jawab:
Identifikasi stuan bunyi estetik Puisi (pantun) :
Bunga cina diatas batu (a)
Daunnya lepas kedalam ruang (b)
Adat budaya tidak berlaku (a)
Sebabnya emas budi terbuang (b)
Pada pantun tersebut akhir bunyi pada baris pertama memiliki kesamaan bunyi dengan baris
ketiga, sedangkan akhir bunyi pada baris kedua sama dengan akhir bunyi pada baris keempat, jadi
dapat disimpulkan bahwa pantun tersebut menggunakan rima (persamaan bunyi) silang karena
menggunakan pola a-b-a-b.

3. Jelaskan isi atau maksud puisi (pantun) di atas! (puisi pantun soal no.2)
Jawab:
Pantun tersebut bermakna bahwa jaman sekarang ini banyak masyarakat yang mulai
meninggalkan adat budayanya. Masyarakat mulai bertindak di luar akal budinya dan jauh dari
norma-norma yang berlaku.

4. Desa kami terletak di kaki gunung yang sangat indah


Berpagar perbukitan dengan deretan pohon cemara
Sawah luas terhampar, hijau muda dalam warna
Ladang palawija sangat subur pula keadaannya
Dari jauh tampak ternak kerbau, sapi, ayam dan domba
Kemudian kawanan burung terbang di udara
Tampak menembus awan tanpa suara

Di sana anak-anak kecil berkejar-kejaran dengan leluasa


Bermain-main, melompat-lompat ke sini dan ke sana
Berteriak-teriak, menjerit-jerit dan tertawa-tawa
Karena penduduk desa cinta pada anak-anak mereka
a. Jenis ragam citraan apa yang tergambar dalam kutipan puisi di atas?
Jawab:
Puisi di atas menggunakan beberapa citraan, yaitu :
- Citraan penglihatan (visual imagery)
- Citraan gerak (kinaesthetic imagery)
- Citraan perasaan
b. Jelaskan alasan Anda atas penentuan citraan terhadap kutipan puisi tersebut (4)!
Jawab:
Adapun alasan penentuan citraan puisi tersebut adalah sebagai berikut:
- Citraan penglihatan
Citraan penglihatan mampu memberi rangsangan kepada indera penglihatan sehingga
hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah terlihat. Pada puisi tersebut ada beberapa baris
yang mengandung citraan penglihatan, yaitu :
Desa kami terletak di kaki gunung yang sangat indah
Berpagar perbukitan dengan deretan pohon cemara
Sawah luas terhampar, hijau muda dalam warna
Ladang palawija sangat subur pula keadaannya
Dari jauh tampak ternak kerbau, sapi, ayam dan domba
Kemudian kawanan burung terbang di udara
Tampak menembus awan tanpa suara
Pada baris-baris puisi di atas penyair melukiskan keadaan desa yang terletak di kaki
gunung dengan hamparan sawah yang hijau dan indah. Hal ini akan merangsang indera
penglihatan pembaca sehingga pembaca bisa mengimajinasikan suasana di desa tersebut.

- Citraan gerak (kinaesthetic imagery)


Citraan gerak adalah gambaran tentang sesuatu yang seolah-olah dapat bergerak. Pada
puisi tersebut baris yang menggambarkan citraan gerak adalah:
Di sana anak-anak kecil berkejar-kejaran dengan leluasa
Bermain-main, melompat-lompat ke sini dan ke sana
Berteriak-teriak, menjerit-jerit dan tertawa-tawa
Pada baris puisi tersebut ada beberapa kata yang mengarah ke kegiatan bergerak seperti :
berkejar-kejaran, bermain-main, melompat-lompat, berteriak-teriak, menjerit-jerit, serta
tertawa-tawa. Sehingga dapat ditentukan bahwa puisi ini mengandung citraan gerak.

- Citraan perasaan
Puisi merupakan ungkapan perasaan penyair. Untuk mengungkapkan perasaannya
tersebut, penyair memilih dan menggunakan kata-kata tertentu untuk menggambarkan dan
mewakili perasaannya itu. Pada puisi tersebut baris yang menggambarkan citraan perasaan
adalah:
Karena penduduk desa cinta pada anak-anak mereka
Baris tersebut menjelaskan bahwa ada perasaan cinta, sayang yang dimiliki penduduk
desa untuk anak-anaknya. Sehingga puisi ini juga memiliki citraan perasaan.

Sumber/referensi: Sayuti, Suminto A. (2020). Puisi. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai