Anda di halaman 1dari 2

Tugas 3 : PBIN4103 / Teori Belajar Bahasa

Nama : Farikhatun Nisa’


Nim : 042123617

1. Guru dalam Pembelajaran di Kelas Sebagai lingkungan Belajar Bahasa Kedua


Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah adalah pemerolehan bahasa
kedua/asing yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari, bebas dari pengajaran atau
pimpinan,guru. Tidak ada keseragaman cara. Setiap individu memperoleh bahasa
kedua dengan caranya sendiri-sendiri. Interaksi menuntut komunikasi bahasa dan
mendorong pemerolehan bahasa. Dua ciri penting dari pemerolehan bahasa kedua
secara alamiah atau interaksi spontan ialah terjadi dalam komunikasi sehari-hari,
dan bebas dari pimpinan sistematis yang sengaja.
Kelas merupakan perwujudan masyarakat heterogen kecil di mana di dalamnya
terdapat variasi komposisi dan hubungan antarpersonal yang melahirkan
mekanisme interaksi sosial yang kontinu. Mekanisme ini terus berlanjut dala
lingkup sosialnya (di kelas) dan secara faktual terakumulasi ke dalam bentuk-
bentuk hubungan antara individu-individu di dalam suatu kelas ataupun hubungan
kelompok.
Hal terpenting adalah interelasi yang terjadi antara guru dengan murid yang
melambangkan bentuk konkret dari suasana kelas dan membentuk suatu iklim
sosial. Pembentukan iklim sosial kelas sangat bergantung pada variasi hubungan
guru-murid serta alur penerimaan informasi dan komunikasi yang kesemuanya
dinaungi dalam sebuah koridor gaya kepemimpinan dari seorang guru, baik yang
mengikuti kepemimpinan terpusat (sentralistik), demokratis maupun gaya
kepemimpinan yang member kebebasan penuh (laissez faire) kepada para
muridnya. Dari perpaduan itulah terbentuk berbagai macam iklim sosial di kelas
yang merefleksikan bentuk hubungan vertikal kelas antara gurumurid dalam
kegiatan belajar di dalam kelas yang sangat mempengaruhi keberhasilan siswa
dalam kegiatan belajar ataupun bersosialisasi didalamnya.
Di dalam kelas ada saja yang dapat dianggap sangat penting dan mendasar dalam
proses belajar bahasa, yaitu (1) belajar bahasa adalah orang, (2) belajar bahasa
adalah orang-orang dalam interaksi dinamis, dan (3) belajar bahasa adalah: orang-
orang dalam responsi. Secara umum pengajaran bahasa dalam kelas dapat
mendorong terjadinya proses pemerolehan bahasa asalakan pengajaran dalam
kelas dapat menyediakan input yang dapat dipahami maknanya oleh pembelajar.
Lebih penting lagi, pengajaran bahasa di dalam kelas akan lebih membantu
terciptanya proses pemerolehan bahasa apabila kelas banyak memberikan
kesempatan kepada pembelajar untuk menggunakan bahasa yang dipelajarinya itu
secara fungsional dalam interaksi yang komunikatif.
Guru berperan sebagai tongak sumber belajar, narasumber, model bahasa sasaran,
dll. Hal ini mempengaruhi proses pembelajaran bahasa kedua anak, setiap anak
memiliki cara sendiri dalam menangkap setiap pembelajaran terutama bahasa,
keutuhan cara anak dalam memahami sebuah pembelajaran sangat berpengaruh
penting terhadap pemerolehan bahasa kedua.
Pemerolehan bahasa bersamaan dengan proses yang digunakan oleh anak-anak
dalam pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua. Pemerolehan
bahasa menuntut interaksi yang berarti dalam bahasa sasaran yang merupakan
wadah para pembicara memperhatikan bukan bentuk ucapan-ucapan mereka tetapi

1
pesan-pesan yang mereka sampaikan dan mereka pahami. Perbaikan kesalahan
dan pengajaran kaidah- kaidah eksplisit tidaklah relevan bagi pemerolehan bahasa,
tetapi para guru dan para penutur asli dapat mengubah serta membatasi ucapan-
ucapan mereka kepada pemeroleh agar menolong mereka memahaminya.
Lingkungan kelas menciptakan peran penting dalam pemerolehan bahasa kedua.
Perkembangan kemampuan bahasa anak terbentuk dari permbuatan hipotesis
terhadap bahasa yang dipajankanya, dan hipotesis itu selalu mengalami perbaikan
pada saat anak menerima umpan balik dari orang-orang disekitarnya. Ketika anak
berada di luar kelas maka anak akan belajar bahasa dari orang-orang
disekitarnya…
2. Beberapa Prinsip Pengajaran B2
Hadley memgemukakan beberepa prinsip yang dapat digunakan sebagai pedoman
dalam pengajaran B2. Hadley menyebut prinsip ini sebagai hepotesis, karena
prinsip – prinsip itu masih terus berkembang dan direvisi.
Hepotesis 1: Pelajar harus diberi kesempatan untuk berlatih menggunakan bahasa
dalam konteks pemakaaian yang ada dalam bahasa target itu.
Ada beberapa konsekuensi berdasarkan hepotesis di atas.
1. Pelajar harus didorong menyatakan maksudnya dengan B2 sedini mungkin yaitu
segera setelah mereka mmendapat pelajaran keterampilan produktif.
2. Perlu diciptakan kesempatan untuk melakukan interaksi komunikatif yang aktif
antar pelajar.
3. Di kelas yang berorientasi pada kemahiran latihan bahasa kreatif ( yang
dipertentangkan latihan konvergen ) perlu “ digalakkan “.
4. Sedapat mungkin yang digunakan dalam pengajaran adalah bahasa yang autentik.
Hepotesis 2: Pelajar harus diberi kesempatan untuk berlatih menggunakan
berbagai fungsi bahasa yang mungkin diperlukan untuk bergaul dengan orang lain
dalam budaya target.
Hepotesis 3: Pengembangan ketepatan bahasa harus digalakkan dalam pengajaran
yang berorientasi kemahiran.
Pada waktu pelajar menggunakan bahasa, balikan instruktur dan evaluatif
sangat membantu dalam memudahkan pelajar dalam menguasai pemakaian
bahasa yang tepat dan koheren.
Banyak yang percaya bahwa pengajaran dan umpan balik memberikan
dampak yang positif terhadap perolehan B2.
Hepotesis 4: pemahaman budaya perlu diupayakan dengan berbagai cara sehingga
pelajar peka terhadap budaya lain serta siap untuk hidup lebih harmonis dalam
masyarakat B2.
Untuk pengajaran bahasa Indonesia hepotesis di atas berarti bahwa pelajar melalui
bahasa Indonesia ditumbuhkan sebagai warga negara Indonesia melalui teks,
misalnya mereka diperkenalkan dengan budaya daerah lain. Bila kelas terdiri dari
pelajar yang berasal dari berbagai daerah, pelajar dapat didorong saling
memberikan informasi tentang budaya daerah asalnya dalam bahasa Indonesia
yang baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai