Anda di halaman 1dari 3

Keterampilan Pragmatik

keterampilan pragmatik merupakan pendemonstrasian/kinerja kompetensii pragmatik.


Keterampilan pragmatik tidak dapat terwujud tanpa kompetensi pragmatik. Jadi keduanya
merupakan hubungan bersyarat sehingga sering muncul istilah kompetensi keterampilan
pragmatik atau sering disebut kompetensi komunikatif.
Kompetensi komunikatif terdiri atas empat komponen utama,yakni :
a. Kompetensi gramatikal
Kompetensi gramatikal berkaitan dengan pemenuhan kaidah kebahasaan/ tata bahasa
yang mencakup: penguasaan kosakata, pengucapan, pembentukan kata, struktur
kalimat.
b. Kompetensi sosiolinguistik
Kompetensi sosiolingistik berorientasi pada penguasaan konteks atau situasi
komunikasi pada saat pembicara ingin menyampaikan fungsi-fungsi komunikatif yang
spesifik, misalnya: untuk menjelaskan, menceritakan, mempengaruhi, memberi perintah,
dan lain-lain. Faktor penting yang hendaknya diperhatikan misalnya: topik, latar,
hubungan partisipan.
c. Kompetensi kewacanaan
Kompetensi kewacanaan berorientasi pada kemampuan menyampaikan gagasan
secara kohesif dan koheren agar mudah dipahami oleh orang lain..
d. Kompetensi strategi
Kompetensi strategi berorientasi pada kemampuan menggunakan strategi komunikasi
dalam penyampaian gagasan baik verbal maupun nonverbal, baik langsung maupun tak
langsung sesuai dengan yang dimaksudkan. Misalnya: seseorang bermaksud menyuruh
atau memerintah, dapat menggunakan pernyataan langsung atau menggunakan
kosakata yang menyiratkan memerintah (secara tak lansung).
 
Aspek-aspek keterampilan pragmatik
 
 Dalam pandangan wilkins, keterampilan pragmatik terdiri atas delapan aspek, yakni
modalitas, disiplin dan penilaian moral, suasi (suasion), argumen, penemuan dan
penjelasan rasional, emosi personal, relasi emosional, dan relasi interpersonal.
 Dalam pandangan van EK, keterampilan pragmatik terdiri atas enam aspek, yakni
memberikan dan meminta atau mencari informasi faktual, menyatakan sikap intelektual,
menyatakan sikap emosiaonal, menyatakan sikap moral, membuat sesuatu dikerjakan dan
menyosialisasikan diri.
 Dalam pandangan Finnochiaro, keterampilan pragmatik memiliki lima fungsi, yakni
funngsi personal, fungsi interpersonal, fungsi direktif,fungsi referensial dan fungsi
imajinatif.

Kebermanfaatan pragmatik dalam kehidupan


Dalam berkomunikasi, penting bagi kita untuk memahami pragmatik. Permasalahan yang
sering terjadi ketika melakukan komunikasi adalah:
(1) Banyak diantara kita yang salah mengartikan sebuah ujaran ketika berkomunikasi.
(2) Kurang tepat dalam menggunakan suatu kalimat ketika berkomunikasi.
Terkadang kita harus menyesuaikan kalimat yang akan kita ujarkan dengan kondisi yang
ada. Karena benar saja tidak cukup, kita harus menggunakan kalimat dengan tepat. Agar tidak
timbul suatu permasalahan komunikasi. Ketika kita salah mengartikan atau menggunakan
kalimat yang kurang tepat ketika berkomunikasi kemungkinan akan terjadi kesalahan
komunikasi, maksud dan tujuan pembicaraan tidak tersampaikan dengan baik, akan menyakiti
hati lawan bicara bahkan konflik. Untuk itu penting bagi kita untuk mempelajari pragmatik.
Tidak semua ujaran bisa di terjemahkan secara literal. Karena terkadang seseorang
menyimpan suatu makna yang terkandung didalam sebuah kalimat yang diujarkan. Itulah
Pragmatik. Pragmatik melatih kita untuk lebih peka terhadap suatu ujaran.
Contoh percakapan:
Ibu       : kenapa kamu dapat nilai 60 di ujian semester sekarang?
Dika    : maaf bu,.Soalnya terlalu sulit.
Ibu       : bagus..terus saja bermain.
Kalimat “bagus..terus saja bermain, jangan pernah belajar” jika di terjemah secara
literal memiliki makna untuk menyuruh Dika agar terus bermain setiap waktu. Tapi bukan itu
mahsud dari perkataan ibu.Kalimat tersebut bermakna agar dika dapat mengurangi bermain
dan mulai belajar agar nilainya bagus di semester depan.
Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa pragmatik lebih condong pada analisis suatu
kalimat atau ujaran dari pada kosakata dari pembicara. Pragmatik lebih fokus untuk meneliti
makna yang dikomunikasikan.
Ketika berkomunikasi, penting bagi kita untuk menjaga kesopanan dan pragmatik
memiliki peran penting dalam kesopanan berbahasa. Pendapat Brown dan levinson
(Nadar,2009) mengenai “kesopanan berbahasa” menurut mereka “setiap warga masyarakat
memiliki konsep muka dan setiap warga menyadari bahwa muka tersebut dimiliki oleh warga
lain. Setiap warga dalam berinteraksi dengan warga yang lain senantiasa menjaga dan
bekerjasama untuk menghormati muka masing- masing.” Maksud dari muka adalah harga diri
dari setiap warga.
Ketidakmampuan seseorang memilih bentuk tuturan dapat menghilangkan atau mempermalu-
kan muka seseorang. Maka dari itu, berbahasa dengan sopan merupakan salah satu upaya
untuk menghindari agar orang lain tidak kehilangan mukanya.
Contoh:
Widi    : makannya enak tidak?
Bimbi  : tentu, enak sekali.
Tuturan “tentu, enak sekali” disampaikan Bimbi kepada Widi, walaupun makanan yang
dimakan oleh Bimbi sebenarnya tidak enak. Tuturan tersebut disampaikan bertujuan untuk
membuat hati Widi senang.
Kesantunan dalam berbahasa sangatlah penting untuk menjaga dan menghormati harga diri
antar warga. Oleh karena itu, kita harus berhati hati ketika berbicara. Terutama kepada orang
yang baru dikenal dan orang yang lebih tua dari kita.
Dari pembahasan ini kita dapat menyimpulkan bahwa betapa pentingnya belajar ilmu
pragmatik. Karena ilmu pragmatik dapat memperlacar komunikasi dan dapat meminimalisir
kesalahan dalam komunikasi.

Pragmatik dalam Pembelajaran Bahasa


Kompetensi keterampilan pragmatik sangat penting dalam menentukan terampil tidaknya
seseorang dalam praktik berbahasa. Aspek kompetensi pragmatik yang harus dikuasai adalah
kompetensi gramatikal, sosiolinguistik, wacana, dan strategi.
Pada dasarnya pembelajaran bahasa Indonesia memiliki tujuan yakni siswa dapat
berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis. Berdasarkan tujuan tersebut maka terlihat
bahwa orientasi pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran keterampilan berbahasa
yang mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Keempat keterampilan tersebut tidak dipelajari sendiri-sendiri tetapi disajikan secara
terpadu, walaupun dalam penerapannya dapat difokuskan pada salah satu komponen
keterampilan berbahasa tersebut.
Bila pembelajaran bahasa Indonesia berorientasi pada keterampilan berbahasa, lalu
bagaimana mengajarkan pragmatik dalam pembelajaran bahasa Indonesia? Pragmatik dalam
pembelajaran bahasa Indonesia bukanlah merupakan pokok bahasan yang diajarkan secara
berdiri sendiri, melainkan menjiwai seluruh kegiatan berbahasa.
Oleh sebab itu, dalam pembelajaran keterampilan berbahasa, maka secara tidak langsung
siswa juga belajar pragmatik. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa aspek penggunaan
bahasa disajikan dalam konteks yang bermakna, bukan kalimat-kalimat lepas, di sinilah
pragmatik memiliki peran dalam pembelajaran bahasa tersebut.
Contohnya ketika siswa diminta untuk :
 Menyampaikan informasi faktual, misalnya: mengidentifikasi, melaporkan,
menanyakan, dan mengoreksi;
 Menyatakan sikap intelektual, misalnya: menyatakan setuju atau tidak setuju,
menyanggah;
 Menyatakan sikap emosional, misalnya: senang, tidak senang, harapan, kepuasan;
 Menyarankan sikap moral, misalnya: meminta maaf, menyatakan penyesalan,
penghargaan;
 Menyatakan perintah, misalnya: mengajak, mengundang, memperingatkan; atau
 Melakukan sosialisasi, misalnya: menyapa, memperkenalkan diri, menyampaikan
selamat, meminta perhatian.

Maka akan terlihat bahwa di dalam pembelajaran bahasa tersebut selain belajar
keterampilan berbahasa juga mempelajari tentang pragmatik.

Adapun kaitan keterampilan pragmatik dan keterampilan berbahasa akan tampak


nyata dalam kegiatan berbahasa sehari-hari. Keterampilan prgmatik kaitannya dengan
keterampilan berbahasa yakni: keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

a. Keterampilan pragmatik dan keterampilan menyimak


Keterampilan menyimak merupakan pasangan dari keterampilan pragmatik yang
diaplikasikan dalam keterampilan berbicara. Keterampilan menyimak dikelompokkan
menjadi dua kategori yakni persepsi dan resepsi. Persepsi berkaitan dengan pemahaman
kaidah sedangkan resepsi berkaitan dengan pemahaman pesan yang dikehendaki
penyampai pesan.
b. Keterampilan pragmatik dan keterampilan berbicara
Keterampilan pragmatik memiliki beberapa aspek (gramatikal, sosiolinguistik,
wacana, dan strategi) yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan berbahasa dengan
berbagai saluran. Salah satu salurannya adalah berbicara yakni: penggunaan bahasa
secara lisan dari satu orang kepada orang lain.
c. Keterampilan pragmatik dan keterampilan membaca
Keterampilan membaca hampir sama dengan keterampilan menyimak, perbedaannya
adalah pada saluran yang dipakai. Dalam keterampilan menyimak menggunakan saluran
langsung secara lisan namun dalam keterampilan membaca menggunakan teks tertulis.
Komunikasi yang terjalin antara penyampai pesan dan penerima pesan dilakukan melalui
teks atau komunikasi tak langsung.
d. Keterampilan pragmatik dan keterampilan menulis
Keterampilan menulis merupakan sarana untuk menyampaikan keterampilan
pragmatik yang keduanya tergolong pada keterampilan aktif dan produktif. Sarana yang
digunakan adalah bahasa tulis atau teks tertulis sehingga komunikasi yang terjalin antara
penyampai pesan dan penerima pesan tidak bersifat langsung karena melalui teks tertulis.
Agar dapat menyampaikan pesannya dengan baik seorang penulis perlu memiliki aspek
keterampilan pragmatik yakni kompetensi gramatikal, sosiolinguistik, wacana, dan
strategi.

Anda mungkin juga menyukai