Anda di halaman 1dari 9

Gangguan berbahasa anak usia dini

1. Gangguan berbahasa anak usia dini


1.1.Pengertian Gangguan berbahasa
Dalam pendidikan luar biasa atau pendidikan khusus anak berkelainan, istilah
yang ditujukan kepada anak-anak yang memiliki kelainan penyimpangan dari
kondisi rata-rata anak normal umumnya, dalam hal fisik, mental maupun
karakteristik perilaku sosialnya ( Kirk, 1970), atau anak-anak yang berbeda dari
rata-rata umumnya, dikarenakan ada permasalahan dalam kemampuan berpikir,
penglihatan, pendengaran, sosialisasi, dan bergerak (Hallah & Kauffamn, 1991).
River (2012) mengatakan bahwa, berbicara di katakan terganggu bila
mengakibatkan perhatian yang tidak menyenangkan pada diri pembicara,
komunikasi terganggu, menyebabkan pembicara kesulitan menempatkan diri
(terlihat aneh, tidak terdengar jelas, dan tidak menyenangkan).
1.2.Penyebab gangguan atau keterlambatan bicara
a. Gangguan pendengaran
b. Kelainan oragan bicara
c. Retardasi mental
d. Genetik heriditer atau kelainan kromosom
e. Kelainan sentral (otak)
f. Autisme gangguan bicara dan bahasa yang berat
g. Mutisme selektif
h. Gangguan emosi dan perilaku lainnya
i. Alergi makanan
j. Deprivasi lingkungan

Berbagai jenis lingkungan yang mengakibatkan keterlambatan bicara, sebagai


berikut :

a. Lingkungan yang sepi


b. Status ekonomi sosial
c. Teknik pengajaran yang salah
d. Sikap orang tua dan orang lain di lingkungan rumah yang tidak menyenangkan
e. Harapan orang tua yang berlebihan terhadap anak
f. Anak kembar
g. Bilingual (dua bahasa)
h. Keterlambatan fungsional
1.3.Jenis terapi
a. Terapi okupasi dan sensori integrasi
b. Terapi ABA
c. Terapi wicara
d. Terapi Biomedis

Selain terapi ada beberapa penangganan yang bisa di lakukan orang tua ataupun
guru terhadap anak yang mengalami gangguan berbicara, yaitu :
a. Menstimulasi anaknya dengan mengajak anak bercakap-cakap dan
menunjukkan sikap yang mendorong munculnya respon dari anak.
b. Menjalin komunikasi dengan dihiasi oleh senyum, pelukan, dan perhatian.
c. Selalu menunjukkan kasih sayang melalui peluk-cium dan kehangatan yang
bisa dirasakan melalui intonasi suara
d. Melakukan kontak mata secara intensif
e. Jika anak menangis jangan didiamkan saja
f. Latihan mekanisme berbicara melalui latihan gerakan mulut, lidah, dan bibir.
g. Sering menyanyikan lagu untuk anak dengan lagu-lagu anak yang sederhana
dan lucu
h. Sering bercanda dan tertawa bersamaanak dengan cara membuat suara-suara
dan bereskpresi dengan lucu agar kemampuan berkomunikasi dan interaksinya
meningkat
i. Melalukan banyak pengulangan kata
j. Menjadi model bicar yang baik bagi anak.
k. Ketika mengucapkan sebuah kata sertailah dengan penjelasan makna
l. Sering mengenalkan anak dengan berbagai macam suara atau bunyi
m. Seringlah membacakan buku yang sangat sederhana namun sarat dengan cerita
menarik untuk anak dan gambar atau warna yang menarik.
1.4.Tanda tanda kelambatan perkembangan
a. Usia 4-6 bulan
- Tidak menirukan suara yang di ucapkan orang tuanya
- Belum tertawa dan berceloteh
b. Usia 8 – 10 bulan
- Tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian
- Belum bereaksi ketika namanya di panggil
- Tidak memperlihatkan emosi ( tertawa atau menangis)
- Pada usia 10 bulan, anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan
namanya sendiri
c. 12 – 15 bulan
- Tidak menunjukkan mimik
- Belum mampu mengeluarkan suara
- Tidak menunjukkan usaha untuk berkomunikasi bila membutuhkan
sesuatu
- Belum mampu memahami arti” tidak boleh”
- Tidak memmperlihatkan enam mimik yang berbeda
- Pada usia 15 bulan, anak tidak berbicara, tidak mengerti dan memberikan
reakdi terhadap kata-kata jangan, dadah, dan sebagainya
d. 15 bulan
- Belum dapat mengucapkan 1-3 kata
e. 18 – 24 bulan
- Belum dapat mengucapkan 6 – 10 kata
- Tidak menunjukkan atensi pada sesuatu yang menarik perhatian
- Belum dapat mengikuti perintah sederhana, misalnya : duduk, kemari, dan
berdiri.
- Belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat
- Tidak memahami fungsi alat rumah tangga sederhana, misalnya sendok
f. 24 bulan
- Tidak dapat disuruh dengan perintah sederhana
- Tidak mampu mengucapkan kalimat yang terdiri dari 2 kata pada usia 2
tahun
- Belum mampu meniru tingkah laku atau kata-kata orang lain
- Tidak mampu menunjukkan anggota tubuhnya bila diminta
- Tidak dapat menyebutkan bagian-bagian tubuh
g. Usia 30 - 36 bulan
- Berkata-kata yang tidak di pahami oleh anggota keluarga
- Tidak menggunakan kalimat sederhana
- Tidak mampu mengulamg menggambar lingkaran pada usia 3 tahun
- Tidak mampu berkomunikasi dengan menggunakan frasa-frasa pendek
- Tidak mengerti instruksi atau perintah sederhana
- Tidak dapat berperan dalam permainan
h. Usia 3 – 4 tahun
- Tidak mengucapkan kalimat
- Tidak memahmi perintah verbal
- Tidak memiliki minat bermain bersama teman
- Tidak dapat berkomunikasi dengan kalimatyang terdiri dari 3 kata
- Tidak dapat menggunakan istilah “ saya” dan “ kamu” secara benar
- Tidak dapat menyelesaikan kata, misalnya, “ayah” di ucapkan “aya”
i. Usia 4- 5 tahun
- Mudah beralih perhatian
- Tidak dapat membedakan antara fantasi dan kenyataan
- Tingkah laku agresif
- Tidak mampu mengerti dua perintah sederhana
- Tidak mampu mengatakan nama depan dan nama belakang dengan benar
- Tidak mampu memegang pensil dengan benar
- Masih gagap dan ucapannya sulit di mengerti secara lengkap.
2. Gangguan berbicara dan bahasa
Gangguan bicara dan bahasa mencakup sejumlah masalah bicara (seperti gangguan
artikulasi, gangguan suara, dan gangguan kefasihan) dan masalah bahasa (kesulitan
dalam menerima informasidan mengekspresikan bahasa (Santrock, 2014 : 217).
Sekitar 17 % dari semua anak yang menerima layanan pendidikan khusus memiliki
masalah gangguan bicara atau bahasa (Pusat Nasional untuk statistik Pendidikan,
2006).
a. Gangguan artikulasi
Masalah dalam mengucapkan suara dengan benar. Artikulasi seorang anak usia 6
dan 7 masih terdapat kesalahan tapi di usia 8 tahun anak-anak harus sudah
memiliki artikulasi yang baik. Gangguan artikulasi dapat menyebabakan
kurangnya komunikasi anak dengan teman sebaya. Penangganannya melalui
terapi wicara, walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama.
b. Gangguan suara
Ganggaun suara terlihat dari bicara yang serak, kasar, terlalu keras, terlalu bernada
tinggi atau terlalu bernada rendah. Penyebabnya adalah mereka yang memiliki
langit-langit mulut terbelah sering menjadikan pembicaraannya sulit di mengerti.
Penangganannya melalui terapi bicara.
c. Gangguan kefasihan
Gangguan kefasihan atau di sebut pula gagap, dimana bicara anak menunjukkan
kejang, ragu-ragu, perpanjangan atau pengurangan.
d. Gangguan bahasa
Gangguan bahasa termasuk penurunan yang signifikan dari anak dalam menerima
atau mengekspresikan bahasa (Santrock, 2014:218). Gangguan bahasa meliputi
kesulitan dalam mengungkapkan pertanyaan yang benar untuk mendapatkan
informasi yang di inginkan, mengikuti petunjuk lisan, mengikuti percakapan,
terutama ketika berlangsung cepat dan kompleks serta pemahaman dan
menggunakan kata-kata dengan benar dalam kalimat. Gangguan bahasa dapat
mengakibatkan masalah belajar yang signifikan (Kuder, 2009). Perawatan oleh
seorang terapis bahasa umumnya, menghasilkan perbaikan pada anak.
3. Disleksia ( gangguan, teknik, asesmen)
3.1.Pengertian
Disleksia berasal dari kata Yunani yaitu “dys” yang berarti kesulitan dan “leksia”
yang berarti kata-kata. Dengan kata lain berarti kesulitan dalam mengolah kata-
kata ( Agustin, 2011: 53). Disleksia merupakan kelainan dengan dasar kelainan
neorobiologis dan ditandai dengan kesulitan dalam mengenali kata dengan tepat
atau akurat dalam pengejaan dan dalam kemampuan mengode simbol. Hornsby
(1984) mendefiniskan disleksia tidak hanya kesulitan belajar membaca tetapi juga
menulis.
Terdapat dua macam disleksia, yaitu develomental dyslexia dan acquired dyslexia.
Develomental dyslexia merupakan bawaan sejak lahir karena faktor genetik atau
keturunan. Acquired dyslexia, awalnya individu normal tetapi menjelang dewasa
mengalami cedera otak sebelah kiri.
3.2.Penyebab
Berdasarkan tiga macam asessemn informal Analitycal Reading in Ventory dan
Informal Reading Asessment yang dilakukan Hargrove (1984) diperoleh data
bahwa anak-anak berkesulitan belajar membaca permulaan mengalami berbagai
kesalahan dalam membaca sebagai berikut :
a. Penghilangan kata kata atau huruf
b. Penyelipan kata
c. Penggantian kata
d. Pengucapan kata salah dan makna berbeda
e. Pengucapan salah tetapi makna sama
f. Pengucapan salah tetapi tidak bermakna
g. Pengucapan kata dengan bantuan guru
h. Pengulangan
i. Pembalikan kata
j. Pembalikan huruf
k. Kurang memperhatikan tanda baca
l. Pembetulan sendiri
m. Ragu-ragu
n. Tersendat-sendat (Agustin, 2011:56-57).

Penghilangan kata atau huruf sering dilakukan oleh anak berkesulitan belajar
membaca karena adanya kekurangan dalam mengenal huruf, bunyi bahasa
(fonik),bentuk kalimat dan karena anak mengganggap huruf atau kata yang di
hilangkan tersebut tidak diperlukan. Contoh “baju anak itu merah” dibaca “ baju
itu merah”.

Penyelipan kata terjadi karena anak kurang mengenal huruf, membaca terlalu
cepat atau karena bicaranya melampaui kecepatan membacanya.

Pergantian kata disebabkan karena anak tidak memahami kata-kata tersebut


sehingga menerka-nerka saja. Contohnya “ tas ayah di dalam mobil” dibaca oleh
anak “ tas bapak di dalam mobil”.

Pengulangan kata terjadi karena kurang mengenal huruf jadi harus memperlambat
membaca sambil mengingat-ingat nama huruf yang kurang di kenal tersebut,
kadang-kadang anak sengaja mengulang kalimat agar lebih memahami arti
kalimat tersebut.

Pembalikan kata terjadi karena anak bingung posisi kiri-kanan atau atas bawah.
Terutama pada huruf-huruf yang hampir sama, seperti d dengan b, p q atau g, m
dengan n atau w.

3.3.Penangganan
a. Metode Fernald
Metode ini di kenal dengan metode VAKT ( Visual, Auditory, Kinesthetic and
Tactile). Metode ini menggunakan materi bacaan yang dipilh dari kata-kata
yang diucapkan oleh anak, dan tiap kata di ajarkan secara utuh. Empat tahapan
dalam metode ini adalah sebagai berikut :
- Guru menulis kata yang hendak di pelajari, selanjutnya anak menelusuri
tulisan tersebut
- Anak melihat guru menulis sambil mengucapkannya
- Tulisan dipapan tulis dengan tulisan cetak dan mengucapkan kata-kata tesebut
sebelum dituliskan
- Anak mampu mengingat kata-kata yang dipelajari.
b. Metode Gilingham
Merupakan pendekatan terstruktur taraf tinggi yang memerlukan lima jam
pelajaran selama dua tahun. Tahapannya :
- Diarahkan untuk belajar berbagi vbunyi dan huruf dan perpaduan huruf-huruf
tersebut
- Anak menggunakan teknik menjiplak untuk mempelajari berbagi huruf
- Selanjutnya di kombinasikan ke dalam kelompok-kelompok yang lebih besar.
c. Metode analisis glass
Metode ini merupakan suatu metode pengajaran melalui pemecahan sandi
kelompok huruf dalam kata. Ada dua asumsi yang mendasari metode ini yaitu:
pertama, proses pemecahan sandi (decoding) dan membaca (reading)
merupakan kegiatan berbeda dan yang kedua pemecahan sandi mendahului
membaca. Jika anak tidak dapat melakukan pemecahan sandi tulisan secara
efesien, maka mereka tidak akan belajar membaca.
d. Metode phonic
Metode ini di gunakan untuk mengajarkan anak yang mengalami disleksia
agar dapat membaca melalui bunyi yang dihasilkan oleh mulut. Berikut adalah
hal-hal yang perlu diperhatikan untuk membantu anak dengan phonik dan
membaca :
- Sisihkan waktu untuk membaca
- Tundalah sesi jika anak terlalu lelah
- Jangan melakukan sesuatu yang berlebihan pada saat pertama
- Tentukan tujuan yang dapat dicapai
- Berpikirlah positif dan berikanlah anak pujian
- Pastikan bahwa anak tidak hanya melafalkan kata-kata
- Mulailah membaca dengan suara keras
- Variasikan aktivitas dengan kegiatan bermain
- Bacakan cerita waktu tidur
- Berikanlah hadiah ketika dia melakukan seseuatu dengan sangat baik.
4. Disgrafia
4.1. Pengertian
Kesulitan belajar menulis disebut juga disgrafia (Agustin, 2011: 66). National
Center or Learning Disabilities (NCLD) (2006) menyebutkan bahwa disgrafia
adalah kesulitan belajar yang berhubungan dengan kemampuan menulis. Disgrafia
menunjukkan pada adanya ketidak mampuan mengingat cara membuat huruf atau
simbol-simbol matematika.
Berikut ini beberapa ciri khusus anak dengan gangguan disgrafia :
a. Terdapat ketidak konsisitenan bentuk hurif dalam tulisannya
b. Saat menulis, penggunaan huruf besar dalam tulisannya tidak proporsional
c. Anak tampak harus berusaha kelas saat menuangkan ide atau pengetahuannya
melalui tulisan
d. Sulit memegang bolpoin ataupun pensil
e. Berbicara pada diri sendiri ketika menulis, atau malah memperhatikan tangan
yang di pakai untuk menulis
f. Tetap mengalami kesulitan walaupun hanya diminta menyalin.

Disgrafia dapat dibedakan menjadi tiga jenis, sebagai berikut :


a. Dyslexia- dysgrafia
Mampu bekerja dengan baik namun menulis dengan tulisan yang tidak terbaca
dan mengeja dengan buruk, tapi penderita memiliki kemampuan motorik halus
yang normal.
b. Dysgrafia motor
Kurangnya kemampuan motorik halus menyebabkan munculnya disgrafia
motorik dan menurunnya kemampuan gerakan otot. Pada umumnya tulisan
tidak terbaca, bentuk dan ukuran huruf tidak konsisiten, tulisan sering miring
karena kesalahan dalam memegang pensil, namun memiliki keterampilan
dalam hal mengeja.
c. Spatial dysgrafia
Terjadi akaibat ketidak mampuan individu dalam memahami ruang dalam
menulis, tetapi kecepatan menulis dan mengeja masih normal.
4.2.Penyebab
Disgrafia dapat dikatakan sebagai akibat dari ketidak mampuan belajar yang
bersumber dari kesulitan dalam menuangkan pikiran secara tertulis. Disgrafia
terjadi karena anak memiliki masalah dengan persepsi terhadap huruf atau angka
serta menulis kata. Hal tersebut berdampak pada pengolahan informasi individu.
Masalah umum yang bisanya berhubungan dengan disgrafia salah satunya adalah
stres. Pada anak akan mengangis ketika disuruh menulis atau ketika di beri tugas
dalam bentuk tulisan. Hambatan yang anak-anak disgrafia alami bukan karena
mereka malas belajar, bodoh atau nakal. Hambatan yang mereka alami bersifat
intrinsik dan diperkirakan karena disfungsi sistem saraf pusat.
4.3.Penangganan
Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk membantu penderita disgrafia,
antara lain yaitu :
a. Pahami keadaan dan kemampuan anak. sebisa mungkin kita memberikan
tugas-tugas yang singkat sesuai kemampuan anak.
b. Ajari anak menulis menggunakan huruf sambung. Tulisan sambung
memudahkan anak karena anak tidak perlu banyak-banyak mengangkat pensil
dan memudahkan anak yang mengalami kesulitan dalam memberikan spasi
pada tulisan.
c. Membangun rasa percaya diri anak. kita harus bisa meyakinkan mereka bahwa
mereka juga mampu melakukan hal yang sama dengan anak yang lainnya.
5. Gagap (Stuttering)
5.1. Pengertian
Gagap adalah salah satu diantara sekian permasalahan yang dapat terjadi pada
anak usia TK. Gagap merupakan gangguan ritme atau irama berbicara ( Izzaty,
2005:157).
Tiga tingkatan gagap pada anak yaitu :
a. Gagap temporer yang di sebabkan oleg lingkungan dan hanya berlangsung
beberapa bulan kemusian akan hilang dalam tiga bulan berikut.
b. Gagap ringan yang dapat berlangsung beberapa lama, sekitar setahun.
c. Gagap menetap yaitu gagap yang cenderung berlangsung lama dan dapat
menetap apabila tidak segera mendapat penagganan.

Pengklasifikasian gagap berdasarkan reaksi, yaitu :

a. Gagap tahap pertama, reaksi yang muncul adalah hanya tersendat-sendat


bicaranya.
b. Gagap tahap kedua, tahap ini anak diikuti perasaan cemas, takut, tidak percaya
diri, serta didiringi dengan gejala sekunder seperti mengedip-ngedipkan mata,
mengetuk-ngetuk meja, ataupun menggoyang=goyang kepala.
5.2.Penyebab
Penyebab gagap yaitu :
a. Faktor fisiologis
Gagap terjadi karena faktor genetik atau keturunan atau adanya gangguan pada
syaraf dan pendengaran.
b. Faktor psikis
Kondisi psikologis anak yang tidak stabil, mengalamai masalah emosional
sehingga ,mengganggu fungsi-fungsi suara atau instrumen suara akhirnya
gagap. Keadaan ini dampak dari seringnya anak dibentak-bentak, ditakut-
takuti, anak yang sulit bicara di depan umum, dan anak –anak yang sering di
kejutkan.
c. Faktor sosial atau lingkungan
Lingkungan keluarga dimana terdapat tuntutan atau harapan orang tua yang
teralu tinggi. Seperti anak harus dapat berbicara lancar sebelum sekolah,
kurangnya rasa aman, kurang komunikasi, kurangnya perhatian keluarga,
kurangnya komunikasi dengan teman, karena kegagapannya di anggap lucu
dan menggemaskan akhirnya dengan kegagapan anak mendapat perhatian dari
orang sekitar.
5.3.Gejala
a. Berdasarkan gejala yang tampak
1. Gejala primer, berupa pengulangan kata, perpanjangan, atau tersendat-
sendat pada beberapa kata awal
2. Gejala sekunder, berupa terbentunya pola-pola bicara sebelum mulai
berbicara didiringi reaksi seperti : mengetuk meja, menggoyangkan kepala,
menggarakkan tangan dan kaki.
b. Berdasarkan gejala yang tidak tampak
Terlihat dari gangguan emosional yang disebabkan frustasi, merasa tidak
nyaman dengan situasi atau orang baru yang dikenal, malu, cemas, rendah diri.
5.4.Intervensi
a. Mencari sumber penyebab permasalahan, baik secara fisik maupun dari segi
psikologis atau dari tekanan-tekanan pada kondisi-kondisi tertentu.
b. Hindarilah marah, mengejek, atau memberikan julukan tertentu dan jangan
membiarkan anak lain menertawakan anak tersebut
c. Menciptakan suasana yang nyaman aman tenang bagi anak. berikan pula anak
model bicara yang benar dengan frekwensi yang agak lambat dan sikap yang
tenang.
d. Apabila anak mendadak gagap jauhkan dari teman-temannya lalu tenangkan,
Kalau gagap berlanjut diskusikan dengan orang tua agar meminta bantuan
dokter atau psikolog dan anak di bawa terapi berbicara.
6. Bicara Nyerocos (Cluttering)
6.1.Pengertian
Kelain ini menyangkut ucapan yang begitu cepat sehingga sangat berantakkan
yang mengakibatkan campuraduk antara kata-kata dan ide-ide yang
membingungkan. Kata dan frase mengalir bersamaan sehingga ucapan pembicara
tidak dapat dimengerti oleh pendengar.
Tiga tipe Cluttering yaitu : distorsi (pengucapan yang tidak jelas), substitusi
(penggantian ucapan menjadi bunyi lain), dan omisi (penghilangan bunyi-bunyi).
6.2.Penyebab

Daftar Pustaka

Agustin. (2011). Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran. Bandung : Refika Adi
Tama

Madywati, L. (2016). Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak. Jakarta : Kencana

Efendi. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta : Bumi Aksara

Izzaty. (2005). Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK. Jakrta : Departemen
Pendidikan Nasional

Mahdalela. (2013). Ananda Berkebutuhan Khusus enagganan Perilaku Sepanjang Rentang


Perkembangan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Santrock. (2014). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Salemba Humanika

Smith. D. (2015). Sekolah untuk Semua. Bandung : Nuansa Cendikia

Anda mungkin juga menyukai