Selain terapi ada beberapa penangganan yang bisa di lakukan orang tua ataupun
guru terhadap anak yang mengalami gangguan berbicara, yaitu :
a. Menstimulasi anaknya dengan mengajak anak bercakap-cakap dan
menunjukkan sikap yang mendorong munculnya respon dari anak.
b. Menjalin komunikasi dengan dihiasi oleh senyum, pelukan, dan perhatian.
c. Selalu menunjukkan kasih sayang melalui peluk-cium dan kehangatan yang
bisa dirasakan melalui intonasi suara
d. Melakukan kontak mata secara intensif
e. Jika anak menangis jangan didiamkan saja
f. Latihan mekanisme berbicara melalui latihan gerakan mulut, lidah, dan bibir.
g. Sering menyanyikan lagu untuk anak dengan lagu-lagu anak yang sederhana
dan lucu
h. Sering bercanda dan tertawa bersamaanak dengan cara membuat suara-suara
dan bereskpresi dengan lucu agar kemampuan berkomunikasi dan interaksinya
meningkat
i. Melalukan banyak pengulangan kata
j. Menjadi model bicar yang baik bagi anak.
k. Ketika mengucapkan sebuah kata sertailah dengan penjelasan makna
l. Sering mengenalkan anak dengan berbagai macam suara atau bunyi
m. Seringlah membacakan buku yang sangat sederhana namun sarat dengan cerita
menarik untuk anak dan gambar atau warna yang menarik.
1.4.Tanda tanda kelambatan perkembangan
a. Usia 4-6 bulan
- Tidak menirukan suara yang di ucapkan orang tuanya
- Belum tertawa dan berceloteh
b. Usia 8 – 10 bulan
- Tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian
- Belum bereaksi ketika namanya di panggil
- Tidak memperlihatkan emosi ( tertawa atau menangis)
- Pada usia 10 bulan, anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan
namanya sendiri
c. 12 – 15 bulan
- Tidak menunjukkan mimik
- Belum mampu mengeluarkan suara
- Tidak menunjukkan usaha untuk berkomunikasi bila membutuhkan
sesuatu
- Belum mampu memahami arti” tidak boleh”
- Tidak memmperlihatkan enam mimik yang berbeda
- Pada usia 15 bulan, anak tidak berbicara, tidak mengerti dan memberikan
reakdi terhadap kata-kata jangan, dadah, dan sebagainya
d. 15 bulan
- Belum dapat mengucapkan 1-3 kata
e. 18 – 24 bulan
- Belum dapat mengucapkan 6 – 10 kata
- Tidak menunjukkan atensi pada sesuatu yang menarik perhatian
- Belum dapat mengikuti perintah sederhana, misalnya : duduk, kemari, dan
berdiri.
- Belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat
- Tidak memahami fungsi alat rumah tangga sederhana, misalnya sendok
f. 24 bulan
- Tidak dapat disuruh dengan perintah sederhana
- Tidak mampu mengucapkan kalimat yang terdiri dari 2 kata pada usia 2
tahun
- Belum mampu meniru tingkah laku atau kata-kata orang lain
- Tidak mampu menunjukkan anggota tubuhnya bila diminta
- Tidak dapat menyebutkan bagian-bagian tubuh
g. Usia 30 - 36 bulan
- Berkata-kata yang tidak di pahami oleh anggota keluarga
- Tidak menggunakan kalimat sederhana
- Tidak mampu mengulamg menggambar lingkaran pada usia 3 tahun
- Tidak mampu berkomunikasi dengan menggunakan frasa-frasa pendek
- Tidak mengerti instruksi atau perintah sederhana
- Tidak dapat berperan dalam permainan
h. Usia 3 – 4 tahun
- Tidak mengucapkan kalimat
- Tidak memahmi perintah verbal
- Tidak memiliki minat bermain bersama teman
- Tidak dapat berkomunikasi dengan kalimatyang terdiri dari 3 kata
- Tidak dapat menggunakan istilah “ saya” dan “ kamu” secara benar
- Tidak dapat menyelesaikan kata, misalnya, “ayah” di ucapkan “aya”
i. Usia 4- 5 tahun
- Mudah beralih perhatian
- Tidak dapat membedakan antara fantasi dan kenyataan
- Tingkah laku agresif
- Tidak mampu mengerti dua perintah sederhana
- Tidak mampu mengatakan nama depan dan nama belakang dengan benar
- Tidak mampu memegang pensil dengan benar
- Masih gagap dan ucapannya sulit di mengerti secara lengkap.
2. Gangguan berbicara dan bahasa
Gangguan bicara dan bahasa mencakup sejumlah masalah bicara (seperti gangguan
artikulasi, gangguan suara, dan gangguan kefasihan) dan masalah bahasa (kesulitan
dalam menerima informasidan mengekspresikan bahasa (Santrock, 2014 : 217).
Sekitar 17 % dari semua anak yang menerima layanan pendidikan khusus memiliki
masalah gangguan bicara atau bahasa (Pusat Nasional untuk statistik Pendidikan,
2006).
a. Gangguan artikulasi
Masalah dalam mengucapkan suara dengan benar. Artikulasi seorang anak usia 6
dan 7 masih terdapat kesalahan tapi di usia 8 tahun anak-anak harus sudah
memiliki artikulasi yang baik. Gangguan artikulasi dapat menyebabakan
kurangnya komunikasi anak dengan teman sebaya. Penangganannya melalui
terapi wicara, walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama.
b. Gangguan suara
Ganggaun suara terlihat dari bicara yang serak, kasar, terlalu keras, terlalu bernada
tinggi atau terlalu bernada rendah. Penyebabnya adalah mereka yang memiliki
langit-langit mulut terbelah sering menjadikan pembicaraannya sulit di mengerti.
Penangganannya melalui terapi bicara.
c. Gangguan kefasihan
Gangguan kefasihan atau di sebut pula gagap, dimana bicara anak menunjukkan
kejang, ragu-ragu, perpanjangan atau pengurangan.
d. Gangguan bahasa
Gangguan bahasa termasuk penurunan yang signifikan dari anak dalam menerima
atau mengekspresikan bahasa (Santrock, 2014:218). Gangguan bahasa meliputi
kesulitan dalam mengungkapkan pertanyaan yang benar untuk mendapatkan
informasi yang di inginkan, mengikuti petunjuk lisan, mengikuti percakapan,
terutama ketika berlangsung cepat dan kompleks serta pemahaman dan
menggunakan kata-kata dengan benar dalam kalimat. Gangguan bahasa dapat
mengakibatkan masalah belajar yang signifikan (Kuder, 2009). Perawatan oleh
seorang terapis bahasa umumnya, menghasilkan perbaikan pada anak.
3. Disleksia ( gangguan, teknik, asesmen)
3.1.Pengertian
Disleksia berasal dari kata Yunani yaitu “dys” yang berarti kesulitan dan “leksia”
yang berarti kata-kata. Dengan kata lain berarti kesulitan dalam mengolah kata-
kata ( Agustin, 2011: 53). Disleksia merupakan kelainan dengan dasar kelainan
neorobiologis dan ditandai dengan kesulitan dalam mengenali kata dengan tepat
atau akurat dalam pengejaan dan dalam kemampuan mengode simbol. Hornsby
(1984) mendefiniskan disleksia tidak hanya kesulitan belajar membaca tetapi juga
menulis.
Terdapat dua macam disleksia, yaitu develomental dyslexia dan acquired dyslexia.
Develomental dyslexia merupakan bawaan sejak lahir karena faktor genetik atau
keturunan. Acquired dyslexia, awalnya individu normal tetapi menjelang dewasa
mengalami cedera otak sebelah kiri.
3.2.Penyebab
Berdasarkan tiga macam asessemn informal Analitycal Reading in Ventory dan
Informal Reading Asessment yang dilakukan Hargrove (1984) diperoleh data
bahwa anak-anak berkesulitan belajar membaca permulaan mengalami berbagai
kesalahan dalam membaca sebagai berikut :
a. Penghilangan kata kata atau huruf
b. Penyelipan kata
c. Penggantian kata
d. Pengucapan kata salah dan makna berbeda
e. Pengucapan salah tetapi makna sama
f. Pengucapan salah tetapi tidak bermakna
g. Pengucapan kata dengan bantuan guru
h. Pengulangan
i. Pembalikan kata
j. Pembalikan huruf
k. Kurang memperhatikan tanda baca
l. Pembetulan sendiri
m. Ragu-ragu
n. Tersendat-sendat (Agustin, 2011:56-57).
Penghilangan kata atau huruf sering dilakukan oleh anak berkesulitan belajar
membaca karena adanya kekurangan dalam mengenal huruf, bunyi bahasa
(fonik),bentuk kalimat dan karena anak mengganggap huruf atau kata yang di
hilangkan tersebut tidak diperlukan. Contoh “baju anak itu merah” dibaca “ baju
itu merah”.
Penyelipan kata terjadi karena anak kurang mengenal huruf, membaca terlalu
cepat atau karena bicaranya melampaui kecepatan membacanya.
Pengulangan kata terjadi karena kurang mengenal huruf jadi harus memperlambat
membaca sambil mengingat-ingat nama huruf yang kurang di kenal tersebut,
kadang-kadang anak sengaja mengulang kalimat agar lebih memahami arti
kalimat tersebut.
Pembalikan kata terjadi karena anak bingung posisi kiri-kanan atau atas bawah.
Terutama pada huruf-huruf yang hampir sama, seperti d dengan b, p q atau g, m
dengan n atau w.
3.3.Penangganan
a. Metode Fernald
Metode ini di kenal dengan metode VAKT ( Visual, Auditory, Kinesthetic and
Tactile). Metode ini menggunakan materi bacaan yang dipilh dari kata-kata
yang diucapkan oleh anak, dan tiap kata di ajarkan secara utuh. Empat tahapan
dalam metode ini adalah sebagai berikut :
- Guru menulis kata yang hendak di pelajari, selanjutnya anak menelusuri
tulisan tersebut
- Anak melihat guru menulis sambil mengucapkannya
- Tulisan dipapan tulis dengan tulisan cetak dan mengucapkan kata-kata tesebut
sebelum dituliskan
- Anak mampu mengingat kata-kata yang dipelajari.
b. Metode Gilingham
Merupakan pendekatan terstruktur taraf tinggi yang memerlukan lima jam
pelajaran selama dua tahun. Tahapannya :
- Diarahkan untuk belajar berbagi vbunyi dan huruf dan perpaduan huruf-huruf
tersebut
- Anak menggunakan teknik menjiplak untuk mempelajari berbagi huruf
- Selanjutnya di kombinasikan ke dalam kelompok-kelompok yang lebih besar.
c. Metode analisis glass
Metode ini merupakan suatu metode pengajaran melalui pemecahan sandi
kelompok huruf dalam kata. Ada dua asumsi yang mendasari metode ini yaitu:
pertama, proses pemecahan sandi (decoding) dan membaca (reading)
merupakan kegiatan berbeda dan yang kedua pemecahan sandi mendahului
membaca. Jika anak tidak dapat melakukan pemecahan sandi tulisan secara
efesien, maka mereka tidak akan belajar membaca.
d. Metode phonic
Metode ini di gunakan untuk mengajarkan anak yang mengalami disleksia
agar dapat membaca melalui bunyi yang dihasilkan oleh mulut. Berikut adalah
hal-hal yang perlu diperhatikan untuk membantu anak dengan phonik dan
membaca :
- Sisihkan waktu untuk membaca
- Tundalah sesi jika anak terlalu lelah
- Jangan melakukan sesuatu yang berlebihan pada saat pertama
- Tentukan tujuan yang dapat dicapai
- Berpikirlah positif dan berikanlah anak pujian
- Pastikan bahwa anak tidak hanya melafalkan kata-kata
- Mulailah membaca dengan suara keras
- Variasikan aktivitas dengan kegiatan bermain
- Bacakan cerita waktu tidur
- Berikanlah hadiah ketika dia melakukan seseuatu dengan sangat baik.
4. Disgrafia
4.1. Pengertian
Kesulitan belajar menulis disebut juga disgrafia (Agustin, 2011: 66). National
Center or Learning Disabilities (NCLD) (2006) menyebutkan bahwa disgrafia
adalah kesulitan belajar yang berhubungan dengan kemampuan menulis. Disgrafia
menunjukkan pada adanya ketidak mampuan mengingat cara membuat huruf atau
simbol-simbol matematika.
Berikut ini beberapa ciri khusus anak dengan gangguan disgrafia :
a. Terdapat ketidak konsisitenan bentuk hurif dalam tulisannya
b. Saat menulis, penggunaan huruf besar dalam tulisannya tidak proporsional
c. Anak tampak harus berusaha kelas saat menuangkan ide atau pengetahuannya
melalui tulisan
d. Sulit memegang bolpoin ataupun pensil
e. Berbicara pada diri sendiri ketika menulis, atau malah memperhatikan tangan
yang di pakai untuk menulis
f. Tetap mengalami kesulitan walaupun hanya diminta menyalin.
Daftar Pustaka
Agustin. (2011). Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran. Bandung : Refika Adi
Tama
Izzaty. (2005). Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK. Jakrta : Departemen
Pendidikan Nasional