Anda di halaman 1dari 5

GANGGUAN BAHASA

A. Definisi
Seorang anak dinilai memiliki keterlambatan bicara dan bahasa jika
perkembangan bicara dan bahasanya secara signifikan berada di bawah
milestone anak seusianya. Perkembangan bicara dan bahasa anak tersebut masih
dalam sekuen/urutan yang benar, namun lebih lambat dari yang diharapkan.
Sedangkan anak-anak dengan gangguan bicara dan bahasa, perkembangan bicara
dan bahasanya secara kualitatif berbeda dari anak pada umumnya.1

B. Epidemiologi
Keterlambatan bahasa dialami oleh 5-8% anak usia prasekolah.2
Keterlambatan bahasa yang tidak diobati dapat terjadi 40% -60% dari anak-anak
dan berisiko tinggi terjadi masalah sosial, emosional, perilaku, dan kognitif di
masa dewasa.3 Keterlambatan bicara 1,5 kali lebih sering ditemukan pada anak
laki-laki. keluhan utama keterlambatan bicara sebagian besar (69,6%)
terdiagnosis pada usia antara 13-36 bulan, lebih banyak (71,2%) pada anak laki-
laki.1

C. Etiologi
Gangguan bahasa dapat disebabkan karena adanya gangguan pendengaran,
otitis media persisten, gangguan kejang, asfiksia lahir, berat badan lahir rendah,
kelahiran prematur, dan kelainan bentuk fisik (orofaringeal). Selain itu, ada
beberapa faktor risiko yang menyebabkan terjadinya gangguan bahasa yaitu
lingkungan keluarga multibahasa, riwayat keluarga gangguan bicara-bahasa,
pendidikan orangtua yang rendah, pekerjaan ibu, ibu-anak perpisahan, dan
ketidakhadiran ayah.3

D. Perkembangan bahasa pada anak


- Usia 0-6 bulan
Saat lahir, bayi hanya dapat menangis untuk menyatakan keinginannya.
Pada usia 2-3 bulan, bayi dapat membuat suara sseperti aah atau uuh yang
dikenal dengan istilah cooing. Selain itu bayi senang mengeluarkan bunyi
yang dapat dihasilkannya, seperti suara menyerupai berkumur. Bayi mulai
bereaksi terhadap orang lain dengan mengeluarkan suara. Setelah usia 3
bulan, bayi akan mencari sumber suara yang didengarnya dan menyukai
mainan yang mengeluarkan suara. Mendekati usia 6 bulan, bayi dapat
berespons terhadap namanya sendiri dan mengenali emosi dalam nada
bicara. Cooing berangsur menjadi babbling, yaitu mengoceh dengan suku
kata tunggal, misalnya papapapapa, dadadadada, bababababa,
mamamamama. Bayi juga mulai dapat mengatur nada bicaranya sesuai
emosi yang dirasakannya, dengan ekspresi wajah yang sesuai.2
- Usia 6-12 bulan
Pada usia 6-9 bulan, bayi mulai mengerti nama-nama orang dan benda
serta konsep-konsep dasar seperti ya, tidak, habis. Saat babbling, bayi
menggunakan intonasi atau nada bicara seperti bahasa ibunya. Bayi dapat
mengucapkan kata-kata sederhana seperti mama dan papa tanpa arti. Pada
usia 9-12 bulan dapat mengucapkan mama dan papa dengan arti, menengok
apabila namanya dipanggil dan mengerti beberapa perintah sederhana. Bayi
suka menirukan kata atau bunyi yang didengarnya. Pada usia 12 bulan bayi
sudah mengerti sekitar 70 kata.2
- Usia 12-18 bulan
Anak sudah dapat mengucapkan 3-6 kata dengan arti, dapat
mengangguk atau menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan,
menunjuk anggota tubuh atau gambar yang disebutkan orang lain, dan
mengikuti perintah satu langkah. Kosakata anak bertambah pada usia 15
bulan ia mungkin baru dapat mengucapkan 3-6 kata dengan arti, namun
pada usia 18 bulan kosakatanya telah mencapai 5-50 kata. Pada akhir masa
ini, anak sudah bisa menyatakan sebagian besar keinginannya dengan kata-
kata.2
- Usia 18-24 bulan
Pada usia ini, anak mengalami ledakan bahasa, hampir setiap hari
memiliki kosakata baru, dapat membuat kaliat dengan dua kata, dan
mengikuti perintah dua langkah. Pada usai 2 tahun, sekitar 50% dapat
berbicara yang dapat dimengerti orang lain.2
- Usia 2-3 tahun
Pada usia ini, hampir semua kata yang diucapkan dapat dimengerti oleh
orang lain. Anak bisa menggunakan kalimat 2-3 kata. Mendekati usia 3
tahun, anak dapat menyebutkan nama dan kegunaan benda yang ditemui,
mengenal warna, dan bernyanyi.2
- Usia 3-5 tahun
Anak tertarik mendengarkan cerita dan percakapan, dapat menybutkan
nama, umur, jenis kelamin, dan berbicara dengan kalimat panjang. Usia
diatas 4 tahun dapat bercerita dengan lancar dan cukup rinci hal-hal yang
dialaminya.2

E. Penilaian Denver II
Menurut penilaian Denver II pada bayi usia 0-7 bulan dapat melakukan:
- Bereaksi terhadap bel
- Bersuara
- Ooo/aah
- Tertawa
- Berteriak
- Menoleh ke bunyi icik-icik
- Menoleh ke arah suara (75-90% anak bisa melakukannya)
- Satu silabel (75-90% anak bisa melakukannya)
- Meniru bunyi kata-kata (75-90% anak bisa melakukannya)
- Papa/mama tidak spesifik (25-75% anak belum bisa melakukannya)
- Kombinasi silabel (25-75% anak belum bisa melakukannya)
- Mengoceh (25-75% anak belum bisa melakukannya)

F.
F. Interpretasi

Pada skenario didapatkan hasil pada Denver II:

- Berteriak (delayed)
- Menoleh k earah icik-icik (delayed)
- Menoleh ke arah suara (caution)

Interpretasi didapatkan hasil suspect gangguan bahasa.


G. Tatalaksana

Penanganan yang dapat dilakukan yaitu mengajarkan anak strategi untuk


memahami secara komprehensif bahasa yang diucapkan orang lain dan
menghasilkan sikap komunikasi yang baik, serta membantu orang tua
mempelajari cara mendorong keterampilan komunikasi anak. Anak-anak yang
memiliki gangguan bicara dan bahasa harus sesegera mungkin dirujuk ke ahli
patologi bicara dan bahasa sebelum usia perkembangan bahasa, yaitu 2- 3 tahun.
Periode 36 bulan pertama kehidupan adalah periode kritis perkembangan
bahasa.1

H. Contoh penyakit

Beberapa contoh penyakit yang bisa terjadi gangguan bahasa yaitu


gangguan autism, retardasi mental, kelainan fisik, dan gangguan psikososial.1

DAPUS

1. Hartanto, William Surya. 2018. Deteksi Keterlambatan Bicara dan Bahasa


pada Anak. Vol.45; (7). CDK-266.
2. Soebadi, Amanda. 2013. Keterlambatan Bicara. IDAI.
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/keterlambatan-bicara.
3. Sunderajan, T., & Kanhere, S. V. 2019. Speech and Language Delay in
Children: Prevalence and Risk Factors. Vol.8; (5). Journal of Family
Medicine and Primary Care.

Anda mungkin juga menyukai