Anda di halaman 1dari 4

DETEKSI DINI KETERLAMBATAN BICARA PADA ANAK

Oleh: dr. Kirana Dyah Larasati Budhiarta



Anak saya kenapa nggak bisa bicara ya? Padahal sudah umur 3 tahun.
Anak saya dulunya sudah bisa bilang papa, mama tetapi sekarang tidak pernah lagi?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut sering terdengar dari para ibu dengan balita. Beberapa laporan
menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 10% pada anak sekolah.
Angka ini memiliki kecenderungan untuk terus meningkat. Sayangnya sering kali orangtua
berpikir bahwa hal itu hanya sekedar keterlambatan biasa. Padahal sangat penting untuk
diketahui bagaimana mendeteksi segera keterlambatan bicara pada anak. Sehingga proses
pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya dapat berlangsung optimal.
Apa itu keterlambatan bicara?
Keterlambatan bicara atau speech delay merupakan salah satu penyimpangan tumbuh kembang
anak. Berdasarkan Law, dkk (1998), keterlambatan bicara dapat dibagi menjadi dua yakni
keterlambatan primer dan sekunder. Keterlambatan primer terjadi bilamana keterlambatan
kemampuan bicara dan bahasa relatif jika dibandingakan dengan perkembangan kemampuan
lainnya, dimana penyebabnya biasanya tidak jelas. Sedangkan keterlambatan sekunder terjadi
bilamana keterlambatan kemampuan bicara dan bahasa berlangsung bersamaan dengan
keterlambatan kemampuan lainnya, umumnya penyebabnya dapat diketahui, paling sering adalah
ketidakmampuan belajar secara umum atau gangguan pendengaran. Gangguan bahasa
merupakan keterlambatan dalam sektor bahasa yang dialami oleh seorang anak (Soetjiningsih,
1995)
Apa penyebabnya?
Berdasarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), keterlambatan bicara dapat disebabkan oleh
gangguan pendengaran, gangguan pada otak (misalnya retardasi mental, gangguan bahsa spesifik
reseptif dan/atau ekspresif), autism, atau gangguan pada organ mulut yang menyebabkan anak
sulit menghafalkan kata-kata.
Menurut Judarwanto (2006), berbagai macam keadaan lingkungan yang mengakibatkan
keterlambatan bicara adalah lingkungan yang sepi, status ekonomi sosial, teknik pengajaran yang
salah, sikap orang tua atau orang lain di lingkungan rumah yang tidak menyenangkan (sering
marah dan bertengkar), harapan orang tua yang berlebihan terhadap anak (anak akan mengalami
tekanan yang justru akan menghambat kemampuan bicarnya), anak kembar (satu sama lain
saling memberikan lingkungan bicara yang buruk, karena biasanya mempunyai perilaku yang
saling meniru), bilingual (2 bahasa). Untuk mencari tahu penyebabnya, perlu pemeriksaan
dengan pendekatan multidisiplin oleh dokter anak, dokter THT dan psikiater anak.
Apa saja gejalanya?
Walaupun kecepatan perkembangan setiap anak berbeda-beda, kita harus waspada apabila
seorang anak mengalami keterlambatan perkembangan atau penyimpangan perkembangan.
Demikian pula bila terjadi penurunan kemampuan berbahasa dan bicara seorang anak kita harus
lebih mewaspadainya. Untuk mengetahui adanya keterlambatan bicara pada anak, tentunya kita
harus mengetahui perkembangan normal anak (IDAI, 2013).
Usia 0-6 bulan
Saat lahir, bayi hanya dapat menangis untuk menyatakan keinginannya. Pada usia 2-3 bulan, bayi
mulai dapat membuat suara-suara seperti aah..uuh.. yang dikenal dengan istilah cooing. Ia
senang bereksperimen dengan berbagai bunyi yang dapat dihasilkannya, misalnya suara
menyerupai berkumur. Bayi juga mulai bereaksi terhadap orang lain dengan mengeluarkan suara.
Setelah usia 3 bulan, bayi akan mencari sumber suara yang didengarnya dan menyukai mainan
yang mengeluarkan suara. Mendekati usia 6 bulan, bayi dapat berespons terhadap namanya
sendiri dan mengenali emosi dalam nada bicara. Cooing berangsur menjadi babbling, yakni
mengoceh dengan suku kata tunggal, misalnya papapapa, dadada, bababa. Bayi juga mulai
dapat mengatur nada bicaranya sesuai emosi yang dirasakannya, dengan ekspresi wajah yang
sesuai.
Usia 6-12 bulan
Pada usia 6-9 bulan, bayi mulai mengerti nama-nama orang dan benda serta konsep-konsep dasar
seperti ya, tidak, habis. Saat babbling, ia menggunakan intonasi atau nada bicara seperti
bahasa ibunya. Ia pun dapat mengucapkan kata-kata sederhana seperti mama dan papa tanpa
arti. Pada usia 9-12 bulan, ia sudah dapat mengucapkan mama dan papa dengan arti. Ia
menengok apabila namanya dipanggil dan mengerti beberapa perintah sederhana (misal lihat
itu, ayo sini). Ia menggunakan isyarat untuk menyatakan keinginannya, misalnya menunjuk
atau merentangkan tangan ke atas untuk minta digendong. Ia suka membeo, menirukan kata atau
bunyi yang didengarnya.
Usia 12-18 bulan
Pada usia ini, anak biasanya sudah dapat mengucapkan 3-6 kata dengan arti, dapat mengangguk
atau menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan, menunjuk anggota tubuh atau gambar
yang disebutkan orang lain, dan mengikuti perintah satu langkah. Kosakata anak bertambah
dengan pesat; pada usia 15 bulan ia mungkin baru dapat mengucapkan 3-6 kata dengan arti,
namun pada usia 18 bulan kosakatanya telah mencapai 5-50 kata. Pada akhir masa ini, anak
sudah bisa menyatakan sebagian besar keinginannya dengan kata-kata.
Usia 18-24 bulan
Dalam kurun waktu ini anak mengalami ledakan bahasa. Hampir setiap hari ia memiliki
kosakata baru. Ia dapat membuat kalimat yang terdiri atas dua kata (mama mandi, naik
sepeda) dan dapat mengikuti perintah dua langkah. Pada fase ini anak akan senang
mendengarkan cerita. Pada usia dua tahun, sekitar 50% bicaranya dapat dimengerti orang lain.
Usia 2-3 tahun
Setelah usia 2 tahun, hampir semua kata yang diucapkan anak telah dapat dimengerti oleh orang
lain. Anak sudah biasa menggunakan kalimat 2-3 kata mendekati usia 3 tahun bahkan 3 kata
atau lebih dan mulai menggunakan kalimat tanya. Ia dapat menyebutkan nama dan kegunaan
benda-benda yang sering ditemui, sudah mengenal warna, dan senang bernyanyi.
Usia 3-5 tahun
Anak pada usia ini tertarik mendengarkan cerita dan percakapan di sekitarnya. Anak akan
mampu menyebutkan nama, umur, dan jenis kelaminnya, serta menggunakan kalimat-kalimat
panjang (>4 kata) saat berbicara. Pada usia 4 tahun, bicaranya sepenuhnya dapat dimengerti oleh
orang lain. Anak sudah dapat menceritakan dengan lancar dan cukup rinci tentang hal-hal yang
dialaminya.
Bagaimana menanganinya?
Penanganan keterlambatan bicara sangat bergantung pada penyebabnya dan juga kerjasama
antara dokter anak, dokter spesialis lainnya, terapis wicara dan tentunya orang tua.
Tips bagi orang tua untuk dilakukan di rumah:
Habiskan cukup banyak waktu untuk berkomunikasi dengan anak anda, sekalipun sejak
bayi- berbicara, bernyanyi dan mengajak mereka untuk mengimitasi suara dan gesture. Sebut
nama-nama benda yang ditemui. Ini akan menjadi bekal dalam perkembangannya.
Bacakan cerita, dimulai sejak usia 6 bulan. Anda tidak perlu menghabiskan satu buku tetapi
pilih buku bergambar yang bisa mendorong anak untuk menunjuk dan menyebut nama benda
yang terdapat dalam buku.
Gunakan situasi sehari hari untuk menambah bicara dan bahasa anak. Lakukan setiap saat.
Misalnya, namai makanan yang ditemui di pasar, jelaskan apa yang anda lakukan saat memasak,
tunjuk dan beritahu benda disekitar anda. Rajin berinteraksi dengan menanyakan beberapa
pertanyaan pada anak (bahkan ketika mereka belum mengerti). Lakukan dengan sederhana,
tetapi jangan pernah menggunakan bahasa bayi.

Anda mungkin juga menyukai