Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR SINGKATAN

IMD: Inisiasi menyusui dini

1
BAB I

PENDAHULUAN

Kelahiran setiap anak bersifat unik antara satu dengan yang lain. Ada yang
terlahir sempurna, ada pula sebagian yang lahir dengan keterbatasan baik dari segi
fisik maupun mental. Bagi anak yang terlahir sempurna, kemampuan
berkomunikasi dan perkembangannya tentu akan baik juga. Namun, berbeda
halnya dengan anak yang terlahir dengan kelainan seperti speech delay, tunanetra,
anak kesulitan dalam belajar, tunarungu, dan lainnya yang memiliki
perkembangan dan kemampuan berkomunikasi yang terhambat. Oleh sebab itu,
aktivitas komunikasi yang terjalin antar penderita speech delay dengan lawan
bicaranya akan berjalan dengan kurang baik.

Masa kanak-kanak awal atau yang sering disebut sebagai anak usia dini,
merupakan tahap dimana anak tumbuh dari segi fisik maupun psikis.
Pertumbuhan anak pada masa usia dini ini sangat cepat. Sehingga disebut sebagai
golden age. Dimana pada masa ini pemberian stimulasi atau rangsangan untuk
segala aspek perkembangan memiliki peran yang penting bagi anak usia dini.
Apabila pada usia ini anak tidak diberikan stimulasi yang cukup dan lingkungan
yang mendukung, maka akan berdampak pada kemampuan berbicara yang
dimiliki anak.

Anak yang normal atau mengalami pertumbuhan yang wajar memperoleh


sesuatu Bahasa, yaitu bahasa ibu dalam tahun-tahun pertama kehidupan. Masa
perkembangan dan pertumbuhan merupakan periode sensitif anak. Periode sensitif
anak merupakan penghalusan istilah dari periode kritis dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak yang dicetuskan oleh Bruer (2001, dalam Papalia, 2008).
Bruer mengatakan bahwa periode sensitif merupakan masa dimana sebuah
peristiwa, pengalaman, atau masalah yang dapat mempengaruhi keseluruhan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak.

Jika pada usia dini anak tidak diberikan stimulus yang mencukupi dan
lingkungan yang mendukung, maka akan berdampak pada kemampuan berbicara
yang dimiliki anak. Ketika orang tua memberikan banyak kosa kata kepada anak,

2
maka hal tersebut dapat mendorong anak untuk aktif didalam suatu percakapan.
Sehingga kemampuan berbicara anakpun akan terasah. Dalam hal ini juga
mencakup kejelasan anak dalam mengucapkan suatu kata, penyusunan kalimat,
dan juga bertambahnya kosa kata anak (Perry dkk, 2018).

Permasalahan speech delay merupakan permasalahan yang sering


ditemukan. Menurut Nelson (dalam Safitri, 2017), penelitian di Amerika Serikat
melaporkan bahwa jumlah keterlambatan bicara dan bahasa anak usia 4,5 tahun,
antara 5%-8%, dan keterlambatan melaporkan prevalensi antara 2,3% sampai
19%. Di Indonesia prevalensi keterlambatan bicara pada anak-anak semakin
meningkat. Beberapa laporan juga menyebutkan bahwa tingkat kejadian gangguan
bicara dan bahasa sekitar 23%-24%.

3
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Definisi
Speech delay merupakan suatu keterlambatan dalam berbahasa
maupun berbicara. Gangguan bicara (speech delay) merupakan
keterlambatan dalam sektor bahasa yang dialami oleh seorang anak
(Soetjiningsih, 1995). Seorang anak dikatakan memiliki speech delay
ketika kemampuan bicaranya jauh dibawah rata-rata anak sebayanya.
Pada speech delay kemampuan bicara anak masih dapat berkembang
seperti anak pada umumnya, hanya saja waktunya lebih lambat
daripada anak pada umumnya.
Speech delay dapat dikategorikan menjadi dua yaitu berdasarkan
penyebab yang menjelaskan bahwa primary speech delay merupakan
kondisi dimana penyebab dari speech delay ini tidak diketahui.
Sedangkan secondary speech delay yaitu disebabkan oleh kondisi lain
seperti autisme, kecacatan pada pendengaran, permasalahan
perkembangan secara umum, dan kecacatan sistem saraf.
B. Normal Development
Tahapan perkembangan bicara dan bahasa
0.3 bulan: - Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
- Suka tertawa keras
3.6 bulan: - Mengeluarkan suara gembira
6-9 bulan: - Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatata
- Mencari mainan/benda yang dijatuhkan
9-12 bulan: - Mengulang/menirukan bunyi yang didengar
- Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti
- Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan
12-18 bulan: - Memanggil ayah dengan kata “papa”, memanggil ibu
dengan kata “mama”
18-24 bulan: - Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
24-36 bulan: - Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata

4
- Dapat menunjukkan 1 atau lebih bagian tubuhnya
ketika diminta
- Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar
nama 2 benda atau lebih
- Membantu memungut mainannya sendiri atau
membantu mengangkat piring jika diminta
36-48 bulan: - Mengenal 2-4 warna
- Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika
diminta
- Menyebut nama, usia, tempat
- Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan
- Mendengarkan cerita
48-60 bulan: - Menyebut nama lengkap tanpa dibantu
- Senang menyebut kata-kata baru
- Senang bertanya tentang sesuatu
- Menjawab pertanyaan dengan kata-kata baru
- Senang bertanya tentang sesuatu
- Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar
- Bicaranya mudah dimengerti
- Bisa membandingkan/membedakan sesuatu dari ukuran
dan bentuknya
- Menyebut angka, menghitung jari
- Menyebut nama-nama hari
C. Etiologi
1. Gangguan anatomis pada mulut
Masalah ini bisa terletak pada langit-langit mulut atau lidahnya
yang tidak dapat bergerak bebas karena frenulum lidah terlalu
pendek. Frenulum merupakan jaringan tipis yang berada dibawah
lidah, sebagai penghubung antara lidah dengan dasar mulut.
2. Gangguan pendengaran
Biasanya anak tidak menyebutkan suatu objek, akan tetapi paham
saat orang lain memberitahunya melalui gerakan.

5
3. Kurangnya stimulasi
Faktor lingkungan sangat berperan penting terhadap kemampuan
bicara dan bahasa pada anak. Apabila anak kurang mendapatkan
stimulasi atau sering diabaikan, biasanya cenderung mengalami
speech delay. Hal ini disebabkan karena anak jarang mendengar
atau berkomunikasi dengan orang dewasa disekitarnya.
4. Gen
Biasanya anak speech delay yang memiliki sejarah keluarga yang
juga terjadi speech delay. Selain itu kebanyakan anak yang
mengalami speech delay adalah anak laki-laki.
5. Faktor ekonomi dan pola asuh

D. Tanda dan Gejala


Menurut Early Support for Children, Young People and Families
(2011):
1. Tidak merespon terhadap suara
2. Adanya kemunduran dalam perkembangan
3. Tidak memiliki ketertarikan untuk berkomunikasi
4. Kesulitan dalam memahami perintah yang diberikan
5. Mengeluarkan kata-kata atau kalimat yang tidak biasa seperti anak-
anaka pada umumnya
6. Berbicara lebih lambat dari pada anak seusianya
7. Perkataannya sulit dimengerti bahkan oleh keluarganya sendiri
8. Kesulitan memahami perkataan orang dewasa
9. Kesulitan berteman, bersosialisasi dan mengikuti permainan
10. Kesulitan dalam belajar mengeja, bahasa bahkan matematika
(angka)

6
BAB III

ANALISA KASUSUS

A. Data pasien
1. Keterangan umum
Nama : An. Z
Umur : 2 tahun 1 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjan :-
Alamat : Karangasem RT 10 RW 6
No. Rm : F-023
No. HP : 0857 2521 110

2. Data-Data Medis Rumah Sakit


Diagnosa Medis: Speech Delay

Anamnesis (Auto)

1. Keluhan Utama
Ibu mengeluhkan bahwa komunikasi dua arah masih kurang,
pengucapan atau pelafalan anak juga belum jelas
2. Riwayat penyakit sekarang:
Prenatal: Ibu mengandung diusia 27 tahun. Ibu merasakan mual di
trimester 1-2
Natal: Anak lahir pada usia 29 minggu kehamilan, lahir secara
caesar, dengan berat lahir 3100 gram dan Panjang 50 cm. Anak lahir
tidak nangis dan kemudian diberi stimulasi. Tidak terjadi icterus dan
IMD (+).
Postnatal: saat usia 3 bulan, anak selalu mengoceh. Akan tetapi saat
usia 1 tahun, anak lebih banyak diam karena orang tua sibuk
mengurusi kakak yang akan mulai sekolah. Usia 15 bulan, anak
sudah bisa berjalan. Kemudian usia 19 bulan anak melakukan
pemeriksaan ke salah satu rumah sakit dan didapat hasil bahwa anak

7
mengalami keterlambatan berbicara. Anak pernah menjalani terapi di
RSI ± 2 minggu anak sudah mampu berbicara mama, papa, mbah
kemudian pindah ke Ly Physiocare sejak 4 bulan yang lalu, dan saat
ini anak sudah mengalami penambahan kosa kata.

3. Riwayat keluarga dan status sosial


Anak merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Jarak antara anak
pertama dan kedua yaitu ±4 tahun. Setiap terapi, anak selalu
diantarkan oleh ibunya, terkadang juga Bersama kakak. Ibu
merupakan seorang rumah tangga dan ayah sebagai karyawan. Di
rumah anak diasuh oleh ibunya. Didalam keluarga, tidak ada riwayat
keluarga yang mengalami penyakit serupa. Dirumah anak diberikan
fasilitas untuk menonton televisi 2 jam.

4. Riwayat penyakit dahulu dan penyerta


Anak tidak memiliki riwayat penyakit dahulu dan penyerta

5. Anamnesis sistem

Sistem Keterangan
Head and neck Kepala anak simetris
Kardiovaskuler Tidak ada gangguan pada jantung
Respirasi Tidak ada gangguan pada pernapasan
Gastrointestinal BAB lancar, tidak ada keluhan
Urogenital BAK lancar, tidak ada keluhan
Musculo-skeletal Tegang pada area leher
Nervorum Tidak ada gangguan pada saraf

B. Pemeriksaan Obyektif
1. Pemeriksaan Vital Sign
Lingkar Kepala : 50 cm
Tinggi Badan : 91 cm
Berat Badan : 13 kg
Denyut Nadi : 100 kali/menit

8
Pernapasan : 26 kali/menit
Suhu Tubuh : 36°C
Komunikasi Verbal : Kurang baik karena penucapak anak
kurang dimengerti
Komunikasi non Verbal : Baik. Saat dipanggil anak merespon
(menoleh)
Kualitas Pendengaran : Baik
Kualitas Penglihatan : Kurang baik karena kontak mata anak
kurang fokus
Kualitas Kinetik : Baik

2. Inspeksi/Observasi
a. Inspeksi Statis (Postur, topic change, dll)
- Flat foot
- Drolling pada saat anak menangis
b. Inspeksi Dinamis (Postur, balance, fungsi motoric, pola gerak,
tonus/tone, reflex, gait, dll)
- Artikulasi anak kurang jelas
- Kontak mata kurang fokus
3. Palpasi (Nyeri, spasme, suhu local, tonus/tone, bengkak, dll)
- Spasme pada otot upper trapezius
4. Auskultasi
Normal auskultasi
5. Perkusi
Tidak dilakukan
6. Pemeriksaan Gerak Dasar
a. Aktif
- Fleksi shouder : Full ROM
- Ekstensi shoulder : Full ROM
- Abduksi shoulder : Full ROM
- Adduksi shoulder : Full ROM
- Fleksi elbow : Full ROM
- Ekstensi Elbow : Full ROM
- Fleksi wrist : Full ROM

9
- Ekstensi wrist : Full ROM
- Fleksi hip : Full ROM
- Ekstensi hip : Full ROM
- Fleksi knee : Full ROM
- Ekstensi knee : Full ROM
- Plantar fleksi : Full ROM
- Dorsi fleksi :Full ROM

b. Pasif
- Fleksi shouder : Full ROM
- Ekstensi shoulder : Full ROM
- Abduksi shoulder : Full ROM
- Adduksi shoulder : Full ROM
- Fleksi elbow : Full ROM
- Ekstensi Elbow : Full ROM
- Fleksi wrist : Full ROM
- Ekstensi wrist : Full ROM
- Fleksi hip : full ROM
- Ekstensi hip : full ROM
- Fleksi knee : full ROM
- Ekstensi knee : full ROM
- Plantar fleksi : Full ROM
- Dorsi fleksi : Full ROM

7. Pemeriksaan Spesifik
a. Nyeri
Dengan menggunakan Wong Baker Face Pain Rating Scale
Nilai 8 pada saat diberikan massage pada area leher

b. Pemeriksaan
Kekuatan Otot
(MMT, dll)

Neck : Fleksi = 3

10
Ekstensi = 3
Shoulder : Fleksi = dx: 3 sn: 3
Ekstensi = dx: 3 sn: 3
Abduksi = dx: 3 sn:3
Adduksi = dx: 3 sn:3
Elbow : fleksi = dx: 3 sn: 3
Ekstensi = dx: 3 sn: 3
Wrist : Fleksi = dx: 3 sn: 3
Ekstensi = dx: 3 sn: 3
Trunk : Fleksi = 3
Ekstensi = 3
Hip : Fleksi = dx: 3 sn: 3
Ekstensi = dx: 2 sn: 2
Knee : Fleksi = dx: 3 sn: 3
Ekstensi = dx: 3 sn: 3

c. Antropometri
 Panjang lengan atas (caput humeri-olecranon)
Dekstra : 15 cm sinistra : 15 cm
 Panjang lengan bawah (olecranon-epicondylus ulna)
Dekstra : 15 cm sinistra : 15 cm
 True length tungkai (SIAS-malleolus medial)
Dekstra : 44 cm sinistra : 44 cm
 Bone length tungkai (trochantor mayor-tuberositas tibia)
Dekstra : 25 cm sinistra : 24 cm
 Apperence length tungkai (umbilicus-malleolus lateral)
Dekstra : 48 cm sinistra : 49 cm
d. Tes Sensibilitas
Anak bisa merespon

e. Pemeriksaan Refleks Patologis


Blinking (+)

11
Babinski (+)
Grasp Foot (+)
f. Tes khusus yang digunakan:
Dengan menggunakan DDST:
HPx = 2021 09 16
HPL =2019 08 19
1 12 27 = 2 tahun 1 bulan
 Personal Sosial
(2 L, 1 TL)
 Motorik Halus
(2 L, 1TL)
 Bahasa
(1 L, 5 TL)
 Motorik Kasar
(2 TL)
8. Pemeriksaan Tambahan
a. Kognitif, Intra-Personal, &Inter-Personal
Kognitif: Pasien kadang menangis saat diterapi, namun juga
mengikuti instruksi dari trapis
Intra-Personal: Anak memberikan respon menangis pada saat
dilakukan titik ekspresi pada bagian bawah dagu
Inter-Personal: Keluarga mendukung untuk menjalani terapi
dengan rutin

b. Kemampuan Fungsional & Lingkungan


Kemampuan Fungsional: Anak mampu berjalan, mengambil
minum, dan makan secara mandiri
Lingkungan: Anak sudah mampu bermain dengan teman sebay

C. Underlying Process

Mual ditrimester Lahir tidak nangis dan Usia 1 tahun tidak aktif
1 dan 2 diberi stimulasi
12
Peningkatan Terpapar udara dingin Televisi dan kurang
hormon human dan sensasi asing di interaksi keluarga
chorionic luar rahim
gonadotropin

Perkembangan anak
terabaikan

Speech Delay

Body Structure & Body Limitations in Activity Limitations in Activity


Function Anak belum mampu Sulit dalam
- Kontak mata kurang melakukan gerakan berkomunikasi 2 arah
melompat karena pelafalan kurang
fokus
jelas
- Artikulasio anak kurang
jelas
- Drolling saat menangis
- Spasme pada otot
trapezius upper
- Flat foot

Goal

- Menurunkan spasme pada otot upper


trapezius
- Memfokuskan mata anak
- Menambah kosa kata anak
- Melatih keseimbangan anak
13
Treatment
- Neurosenso
- Massage area leher
- Mobilisasi trunk
- Patterning
- Brain gym
- Oral function stimulation
- Titik ekspresi

D. Program Fisioterapi
1. Tujuan Jangka Pendek
Menambah kosa kata anak

2. Tujuan Jangka Panjang


Dapat berkomunikasi 2 arah
E. Rencana Evaluasi
- Mengukur pertumbuhan dan perkembangan dengan menggunakan
DDST
- Mengukur kekuatan otot dengan menggunakan MMT
F. Prognosis
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Sanam : Bonam
Quo ad Fungsional : Bonam
Quo ad Cosmetican : Bonam

G. Pelaksanaan Terapi
- Neurosenso (NS)
- Massage dada punggung dan leher
- Mobilisasi trunk
- Patterning
- Brain Gym
- Oral Function Stimulation

14
- Titik Ekspresi

H. Evaluasi Dan Edukasi


T1: Saat diberikan terapi berupa massage area leher pasien menangis
T2: Saat dilakukan terapi, pasien kooperatif dan mengikuti arahan dari
terapis

I. Hasil Terapi Akhir


Pasien dengan nama An. Z usia 2 tahun, memiliki problem speech
delay, dengan keluhan komunikasi dua arah masih kurang, pengucapan
atau pelafalan anak juga belum jelas. Setelah beberapa kali
mendapatkan intervensi berupa NS, massage dada, punggung, leher,
mobilisasi trunk, patterning, brain gym, oral, titik ekspresi, mengalami
kemajuan berupa anak mampu mempertahankan keseimbangan dalam
beberapa detik dan menjadi lebih sedikit aktif dalam berbicara.

BAB IV

PEMBAHASAN

Modalitas yang dilakukan:

15
 NeuroSenso Stimulation
a. Terlentang
1. Usapan Taktil
 Usapan berawal dari ubun-ubun (beri tekanan sedikit), mata,
telinga mulut, bahu (beri tekanan sedikit) kemudian turun ke siku
(beri tekanan sedikit) kemudian pada pergelangan tangan (beri
tekanan sedikit) kemudian lepas.
 Naik dari pergelangan ke bahu (beri tekanan sedikit), pinggul (beri
tekanan sedikit), lutut (beri tekanan sedikit), pergelangan kaki
kemudian lepas.
 Ulangi sebanyak 3 kali.
2. Usapan Bintang Halus
 Usapan memanjang dengan salah satu tangan terapis berada di
bawah umbilicus sejajar dengan coxae dan tangan yang lain
melakukan usapan lurus ke atas dan ke samping membentuk
bintang.
 Ulangi sebanyak 3 kali.
3. Usapan Bergelombang
 Usapan yang juga berbentuk bintang hanya gerakan ini membentuk
gelombang untuk memberikan sensasi geli pada pasien.
 Ulangi sebanyak 3 kali.
4. Usapan Conract-Relax
 Usapan yang berawal dari tengah kemudian kesamping dengan
sedikit penekanan pada akhir usapan. Polanya juga masih
berbentuk bintang.
 Lakukan gerakan contract kemudian relax dan ulangi sebanyak 3
kali.

5. Usapan Anka I

16
 Usapan lurus memanjang tanpa tekanan dimulai dari bawah axial
menuju panggul baru dilanjutkan dari panggul menuju pergelangan
kaki.
 Ulangi sebanyak 3 kali.
6. Usapan Angka 8
 Usapan yang berbentuk angka 8 dengan pola usapan berbentuk
bintang. Lakukan pada badan dan panggul terlebih dahulu.
 Pada bagian lengan/tungkai lakukan perbagian lengan/panggul atas
kemudian baru lengan bawah, baru kemudian angka 8 menyeluruh
pada seluruh bagian lengan/panggul.
 Ulangi sebanyak 3 kali.
7. Picking Up dan Contract-Stretch
 Lakukan gerakan mengangkat otot seperti mencubit dengan telapak
tangan kemudian lakukan contract-stretch pada otot tersebut.
 Dimulai dari tangan kanan ke kiri kemudian tungkai kiri ke kanan.
 Ulangi sebanyak 3 kali.
8. Tendon Guard
Gerakan seperti melakukan tekanan lembut pada origo-insertio pada
otot.
 Badan : bahu kanan, bahu kiri, costa bawah kiri, SIAS kiri, SIAS
kanan, Costa bawah kanan.
 Lengan (dimulai dari kanan ke kiri) : acromion, insertion biceps,
flexor elbow, flexor wrist, telapak tangan, baru lakukan myofascial
release.
 Tungkai (kiri baru kanan) : flexor hip, insertion quadriceps, origo
peroneus lalu lakukan myofascial release.
 Telapak kaki : pada permukaan medial telapak kaki, kemudian
bagian lateral kaki baru lakukan myofascial release.
9. Stimulasi Reflek Babinski dan Trigger Point
 Gores telapak kaki samping dengan gerakan cepat dari distal ke
proximal dan lihat reflek yang timbul.
 Beri tekanan 3 titik trigger point pada bagian lateral telapak kaki.

17
b. Tengkurap
1. Usapan Taktil
 Usapan ringan berawal dari puncak kepala (beri tekanan sedikit),
bahu (beri tekanan sedikit), siku (beri tekanan sedikit), pergelangan
tangan kemudian lepas.
 Dari pergelangan tangan, naik ke bahu, badan, kemudian turun ke
panggul (beri tekanan sedikit), lutut belakang (beri tekanan sedikit),
ankle kemudian lepas.
 Ulangi sebanyak 3 kali.
2. Usapan Bintang Halus
 Salah satu tangan terapis pada COG kemudian tangan yang lain
melakukan usapan berbentuk bintang sama seperti posisi terlentang
menuju kearah cervical dilanjutkan kearah Pundak kanan-kiri,
panggul kiri-kanan.
 Ulangi sebanyak 3 kali.
3. Usapan Bergelombang
4. Usapan Contract-Relax
5. Usapan Anka I
6. Usapan angka 8
7. Picking Up dan Contract-Stetch
8. Tendon Guard
 Dimulai dari gluteus, insertion hamstring, origo gastrocnemius,
insertion gastroc, kemudian lakukan myofcial release.
 Upper dan Lower Back (para vertebra): lakukan trigger point pada
discus intervertebralis dimulai dari distal ke proximal.
 Lakukan palm kneading pada sepanjang voramen intervertberalis
baru kemudian dilanjukan dengan myofascial release.

 Massage dada punggung dan leher


Posisi anak terlentang dan tengkurap, terapis berada di samping kemudian
dilakukan massage pada dada, punggung, dan leher.
 Mobilisasi trunk

18
Merupakan salah satu tekhnik penguluran yang dilakukan secara pasif
untuk memanjangkan jaringan lunak sehingga akan menurunkan kekauan
atau spastisitas.
 Patterning
Merupakan gerakan-gerakan motorik yang bertujuan untuk
mengoptimalkan fungsi-fungsi dalam otak yang mengalami cedera atau
kerusakan agar dapat berfungsi secara mandiri.
 Brain Gym
Yaitu suatu sentuhan yang mampu merangsang kerja dan berfungsinya
otak secara optimal yaitu lebih lebih mengaktifkan keampuan otak kanan
dan kiri, sehingga kerja antara belahan otak kanan dan kiri bisa terjalin.
 Oral Function Stimulation
Dilakukan pada posisi terlentang, siapkan gelas dan sikat, celupkan sikat
dari silicon pada air, kemudian mulai pijat area oral anak dimulai dari
bagian luar (bibir atas).
 Titik Ekspresi digunakan untuk merelaksasi otot wajah.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

19
Speech delay merupakan suatu keterlambatan dalam berbahasa maupun
berbicara. Gangguan bicara (speech delay) merupakan keterlambatan
dalam sektor bahasa yang dialami oleh seorang anak (Soetjiningsih, 1995).
Pasien dengan inisial An. Z usia 2 tahun 1 bulan, memiliki problem speech
delay. Dengan keluhan komunikasi dua arah masih kurang, pengucapan
atau pelafalan anak juga belum jelas. Setelah beberapa kali mendapatkan
intervensi berupa NS, massage dada punggung, leher, mobilisasi trunk,
patterning, brain gym, oral function stimulation, titik ekspresi, anak
mengalami kemajuan berupa penambahan kosa kata dan menjadi lebih
berekspresi.

B. Saran
Untuk mendukung keberhasilan dari terapi, dibutuhkan kerjasama antara
tenaga kesehatan satu dengan yang lain (fisioterapi). Selain itu untuk
mendukung keberhasilan proses terapi, diharapkan orang tua memberikan
stimulasi pada anak dirumah berupa sering mengenalkan anak kepada
lingkungan dan diajak berbicara atau bercerita.

DAFTAR PUSTAKA

Fauzia, W., Meiliawati, F., & Ramanda, P. (2020). Mengenali dan Menangani
Speech Delay Pada Anak. al-Shifa.

20
Istiqlal , A. N. (2021). Gangguan Keterlambatan Berbicara (Speech Delay) Pada
Anak Usia 6 Tahun.
Perry, K. L., Prince, E. B., Valtierra, A. M., & dkk. (2018). A year in words: The
Dynamics and Consequences Of Language Experiences In An Intervention
Classroom.
Safitri, Y. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perkembangan Bahasa
Balita di UPTD Kesehatan Baserah Tahun 2016. Obsesi.
Umah, R. Y. (2017). Gadget dan Speech Delay: Kajian Perkembangan
Kemampuan Berbahasa Anak. Ijiece.

21

Anda mungkin juga menyukai