Disusun oleh :
SURAKARTA 2021
LEMBAR PENGESAHAN MAKALAH KASUS
Oleh :
Mengetahui,
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
DAFTAR SINGKATAN................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2
A. Definisi...............................................................................................................3
B. Normal Development.........................................................................................3
C. Etiologi.............................................................................................................11
D. Patofisiologi......................................................................................................11
A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF.......................................................................15
B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF.........................................................................18
C. UNDERLYING PROCESS..............................................................................23
D. PROGRAM FISIOTERAPI.............................................................................26
E. RENCANA EVALUASI...................................................................................27
F. PROGNOSIS....................................................................................................27
G. PELAKSANAAN TERAPI..............................................................................27
ii
H. EVALUASI DAN EDUKASI..........................................................................29
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................31
BAB V PENUTUP......................................................................................................35
A. Kesimpulan.......................................................................................................35
B. Saran.................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................36
iii
DAFTAR SINGKATAN
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD) atau yang sering disebut
dengan hiperaktif ditemukan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Profesor
George F. Still, yang merupakan salah seorang dokter di Inggris pada tahun 1902.
Penelitian yang dilakukan oleh dokter George mengambil sampel sekelompok
anak yang menunujukkan gejala seperti ketidakmampuan abnormal untuk
memusatkan perhatian yang disertai dengan rasa resah dan gelisah. Rasa atau
gangguan yang dirasakan oleh anak tersebut disebabkan oleh sesuatu yang ada
dari dalam diri anak sendiri dan bukan merupakan faktor dari lingkungan.
Menurut Taylor (1988) anak yang mengalami ADHD atau anak yang
mengalami gangguan dalam pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
mengakibatkan permsalahan fisik, perilaku,kognitif, sosial dan gangguan belajar
dikarenakan konsentrasi belajar yang rendah.Bila gangguan atau masalah
masalah tersebut dibiarkan saja maka besar kemungkinan akan menganggu
ataupun menghambat anak dalam tugas tugas perkembangan, prestasi, belajar
buruk, menganggu orang lain dan sekitarnya.[ CITATION Yul19 \l 1033 ]
Perilaku yang sering dianggap masalah pada penderita ADHD adalah sulitnya
berkonsentrasi , memusatkan perhatian, serta mengalami gangguan dalam
berkomunikasi atau bahasa. Hal- hal tersebut biasanya yang membuat orang tua
menjadi khawatir atau kewalahan dikarenakan anak mengalami keterlambatan
dalam memahami pembelajaran yang telah diajarkan dan selalu mengalihkan
perhatian dan konsentrasi. Perilaku- perilaku tersebut sering dikenal dengan
gangguan konsentrasi yang disertai dengan hiperaktivitas.
1
ADHD lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan dengan
anak perempuan dengan perbandingan 4:1, di mancanegara prevalensi terjadinya
ADHD sebesar 3%- 10 %.Menurut data statistic pada wilayah Asia terdapat
sekitar 10% prevalensi anak dengan ADHD, sedangkan untuk wilayah Indonesia
senidiri prevalensi ADHD sebesar 4,2 % [ CITATION Adi18 \l 1033 ].
Dalam hal ini penanganan pada kasus ADHD perlu melibatkan kerja sama
dari tenaga kesehatan salah satunya fisioterapi. Fisioterapi merupakan pelayanan
kesehatan yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk
mengembangkan, memelihara gerak, dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan.
Adapun fisioterapi dalam kasus ADHD memiliki tujuan untuk mengoptimalkan
kemampuan aktivitas pasien secara mandiri.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas adalah
sebagai berikut :
1) Permasalahan apa saja yang terjadi pada anak dengan kondisi ADHD ?
2) Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada anak dengan kondisi ADHD ?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Mengetahui permasalah yang timbul pada anak dengan kondisi ADHD
2) Mengetahui penatalaksanaan fisiopterapi yang tepat pada anak dengan
kondisi ADHD.
2
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Definisi
ADHD merupakan suatu gangguan yang terjadi pada masa perkembangan
yang menyebabkan individu tidak mampu mengatur perilakunya sendiri, tidak
mampu mengantisipasi tindakannya, tidak mampu mengambil keputusan serta
sulit menahan diri untuk tidak segera memberikan sebuah repon terhadap situasi
atau kejadian yang sedang berlangsung atau terjadi. Permasalahan yang dialami
oleh anak dengan kondisi ADHD adalah adanya gangguan dalam diri mereka
untuk dapat memusatkan perhatian sehingga penerimaan informasi yang diterima
oleh anak tidak maksimal
Permasalahan lain yang terjadi pada anak dengan kondisi ADHD adalah
adanya aktivitas berlebihan yang menganggu individu itu sendiri atau orang lain
yang berada di sekitarnya. Aktivitas yang dimaksud dapat berupa berlari di dalam
ruangan, melompat lompat, berteriak, tidak dapat duduk dengan tenang, serta
kesulitan menikmati suatu kegiatan atau permainan dengan rileks [ CITATION
Gun21 \l 1033 ].
Perkembangan bahasa pada anak dikatakan mengalami permasalahan jika
penggunaan bahasa anak tidak seperti anak anak sebaya nya . Permasalahan
gangguan bahasa biasanya terjadi pada anak usia pra sekolah, gangguan bahasa
juga dapat dialami oleh anak dengan ADHD. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Allysa yang tercantum di jurnal Dialekta berpendapat bahwa anak dengan
diagnosis ADHD memiliki masalah dalam pemahaman bahasa, mengikuti
petunjuk dan konsep. Secara ekspresif anak anak dengan gangguan ADHD
mengalami kesulitan dalam merumuskan kalimat, mengingat kata kata dengan
cepat, dan melakukan asosiasi kata tugas[ CITATION Puj18 \l 1033 ]
B. Normal Development.
a. Pengertian
3
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan salah satu fase yang
penting dalam kehidupan anak, menurut buku SDIDTK ( Stimulasi,
Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak ) yang ditulis oleh
Kementrian Kesehatan RI menuliskan bahwa pertumbuhan adalah segala
hal yang berkaitan dengan jumlkah sel, besar, panjang, organ atau individu
yang dapat diukur menggunakan satuan seperti cm, gram, kg, dan pound.
Sedangkan perkembangan merupakan bertambahnya kemapuan atau skill
tubuh yang terbentuk secara terpola, progresif dan dapat diramalkan
sebagai sebuah hasil dari proses pematangan sel yang adal di dalam tubuh
anak[ CITATION KEM16 \l 1033 ].
b. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi sebagai berikut :
1) Faktor Internal
a. Ras atau etnik bangsa: ras menentukan faktor herediter
dimana anak dilahirkan.
b. Keluarga: keluarga dapat menurunkan genetika seperti
postur.
Umur: kecepatan pertumbuhan anak juga berjalan sesuai
dengan usia anak.
c. Jenis Kelamin: kecepatan fungsi produksi antara anak laki
laki dan perempuan berbeda, sebelum masa pubertas fungsi
reproduksi anak perempuan akan bertumbuh lebih cepat
sedangkan setelah masa pubertas pertumbuhan akan lebih
cepat terjadi pada anak laki laki.
d. Genetika: genetika adalah bawaan dari orang tua yang akan
menjadi ciri khas pada masing masing anak.
2) Faktor Eksternal
4
a. Gizi:gizi yang dikonsumsi ibu saat hamil akan
mempengaruhi pertumbuhan anak dalam kandungan,
b. Mekanis: posisi fetus saat abnormal dapat menyebabkan
kelainan konginetal pada anak.
c. Toksin: obat obatan yang dikonsumsi ibu dan mengandung
bahan kimia yang berbahaya dapat mempengaruhi
peekembangan anak.
d. Infeksi: apabila saa trimester awal kehamilan ibu terinfeksi
oleh virus TORCH maka dapat menyebabkan kelainan pada
janin.
e. Pendapatan orang tua: apabila pendapatan orang tua
mencukupi maka anak besar kemungkinan mendapatkan
asupan gizi yang baik dan optimal.
f. Pendidikan orang tua: semakin tinggi pendidikan orang tua
maka semakin banyakj pengetahuan orang tua tentang
tumbuh kembang anak[ CITATION KEM16 \l 1033 ] [ CITATION
Kha18 \l 1033 ].
c. Aspek Perkembangan yang Perlu Dipantau :
1) Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan
dengan penggunaan otot otot besar seperti duduk, berdiri, dan
berlari.
2) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan
dengan penggunaan otot otot kecil dan membutuhkan koordinasi
yang cermat seperti menjimpit, dan menulis.
3) Kemampuan bicara dan bahasa adalah kemampuan anak dalam
berkomunikasi, mengikuti perintah, menerima perintah, dan
memberikan respon.
5
1. Motorik kasar
Setelah usia 2 bulan, refleks-refleks yang ada dalam diri anak atau bayi
akan mature atau matang dengan sendirinya, bersamaan dengan itu anak
mulai menggerak-gerakkan tangannya di depan matanya dan mengamatinya.
Kegiatan ini penting karena merupakan langkah awal dari pengenalan
dirinya dengan dunia luar dan lingkungan sekitarnya. Anak usia 3-4 bulan
gerakan yang dilakukan sudah lebih diarahkan oleh kesadarannya, gerakan
tersebut dipengaruhi oleh keseimbangan dan koordinasi antara gerakan
tubuh. Refleks primitif pun hilang berganti dengan gerakan yang lebih
bervariasi. Pada saat anak mulai memasuki tahap perkembangan motorik
kasar yang ditandai dengan munculnya gerakan yang lebih terarah.
Gerakan motorik adalah suatu gambaran perilaku yang dilakukan oleh
anak, gerakan motorik, sedangkan ketrampilan motorik adalah gerakan yang
dilakukan secara, cepat, tepat dan akurat. Pada dasarnya perkembangan
motorik berkembangan sejalan dengan kematangan saraf dan otot
anak[ CITATION Has16 \l 1033 ]. Gerakan motorik kasar membutuh koordinasi
yang baik dari anak oleh karena itu gerakan motorik kasar menbutuhkan
banyak tenaga yang digunakan untuk mengaktifkan kontraksi dari otot otot
besar yang berguna dalam gerakan meloncat, berlari, berjalan,dll[ CITATION
Bam15 \l 1033 ].Gangguan motorik kasar dapat disebabkan karena beberapa
faktor yaitu faktor nutrisi, genetik, pre- natal, pos-natal, stimulasi, dan
riwayat premature[ CITATION Ana17 \l 1033 ].
6
a. Kontrol kepala
Pada awal kehidupan bayi banyak melakukan aktivitas yang
berhubungan dengan pengembangan kontrol gerakan. Penguasaan
control gerakan bermula dari bagian kepala kemudian turun ke kaki,
namun yang pertama kali dikuasai adalah kontrol gerakan leher. Dalam
posisi tengkurap biasanya bayi usia satu bulan baru dapat mengangkat
kepala selama beberapa saat dan memiringkan ke satu sisi saja. Pada
usia dua bulan barulah bayi akan mengankat kepala sekitar 45 derajat
dari permukaan (Graham, 1980). Pelajaran mengangkat kepala ini
melatih saraf serta otot-otot leher dan perut, usia 6 bulan bayi mahir
mengangkat kepala, dada, dan perut atas sambil bertumpu pada telapak
tangannya.
Posisi telentang bayi usia 3 bulan biasanya sudah dapat mengangkat
kepala, tetapi karena leher belum kuat kepala agak terkulai (headlag).
Setelah berusia 5 bulan leher sudah lebih kuat, sehingga kepalanya juga
sudah lebih tegak, usia 7 bulan baru anak dapat mengangkat secara
spontan.
b. Kontrol batang tubuh
Kemampuan bayi untuk mengontrol batang tubuhnya terlihat dari
berbagai gerakan yang dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Berguling
Pada usia 1-2 bulan biasanya bayi melakukan gerakan berputar
dari posisi telentang hingga posisi miring, dimulai dari berputarnya
kepala diikuti dengan berputarnya batang tubuh. Usia 4 bulan bayi
sudah mahir tengkurap tanpa dibantu siapa pun, usia 5-7 bulan
dimotori putaran kepala, bayi akan berguling dari posisi tengkurap
ke posisi telentang dan sebaliknya.
2) Duduk
7
Kontrol yang baik pada otot punggung dan bahu akan membuat
anak duduk sendiri tanpa bantuan orang lain. Bayi usia 1 bulan
apabila didudukkan punggung biasanya akan melengkung, usia 4
bulan punggung sudah tidak melengkung lagi. Sekalipun bayi sudah
bisa duduk tubuhnya masih agak sedikit condong ke depan, pada
usia 5 bulan biasanya sudah dapat duduk tanpa bantuan.
3) Merangkak
Merangkak merupakan gerakan tubuh berumpu pada tangan dan
lutut. Sekitar usia 6-7 bulan umumnya bayi sudah bisa mengangkat
badan dan pantat dengan kedua tangan dan kaki sebagai penopang,
namun hanya bergerak maju mundur tanpa melangkah maju, di usia
7-10 bulan baru bayi benar-benar mulai merangkak.
4) Berdiri
Kekuatan otot lengan dan bahu anak mulai menarik tubuhnya
dalam posisi berdiri. Pelajaran ini biasanya sudah dikuasai anak
antara usia 8-10 bulan. Gerakan berdiri memungkinkan anak untuk
mengembangkan otot-otot kaki.
5) Berjalan
Salah satu keterampilan motorik yang paling jelas menandai
kemandirian anak adalah berjalan. Kini anak bergerak kemana saja
tanpa bantuan orang lain, umumnya aktivitas ini pada anak usia 12
bulan.
8
Ketika otot telah mengembangkan berbagai kekuatan yang adapada
tubuhnya anak akan mencoba menguasai keseimbangan tubuh dengan
membuat 1-2 langkah pendek. Pada mulanya tentu ia akan jatuh bangun,
karena belum bisa menguasai keseimbangan tubuhnya. Minat untuk belajar
berjalan serta makin baiknya perkembangan kekuatan ototnya, pada akhirnya
akan membantu si kecil mengayunkan kaki untuk melanngkah dan berjalan
dengan tegap.
2. Motorik Halus
Motorik (motor) merujuk pada factor biologis dan mekanis yang
memengaruhi gerak (Movement). Istilah (Movement) merujuk pada
perubahan actual yang terjadi pada bagian tubuh yang dapat diamati. Dengan
demikian, motorik merupakan kemampuan yang bersifat lahirian yang
dimiliki seseorang untuk mengubah beragam posisi tubuh. Motorik adalah
terjemahan dari kata “motor” yang menurut Samsudin adalah suatu dasar
biologi atau mekanik yang menyebabkan terjadinya suatu gerak. Dengan
kata lain, gerak (Movement) adalah refleksi dari suatu tindakan yang
didasarkan oleh proses motorik.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motorik halus adalah
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan melakukan
gerakan pada otot-otot kecil, seperti menggerakan jari-jemari tangan dan
gerakan pergelangan tangaan yang tepat. Oleh karena itu, gerakan ini tidak
banyak membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi
mata dan tangan.
3. Bahasa
Pada usia 0-3 minggu bayi akan mengeuarkan suara tangisan yang
masih berupa refleks. Jadi, bayi menangis bukan karena ia memang ingin
menangis tetapi hal tersebut dilakukan tanpa ia sadari.
a. Babling
9
Pada usia lebih dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak
nyaman ia akan mengeluarkan suara tangisan. Berbeda dengan
sebelumnya, tangisan yang dikeluarkan telah dapat dibedakan sesuai
dengan keinginan atau perasaan si bayi.
b. Lalling
Di usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara namun
belum jelas. Bayi mulai dapat mendengar pada usia 2 s/d 6 bulan
sehingga ia mulai dapat mengucapkan kata dengan suku kata yang
diulang-ulang, seperti: “ba….ba…., ma…..ma…”
c. Echolalia
Di tahap ini, yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan ia mulai meniru
suara-suara yang di dengar dari lingkungannya, serta ia juga akan
menggunakan ekspresi wajah atau isyarat tangan ketika ingin meminta
sesuatu.
d. True Speech
Bayi mulai dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar 18
bulan atau biasa disebut batita. Namun, pengucapannya belum sempurna
seperti orang dewasa.
4. Personal sosial
Pada masa anak-anak merupakan awal kehidupan sosial yang
berpengaruh bagi anak, dimana anak akan belajar mengenal dan menyukai
orang lain melalui aktifitas sosial. Apabila pada masa kanak-kanak ini anak
mampu melakukan penyesuaian sosial dengan baik dan anak akan mudah
diterima sebagai anggota kelompok sosial ditempat mereka mengembangkan
diri. Perkembangan sosial anak adalah tahapan kemampuan anak dalam
berperilaku sesuai dengan harapan lingkungan (Hurlock,1998).
Melalui Denver Development Screening Test (DDST)
mengemukakan untuk parameter perkembangan anak salah satunya adalah
10
personal sosial (kepribadian / tingkah laku sosial ) yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
C. Etiologi
Penyebab ADHD dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantanya :
a. Faktor Genetik
ADHD terkait dengan genetik karena sering terdapat dalam keluarga.
Penelitian menunjukkan bahwa 25 % keluarga dekat dari anak yang menderita
ADHD, juga menderita ADHD, Penelitian yang dilakukan pada anak kembar
pun menunjukkan adanya ikatan genetik yang kuat.
b. Faktor Neurologik
Menurut Rutter bahwa ADHD disebabkan oleh gangguan pada fungsi otak,
karena didapatkan defisit aktivasi yang disebabkan karena adanya patologi di
areao prefrontal atau sagital frontal dengan predominasi pada korteks otak.
c. Faktor Neurotransmitter
Neurotransmitter yang diperkirakan berhubungan dengan ADHD di antara lain
non-epinefrn dan dopamine.
d. Faktor Lingkungan
Berbagai toksin dari lingkungan yang dianggap sebagai peneyabab ADHD
antara lain : rokok dan alkohol.
e. Trauma otak
Beberapa anak mengalami kecelakaan dan trauma otak dan kemungkinan
menunjukkan beberapa gejala yang sama dengan perilaku GPPH.
D. Patofisiologi
Penelitian yang dilakukan pada anak ADHD menunjukkan adanya penurunan
dari volume cortex prefrontal sisi kiri, penemuan ini menunjukkan bahwa gejala
ADHD adalah intensi, hiperaktif, dan implusif yang menggambarkan adanya
disfungsi dari lobus frontalis. Selain lobuis frontalis area lain di otak yang
11
terkena adalah cerebellum, dimana mengatur tentang kinerja motorik, koordinasi,
dan keseimbangan[ CITATION Evi21 \l 1033 ].
12
g. Kesulitan dalam memulai tugas dan tidak menyelesaikan tugas.
h. Menghindari atau tidak menyukai tugas yang membutuhkan usaha mental (
tugas sekolah, pekerjaan rumah).
i. Sulit memperhatikan detail dan membuat kesalahan karena ceroboh.
j. Mudah kehilangan barang seperti alat sekolah atau mainan.
k. Kesulitan mengorganisir tugas dan aktivitas .
l. Menunda nunda pekerjaan.[ CITATION Dar18 \l 1033 ]
13
BAB III
ANALISA KASUS
Nama : An. S
Umur : 3tahun, 2 bulan ( 12 Juli 2018)
Jenis Kelamin :Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Alamat : Babatan RT 01/ RW 11 Karangmojo, Weru, Sukoharjo
No. RM :
No HP :085766661150
14
Catatan Klinis : Pada usia 1,5 tahun anak mempunyai riwayat
mengkonsumsi obat untuk flek paru paru selama 8 bulan
Keterangan : Adanya spasme pada otot upper trapezius dan otot paravetebralis
ANAMNESIS (AUTO/HETERO*)
I. Keluhan Utama:
Ibu mengeluhkan bahwa anak saat berbicara kurang jelas, kontak mata anak tidak
fokus dan anak sangat aktif bergerak ( tidak bisa diam ).
15
II. Riwayat Penyakit Sekarang: (Sejarah keluarga dan genetik, kehamilan,
kelahiran, dan perinatal, tahap perkembangan, serta gambaran
perkembangan lainnya)
- Pre Natal : saat hamil ibu tidak mempunyai keluhan dan ibu mengkonsumsi
vitamin dari dokter.
- Natal : anak lahir normal dengan dipacu, saat memasuki HPL ibu tidak
merasakan kontraksi dan ditunggu hingga satu minggu, setalah satu minggu
tidak mengalami kontraksi akhirnya diputuskan untuk dipacu. Anak lahir
dengan usia kandungan cukup bulan, saat lahir anak langsung menangis. BBL
2500 gram, PL 48cm. IMD (-), Icterus(-).
- Post Natal : Pada saat anak berusia 3 bulan anak belum mampu mengangkat
kepala secara tegak, saat usia merangkak ( 6-10 bulan) anak belum bisa
merangkak dan bisa merangkak pada usia 1 tahun, memasuki usia 1.5 tahun
anak sudah bisa berjalan tetapi masih terburu buru dan tidak seimbang, saat
memasuki usia bicara dimana anak lain mau menirukan bunyi bunyian atau
perkataan orang tua An. S hanya diam saja.Saat makan anak menguyah
dengan durasi yang lama selain itu anak memiliki riwayat MPASI dengan
tekstur lembut lebih lama dibandingkan dengan anak lain seusianya.
- Riwayat Terapi :Saat menunjukkan tanda keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan ibu tidak menyadari dan berfikir bahwa masing masing anak
memiliki usia pertumbuhan dan perkembangan masing- masing. Saat usia
anak 7 bulan anak melakukan screening tumbuh kembang pada dokter dan
didapatkan hasil bahwa anak memiliki keterlambatan dalam pertumbuhan
dan perkembangan , setelah itu anak menjalani terapi di RSJ, tidak lama
kemudian anak berhenti terapi dan hanya diberi stimulasi dirumah.
Memasuki usia 2 tahun anak kembali terapi ke rumah tumbuh kembang
Nurmalasari anak mendapatkan terapi OT dan TW selama 1 bulan. Setelah
itu anak berpindah ke Ly Physiocare dan sudah berjalan selama 5 bulan
III. Riwayat Keluarga dan Status Sosial
16
- Pekerjaan orang tua :
Ayah : guru, karyawan toko emas
Ibu : Ibu rumah tangga
- Anak S merupakan anak pertama , saaat usia 4 bulan anak S ditinggal oleh
ibu bekerja dan hanya bertemu ibu disaat jam istirahat dan jam pulang kerja.
- Ibu dan saudara memiliki riwayat flek paru paru
- Tidak ada saudara yang memiliki keluhan atau problem sama seperti anak S
IV. Riwayat Penyakit Dahulu dan Penyerta
Saat anak berusia 1,5 tahun anak memiliki riwayat flek paru paru dan
mengkonsumsi obat flek paru paru selama 8 bulan . Untuk kondisi sekarang flek
paru paru anak sudah bersih.
V. Anamnesis Sistem
Sistem Keterangan
Head dan Neck Normal, tidak ada keluhan
Kardiovaskuler Normal, tidak ada keluhan pada jantung.
Respirasi Normal, tidak ada keluhan pernapasan.
Gastrointestinal BAB anak lancar, tidak ada keluhan
Urogenital BAK anak lancar, tidak ada keluhan
Musculo-skeletal Tegang atau kencang pada area punggung dan leher
Nervorum Normal, tidak ada keluhan pada system saraf anak
B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Vital Sign
Lingkar Kepala : 46 cm
Tinggi Badan : 92 cm
Berat Badan : 11kg
Denyut Nadi : 83x/menit
Pernapasan : 21x/ menit
Suhu Tubuh : 36,5ºC
Komunikasi Verbal :Baik, anak mau merespon pertanyaan sederhana
Komunikasi non Verbal :Baik, anak mau menoleh saat dipanggil
17
Kualitas Pendengaran :Baik
Kualitas Penglihatan :Baik, penglihatan anak bagus
Kualitas Kinetik :Kurang baik karena pergerakan anak tidak terkontrol
(hiperkinetik)
2. Inspeksi/Observasi
a. Inspeksi Statis (Posture, topic change, dll)
- Posisi duduk : saat duduk anak terus bergerak, kontak mata anak tidak fokus
pada terapis,anak selalu mencoba mencari perhatian kepada orang lain.
- Telentang : kontak mata anak tidak fokus pada terapis, anak terkadang
menangis saat terapi berlangsung.
- Tengkurap: anak tidak bisa diam, jika diberi mainan anak cepat bosan
b. Inspeksi Dinamis (Posture, balance, fungsi motorik, pola gerak, tonus/ tone,
refleks, gait, dll)
- Saat melakukan latihan terkadang anak menolak ( moodswing)
- Anak tidak dapat berdiri dengan tenang.
- Cara berjalan anak terburu buru
- Anak tidak bisa duduk dengan tenang
- Saat anak berlari tidak memperhatikan sekelilingnya
- Anak tidak takut bahaya
- Saat berjalan diatas papan titian anak cenderung diarahkan dan kakinya
diseret.
18
- Spasme pada otot upper trapezius
- Hipersensitif pada area oral
4. Auskultasi
Normal auskultasi, tidak terdapat suara creckles, wheezing.
5. Perkusi
Tidak dilakukan
6. Pemeriksaan Gerak Dasar
a. Aktif
Anak dapat melakukan gerakan aktif dengan baik pada AGA maupun
AGB
b. Pasif
Anak dapat melakukan gerakan pasif dengan baik pada AGA maupun
AGB
c. Isometrik
Tidak dilakukan.
7. Pemeriksaan Spesifik
a. Nyeri:
Tidak dilakukan, tidak ada keluhan nyeri.
19
dekstra
Shoulder √
Elbow √
Wrist √
Hip √
Knee √
Ankle √
20
Dx: 22cm Sx: 22cm
Appreance tungkai ( Umbilicus- Maleolus Lateral )
Dx: 50cm Sx: 50cm
e. Tes Sensibilitas
Saat dilakukan test sensibilitas pada sisi dekstra dan sinistra anak
merespon dengan menoleh.
f. Pemeriksaan Refleks Patologis
Babinsky (+)
Blinking Reflek (+)
Grasp foot (+)
g. Tes Khusus yang digunakan: ( DDST, GMFM, DSM IV,KPSP,
Asworth scale,dll).
Test khusus yang digunakan adalah :
M-CHAT : dengan total score 16 dimana anak memiliki resiko tinggi
memiliki problem ASD atau ADHD.
DDST didapatkan hasil :
Motorik kasar ( 3L, 1TL)
Bahasa ( 7L,4TL)
Motorik halus : (5L,2TL)
Personal sosial ( 5TL, 2L
8. Pemeriksaan Tambahan:
a. Kognitif, Intra-Personal, & Inter-Personal
- Kognitif : Kurang baik, anak terkadang tidak mau mengikuti
instruksi dari terapis.
- Intrapersonal : Baik, anak mampu menyatakan keinginan, anak
merespon saat dipanggil dan diajak berbicara,
- Interpersonal : Kurang baik, saat diajak berbicara anak tidak
melakukan kontak mata dengan lawan bicara.
21
b. Kemampuan Fungsional & Lingkungan
- Kemampuan Fungsional :
Anak sudah bisa berjalan sendiri
Anak sudah bisa makan sendiri
Anak sudah bisa melepas celana sendiri
Anak dapat mengisi gelasnya sendiri untuk minum
Anak dapat berdiri dengan salah satu kaki selama beberapa detik.
- Lingkungan Aktivitas :
Anak mendapatkan dukungan dari keluarga dalam menjalani terapi
Anak suka terhadap anak kecil dan mau bermain bersama.
C. UNDERLYING PROCESS
(CLINICAL REASONING)
Etiologi
Problem pada anak mulai terlihat saat anak tidak mau meniru perkataan ibunya seperti
anak lain seusinya, selain itu seiring pertumbuhan anak, anak menjadi tidak fokus, banyak
bergerak, dan terkadang tidak merespon saat namanya dipanggil.
22
Speech delay e.c
ADHD
Goals :
- NSMRDS
- Massage Punggung
- Brain gym aktif
- Brain gym pasif
- Patterning
- OFS
- Bedong dan Blocking
- Titik ekspresi
23
B. DIAGNOSA FISIOTERAPI
24
- Gerakan hiperkinetik bahaya saat berlarian
- Kontak mata anak
kurang baik
- Refleks primitif
masih dominan
- Anak moodswing
- Anak tidak bisa
duduk diam
Goal/Rencana Goal/Rencana Goal/Rencana
- Merelease spasme - Anak mampu - Edukasi kepada
- Meningkatkan melakukan ADL orang tua tentang
keseimbangan dengan mandiri screen time yang
- Meningkatkan (memakai pakaian, tepat pada anak.
kontak mata menggosok gigi,dan
- Mengontrol gerak mengambil
hiperkinetik makanan)
- Mematangkan refleks
25
D. PROGRAM FISIOTERAPI
1. Tujuan Jangka Pendek :
- Merelease spasme
- Mengontrol gerak anak yang hiperkinetik
- Meningkatkan kontak mata anak
- Menurunkan hipersensitif pada area oral anak
- Mematangkan refleks anak
- Anak bisa duduk dengan tenang
- Meningkatkan semua system sensoris
2. Tujuan Jangka Panjang :
- Anak mampu melakukan ADL secara mandiri ( memakai pakaian, menggosok
gigi, dan mengambil makanan) secara mandiri.
- Meningkatkan perkembangan anak ( motorik kasar, motorik halus,
bahasa,personal sosial)
- Mengoptimalkan tujuan jangka pendek.
E. RENCANA EVALUASI
- Evaluasi pertumbuhan dan perkembangan dengan DDST
- Evaluasi refleks primitif yang dominan dengan pemeriksaan refleks
- Evaluasi tingkat hiperaktif anak dengan M-Chat
F. PROGNOSIS
Quo ad Vitam :Bonam
Quo ad Sanam :Bonam
Quo ad Fungsional :Bonam
Quo ad Cosmeticam :Bonam
26
G. PELAKSANAAN TERAPI
Neuro Senso Motor Reflex Development Posisianak supine lying, prone lying,
and Synchronization secarabergantian.
Usapan dilakukan dari ubun-ubun hingga
ujung kaki dengan tangan kontak dengan
permukaan tubuh pasien.
Setelah itu letakkan satutangan pada
center of gravity pasien yang segaris
dengan sacrum 2. Pastikan tidak
berpindah kemudian melakukan usapan
bintang, usapan gelombang, usapan angk
delapan. NSMRDS bertujuan untuk
mematangkan refleks dan meningkatkan
serta menata sensoris anak.
Posisi anak tidur telentang ,beri media
berupa baby oil pada punggung anak
ratakan dan gunakan teknik pijat seperti
Massage Punggung
stroking dan efflurage untuk merelease
spasme dapat ditambahkan sedikit
penekanan agar anak tetap nyaman.
Brain gym aktif dapat dilakukan dengan
knelling dan minta anak untuk berjalan
memasukkan donat. Brain gym aktif dan
Brain Gym aktif dan pasif
pasif diberikan kepada anak untuk
meningkatkan koordinasi dan
keseimbangan anak.
Patterning Posisi anak tidur tengkurap posisikan
anak seperti gerakan akan merayap.
Pertemukan antara elbow dan knee pada
27
saat elbow dan knee bertemu pastikan
kepala anak ikut menoleh pada arah sisi
tubuh yang kita gerakan , Patterning
dapat dilakukan 8-10 kali pada setiap sisi
tubuh. Tujuan pemberian patterning
adalah untuk mematangkan refleks
gallant anak, dan untuk melakukan
mobilisasi trunk.
Blocking dan bedong dilakukan dengan
posisi anak tidur telentang, kemudian
bedong anak dengan menggunakan kain
pastikan tangan dan kaki anak terbedong,
Blocking dan Bedong tutup mata anak menggunakan bandage
yang berguna sebagai blocking. Blocking
dan bedong dilakukan dengan tujuan
untuk mengontrol gerak anak yang
hiperkinetik dan memperkenalkan anak
tentang presepsi dari rasa tenang.
28
H. EVALUASI DAN EDUKASI
T1 T2 T3
Anak datang dalam Pada saat dilakukan NSMRDS dan
Anak mau mengikuti
keadaan bersemangat massage anak masih kooperatif, namun
instruksi dari terapis
dan tenang pada terapi saat memasuki sesi latihan mood anak
dari awal hingga akhir
kedua kotak mata anak mulai berubah dan anak tidak mau
sesi terapi, meskipun
sudah bertambah lama mengikuti arahan yang diberikan oleh
saat dilakukan oral
durasinya, mood anak terapis dan anak lebih asik dengan dunia
stimulation anak
mulai stabil, dan anak anak sendiri, saat dilakukan oral anak
menangis
mau melakukan tetap menangis.
instruksi yang diberikan
oleh terapis dari awal
hingga akhir sesi
terapi,meskipun saat
sesi oral anak tetap
menangis.
29
BAB IV
PEMBAHASAN
Modalitas yang dilakukan:
NeuroSenso Stimulation
a. Terlentang
1. Usapan Taktil
Usapan berawal dari ubun-ubun (beri tekanan sedikit), mata, telinga
mulut, bahu (beri tekanan sedikit) kemudian turun ke siku (beri tekanan
sedikit) kemudian pada pergelangan tangan (beri tekanan sedikit)
kemudian lepas.
Naik dari pergelangan ke bahu (beri tekanan sedikit), pinggul (beri
tekanan sedikit), lutut (beri tekanan sedikit), pergelangan kaki kemudian
lepas.
Ulangi sebanyak 3 kali.
2. Usapan Bintang Halus
Usapan memanjang dengan salah satu tangan terapis berada di bawah
umbilicus sejajar dengan coxae dan tangan yang lain melakukan usapan
lurus ke atas dan ke samping membentuk bintang.
Ulangi sebanyak 3 kali.
3. Usapan Bergelombang
30
Usapan yang juga berbentuk bintang hanya gerakan ini membentuk
gelombang untuk memberikan sensasi geli pada pasien.
Ulangi sebanyak 3 kali.
4. Usapan Conract-Relax
Usapan yang berawal dari tengah kemudian kesamping dengan sedikit
penekanan pada akhir usapan. Polanya juga masih berbentuk bintang.
Lakukan gerakan contract kemudian relax dan ulangi sebanyak 3 kali.
5. Usapan Anka I
Usapan lurus memanjang tanpa tekanan dimulai dari bawah axial menuju
panggul baru dilanjutkan dari panggul menuju pergelangan kaki.
Ulangi sebanyak 3 kali.
6. Usapan Angka 8
Usapan yang berbentuk angka 8 dengan pola usapan berbentuk bintang.
Lakukan pada badan dan panggul terlebih dahulu.
Pada bagian lengan/tungkai lakukan perbagian lengan/panggul atas
kemudian baru lengan bawah, baru kemudian angka 8 menyeluruh pada
seluruh bagian lengan/panggul.
Ulangi sebanyak 3 kali.
7. Picking Up dan Contract-Stretch
Lakukan gerakan mengangkat otot seperti mencubit dengan telapak
tangan kemudian lakukan contract-stretch pada otot tersebut.
Dimulai dari tangan kanan ke kiri kemudian tungkai kiri ke kanan.
Ulangi sebanyak 3 kali.
8. Tendon Guard
Gerakan seperti melakukan tekanan lembut pada origo-insertio pada otot.
Badan : bahu kanan, bahu kiri, costa bawah kiri, SIAS kiri, SIAS kanan,
Costa bawah kanan.
Lengan (dimulai dari kanan ke kiri) : acromion, insertion biceps, flexor
elbow, flexor wrist, telapak tangan, baru lakukan myofascial release.
31
Tungkai (kiri baru kanan) : flexor hip, insertion quadriceps, origo
peroneus lalu lakukan myofascial release.
Telapak kaki : pada permukaan medial telapak kaki, kemudian bagian
lateral kaki baru lakukan myofascial release.
9. Stimulasi Reflek Babinski dan Trigger Point
Gores telapak kaki samping dengan gerakan cepat dari distal ke proximal
dan lihat reflek yang timbul.
Beri tekanan 3 titik trigger point pada bagian lateral telapak kaki.
b. Tengkurap
1. Usapan Taktil
Usapan ringan berawal dari puncak kepala (beri tekanan sedikit), bahu
(beri tekanan sedikit), siku (beri tekanan sedikit), pergelangan tangan
kemudian lepas.
Dari pergelangan tangan, naik ke bahu, badan, kemudian turun ke
panggul (beri tekanan sedikit), lutut belakang (beri tekanan sedikit), ankle
kemudian lepas.
Ulangi sebanyak 3 kali.
2. Usapan Bintang Halus
Salah satu tangan terapis pada COG kemudian tangan yang lain
melakukan usapan berbentuk bintang sama seperti posisi terlentang
menuju kearah cervical dilanjutkan kearah Pundak kanan-kiri, panggul
kiri-kanan.
Ulangi sebanyak 3 kali.
3. Usapan Bergelombang
4. Usapan Contract-Relax
5. Usapan Anka I
6. Usapan angka 8
7. Picking Up dan Contract-Stetch
8. Tendon Guard
32
Dimulai dari gluteus, insertion hamstring, origo gastrocnemius, insertion
gastroc, kemudian lakukan myofcial release.
Upper dan Lower Back (para vertebra): lakukan trigger point pada discus
intervertebralis dimulai dari distal ke proximal.
Lakukan palm kneading pada sepanjang voramen intervertberalis baru
kemudian dilanjukan dengan myofascial release.
Massage punggung : Posisi anak tidur telentang ,beri media berupa baby
oil pada punggung anak ratakan dan gunakan teknik pijat seperti stroking
dan efflurage untuk merelease spasme dapat ditambahkan sedikit
penekanan agar anak tetap nyaman.
Brain gym aktif dan pasif : Brain gym aktif dapat dilakukan dengan
knelling dan minta anak untuk berjalan memasukkan donat. Brain gym
aktif dan pasif diberikan kepada anak untuk meningkatkan koordinasi dan
keseimbangan anak.
Patterning :Posisi anak tidur tengkurap posisikan anak seperti gerakan
akan merayap. Pertemukan antara elbow dan knee pada saat elbow dan
knee bertemu pastikan kepala anak ikut menoleh pada arah sisi tubuh
yang kita gerakan , Patterning dapat dilakukan 8-10 kali pada setiap sisi
tubuh. Tujuan pemberian patterning adalah untuk mematangkan refleks
gallant anak, dan untuk melakukan mobilisasi trunk
Blocking dan Bedong : Blocking dan bedong dilakukan dengan posisi
anak tidur telentang, kemudian bedong anak dengan menggunakan kain
pastikan tangan dan kaki anak terbedong, tutup mata anak menggunakan
bandage yang berguna sebagai blocking. Blocking dan bedong dilakukan
dengan tujuan untuk mengontrol gerak anak yang hiperkinetik dan
memperkenalkan anak tentang presepsi dari rasa tenang.
Oral Function Stimulation : Dilakukan pada posisi telentang siapkan gelas
berisi air dan sikat yang terbuat dari silicon, jika sudah celupkan sikat ke
33
air dan mulai pijit area mulut anak diawali dari atas bibir bagian luar.
Pemberian stimulasi oral bertujuan untuk menguatkan otot area oral anak.
Titik Ekspresi : Merupakan pijatan pada area wajah yang bertujuan untuk
merileksasi otot otot yang ada di wajah anak.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasien dengan nama An.S memiliki problem speech delay et causa
ADHD dengan keluhan kata yang diucaplan anak belum jelas, anak banyak
bergerak, tidak takut bahaya, kontak mata kurang fokus, setelah mendapatkan
intervensi berupa NSMRDS, massage punggung, Brain gym aktif dan pasif,
patterning, blocking dan bedong ,ofs ,dan titik ekspresi anak mengalami
kemajuan sedikit demi sedikit seperti mood anak yang mulai stabil, kontak
mata anak yang meningkat, gerak anak menjadi lebih terkontrol, dan
keseimbangan anak mulai meningkat.
B. Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, A., Osmond, A. B., & Rumani. (2018). Aplikasi Deteksi Dini ADHD
Pada Anak- Anak Menggunakan Skala Penilain Perilaku Anak Hiperaktif Berbasis
Android. e-Proceeding of Enginering (p. 6042). Jakarta: Telkom University .
Evi, Wiguna, T., & Malik, K. (2021). Komorbiditas Ganguan Tidur Pada Anak
Dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). Jurnal
Muara Medika .
35
KEMENKES. (2016). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Khalida, R., & Ningtyas, L. N. (2018). Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan
Tumbuh Kembang Anak Di Paud Mutiara Bangsa Kabupaten Pringsewu Tahun
2018. Jurnal Gizi Aisyah .
Pujiati, T., & Yulianti, D. M. (2018). Gangguan Berbahasa Pada Anak dengan Ciri
Attentio Deficit Hyperactivity Disorder. Jurnal Dialekta .
Yulinasari, H., & Susanti, N. (Maret 2019). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) Dengan Metode Neuro Sendo
Motor Refleks Development Dan Play Therapy Di YPAC Surakrta. Jurnal Pena .
36