PROPOSAL SKRIPSI
Disusun oleh :
Berliana Rias Kusuma
NIM. 5181002
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun oleh :
Berliana Rias Kusuma
NIM. 5181002
i
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun oleh :
Berliana Rias Kusuma
5181002
Telah disetujui untuk diajukan pada ujian Proposal Skripsi pada tanggal:
Mengetahui,
Ketua Program Studi
DIV Fisioterapi
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat karunia-Nya kepada kita semua
sehingga saya dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “HUBUNGAN MASA
KERJA TERHADAP KEJADIAN LBP PADA PENENUN DI KECAMATAN PEDAN”.
Proposal skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada
program Diploma IV di Prodi Fisioterapi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional
Surakarta.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Binuko Amarseto, SSt.FT., M.Or selaku ketua Program studi D-IV Fisioterapi
sekaligus pembimbing 2.
2. Ibu Warih Anjari D K, SSt.FT., M.Or selaku pempimbing 1.
3. Ibu Lilik Ariyanti, MPH dan Ibu Fatchurrohmah Ines Prabandari, S.Tr. FT., M.K.M
panitia skripsi
4. Seluruh dosen prodi D-IV Fisioterapi Stikes Nasional yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis
5. Kedua Orang tua beserta kakak yang telah memberikan doa dan dukungan selama proses
pembuatan skripsi..
6. Keluarga besar Stikes Nasional, khususnya teman-teman seperjuangan Angkatan 2018
prodi D-IV Fisioterapi
7. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu-persatu yang telah membantu penulis
baik langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.
Penulis mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah dilakukan. Semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat untuk mendorong penelitian-penelitian selanjutnya.
iii
DAFTAR ISI
iv
H. Teknik Data Penelitian ....................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 16
LAMPIRAN...................................................................................................... 17
v
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah kesehatan di masyarakat
yang menyebabkan ketergantungan pada pelayanan kesehatan. Prevalensi LBP di
dunia sangat bervariasi setiap tahunnya dengan angka 15-45%. Kejadian LBP di
Amerika Serikat dilaporkan penyebab yang paling sering dari keterbatasan aktivitas,
kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit, dan penyebab yang paling sering
untuk tindakan operasi. Berdasarkan data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia
belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia 65 tahun
pernah menderita nyeri pinggang dengan prevalensi pada laki-laki sebesar 18,2% dan
pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di
Indonesia berkisar antara 3-17%.
Jawa Tengah merupakan sentra tenun yang sangat maju, khususnya di wilayah
Klaten. Klaten merupakan kabupaten yang berada di antara Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta dan kota Solo. Lurik merupakan kain khas di wilayah Klaten, lurik Klaten
lebih dikenal dengan nama lurik Pedan, karena Pedan merupakan sentra lurik terbesar
di Klaten. Industri lurik Pedan menggunakan alat yang masih sederhana yaitu ATBM.
Industri lurik ATBM Pedan mendapatkan tenaga kerja dari masyarakat Pedan
maupun sekitarnya.
Sikap duduk pengrajin tenun yang statis yaitu sikap duduk dilantai menghadap
ke arah alat tenun dan punggung dalam posisi sedikit membungkuk. Sikap duduk ini
dilakukan rata-rata 8-9 jam/hari dan beberapa kali berdiri untuk megambil sesuatu
yang dibutuhkan termasuk waktu istirahat makan atau minum. Beban kerja yang statis
ini meyebabkan kelelahan otot rangka disamping otot-otot beban, kerja ini akan lebih
parah lagi apabila lingkungan dan sikap kerja yang tidak ergonomis.
Ergonomi merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara
manusia dengan kondisi kerjanya, yaitu keseluruhan alat perkakas dan bahan yang
dihadapi, organisasi atau metode kerjanya dan sekitar lingkungan kerjanya. Selain itu,
menurut Boschman, Molen, Sluiter, and Frings-dresen (2012), ergonomi merupakan
ilmu yang mempelajari karakteristik dan kemampuan manusia yang mempengaruhi
desain pekerjaan dan sistem kerja.
Low back pain (LBP) atau sering disebut nyeri punggung bawah merupakan
fenomena yang seringkali dijumpai pada setiap pekerjaan. Gangguan ini merupakan
gejala ketidaknyamanan yang dirasakan pada daerah punggung bagian bawah yang
berupa rasa sakit dan dapat menjadi tanda adanya gangguan pada sistem
musculoskeletal yang terkait seperti masalah pada tulang dan sendi baik vertebra
maupun pelvis kompleks, diskus, faset, otot, ligament maupun gangguan lainnya pada
sistem saraf, vaskuler, visceral, dan psikogenik. Low back pain (LBP) termasuk salah
satu penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh keadaan yang tidak ergonomis
(Maher et al., 2002).
1
Global point prevalensi dari LBP yang membatasi aktivitas pada tahun 2015
terjadi sebesar 7,3%. Angka tersebut menunjukkan bahwa dalam satu waktu terdapat
540 juta orang yang mengalami keluhan LBP (Global Burden of Disease, Injury
Incidence, and Prevalence Collaborators, 2017). Sebanyak 90 kasus nyeri punggung
bawah bukan disebabkan oleh kelainan organic melainkan oleh kesalahan posisi tubuh
dalam bekerja (Putranto et al., 2014). Faktor risiko yang berpotensi menimbulkan
keluhan tersebut antara lain umur, jemis kelamin, Indeks Masa Tubuh (IMT), masa
kerja, postur kerja yang buruk, dan berdiri atau duduk terlalu lama (Andini, 2015).
Sekitar 80% dari populasi pernah mengalami nyeri punggung bawah paling
tidak sekali dalam hidupnya. Hasil Studi Departemen Kesehatan RI memperleh 40,5
dari pekerja memiliki keluhan gangguan kondisi kesehatan yang berhubungan dengan
pekerjaannya yaitu gangguan otot rangka sebanyak 16. Hasil laporan pelaksanaan
kesehatan kerja di 26 Provinsi di Indonesia tahun 2013, jumlah kasus penyakit umum
pada pekerja ada sekitar 2.998.766 kasus, dan jumlah penyakit yang berkaitan dengan
pekerjaan berjumlah 428.844 kasus. Sehingga berdasarkan data tersebut perlu
dilakukan pendekatan mengenai upaya-upaya untuk mengantisipasi risiko-risiko
tersebut melalui cara penyesuaian antar pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja
yang disebut dengan pendekatan ergonomi.
World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa terdapat 2%-5% dari
pekerja atau karyawan dinegara bagian industri setiap tahunnya merasakan nyeri
punggung bawah (LBP). Data statistic di Amerika Serikat memiliki angka kejadian
sebanyak 15%-20% tiap tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Community Oriented
Program for Control of Rheumatic Disease (COPCORD) memperlihatkan angka
kejadian dari LBP di Negara Indonesia sebesar 18,2% pada jenis kelamin pria dan
13,6% pada wanita (Umami, et al, 2014).
Analisis postur kerja memiliki peranan penting dalam melakukan identifikasi
risiko penyakit yang muncul akibat aktivitas kerja karena akan diketahui
kemungkinan hal-hal yang menyebabkan ketidaknyamanan pekerja dalam melakukan
pekerjaannya dikarenakan posisi tubuh yang tidak sesuai dan berisiko yang mana
akan menjadi acuan evaluator dalam melakukan perbaikan postur kerja dan fasilitas
kerja agar tidak merasa cepat lelah dan sakit (Tarwaka, 2014).
Bersarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Masa Kerja Terhadap Kejadian Low
Back Pain Pada Penenun Di Kecamatan Pedan” .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah diatas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah yaitu
apakah ada hubungan masa kerja terdahap kejadian LBP pada penenun?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan masa kerja terhadap kejadian LBP pada penenun di
Kecamatan Pedan.
2. Tujuan Khusus
2
Tujuan khusus penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi hubungan masa kerja
terhadap kejadian LBP pada penenun di Kecamatan Pedan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai tambahan informasi khususnya dalam bidang pengetahuan dan
pengembangan ilmu muskuloskeletal terkait kejadian LBP terhadap masa kerja
penenun di Pedan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam membimbing
dan menambah pengetahuan mahasiswa tentang hubungan masa kerja
terhadap kejadian LBP.
b. Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini sebagai tambahan informasi, wawasan, pengetahuan,
dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian yang terkait dengan
hubungan masa kerja dan kejadian LBP.
c. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi masyarakat pada pekerja penenun agar memperhatikan
hubungan masa kerja dengan kejadian LBP.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Low Back Pain
a. Definisi
Nyeri adalah pengalaman rasa sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial
atau yang digambarkan alam bentuk kerusakan tersebut. Fenomena ini
dapat berbeda dalam intensitas (ringan, sedang, berat), kualitas (tumpul,
seperti terbakaar, tajam), durasi (transien, intermiten, persisten), dan
penyebaran (superfisial atau dalam, terlokalisir atau difus). Nyeri juga
berkaitan dengan reflex menghindar dan perubahan output otonom
(Meliala, 2004).
Low back pain (LBP) merupakan keluhan rasa nyeri yang
dirasakan pada bagian punggung bawah sumbernya adalah vertebra
daerah spinal, otot saraf dan struktur lainnya yang berada di sekitarnya.
Dengan kata lain LBP adalah salah satu bentuk gangguan muskuloskeletal
yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.
b. Etiologi
Low back pain (LBP) dapat disebabkan oleh berbagai kelainan
yang terjadi pada tulang belakang, otot, diskus intervertebralis, sendi,
maupun struktur lain yang menyokong tulang belakang. Kelainan tersebut
antara lain:
1). Kongenital/kelainan: sponddilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,
spina bifida, gangguan korda spinalis
2). Trauma minor: regangan, cedera whiplash
3). Fraktur: traumatik yaitu jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor,
atraumatik yaitu osteoporosis, infiltrasi neoplastik, steroid eksogen
4). Herniasi diskus intervertebral
5). Degeneratif: kompleks diskus-osteofit, gangguan diskus internal,
stenosis spinalis dengan klaudikasio neurogenik, gangguan sendi
vertebral, gangguan sendi atlantoaksial (misalnya arthritis reumatoid)
6). Arthritis: spondilosisi, artropati facet atau sakroiliaka, autoimun
(misalnya ankylosing spondilitis, sindrom reiter)
7). Neoplasma: metastasis, hematologic
8). Infeksi atau inflamasi: osteomyelitis vertebral, abses epidural, sepsis
diskus, meningitis, archnoiditis lumbalis
9). Metabolik: osteoporosis, hiperparatiroid, imobilitas, osteosklerosis
10). Vaskular: aneurisma aorta abdominal, diseksi arteri vertebral
11). Lainnya: nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh, psikiatrik,
pura-pura sakit, sindrom nyeri kronik
4
c. Patofisiologi
Menurut Muchamad (2009 dalam Nurzannah, 2015) ada beberapa
mekanisme yang telah diajukan mengenai proses perkembangan nyeri
punggung dan kelumpuhan yang bisa digunakan untuk menentukan apakah
proses patologis yang terlihat pada gambaran radiologis hubungan dengan
gejala yang dialami pasien.
Nyeri memerlukan perlepasan dari agen-agen inflamasi yang menstimulasi
reseptor nyeri dan menyebabkan sensasi nyeri pada jaringan. Vertebra
merupakan struktur yang unik karena memiliki banyak jaringan di
sekitarnya yang dapat memicu nyeri. Inlamasi pada sendi vertebra,
intervertebral diskus, ligamen, otot, meninges dan akar saraf dapat
menyebabkan low back pain. Jaringan-jaringan ini memberi
responterhadap nyeri dengan melepaskan beberapa agen kimia seperti
bradikin, prostaglandin, dan leukotrin. Kemudian agen-agen kimia ini
mengaktifkan ujung saraf dan menyebabkan impuls yang menjalar ke
korda spinalis.
Neuropeptida ini bekerja pada pembuluh darah, menyebabkan
ekstravasasi, dan menstimulasi sel mast untuk melepas histamin dan
melebarkan pembuluh darah. Sel mast juga melepaskan leuktrin dan agen-
agen inflamasi lainnya yang menarik leukosit dan monosit. Proses tersebut
menghasilkan gejala-gejala inflamasi seperti pembengkakan jaringan,
kongesti vaskular, dan stimulasi ujung-ujug saraf.
Selanjutnya impuls nyeri dihasilkan oleh jaringan vertebra yang
mengalami inflamasi. Korda spinalis dan otak memiliki mekanisme khusus
dalam memodifikasi nyeri yang berasal dari daerah jaringan spinal. Pada
korda sppinalis, impuls nyeri terkonversi pada neuron yang kemudian
menjadi reseptor sensoris. Hal inilah yang menyebabkan perubahan derajat
sensasi nyeri yang ditransmisikan ke otak melalui proses yang disebut gate
control system. Impuls nyeri selanjutnya akan masuk ke proses yang
kompleks dan berlangsung pada tingkatan sistem saraf pusat.
5
Gejala nyeri punggung dapat berbeda dari satu individu dengan individu
lain. Gejala-gejala tersebut berupa rasa kaku daerah punggung, nyeri, rasa
baal (mati rasa), kelelahan, kesemutan disertai perasaan tertusuk.
e. Faktor Risiko
1). Usia
Sejalan dengan bertambahnya usia akan terjadi degenerasi pada
tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun.
Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan,
penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal
tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi
berkurang.
Semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut
mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi pemicu
gejala LBP. Pada umumnya, keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan
pada usia kerja yaitu 25-65 tahun, menunjukkan insiden LBP tertinggi
pada usia 35-55 tahun dan semakin meningkat dengan bertambahnya
usia.
6
pula risiko untuk mengalami LBP. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Umami (2013) bahwa pekerja yang paling banyak mengalami
keluhan LBP adalah pekerja yang memiliki masa kerja >10 tahun
dibandingkan dengan mereka dengan masa kerja <5 tahun ataupu 5-10
tahun.
Vertebral Column
7
Saat usia 30 tahun, diskus intervertebralis akan mengalami
degenerasi yang menimbulkan robekan dan jaringan parut, cairan akan
berkurang, ruas diskus secara permanen akan kehilangan
kestabilannya. Hal ini terjadi karena berkurangnya cairan nucleus yang
menurunkan kemampuan menahan tekanan jika terjadi pergerakan
yang kompresif.
Tekanan terbesar pada punggung yaitu diarea lumbal atau
punggung bawah. Lumbal merupakan area yang sering terjadinya low
back pain. Vertebra lumbal merupakan ruas tulang punggung terbesar.
Procesus spinosusnya lebar dan berbentuk kapak kecil, procesus
transversusnya berukuran panjang dan kecil, vertebra lumbal
membentuk sendi dengan tulang sacrum pada sendi lumbosacral.
Susunan tulang belakang memiliki struktur tulang dan otot yang
berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut menghasilkan berbagai
macam gerakan yang dihasilkan.
Lumbar Vertebrae
8
Otot punggung bagian posterior
b) Otot Anterior
1. Musculus psoas, perlekatan langsung otot psoas pada
vertebra lumbalis, peregangan otot ini akan menonjolkan
lordosis lumbalis normal
2. Musculus kuadratum lumborum, berperan dalam sisi
fleksibilitas dan membantu dalam melakukan gerakan
fleksi lumbal
3. Musculus obliqus internal, dengan origo pelvis yang
berfungsi sebagai postural dari semua otot abdomen
4. Musculus transversus abdominis, dengan origo dibawah 6
yang berfungsi untuk menekan perut dan rotasi trunk lateral
5. Musculus rectus abdominis, dengan origo pelvis yang
berfungsi untuk menekan perut dan rotasi trunk lateral
9
Berdasarkan biomekanik, facet joint berperan penting dalam
proses transmisi beban yaitu facet joint memberikan bantuan pada
load-bearing bagian posterior, menstabilkan segmen gerakan fleksi dan
ekstensi, dan juga berperan pada kinematika mekanisme rotasional
dengan cara membatasi gerakan rotasi. Facet joint modifikasi untuk
menghambat gerakan rotasi dan forward slide, juga sebagai pencegah
terjadinya dislokasi pada corpus vertebra saat mengalami pembebanan
tulang belakang dalam posisi fleksi ke arah depan. Vetrebra lumbal
meneruskan beban antar segmen intervertebral melalui corpus vertebra
dan diskus intervertebralis dan juga dua facet joint. Dalam keadaan
normal antara 3%-25% dari beban segmental diteruskan melewati facet
joint maka persentase ini meningkat hingga 47% pada facet joint yang
mengalami proses degenerasi. Persentase dari beban tersebut
diteruskan melalui elemen posterior sangat tergantung dari postur
vertebra dan akan meningkat saat ekstensi.
Mobilitas vertebra lumbal yang paling besar pada saat
digerakan fleksi dan ekstensi (mobilitas kumulatif pada segmen L1-L5:
57°) dan juga lebih terbatas pada lateral bending (L2-L5: 26°) dan
rotasi aksial (L1-L5: 8°). Pada saat posisi tegak terdapat gaya shear
yang terus menerus akan bekerja pada facet joint antara vertebra
lumbal 5 dan sakrum, disebabkan adanya lordosis pada lumbal. Pada
posisi fleksi, gaya tersebut akan meningkat dan akan bekerja pada
vertebra lumbal diatas L5-S1. Pada saat segmen vertebra, gaya
shearing ini akan menjadi lebih tinggi karena berat badan yang lebih
besar pada level diatasnya dan lebih panjangnya leverage dari pada
pusat massa tubuh. Peningkatan pada area kartilago facet joint pada
segmen yang lebih inferior merupakan suatu konsekuensi normal dari
hukum Wolf’s. Orientasi lebih kearah coronal pada facet joint daerah
vertebra bagian bawah juga kemungkinan disebabkan karena adanya
adaptasi dari gaya shearing yang akan mempengaruhi vertebra bagian
bawah.
Rotasi aksial pada daerah vertebra lumbal akan terjadi aksis
longitudinal yang melewati sepertiga bagian posterior dan corpus
vertebra dan diskus intervertebralis. Pada saat dilakukan gerakan
rotasi, elemen poterior dari vertebra bagian atas bergerak dan akan
mengayun ke arah lateral, ke arah yang berlawanan dari gerakan rotasi.
Dengan gerakan tersebut prosesus artikularis inferior dari vertebra
akan mendorong prosesus artikularis yang berlawanan dari vertebra.
Mekanisme blok dari rotasi aksial berfungsi untuk melindungi diskus
intervertebralis dari gerakan torsi berlebihan.
2. Masa Kerja
Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja
bekerja di suatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif
maupun negatif (Riski, 2013). Masa kerja akumulasi aktivitas kerja seseorang
yang dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Apabila aktivitas tersebut
10
dilakukan terus menerus dalam jangka waktu bertahun-tahun tentunya dapat
mengakibatkan gangguan pada tubuh. Masa kerja menyebabkan beban statis
yang terus menerus dan pekerja yang tidak memperhatikan faktor-faktor
ergonomi maka akan menimbulkan keluhan LBP (Ayuningtyas, 2012).
Gangguan LBP hampir tidak pernah terjadi secara langsung, tetapi
merupakan suatu akumulasi. Masa kerja mempunyai hubungan yang kuat
dengan keluhan otot karena semakin lama masa kerja seseorang telah terjadi
cidera-cidera ringan yang dialami, dimana paparan mengakibatkan diskus
menyempit secara permanen dan juga mengakibatkan degenerasi vertebra
yang akan menyebabkan LBP kronis. Hal ini dikarenaka pembebanan pada
vertebra dengan waktu yang lama (Maizura, 2015).
3. Tenun
Tenun merupakan kain tradisional yang banyak ditemukan dan
berkembang di Indonesia. Tenun adalah warisan budaya atau Cultural
Heritage yang diwariskan secara turun-temurun hingga sekarang. Kain tenun
tidak hanya digunakan sebagai pakaian saja, tetapi digunakan juga untuk
keperluan upacara adat atau ritual seperti upacara daur hidup manusia, ada
yang dianggap sakral dan memberikan tuah, ada pula yang mensiratkan
petunjuk dan harapan.
Alat tenun yang digunakan untuk membuat lurik juga mengalami
perkembagan. Pada masa lalu alat yang digunakan untuk menenun dikenal dua
macam alat yaitu alat tenun bendho terbuat dari bambu atau batang kayu,
biasanya digunakan untuk membuat stagen. Alat ini disebut gendong karena
salah satu bagiannya diletakkan dibelakang pinggang sehingga tampak seperti
digendong. Dalam proses pembuatan kainnya, penenun dalam posisi duduk
memangku alat tenun tersebut.
11
VAS (visual analog scale)
Visual Analog Scale (VAS) adalah cara yang paling banyak digunakan untuk
menilai nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara visual gradasi tingkat
nyeri yang mungkin dialami seorang pasien. Tanda pada kedua ujung garis ini
dapat berupa angka atau pernyataan deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak
ada nyeri, sedangkan ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang
mungkin terjadi. Skala dapat dibuat vertikal maupun horizontal.
Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm dimana:
Skala 0 : tidak terasa nyeri
Skala 1-3: nyeri ringan
Skala 4-6: nyeri sedang
Skala 7-9 nyeri berat
Skala 10: nyeri berat yang tidak dapat dikontrol
B. Kerangka Pikir
Masa Kerja
C. Kerangka Konsep
D. Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan antara masa kerja dan LBP
12
H1 : Terdapat hubungan antara masa kerja dan LBP
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah studi korelasi karena
dalam penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan masa kerja
terhadap kejadian low back pain. Studi korelasi merupakan suatu penelitian yang
melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan apakah ada hubungan dan
tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih.
C. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian ini adalah penenun dari kecamatan Pedan, dilakukan dengan
pertimbangan bahwa penenun mengalami kendala atau masalah masa kerja terhadap
LBP. Subyek penelitian dibagi 2 yaitu populasi dan sampel sebagai berikut:
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah penenun di Kecamatan Pedan. Dengan
penentuan jumlah populasi dihitung jumlah pekerja yang sesuai dengan kriteria
inklusi peneliti.
2. Sampel
Sampel merupakan penenun yang mengalami LBP dan memenuhi kriteria yang
ditetapkan oleh peneliti.
D. Teknik Sampling
Pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik sampling
untuk mendapatkan sampel sesuai dengan kriteria yang diperlukan.
1. Kriteria Inklusi
a. Pekerja yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini
b. Pekerja yang mengalami LBP
2. Kriteria Eksklusi
Memiliki riwayat trauma diarea punggung
13
a. Variabel bebas (X) (independent variable) merupakan variabel yang dianggap
penyebab bagi terjadinya perubahan pada variabel terikat. Pada penelitian ini
variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasi oleh karena ini variabel
bebas ini yaitu Masa Kerja.
b. Vavariabel terikat (Y) (dependent variable) merupakan variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas dalam eksperimen perubahnnya diukur untuk
mengetahui efek dari suatu perlakuan. Pada penelitian ini variabel terikatnya
adalah kejadian low back pain.
2. Definisi Operasional
Dalam desain eksperimen terdapat sejumlah variabel yang digunakan. Variabel-
variabel tersebut perlu diberi pengertian operasional, yaitu mendeskripsikan
variabel penelitian sehingga bersifat spesifik atau tidak berintepretasi ganda dan
terukur atau teramati. Adapun istilah untuk masing-masing variabel yaitu sebagai
berikut:
Definisi
Variabel Alat Ukur Skala
Operasional
Variabel Low back pain VAS (Visual Nilai yang di
Dependen merupakan rasa yang Analog dapat:
tidak nyaman yang Scale) Skala 0 : tidak
dirasakan seseorang, terasa nyeri
dimana keluhan rasa Skala 1-3: nyeri
nyeri yang dirasakan ringan
pada bagian punggung Skala 4-6: nyeri
bawah sumbernya sedang
adalah vertebra daerah Skala 7-9: nyeri
spinal, otot saraf dan berat
struktur lainnya yang Skala 10: nyeri
berada di sekitarnya. berat yang tidak
Dengan kata lain LBP dapat dikontrol
adalah salah satu
bentuk gangguan
muskuloskeletal yang
disebabkan oleh
aktivitas tubuh yang
kurang baik.
F. Prosedur Penelitian
1. Persiapan
14
Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam melakukan penelitian. Langkah
yang dilakukan pada tahap ini yaitu penyusunan proposal yang berisi rancangan
penelitian. Pada langkah ini penelitian dibimbing oleh dosen pembimbing yang
kemudian disetujui dan selanjutnya dapat dikembangkan oleh penulis.
2. Pelaksanaan
Pada tahap ini, penelitian dilaksanakan pada sampel yang dilakukan secara
purposive sampling dengan memberikan kuesioner, kemudian sampel akan
mengisi pertanyaan-pertanyaan yang tersedia. Kuesioner ini digunakan untuk
penelitian apakah ada hubungan masa kerja terhadap kejadian LBP pada penenun
di Kecamatan Pedan.
3. Hasil
Pada tahap ini yaitu mengumpulkan seluruh data atau kuesioner yang sudah diisi
oleh pekerja tenun. Kemudian peneliti menentukan hasil dari data yang diperoleh
dan hasil tersebut yang akan dijadikan laporan pada penelitian.
G. Jadwal Penelitian
Pelaksanaan Kegiatan
No Jadwal Penelitian Juni Juli Agus Sept Okt
t
1. Tahap persiapan penelitian
a. Penyusunan dan
pengajuan judul
b. Pengajuan proposal
c. Perijinan penelitian
2. Tahap pelaksana
a. Pengumpulan data
b. Analisis data
3. Tahap penyusunan laporan
15
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, A. (2019). Physical Therapy Special Test II. Sidoarjo : Widya Physio Publishing .
Andini, F. (2015). Risk Factors Of Low Back Pain In Workers. J Majority, 14-15.
Ayuningtyas, S. (2012). Hubungan Antara Masa Kerja dan Resiko Terjadinya Nyeri
Punggung Bawah Pada Karyawan PT. Krakatau Steel di Cilegon Banten. Universias
Muhammadiyah Surakarta.
Cahyani , D. E., Hasan, M., & Rumastika, N. S. (2020). Hubungan Durasi dan Risiko Postur
Kerja dengan Tingkat Keluhan LBP pada Pegawai Perpustakaan Universitas Jember.
Journal of Agromedicine and Medical Sciences Vol. 6 No. 3.
Dachlan , L. M. (2009). Pengaruh Back Exercise pada Nyeri Punggung Bawah.
Dhammayanthi, I. D., Purnawati, S., & Muliarta, M. (2020). Hubungan Lama Duduk
Terhadap Nyeri Punggung Bawah Miogenik dan Faktor-faktor yang Berhubungan
pada Pengrajin Kain Tenun di Desa Sidemen, Kecamatan Sidemen, Kabupten
Karangasem Tahun 2017. DOAJ Volume 11.
Eka, A. W. (2019). Industri Lurik ATBM Pedan 1983-1997. Prodi Ilmiu Sejarah Vol. 4 No.3.
Hasanah, M., & Winarko. (2019). Pengaruh Postur Kerja Terhadap Keluhan Muskuloskeletal.
Gema Lingkungan Kesehatan Vol. 17 No 1.
Muttaqin, A. (2011). Gangguan Musculoskeletal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Nurzannah. (t.thn.). Hubungan Faktor Resiko Dengan Terjadinya Nyeri Punggung Bawah
(Low Back Pain) Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Di Pelabuhan Belawan
Medan.
Riningrum, H. (2016). Pengaruh Sikap Kerja, Usia, dan Masa Kerja dan Faktor Indivindu
dengan Keluhan Subyektif Low Back Pain pada Pekerja Bagian Sewing Garmen PT.
APACC INTI CORPORA Kabupaten Semarang.
Riski, R. (2013). Hubungan Antara Masa Kerja dan Pemakaian Masker Sekali Pakai Dengan
Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja Bagian Composting di PT ZETA AGRO
COORPORATION Brebes.
Sembiring, I. M., & et.al. (2019). Hubungan Sikap Kerja dan Lama Duduk dengan Keluhan
Nyeri Punggung Bawah pada Pengrajin Ulos. Keperawatan dan Fisioterapi Vol. 2.
16
Suryadi, I., & Rachmawati, S. (2020). Hubungan Postur Kerja dengan Keluhan Low Back
Pain pada Pekerja Bagian Pengepakan PT X Industri Tembakau. Journal of Vocation
Health Studies.
Tanderi, E. A., K, T. A., & Hendrianingtyas, M. (2017). Hubungan Kemampuan Fungsional
dan Derajat Nyeri pada Pasien Low Back Pain Mekanik di Instalasi Rehabilitasi
Medik RSUP Dr. Kariadi Semarang . Jurnal Kedokteran Diponegoro Volume 6
Nomor 1.
Yudiyanta, Khoirunnisa, N., & Novitasari, R. W. (2015). Assessment Nyeri.
Setelah mendapatkan keterangan tentang masalah yang ada pada pekerja penenun dalam
penelitian ini, memberikan persetujuan untuk menjadi responden dengan penelitian yang
berjudul “Hubungan Masa Kerja Terhadap Kejadian LBP Pada Penenun di Kecamatan
Pedan”.
(...........................................)
17