Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI PENDENGARAN

PADA PASIEN DENGAN SKIZOFRENIA DI RSJ PROF. DR. SOEROJO


MAGELANG

PROPOSAL KTI
Di ajukan guna memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan pendidikan
Diploma Tiga Keperawatan Fakultas Kesehatan
Universitas Harapan Bangsa

Oleh:
HENGKI HIKMAWAN NUGROHO
200102023

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyusun

karya tulis ilmiah ini yang berjudul Asuhan Keperawatan Halusinasi Pendengaran

pada pasien Skizofrenia di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Tujuan penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini, yaitu sebagai memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan

pendidikan yang bergelar ahli madya keperawatan di universitas harapan bangsa

purwokerto.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak

mendapatkan bimbingan, pengarahan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.

Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

1. Lis Setiawan Mangkunegara, S. Kom., M. TI sebagai Ketua Yayasan

pendidikan Dwi Puspita

2. Dr. Pramesti Dewi M. Kes., sebagai Rektor Universitas Harapan Bangsa

Purwokerto.

3. Dewi Novitasari, S.Kep.,Ns.,MSc., Sebagai Dekan Fakultas Kesehatan.

4. Ns Arni Nur Rahmawati S. Kep., selaku Ketua Program Studi Keperawatan

D3 Universitas Harapan Bangsa Purwokerto dan selaku pembimbing I yang

telah memberikan bimbingan dan arahan dalam mengerjakan Karya Tulis

Ilmiah.

ii
5. Madyo Martoyo, S Kep Ns MNS., selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan arahan dalam mengerjakan Karya Tulis Ilmiyah.

6. Murniati, S. Kep.,M. Kep., selaku penguji Krya Tulis Ilmiah.

7. Seluruh Dosen dan Karyawan Universitas Harapan Bangsa Purwokerto.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih

jauh dari sempurna dan masih banyak kekuranganya, oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi ke arah yang lebih

baik

Purwokerto 22 November 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................ix
BAB I.....................................................................................................................10
PENDAHULUAN.................................................................................................10
A. LATAR BELAKANG................................................................................10
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................14
C. TUJUAN PENELITIAN.............................................................................14
D. MANFAAT PENELITIAN.........................................................................15
BAB II...................................................................................................................17
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................17
A. Konsep Dasar Skizofrenia...........................................................................17
1. Definisi....................................................................................................17
2. Tanda Gejala............................................................................................17
3. Patofisiologi.............................................................................................18
4. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................19
5. Komplikasi..............................................................................................19
A. Konsep Asuhan Keperawatan Halusinasi Pendengaran..............................21
1. Pengkajian...............................................................................................21
3. Intervensi.................................................................................................27
B. Implementasi...........................................................................................29
C. Evaluasi...................................................................................................29
A. Konsep Halusinasi Pendengaran.................................................................30
1. Pengertian................................................................................................30
2. Gangguan Halusinasi Pada Skizofrenia..................................................30
4. Edukasi Halusinasi Pada Skizofrenia......................................................33
BAB III..................................................................................................................35

iv
METODE STUDI KASUS .................................................................................35
1. Rancangan Studi Kasus...............................................................................35
2. Subyek Studi Kasus....................................................................................35
3. Fokus Studi.................................................................................................35
4. Definisi Oprasional.....................................................................................36
5. Tempat Dan Studi Kasus.............................................................................37
6. Metode Pengumpulan Data.........................................................................37
7. Penyajian Data............................................................................................38
8. Etika Studi Kasus........................................................................................38
LEMBAR PERSETUJUAN JUDUL KARYA TULIS ILMIAH.....................
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH.............

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Hausinasi Pendengaran.........................................................30

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Judul Karya Tulis Ilmiyah................................ii


Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Proposal Karya Tulis Ilmiah............................iii

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang begitu tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan yang lainya

yang ada dimasyarakat. Menurut hasil survey World Health Organization

(WHO) tahun 2001, setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia

terkena dampak permasalahan gangguan jiwa, syaraf maupun perilaku dan

jumlahnya terus menerus meningkat. Berdasarkan data hasil Riskesdas tahun

2013, prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk di Indonesia mencapai

1,7 per mil. Di beberapa provinsi terdapat gangguan jiwa berat yang paling

banyak di antaranya yaitu provinsi yogyakarta, Aceh, Bali, sulawesi selatan,

dan yang terahir di Jawa Tengah.Provinsi dengan prevalensi ganguan mental

emosional tertinggi yaitu provinsi Sulawesi Tengah,Sulawesi Selatan,

yogyakarta, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Krisis ekonomi dunia

yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, dan

Indonesia khususnya kian meningkat (Try Wijayanto & Agustina, 2017).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, masalah

gangguan jiwa di Indonesia mencapai 7,0 per 1.000 penduduk, dan untuk

wilayah Jawa Tengah tercatat mencapai 9%. Gangguan jiwa terbanyak yang di

alami yaitu skizofrenia (Departemen Kesehatan RI, 2018 ).


Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang memiliki tanda

gejala halusinasi. Salah satu tanda positif bahwa seseorang mengalami

skizofrenia yaitu halusinasi. Halusinasi yang tercatat pada wilayah Jawa

Tengah yaitu mencapai 0,23% dari jumlah penduduk yang melebihi angka

nasional 0,17%. Halusinasi yang paling banyak terjadi adalah halusinasi

pendengaran. Halusinasi pendengaran ditandai dengan perilaku seseorang

yang secara tiba-tiba tampak tertawa sendiri, berbicara sendiri, marah-marah,

serta menutup telinga karena menurut pasien mengganggap itu ada (P &

Rahmawati, 2022).

Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang

menimbulkan penderitaan pada individu atau hambatan dalam melaksanakan

peran sosial. Salah satu diagnosis gangguan jiwa yang sering dijumpai adalah

Skizofrenia. Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang ditandai dengan

adanya penyimpangan yang sangat dasar dan adanya perbedaan dari pikiran,

disertai dengan adanya ekspresi emosi yang tidak wajar. (Mulia & Damayanti,

2021).

Skizofrenia juga merupakan sekelompok reaksi psikotik yang dapat

mempengaruhi berbagai area fungsi individu, diantaranya yaitu berkomunikasi

berpikir, merasakan dan menunjukkan emosi serta gangguan otak yang

ditandai dengan pikiran kacau, halusinasi, dan perilaku aneh (Pardede &

Ramadia, 2021). Menurut ECA (2021) Prevelensi Amerika Serikat skizofrenia

telah meningkat dari 30% jiwa. Sedangkan di Indonesia prevelensi skizofrenia


meningkat menjadi 25% penduduk. Prevelensi Sumatera utara meningkat

menjadi 7% penduduk (Putri et al., 2021).

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang memiliki tanda

gejala halusinasi. Salah satu tanda positif bahwa seseorang mengalami

skizofrenia yaitu halusinasi. Halusinasi yang tercatat pada wilayah Jawa

Tengah yaitu mencapai 0,23% dari jumlah penduduk yang melebihi angka

nasional 0,17%. Halusinasi yang paling banyak terjadi adalah halusinasi

pendengaran. Halusinasi pendengaran ditandai dengan perilaku seseorang

yang secara tiba-tiba tampak tertawa sendiri, berbicara sendiri, marah-marah,

serta menutup telinga karena menurut pasien mengganggap itu ada (P &

Rahmawati, 2022).

Berdasarkan peningkatan pada pasien skizofrenia, perubahan respon

persepsi merupakan gejala pertama yang muncul pada skizofrenia. Sekitar

70% pasien skizofrenia mengalami halusinasi. Halusinasi merupakan suatu

persepsi panca indera tanpa adanya stimulus eksternal. Klien dengan

halusinasi sering merasakan keadaan/kondisi yang hanya dapat dirasakan

olehnya namun tidak dapat dirasakan oleh orang lain. Dampak yang

ditimbulkan dari adaya halusinasi yaitu kehilangan social diri, dimana dalam

situasi ini dapat membunuh diri,membunuh orang lain,dan bahkan merusak

lingkungan. Dalam memperkecil dampak yang ditimbulkan halusinasi

dibutuhkan penangan yang tepat. Dengan banyaknya kejadian halusinasi,

semakin jelas bahwa peran perawat nntuk membantu pasien agar dapat

mengontrol halusinasi (Putri et al., 2021).


Menurut Yosep Ada beberapa faktor penyebab halusinasi seperti faktor

perkembangan, faktor sosiokultural, faktor biokimia, faktor psikologis, faktor

genetik dan pola asuh. Karena rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga

yang menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi,

hilang percaya diri dan mudah stress, selain itu seseorang yang merasa dirinya

tidak diterima di lingungannya akan merasa diasingkan, kesepian, tidak

percaya diri dan malas untuk mencari pekerjaan atau karena faktor ekonomi,

dan pernikahan. (malau, 2021).

Upaya yang dilakukan untuk menangani penderita halusinasi yaitu

dengan memberikan tindakan keperawatan dengan cara membantu pasien

untuk mengenali halusinasi, isi halusinasi, waktu terjadi halusinasi, frekuensi

terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon

klien saat halusinasi muncul. Kemuadian dengan melatih klien agar

mengontrol halusinasi dengan cara menggunakan strategi pelaksanaanya itu

yaitu dengan cara menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain,

melakukan aktivitas yang terjadwal dan menggunakan obat secara teratur

(Simanjuntak, 2021).

Pada studi pendahuluan tanggal 12 desember 2017 di RSJ Prof. dr.

Soerojo Magelang peneliti mendapat bangsal Abiyasa. Pemilihan tempat

untuk melakukan penelitian ditunjuk berdasarkan quantitas pasien yang

dibutuhkan untuk memenuhi pelaksanaan penelitian. Di bangsal abiyasa RSJ

Prof. dr. Soerojo Magelang pada tanggal 12 Desember 2017 melalui

wawancara dengan kepala TIM yang bernama Adi terdapat pasien skizofrenia
di bangsal tersebut berjumlah 289 orang dari bulan Januari – November 2017.

Sedangkan angka kejadian terkait dengan masalah halusinasi di bangsal

abiyasa RSJ. dr. Prof Soerojo Magelang pada bulan januari – November

berjumlah 177 orang. Untuk bulan desember 2017 sementara data yang di

dapat untuk pasien halusinasi terdapat dua orang dari 10 pasien skizofrenia

lainya. Dari data diatas menyatakan bahwa halusinasi adalah masalah

terbanyak yang ditemukan di RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang, sehingga perlu

mendapat perhatian dari perawat. Asuhan keperawatan jiwa merupakan

spesialistik, namun tetap dilakukan secar holistic pada saat melakukan asuhan

kepada pasien ( Fellyati, 2017 ).

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien gangguan persepsi

sensori halusinasi pendengaran membina hubungan saling percaya serta dapat

menciptakan suasana teraupetik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang

diberikan, sehingga pasien menjadi nyaman. Berdasarkan uraian latar

belakang di atas maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut” bagaimana

gambaran asuhan keperawatan jiwa pada pasien skizofrenia dalam keadaan

halusinasi pendengaran pada pasien di RSJ Prof. Dr Soerojo Magelang.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif

pada pasien dengan halusinasi pendengaran di RSJ


2. Tujuan Khusus

a. Karya tulis ilmiah ini dilakukan supaya penulis mampu melakukan

pengkajian pada pasien dengan halusinasi pendengaran

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan

halusinasi pendengaran

c. Mampu membuat perencanaan tindakan keperawatan pada pasien

dengan halusinasi pendengaran

d. Mampu melakukan tindakan/implementasi pada pasien dengan

halusinasi pendengaran

e. Mampu mengevaluasi dan mendokumentasikan hasil asuhan

keperawatan pada pasien dengan halusinasi pendengaran

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Komprenshif sebagai bahan awal teori dalam memberikan asuhan

keperawatan secara kompleks pada pasien dengan halusinasi pendengaran

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber bahan referensi

dan bahan pembelajaran di Universitas Harapan Bangsa terkait

pengembangan penelitian bagi civitas mengenai asuhan keperawatan

pada pasien dengan halusinasi pendengaran .


b. Bagi Profesi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan para perawat dalam

peningkatan pemberian asuhan keperawatan terutama bagi pasien jiwa

dengan halusinasi pendengaran.

c. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

penulis dalam menganalisis mengenai penerapan asuhan keperawatan,

sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan kualitas pendidikan di

institusi serta menambah pengetahuan penulis dsalam pembuatan

karya tulis ilmiah ini.

d. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas asuhan

keperawatan yang diberikan, sehingga dapat meningkatkan kualitas

pelayanan.

e. Bagi Pasien

Hasil penelitian ini diharapkan dapat terpenuhinya kebutuhan masalah

kesehatan pasien dan dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan

keluarga pasien dalam membantu proses penyembuhan.

f. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data

tambahan dalam penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan

halusinasi pendengaran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Skizofrenia

1. Definisi

Skizofrenia adalah sekumpulan sindroma klinik yang ditandai

dengan adanya perubahan kognitif, presepsi, emosi dan aspek lain dari

perilaku skizofrenia yang merupakan suatu kondisi dimana gangguan

psikotik yang ditandai dengan adanya gangguan utama dalam pikiran yaitu

seperti emosi dan perilaku yang terganggu, dimana berbagai pemikiran

tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian yang keliru,

afek yang datar atau tidak sesuai dengan berbagai gangguan aktivitas

motorik aneh yang disebut skizofrenia. (Makhruzah et al., 2021).

2. Tanda Gejala

Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap

pasien serta ungkapan pasien, menurut (Manurung, 2020).

1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai

2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara

3. Gerakan mata cepat

4. Menutup telinga

5. Respon verbal lambat atau diam

6. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan


7. Terlihat bicara sendiri

8. Menggerakkan bola mata dengan cepat

9. Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu

10. Duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba berlari ke ruangan

Lain

11. Disorientasi (waktu, tempat, orang)

12. Perubahan kemampuan dan memecahkan masalah

13. Perubahan perilaku dan pola komunikasi

14. Gelisah, ketakutan, ansietas

15. Peka rangsang

16. Melaporkan adanya halusinasi

3. Patofisiologi

Patofisiologi skizofrenia disebabkan adanya ketidakseimbangan

neurotransmitter di otak, terutama norepinefrin, serotonin, dan dopamine.

Namun, proses patofisiologi skizofrenia masih belum diketahui secara

pasti. Secara umum penelitian telah mendapatkan bahwa skizofrenia

dikaitkan dengan adanya penurunan volume otak, terutama pada bagian

temporal (termasuk mediotemporal), bagian frontal, dan termasuk

substansia alba serta grisea. Dari sejumlah penelitian ini, pada daerah otak

yang secara konsisten menunjukan kelainan yaitu pada area hipokampus

dan parahipokampus (Astuti et al., 2015).


4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui

penyebab dari halusinasi yaitu:

a. Pemeriksaan darah dan urine, untuk melihat kemungkinan infeksiserta

penyalahgunaan alkohol dan NAPZA.

b. EEG (elektroensefalogram), yaitu pemeriksaan aktivitas listrik otak

untuk melihat apakah halusinasi disebabkan oleh epilepsi.

c. Pemindaian CT scan dan MRI, untuk mendeteksi stroke serta

kemungkinan adanya cedera atau tumor di otak (Suparyanto dan Rosad

(2015, 2020).

5. Komplikasi

Halusinasi dapat menjadi suatu alasan mengapa pasien melakukan

tindakan perilaku kekerasan karena suara-suara yang memberinya perintah

sehingga rentan melakukan perilaku yang tidak adaptif. Perilaku kekerasan

yang timbul pada pasien skizofrenia diawali dengan adanya perasaan yang

tidak berharga, takut dan ditolak oleh lingkungan sehingga individu akan

menyingkir dari hubungan interpersonal dengan orang lain. Komplikasi

yang dapat terjadi pada klien dengan masalah utama gangguan sensori

persepsi halusinasi, di antaranya yaitu resiko prilaku kekerasan, harga diri

rendah dan isolasi sosial (Anugrah, 2021).


6. Penatalaksanaan

1. Psikofarmakologis

Dengan pemberian oabat-obatan yang cocok yang digunakan pada

gejala halusinasi pendengaran yang merupakan gejala pada klien

skizoprenia yaitu obat-obatan anti psikosis, karena skizofrenia

merupakan salah satu jenis gangguan psikosis. Pada klien halusinasi

terapi medis seperti haloperidol (HLP), Clapromazine (CPZ),

Trihexyphenidyl (THP).

2. Terapi kejang listrik (ECT)

Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang

melewatkan aliran listrik melaui elecrode yang dipasang pada satu atau

dua temples, terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.

3. Terapi Kelompok

a. Terapi group (kelompok terapeutik)

b. Terapi aktivitas kelompok (adjuntive group activity therapy)

c. TAK stimulus persepsi halusinasi

 Sesi 1 : Mengenal halusinasi

 Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan menghardik

 Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan

 Sesi 4 : Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap

 Sesi 5 : Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

d. Terapi lingkungan (Oktiviani, 2020).


B. Konsep Asuhan Keperawatan Halusinasi Pendengaran

1. Pengkajian

Menurut (Amazihono, 2021), Pada tahap ini ada beberapa yang

perlu dieksplorasi baik pada klien yang berkenaan dengan kasus halusinasi

yang meliputi :

a. Identitas klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, Agama,

tanggal MRS, informan, tanggal pengkajian, nomor rumah klien, dan

alamat klien.

b. Keluhan utama

Keluhan utama Biasanya berupa bicara sendiri, tertawa sendiri,

senyum sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara, menarik diri dari

orang lain, tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata,

ekspresi muka tegang mudah tersinggung, jengkel dan marah

ketakutan biasa terdapat disorientasi waktu tempat dan orang, tidak

dapat mengurus diri dan tidak melakukan kegiatan sehari-hari.

c. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan

jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi

stres. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya, mengenai faktor

perkembangan sosial kultural, biokimia psikologis dan genetik yaitu

faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat

dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres.


1. Faktor perkembangan ; biasanya tugas perkembangan mengalami

hambatan dan hubungan interpersonal terganggu maka individu

akan mengalami stres dan kecemasan.

2. Faktor sosiokultural ; berbagai faktor di masyarakat dapat

menyebabkan seseorang merasa disingkirkan oleh kesepian

terhadap lingkungan tempat klien dibesarkan.

3. Faktor biokimia ; adanya stres yang berlebihan dialami seseorang

maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat

halusinogenik neuro kimia.

4. Faktor psikologis; hubungan interpersonal yang tidak harmonis,

adanya peran ganda yang bertentangan dan tidak diterima oleh

anak akan mengakibatkan stres dan kecemasan yang tinggi dan

berakhir dengan gangguan orientasi realitas seperti halusinasi

5. Faktor genetik; Apa yang berpengaruh dalam skizoprenia. Belum

diketahui, tetapi Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga

menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit

ini.

d. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi adanya rangsangan lingkungan yang sering yaitu

seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama diajakomunikasi

objek yang ada di lingkungan juga suasana sepi / isolasi adalah sering

sebagai penyebab terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat


meningkatkan stres dan kecemasan yang merangsang tubuh

mengeluarkan zat halusinogenik.

e. Aspek fisik, hasil pengukuran yang telah dilakukan penulis maka

diperoleh data bahwa keadaan umumTn X cukup dengan tanda-tanda

vital dalam batas normal yaitu tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 78

x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,5° C. dan keluhan fisik yang

dialami oleh klien.

f. Aspek psikososial

1) Genogram

Membuat genogram beserta keteranganya untuk mengetahui

kemungkinan adanya riwayat genetik yang menyebabkan

menurunya gangguan jiwa.

g. Konsep diri

1. Gambaran diri Tanyakan persepsi pasien terhadap tubuhnya,

bagian tubuh yang disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh

yang tidak disukai dan bagian tubuh yang disukai.

2. Identitas diri Pasien dengan halusinasi tidak puas akan dirinya

merasa bahwa pasien tidak berguna.

3. Fungsi peran pada pasien halusinasi bisa berubah atau berhenti

fungsi peran yang disebabkan penyakit, trauma akan masa lalu,

menarik diri dari orang lain, dan perilaku agresif.

4. Ideal diri
pasien yang mengalami halusinasi cenderung tidak peduli dengan

diri sendiri maupun sekitarnya. Mengungkapkan keputuasaan

karena penyakitnya dan mengungkapkan keinginan yang terlalu

tinggi.

5. Harga diri Pasien yang mengalami halusinasi cenderung menerima

diri tanpa syarat meskipun telah melakukan kesalahan, kekalahan,

dan kegagalan ia tetap merasa dirinya sangat berharga. Perasaan

malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,

gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri

dan kurang percaya diri.

h. Status mental

Pada pengkajian status mental pasien halusinasi ditemukan data berupa

bicara sendiri, senyum sendiri, tertawa sendiri, menggerakkan bibir

tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat,

menarik diri dari orang lain berusaha untuk menghindari orang lain,

tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata, terjadi

peningkatan denyut jantung pernapasan dan tekanan darah, perhatian

dengan lingkungan yang kurang /hanya beberapa detik com

berkonsentrasi dengan pengalaman sensori, sulit berhubungan dengan

orang lain, ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan

marah tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor

dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton curiga dan

bermusuhan, bertindak merusak diri orang lain dan lingkungan,


ketakutan, tidak dapat mengurus diri, biasa terdapat disorientasi waktu

tempat dan orang.

i. Mekanisme koping

Apabila mendapat masalah, pasien takut / tidak mau menceritakan

kepada orang lain (koping menarik diri). Mekanisme koping yang

digunakan pasien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan

suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme koping

yang sering digunakan pada halusinasi adalah :

1. Regresi

menjadi malas beraktivitas sehari-hari.

2. Proyeksi

menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk

mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.

3. Menarik diri

sulit mempercayai orang lain dan asik dengan stimulus internal.

j. Aspek medik

Terapi yang diterima klien bisa berupa terapi farmakologi psikomotor

terapi okupasional, dan rehabilitas.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan prioritas masalah utama yaitu Gangguan Persepsi Sensori

Halusinasi Pendengaran.

a. Definisi
Halusinasi pendengaran adalah salah satu gejala gangguan sensori

persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa, pasien merasakan

sensasi berupa suara tanpa stimulus nyata. Halusinasi pendengaran

paling sering terjadi ketika pasien mendengar suara-suara, halusinasi

ini sudah melebur dan pasien merasa sangat ketakutan, panik dan tidak

bisa membedakan antara khayalan dan dengan kenyataan yang

dialaminya. Halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana pasien

mendengar suara, terutama suara-suara orang yang sedang

membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan

untuk melakukan sesuatu (Karsa & Karsa, 2022).

b. Batasan karakteristik

Batasan karakteristik klien dengan gangguan persepsi sensori

halusinasi yaitu perubahan dalam pola perilaku, tidak dapat

membedakan keadaan yang nyata atau tidak, perubahan dalam

ketajamn sensori, kurang konsentrasi dengan lingkungan sekitar, sulit

berkomunikasi dengan orang lain, ekpresi muka tegang, pergerakan

mata cepat, respon verbal lambat dan muncul perasaan takut (M.

Pratiwi & Setiawan, 2018).

c. Faktor Resiko

Faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang

dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres.

1. Faktor perkembangan
biasanya tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan

interpersonal terganggu maka individu akan mengalami stres dan

kecemasan.

2. Faktor sosiokultural

berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang

merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat

klien dibesarkan.

3. Faktor biokimia

adanya stres yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam

tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik

neuro kimia.

4. Faktor psikologis

Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, adanya peran ganda

yang bertentangan dan tidak diterima oleh anak akan

mengakibatkan stres dan kecemasan yang tinggi dan berakhir

dengan gangguan orientasi realitas seperti halusinasi.

5. Faktor genetik

Apa yang berpengaruh dalam skizoprenia ini belum juga diketahui,

tetapi hasil studi membuktikan bahwa faktor keluarga

menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini

(Mislika, 2020).
3. Intervensi

Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan

rencana asuhan keperawatan yang merupakan tahap selanjutnya setelah

pangkajian dan penentuan diagnosa keperawatan. Pada tahap perencanaan

penulis hanya menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan

pohon masalah keperawatan yaitu gangguan persepsi sensori halusinasi

pendengaran (sventinus, 2022).


Tabel 2.1 Intervensi

No Diagnosa SLKI SIKI


1. Gangguan Persepsi sensori Manajemen halusinasi
Persepsi (L.09083) (l.09288)
Sensori Setelah dilakukan 1. Observasi
Halusinasi asuhan keperawatan a. Monitor prilaku
Pendengaran selama 3x24 jam yang mengindikasi
diharapkan persepsi halusinasi
sensori dapat membaik b. Monitor isi
dengan kriteria hasil: halusinasi
1. Verbalisasi kekerasan atau
mendengar 2 – 4 yang
2. Perilaku halusinasi membahayakan
2-4 diri
3. Respon sesuai 2. Teraupetik
stimulus 2 – 4 a. Pertahankan
4. Konsentrasi 2 – 5 lingkungan yang
aman
1. Keterangan 3. Edukasi
a. Anjurkan
1. Memburuk memonitor sendiri
2. Cukup memburuk situasi terjadinya
3. Sedang halusinasi
4. Cukup membaik b. Ajarkan pasien dan
5. Membaik keluarga cara
mengontrol
halusinasi

Sumber : (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).


4. Implementasi

Pada tahap ini penulis melakukan implementasi sesuai dengan

perencaan keperawatan yang sebelumnya sudah dibuat. Implementasi yang

pertama bertujuan agar klien dapat mengenal halusinasinya dan klien dapat

mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik, yang kedua bertujuan

agar klien dapat mengontrol halusinasinya dengan cara berbincang-

bincang dengan orang lain, yang ketiga agar klien dapat mengontrol

halusinasinya dengan cara melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan

yang keempat agar klien dapat memahami manfaat dari program

pengobatan dan mengikuti pengobatan secara optimal (Lesmana &

Furnama, 2021).

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara

terus menerus yang bertujuan untuk menentukan apakah rencana

keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan

untuk merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan.

Berdasarkan hasil evaluasi, setelah dilakukan tindakan selama 3 hari

diagnosa gangguan persepsi sensori pendengaran dapat teratasi dengan

kriteria hasil verbalisasi mendengar bisikan menurun (A. D. I. Pratiwi &

Rahmawati, 2022).
C. Konsep Halusinasi Pendengaran

1. Pengertian

Halusinasi pendengaran merupakan suatu jenis halusinasi yang

sering muncul pada pasien skizofrenia. Semakin lama akan semakin

berdampak pada dirinya dan orang lain. Seperti risiko menciderai

orang lain, risiko bunuh diri, isolasi sosial dan tidak bisa membedakan

mana yang realita dan mana yang bukan. Sehingga perlu adanya latihan

yang dapat mengontrol halusinasi sehingga tidak berdampak negatif pada

diri sendiri dan orang lain (Hertati et al., 2022).

2. Gangguan Halusinasi Pada Skizofrenia

Gangguan halusinasi pada skizofrenia merupakan gangguan jiwa

berat di tandai dengan komunikasi yang tidak wajar, gangguan realitas

(halusinasi atau waham), afek yang tidak wajar dan gangguan

psikologis serta kesulitan untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

Skizofrenia adalah gangguan yang terjadi di otak yang sangat berat dimana

menganggu jalan berfikir seseorang, tingkat emosi, dan perilaku seseorang

yang akan membawa dampak fisik seseorang untuk melakukan pekerjaan

menjadi terabaikan akibat tidak bisa menilai keadaanya nyata. Gejala

yang banyak muncul dan dijumpai pada pasien skizofrenia yaitu

halusinasi diman, suatu kondisi terdapat gangguan dipanca indra

seseorang yang tidak terdapat dorongan dari luar seperti halusinasi

pendengaran. (Hertati et al., 2022).


3. Pengaturan Halusinasi Pada Skizofrenia

Pengaturan halusinasi pada skizofrenia di sebut dengan fase. Dan

dimulai dari beberapa tahap, hal ini dapat di pengaruhi oleh keparahan dan

respon individu dalam menanggapi adanya rangsangan dari luar.

Halusinasi terjadi melalui beberapa fase antara lain:

a. Fase Pertama

Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada

tahap ini masuk dalam golongan non-psikotik.

1) Karakteristik

klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah,

kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien

mulai melamun dan memikirkan halhal yang menyenangkan, cari

ini hanya menolong sementara.

2) Perilaku klien

Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir

tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika

sedang asyik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.

b. Fase Kedua

Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi

menjadi menjijikkan. Termasuk dalam psikotik ringan.

1) Karakteristik
pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan, kecemasan

meningkat, melamun dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai

dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain

tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.

2) Perilaku klien

meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan

denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan

halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.

c. Fase Ketiga

Disebut dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman

sensori menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.

1) Karakteristik

bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan

mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya

terhadap halusinasinya.

2) Perilaku klien

kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya

beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien

berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.

d. Fase Keempat

Conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya.

termasuk dalam psikotik berat.


1) Karakteristik halusinasinya berubah menjadi mengancam,

memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak

berdaya hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan secara nyata

dengan orang lain di lingkungan sekitarnya.

2) Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri,

perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katakonik, tidak

mampu merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu

berespon lebih dari satu orang (Wulandari & Pardede, 2020).


BAB III

METODE STUDI KASUS

1. Rancangan Studi Kasus

Jenis rancangan serta pendekatan yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu studi kasus, menggunakan pendekatan proses keperawatan.

Peneliti mendapatkan data pasien menggunakan metode wawancara,

observasi, studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Instrument penelitian

yang digunakan pada wawancara yaitu peneliti sendiri dengan alat bantu

pedoman pengkajian dan Strategi Pelaksanaan (SP). Sedangkan instrumen

yang lain dengan menggunakan tensimeter, termometer dan timbangan.

(Zelika & Dermawan, 2015).

2. Subyek Studi Kasus

Subyek pada studi kasus ini adalah pasien dengan Asuhan

keperawatan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran dengan

Skizofrenia di RSJ Prof. Dr Soerojo Magelang.

3. Fokus Studi

Fokus studi dalam karya tulis ilmiah ini adalah pasien dengan

asuhan keperawatan halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia di

RSJ Prof. Dr Soerojo Magelang.


4. Definisi Oeprasional

Operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan cara

menentukan dan mengukur suatu variabel, atau informasi ilmiah yang

membantu peneliti lain yang menggunakan variabel yang sama.

Rancangan variabel penelitian, definisi operasional dan skala pengukuran

penelitian (Pravitasri, 2015).

a. Halusinasi pendengaran

Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau kebisingan,

dan yang paling sering yaitu merupakan suara orang. Suara berbentuk

kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas, berbicara

tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua

orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien

mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu

dan kadang dapat membahayakanya (Lase & Pardede, 2019).

b. Pasien skizofrenia

Pasien skizofrenia adalah pasien yang menderita gangguan jiwa

berat, dan skizofrenia merupakan sindrom kompleks dari gangguan

perkembangan otak yang menyebabkan penyimpangan perilaku dan

kognitif serta disebabkan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan.

Pasien skizofrenia umumnya mengalami gejala-gejala seperti gejala

positif dan negaf. Delusi dan halusinasi merupakan salah satu

gejala positif yang sering dialami pada skizofrenia, selain

ituskizofrenia erat hubungannya dengan perilaku kekerasan.


Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh insight pada proses

kesembuhan pasien skizofrenia (NMA, 2021).

5. Tempat Dan Studi Kasus

a. Tempat Studi Kasus

Pengelolaan kasus pada Pasien halusinasi pendengaran dengan

skizofrenia ini akan dilaksanakan di RSJ Prof. Dr Soerojo Magelang

b. Waktu Penyusunan

Waktu penyusunan ini akan dilakukan selama tiga hari dimulai pada

awal dilakukan pengkajian sampai proses evaluasi.

c. Waktu Pengambilan Studi Kasus

Studi kasus ini akan dilaksanakan pada tanggal 9 januari sampai 21

januari 2023.

6. Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis mengumpulkan

data dari berbagai sumber dengan cara :

1) Wawancara mendalam dengan perawat dan keluarga yang berkaitan

dengan pengalaman keluarga merawat pasien skizofrenia dengan

masalah keperawatan halusinasi pendengaran. Saat dilakukan

observasi didapatkan hasil data obyektif yang ditemukan yaitu

pasien berbiacara sendiri, tersenyum sendiri, mondar-mandir, suka

melamun, dan lebih banyak menyendiri. Kontak mata pasien mudah

teralihkan, mampu menjawab pertanyaan yang diajukan namun


kadang tidak fokus dan mendengar suara palsu, sebagian besar suara

palsu tersebut muncul ketika malam hari, dan dalam keadaan emosi

ketika suara palsu tersebut muncul.

2) Observasi yang telah dilakukan yaitu rata – rata klien mengalami tanda

dan gejala yang sama yaitu mengarahkan telinga ke arah tertentu,

gelisah, terlihat terganggu, marah tanpa sebab, mencoba berinteraksi

dengan lingkungan, tidak berdaya, sering menangis sendiri, tertawa

sendiri. Tanda dan gejala halusinasi adalah pasien sering berbicara atau

tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, mengarahkan telinga ke

arah tertentu, menutup telinga, mendengar suara atau kegaduhan.

Mendengar suara yang mengajak pasien bercakap-cakap, mendengar

suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya

3) Studi dokumentasi bermanfaat dalam hal mempelajari pengalaman

kesehatan klien yang lalau untuk di perhatikan pada asuhan

keperawatan yang akan datang, memudahkan perawat untuk

mengarahkan pengumpulan data, klien tidak mengalami

pemeriksaan serupa yangberulang jika tidak benar-benar di butuhkan

efisiensi dan evektifitas pengumpulan data melalui penelitian riwayat

penyakit yang lalu guna mendapatkan diagnosa keperawatan yang

tepat studi dokumentasi (Harkomah, 2019)

7. Penyajian Data

Penyajian data yang dibuat oleh peneliti secara narasi, dimana

asuhan keperawatan dibuat dalam suatu rangkaian kalimat yang


menceritakan suatu rangkaian kejadian. Dalam melakukan studi kasus,

penulis memandang perlu adanya ijin pada pihak institusi. Setelah

mendapat persetujuan barulah dilakukan studi kasus dengan menekankan

pada masalah etika penelitian (Karsa & Karsa, 2022).

8. Etika Studi Kasus

Etika pada studi kasus ini, terdiri dari :

a. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)

Memberikan bentuk persetujuan antara pelaku dan responden studi

kasus dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan Informed

Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan studi kasus.

b. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika studi kasus merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek studi kasus dengan cara

memberikan atau menempatkan nama responden dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil studi kasus

yang akan disajikan.

c. Confidentiality (kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti studi kasus. (Julioe, 2017).


DAFTAR PUSTAKA

Amazihono, V. (2021). Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn . C Dengan

Halusinasi Pendengaran di Ruang Dolok Sanggul. 1–32.

Anugrah, T. (2021). Asuhan Keperwatan Jiwa Pada Tn . E Dengan Gangguan

Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Di Ruangan Dolok Sanggul Ii.

1–38.

Astuti, S. I., Arso, S. P., & Wigati, P. A. (2015). Patofisiologi, kaplan dan sadock,

2014. Analisis Standar Pelayanan Minimal Pada Instalasi Rawat Jalan Di

RSUD Kota Semarang, 3, 103–111.

Harkomah, I. (2019). Analisis Pengalaman Keluarga Merawat Pasien Skizofrenia

dengan Masalah Halusinasi Pendengaran Pasca Hospitalisasi. Jurnal

Endurance, 4(2), 282. https://doi.org/10.22216/jen.v4i2.3844

Hertati, H., Wijoyo, E. B., & Nuraini, N. (2022). Pengaruh Pengendalian

Halusinasi Teknik Distraksi Menghardik terhadap Penurunan Halusinasi

Pendengaran: Studi Literatur. Jurnal Ilmiah Keperawatan …, 5(2), 145–156.

http://jurnal.umt.ac.id/index.php/jik/article/view/2918%0Ahttp://jurnal.umt.a

c.id/index.php/jik/article/download/2918/3328

Julioe, R. (2017). No TitleÉ?______. Ekp, 13(3), 1576–1580.

Karsa, P. S., & Karsa, P. S. (2022). PENDENGARAN.

Lase, A. A. N., & Pardede, J. A. (2019). Penerapan Terapi Generalis ( SP 1-4 )

Pada Penderita Skizofrenia Dengan Masalah Halusinasi Di Ruang Sibual-


buali : Studi Kasus. 1–38.

Lesmana, N. K., & Furnama, F. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Tn. D Dengan

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Diruang Dahlia Rumah

Sakit Umum Gunung Jati Cirebon. Jurnal Ilmiah Akper Buntet Pesantren

Cirebon, 5(1), 107–115.

Makhruzah, S., Putri, V. S., & Yanti, R. D. (2021). Pengaruh Penerapan Strategi

Pelaksanaan Perilaku Kekerasan terhadap Tanda Gejala Klien Skizofrenia di

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi. Jurnal Akademika Baiturrahim

Jambi, 10(1), 39. https://doi.org/10.36565/jab.v10i1.268

malau, mei yanti. (2021). Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan

Masalah Halusinasi Pada Penderita Skizofrenia. 22–24.

http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/nbv42

Manurung, R. D. (2020). Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn . M

Dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran. 2018, 1–37.

Mislika, M. (2020). Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny . N Dengan

Halusinasi Pendengaran. 1–35. https://scholar.google.com/scholar?

hl=id&as_sdt=0%2C5&q=halusinasi+pendengaran&oq=#d=gs_qabs&u=

%23p%3DmuqhG8XBeJIJ

Mulia, M., & Damayanti, D. (2021). Tabel 1 Tingkat Halusinasi Sebelum

Diberikan Terapi Musik Klasik Pada Pasien Skizofrenia dengan Diagnosa

Keperawatan Halusinasi ( n = 2 ) Klien Skor Tingkat Halusinasi Halusinasi

Tn . R Halusinasi Tingkat Sedang Tn . A Halusinasi Tingkat Sedang. 2(2), 9–

13.
NMA, W. (2021). Pengaruh Insight pada Proses Kesembuhan pasien Skizofrenia.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(1), 163–169.

https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i1.573

Oktiviani, D. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.K dengan masalah

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di Ruang Rokan

Rumah Sakit Jiwa Tampan. Diploma thesis, Poltekkes Kemenkes Riau.

Nuevos Sistemas de Comunicación e Información, 2013–2015.

P, N. A., & Rahmawati, A. N. (2022). STUDI KASUS HALUSINASI

PENDENGARAN PADA PASIEN SCHIZOFRENIA A CASE STUDY OF

AUDITORY HALLUCINATION IN SCHIZOFRENIA PATIENTS Program

Studi Profesi Ners , Universitas Harapan Bangsa perilaku seseorang yang

dengan tiba-tiba adanya. 10, 20–27.

Prasetyo, F. A. (2019). Edukasi Tentang Deteksi Dini Gangguan Skizofrenia.

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Dan Sains, September.

Pratiwi, A. D. I., & Rahmawati, A. N. (2022). Studi Kasus Penerapan Terapi

Dzikir Pada Pasien Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi Pendengaran)

Diruang Arjuna Rsud Banyumas. 1(6), 315–322.

Pratiwi, M., & Setiawan, H. (2018). Tindakan Menghardik Untuk Mengatasi

Halusinasi Pendengaran Pada Klien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa.

Jurnal Kesehatan, 7(1), 7. https://doi.org/10.46815/jkanwvol8.v7i1.76

Pravitasri, G. A. (2015). Gambaran Manajemen Gejala Halusinasi Pada Orang

Dengan Skizofrenia (ODS) Diruang Rrawat Inap RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Semarang. September. http://eprints.undip.ac.id/51770/


Putri, N. N., Lissa, N., Nainggolan, O., Vandea, S., & Saragih, M. (2021). Studi

Kasus : Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Gangguan Persepsi Sensori :

Halusinasi Pada Penderita Skizofrenia.

Simanjuntak, J. (2021). Asuhan keperawatan jiwa pada Ny. I dengan masalah

halusinasi pendengaran. OSF Preprints, 846(March), 11–43.

https://osf.io/preprints/9xn25/

Suparyanto dan Rosad (2015. (2020).. Suparyanto Dan Rosad (2015, 5(3), 248–

253.

sventinus mendorofa, D. (2022). Asuhan keperawatan jiwa pada Tn. B dengan

masalah halusinasi pendengaran. OSF Preprints, 1(April), 11–43.

https://doi.org/10.31219/osf.io/mdnts

Try Wijayanto, W., & Agustina, M. (2017). Efektivitas Terapi Musik Klasik

Terhadap Penurunan Tanda dan Gejala pada Pasien Halusinasi Pendengaran.

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia, 7(1), 189–196.

Wulandari, Y., & Pardede, J. A. (2020). Aplikasi Terapi Generalis Pada

Penderita Skizofrenia Dengan Masalah Halusinasi Pendengaran. Riskesdes

2018.

Zelika, A. A., & Dermawan, D. (2015). Kajian Asuhan Keperawatan Jiwa

Halusinasi Pendengaran Pada Sdr . D Di Ruang Nakula Rsjd Surakarta.

Profesi, 12(2), 8–15.

Amazihono, V. (2021). Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn . C Dengan

Halusinasi Pendengaran di Ruang Dolok Sanggul. 1–32.

Anugrah, T. (2021). Asuhan Keperwatan Jiwa Pada Tn . E Dengan Gangguan


Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Di Ruangan Dolok Sanggul Ii.

1–38.

Astuti, S. I., Arso, S. P., & Wigati, P. A. (2015). Patofisiologi, kaplan dan sadock,

2014. Analisis Standar Pelayanan Minimal Pada Instalasi Rawat Jalan Di

RSUD Kota Semarang, 3, 103–111.

Harkomah, I. (2019). Analisis Pengalaman Keluarga Merawat Pasien Skizofrenia

dengan Masalah Halusinasi Pendengaran Pasca Hospitalisasi. Jurnal

Endurance, 4(2), 282. https://doi.org/10.22216/jen.v4i2.3844

Hertati, H., Wijoyo, E. B., & Nuraini, N. (2022). Pengaruh Pengendalian

Halusinasi Teknik Distraksi Menghardik terhadap Penurunan Halusinasi

Pendengaran: Studi Literatur. Jurnal Ilmiah Keperawatan …, 5(2), 145–156.

http://jurnal.umt.ac.id/index.php/jik/article/view/2918%0Ahttp://jurnal.umt.a

c.id/index.php/jik/article/download/2918/3328

Julioe, R. (2017). No TitleÉ?______. Ekp, 13(3), 1576–1580.

Karsa, P. S., & Karsa, P. S. (2022). PENDENGARAN.

Lase, A. A. N., & Pardede, J. A. (2019). Penerapan Terapi Generalis ( SP 1-4 )

Pada Penderita Skizofrenia Dengan Masalah Halusinasi Di Ruang Sibual-

buali : Studi Kasus. 1–38.

Lesmana, N. K., & Furnama, F. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Tn. D Dengan

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Diruang Dahlia Rumah

Sakit Umum Gunung Jati Cirebon. Jurnal Ilmiah Akper Buntet Pesantren

Cirebon, 5(1), 107–115.

Makhruzah, S., Putri, V. S., & Yanti, R. D. (2021). Pengaruh Penerapan Strategi
Pelaksanaan Perilaku Kekerasan terhadap Tanda Gejala Klien Skizofrenia di

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi. Jurnal Akademika Baiturrahim

Jambi, 10(1), 39. https://doi.org/10.36565/jab.v10i1.268

malau, mei yanti. (2021). Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan

Masalah Halusinasi Pada Penderita Skizofrenia.22–24.

http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/nbv42

Manurung, R. D. (2020). Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn . M

Dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran. 2018, 1–37.

Mislika, M. (2020). Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny . N Dengan

Halusinasi Pendengaran. 1–35.

Mulia, M., & Damayanti, D. (2021). Tabel 1 Tingkat Halusinasi Sebelum

Diberikan Terapi Musik Klasik Pada Pasien Skizofrenia dengan Diagnosa

Keperawatan Halusinasi ( n = 2 ) Klien Skor Tingkat Halusinasi Halusinasi

Tn . R Halusinasi Tingkat Sedang Tn . A Halusinasi Tingkat Sedang. 2(2), 9–

13.

NMA, W. (2021). Pengaruh Insight pada Proses Kesembuhan pasien Skizofrenia.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(1), 163–169.

https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i1.573

Oktiviani, D. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.K dengan masalah

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di Ruang Rokan

Rumah Sakit Jiwa Tampan. Diploma thesis, Poltekkes Kemenkes Riau.

Nuevos Sistemas de Comunicación e Información, 2013–2015.

P, N. A., & Rahmawati, A. N. (2022). STUDI KASUS HALUSINASI


PENDENGARAN PADA PASIEN SCHIZOFRENIA A CASE STUDY OF

AUDITORY HALLUCINATION IN SCHIZOFRENIA PATIENTS Program

Studi Profesi Ners , Universitas Harapan Bangsa perilaku seseorang yang

dengan tiba-tiba adanya. 10, 20–27.

Prasetyo, F. A. (2019). Edukasi Tentang Deteksi Dini Gangguan Skizofrenia.

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Dan Sains, September.

Pratiwi, A. D. I., & Rahmawati, A. N. (2022). Studi Kasus Penerapan Terapi

Dzikir Pada Pasien Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi Pendengaran)

Diruang Arjuna Rsud Banyumas. 1(6), 315–322.

Pratiwi, M., & Setiawan, H. (2018). Tindakan Menghardik Untuk Mengatasi

Halusinasi Pendengaran Pada Klien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa.

Jurnal Kesehatan, 7(1), 7. https://doi.org/10.46815/jkanwvol8.v7i1.76

Pravitasri, G. A. (2015). Gambaran Manajemen Gejala Halusinasi Pada Orang

Dengan Skizofrenia (ODS) Diruang Rrawat Inap RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Semarang. September. http://eprints.undip.ac.id/51770/

Putri, N. N., Lissa, N., Nainggolan, O., Vandea, S., & Saragih, M. (2021). Studi

Kasus : Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Gangguan Persepsi Sensori :

Halusinasi Pada Penderita Skizofrenia.

Simanjuntak, J. (2021). Asuhan keperawatan jiwa pada Ny. I dengan masalah

halusinasi pendengaran. OSF Preprints, 846(March), 11–43.

https://osf.io/preprints/9xn25/

Suparyanto dan Rosad (2015. (2020). 済 無 No Title No Title No Title.

Suparyanto Dan Rosad (2015, 5(3), 248–253.


sventinus mendorofa, D. (2022). Asuhan keperawatan jiwa pada Tn. B dengan

masalah halusinasi pendengaran. OSF Preprints, 1(April), 11–43.

https://doi.org/10.31219/osf.io/mdnts

Try Wijayanto, W., & Agustina, M. (2017). Efektivitas Terapi Musik Klasik

Terhadap Penurunan Tanda dan Gejala pada Pasien Halusinasi Pendengaran.

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia, 7(1), 189–196.

Wulandari, Y., & Pardede, J. A. (2020). Aplikasi Terapi Generalis Pada

Penderita Skizofrenia Dengan Masalah Halusinasi Pendengaran. Riskesdes

2018.

Zelika, A. A., & Dermawan, D. (2015). Kajian Asuhan Keperawatan Jiwa

Halusinasi Pendengaran Pada Sdr . D Di Ruang Nakula Rsjd Surakarta.

Profesi, 12(2), 8–15.


LAMPIRAN
LEMBAR PERSETUJUAN JUDUL KARYA TULIS ILMIYAH

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI

PENDENGARAN PADA PASIEN DENGAN

SKIZOFRENIA DI RSJ PROF. DR. SOEROJO

MAGELANG

PENYUSUN : HENGKI HIKMAWAN NUGROHO

NIM : 200102023

Purwokerto,28 oktober 2022

Pembimbing l Pembimbing ll

NS. Arni Nur Rahmawati., S. Kep., M. Madyo Martoyo, S. Kep., Ns MNS


Kep NIK.103609030581
NIK. 108701120888

Mengetahui
Koordinator KTI

Prasanti Adriani, S.Kep.,Ns.,M.Kes.


NIK. 108602120687
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI PENDENGARAN PADA


PASIEN DENGAN SKIZOFRENIA DI RSJ PROF. DR. SOEROJO
MAGELANG

Proposal KTI
Disusun Oleh:

Hengki Hikmawan Nugraha


200102023

Telah Disetujui untuk dilakukan Presentasi Proposal KTI


Pada tanggal 29 Desember 2022

Purwokerto,......................2022
Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing ll

NS. Arni Nur Rahmawati, S. Kep.,M.Kep Madyo Martoyo, S Kep Ns MNS


NIK. 108701120888 NIK. 103609030581

Anda mungkin juga menyukai