Disusun oleh :
ARNITA ANINDIRA
20130310174
2016
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL KTI
Disusun oleh :
ARNITA ANINDIRA
20130310174
Dosen pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta alam
semesta yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik. Tak lupa shalawat serta
salam penulis haturkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah
membawa umat manusia dari alam kebodohan menuju ke alam yang penuh dengan
dengan Terjadinya Miopia pada Anak” ini adalah sebagai bentuk pengajuan karya
tulis ilmiah, dimana merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh Derajad
Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini tidak
akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun
materiil, secara langsung dan tidak langsung. Untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Kedua Orangtua penulis Bapak Jamilin dan Ibu Siti Barokah, kakak penulis
Alvian Hidayat, serta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung dan
2. dr. Ardi Pramono, Sp. An, M. Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
iii
3. dr. Alfaina Wahyuni Sp.OG, M.Kes selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Yogyakarta.
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan petunjuk dan saran
kepada penulis selama penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini dengan penuh
5. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini. Demi perbaikan selanjutnya kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap
agar penelitian ini dapat berjalan dengan lancar dan bermanfaat bagi penulis
maupun pembaca.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 45
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuisioner Sleep Disturbances Scale for
Children (SDSC)………………………………………………………………...42
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
kesehatan yang penting. Deteksi dini dan publikasi mengenai prevalensi dan faktor
yang berhubungan dengan kelainan tajam penglihatan pada pelajar Sekolah Dasar
penting terutama pada anak, mengingat 80% informasi selama 12 tahun pertama
anak- anak, sedangkan penglihatan yang baik sangat penting dalam proses belajar
mengajar (Saw dkk, 2003). Miopia atau sering disebut sebagai rabun jauh
merupakan jenis kerusakan mata yang disebabkan pertumbuhan bola mata yang
terlalu panjang atau kelengkungan kornea yang terlalu cekung (Ilyas, 2007). Miopia
berasal dari bahasa Yunani “muopia” yang memiliki arti menutup mata. Miopia
berbagai belahan dunia terutama di Asia dan peningkatan prevalensi miopia sangat
menonjol pada anak- anak usia sekolah (Saw dkk, 2003). Dalam Tiharyo (2008),
Suhardjo dkk melaporkan angka prevalensi miopia pada anak usia sekolah dasar
1
2
usia 7-12 tahun di Yogyakarta sebesar 3,69% di daerah pedesaan dan 6,39% di
daerah perkotaan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Joeri tahun 2009/2010 di
Dasar sebesar 11,10% dan faktor risiko terhadap kejadian miopia pada anak
Sekolah Dasar adalah jarak membaca, genetika, posisi tubuh saat membaca, dan
Masalah penyakit mata pada anak dapat dicegah dengan melakukan deteksi
dini untuk mengetahui status ketajaman penglihatan pada anak yang didukung oleh
pemeriksaan mata sebagai alat ukur yaitu Snellen card (kartu Snellen) (Porotu'o
dkk, 2009). Pemeriksaan rutin pada mata sebaiknya dimulai pada usia dini. Pada
anak usia 2,5- 5 tahun, skrining mata perlu dilakukan untuk mendeteksi apakah
secara fisik maupun emosional serta diperlukan untuk bertahan hidup (Foreman &
Wykle, 1995). Tidur adalah keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan
tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus berulang- ulang dan masing- masing
menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Lilis dkk, 2001). Tidur
mempunyai peranan penting dalam perkembangan anak dan hal ini berkaitan
dengan komponen penting lain dari kesehatan seorang anak (Sadeh dkk, 2000).
3
merupakan pemutus dari kelelahan sebelumnya di mana setelah tidur manusia akan
gangguan dalam jumlah, kualitas, atau waktu tidur pada seorang individu (Free
prevalensi gangguan tidur pada anak usia di bawah 3 tahun yang dilakukan oleh
Rini dan Nuri pada tahun 2006 sebesar 44,2%. Kemudian penelitian yang dilakukan
oleh Dini S dkk pada tahun 2013 menyatakan bahwa 79,8% anak usia 3- 6 tahun
mengalami gangguan tidur dengan jenis gangguan tidur terbanyak adalah gangguan
memulai dan mempertahankan tidur. Insidensi gangguan tidur pada anak usia 9-12
4
tahun adalah sebesar 42,20% dengan jenis gangguan tidur paling banyak adalah
bola mata. Irama sirkadian dalam sintesis dan pelepasan melatonin adalah regulator
utama pada proses tidur, yang juga dikontrol oleh interaksi timbal balik dari jalur
bola mata pada manusia dan gangguan irama sirkadian baik di hewan maupun
manusia (Zhou dkk, 2015). Hal ini berkaitan dengan terjadinya miopia pada anak
usia sekolah akibat pertumbuhan sumbu bola mata yang cenderung meningkat
seiring pertambahan usia (Basri, 2014). Panjang aksial harian yang dipengaruhi
oleh irama sirkadian tubuh juga lebih berfluktuasi pada anak yang berusia di bawah
miopia pada anak perlu diteliti lebih lanjut. Diharapkan hal ini dapat mengurangi
angka kejadian miopia pada anak sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan
anak.
Sebagaimana telah dijelaskan oleh Ilyas (2009), mata merupakan salah satu
panca indera yang sangat penting bagi manusia dan menentukan kualitas hidup
manusia. Dengan mata kita dapat melihat dan mengenali lingkungan sekitar kita.
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S. An- Nahl ayat 78 :
5
“Dan Allah mengeluarkan kamu dariperut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun. Dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu
bersyukur”
Dari firman Allah SWT tersebut dijelaskan bahwa kita dilahirkan dalam
hati yang telah diberikan oleh Allah SWT. Dengan senantiasa menjaga
pendengaran, penglihatan, dan hati yang telah diberikan oleh Allah SWT maka kita
akan dapat merasakan nikmat dan kebesaran Allah SWT sehingga kita akan selalu
hubungan gangguan tidur dengan terjadinya miopia pada anak. Penelitian akan
lebih spesifik pada anak usia sekolah dimana pada usia tersebut rentan akan
Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun. Dalam penelitian ini, peneliti
terjadinya miopia pada anak usia 7-12 tahun. Diharapkan hasil dari penelitian ini
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Klinis
a. Bagi peneliti
b. Bagi Instansi
tidur dengan terjadinya miopia pada anak usia sekolah (7-12 tahun).
E. Keaslian Penelitian
- kuisioner hubungan
CSHQ yang
(Children’s
konsisten di
Sleep Habits
Questionnaire) antara
- durasi keduanya.
aktivitas
Hubungan
melihat
dekat antara durasi
- durasi tidur total
aktivitas luar
(siang dan
ruangan
malam)
(pemeriksaan signifikan .
menggunakan
autorefraktor)
Gong dkk, 2014 Untuk mengetahui Cross Variabel bebas : Parental
Parental faktor-faktor yang Sectional - gender myopia, jarak
Myopia, berhubungan dengan - umur membaca,
Aktivitas dengan terjadinya Stratified - tingkat durasi
Melihat Dekat, miopia pada anak Random pendidikan aktivitas
Durasi Tidur dan Tiongkok Sampling orangtua melihat dekat
Miopia pada - pekerjaan merupakan
Anak Tiongkok. orangtua faktor resiko
- pendapatan terjadinya
keluarga miopia.
- durasi Penelitian ini
aktivitas menemukan
melihat adanya
dekat hubungan
antara durasi
10
Variabel terikat :
Miopia
(pemeriksaan
menggunakan
optotip snellen
chart dan trial-
lens set)
Penelitian mengenai hubungan gangguan tidur dengan terjadinya miopia pada anak,
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
dilindungi oleh area orbit tengkorak yang disusun oleh berbagai tulang
yang terdiri dari alis mata, kelopak mata, bulu mata, konjungtiva, aparatus
mata dan bulu mata mencegah masuknya benda asing ke dalam mata.
sudut inferomedial orbit. Kelenjar ini menghasilkan air mata yang keluar
dari kelenjar air mata melalui berbagai duktus nasolakrimalis dan menyusuri
11
12
permukaan anterior bola mata (Seeley dkk, 2006). Air mata tidak hanya
ekstrinsik. Otot- otot tersebut yaitu superior rectus muscle, inferior rectus
digunakan untuk menguji gerakan bola mata disebut sebagi H test. Superior
diinervasi oleh nervus abdusen. Keempat otot mata lainnya diinervasi oleh
Bola mata dikelilingi oleh orbital fat pada bagian sisi dan
tersebut serta sebagai bantalan bagi bola mata itu sendiri (Saladin, 2008)
memfokuskan cahaya, dan (c) komponen neural yaitu retina dan saraf
a. Tunika
a) Sklera
b) Kornea
V) (Ilyas, 2008)
3) The inner layer (tunika interna) terdiri dari retina dan saraf
b. Komponen Optik
chamber yaitu ruang antara kornea dan iris. Dari area ini, cairan
(Saladin, 2008).
2008).
(Saladin, 2008).
17
c. Komponen Neural
bagian posterior dari titik tengah lensa, pada aksis visual mata,
diameter kira- kira 3 mm. Pada bagian tengah dari macula lutea
medial dari macula lutea terdapat optic disc. Serabut saraf dari
seluruh bagian mata akan berkumpul pada titik ini dan keluar
dari bola mata membentuk saraf optikus. Bagian optic disc dari
sebagai titik buta (blind spot) pada lapangan pandang setiap mata
(Saladin, 2008).
2. Fisiologi Penglihatan
difokuskan pada retina. Cahaya yang datang dari sumber titik jauh,
18
melalui kornea dan bagian- bagian lain dari mata (aqueous humor, lensa,
tempat terang atau intensitas cahaya tinggi maka pupil akan mengecil.
otot yang berpigmen dan tampak dalam aqueous humor. Setelah melalui
pupil dan iris, maka cahaya sampai ke lensa (Guyton & Hall, 2008)
Ketika kita melihat benda pada jarak lebih dari 6 m (20 ft), lensa
akan memipih hingga ketebalan sekitar 3,6 mm. Sedangkan ketika kita
melihat sesuatu pada jarak kurang dari 6 m, lensa akan menebal hingga
Bila cahaya sampai ke retina, maka sel- sel batang dan sel- sel
cahaya tersebut ke otak melalui saraf optik. Bayangan atau cahaya yang
tertangkap oleh retina adalah terbalik, nyata, lebih kecil, tetapi pada
a. Central Vision
jatuh pada area macula lutea retina dan memberikan stimulus pada
kontak dan corrected visual acuity dimana mata yang diukur telah
b. Peripheral Vision
cahaya jatuh pada area di luar macula lutea retina dan memberikan
20
diperiksa, maka mata kiri pasien ditutup dan mata kanan pemeriksa
ditutup. Pasien diminta untuk melihat lurus sejajar dengan mata kiri
3. Kelainan Refraksi
penglihatan yang terdiri atas kornea, aqueous humor, lensa, badan kaca,
dan panjangnya bola mata. Pada mata normal, susunan pembiasan oleh
tepat di daerah macula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata
(Ilyas, 2004)
21
jauh dibiaskan atau difokuskan oleh sistem optik mata tepat pada daerah
terutama pada saat melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang
maka sinar normal tidak dapat terfokus tepat pada macula lutea.
memberikan bayangan sinar sejajar pada fokus mata yang tidak terletak
a. Hipermetropia
berkas sinar paralel yang masuk berkonvergensi pada satu titik fokus
b. Astigmatisma
astigmatisma di satu bidang lebih kecil dari bidang yang lain maka
berkas cahaya yang mengenai bagian perifer lensa itu dalam satu
c. Miopia
1) Definisi Miopia
2) Klasifikasi Miopia
normal.
dioptri
dioptri
tahun
3) Patofisiologi Miopia
akibat dari bola mata yang terlalu panjang, atau karena daya bias
Ophtalmology, 2005).
(Ilyas, 2009).
huruf pada jarak enam meter, yang oleh orang normal huruf
meter.
26
adalah 1/300.
diganti dengan lensa yang lebih kuat atau lebih lemah sampai
Association, 2002).
29
diri, jenjang karir dan kondisi kesehatan mata (Rose dkk, 2000).
pada subjek yang sehat. Namun, status refraksi mata masih mungkin
mencapai 3 minggu. Mata adalah organ yang berasal dari ketiga lapisan
yang jelas dicapai oleh visual cortex dalam masa kritis ini. Sehingga
2005). Derajat hipermetropia yang terlalu tinggi (> +5,0 D) pada bayi
baru lahir adalah hal yang tidak normal dan mempunyai peluang kecil
dioptri ketika dewasa. Panjang aksial mata ketika lahir yakni 17 mm.
infantile phase dan juvenile phase. Pada infantile phase (umur 2-5
tahun) pertumbuhan sumbu bola mata sekitar 1,1 mm dan juvenile phase
dengan panjang sumbu bola mata, sehingga bayangan sinar benda jauh
yang masuk ke mata difokuskan tepat di retina (Saw dkk, 2002). Mata
5. Gangguan Tidur
1) Definisi
2) Klasifikasi
sleep walking, dan sleep talking. Selain itu gangguan tidur lain
delayed sleep phase disorder, advanced sleep phase disorder, jet lag
umum terjadi pada anak dan dewasa muda. Pada delayed sleep phase
terlalu sore
tidur
yang paling efektif, aman, dan bisa ditoleransi dengan baik terutama
clock” yang mengatur siklus bangun-tidur dan irama sirkadian yang lain
secara terus menerus kepada sejumlah anak ayam untuk memutus irama
pertumbuhan bola mata dan penebalan kornea yang tidak normal pada
atau hyperopia.
miopia terjadi karena pada saat tidur otot-otot siliar mata dapat
B. Kerangka Teori
Mata
Perkembangan
Penglihatan
Normal Abnormal
Mata Emetrop
Intrinsik
(Genetik &
Usia)
Faktor-faktor Kelainan
yang Lingkungan
Refraksi
berpengaruh
Lifestyle :
Gangguan
Tidur
Keterangan
= Tidak diteliti Miopia Hipermetropia Astigmatisma
= Diteliti
37
C. Kerangka Konsep
Anak Usia
Sekolah
(7-12 Tahun)
Gangguan Tidur
(Irama
Sirkadian)
Miopia
D. Hipotesis
pada anak.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
peneliti mengukur variabel bebas dan variabel terikat dalam waktu yang
1. Populasi
2. Sampel
usia kemudian tiap kelompok usia akan diambil sampel secara acak.
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2
38
39
Keterangan :
n = jumlah sampel
Perhitungan sampel :
90
𝑛=
1 + 90 (0,05)2
𝑛 = 73, 47 ≈ 74
1) Kriteria Inklusi
7-12 tahun.
2) Kriteria Eksklusi
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
anak.
2. Variabel terikat
E. Definisi Operasional
gangguan tidur (skor >39) dan tidak ada gangguan tidur (skor < 39).
2. Miopia adalah salah satu jenis kelainan refraksi dimana sinar sejajar
menjadi miopia (visus < 6/6, dengan koreksi pinhole positif dan
F. Instrumen Penelitian
1. Informed Consent
adanya gangguan tidur pada anak. Kuisioner SDSC ini akan diisi
oleh orang tua dari anak untuk mengetahui gangguan tidur pada
c) Gangguan kesadaran
Skor didapatkan dari pertanyaan nomor 22, 23, 24, 25, dan 26.
menurun, dilanjutkan dengan uji pin hole dimana jika dengan uji
refraksi pada mata. Setelah didapatkan hasil positif pada uji pinhole
G. Jalannya Penelitian
Pendataan Pemeriksaan
Kriteria Inklusi
Sampel Visus di
& Eksklusi
Penelitian Sekolah
Kuisioner
Informed Pengumpulan
SDSC (Home
Consent Data
Visit)
Penyusunan
Karya Tulis Analisis Data
Ilmiah
44
H. Analisa Data
program pengolah data statistik yakni Statistical Package for the Social
Daftar Pustaka
Nickla, D. L., 2013. Ocular DIurnal Rhytms and Eye Growth Regulation : Where
we are 50 years after Lauber. Elsevier, Volume 114, pp. 25-34.
Porotu'o, L. I., Joseph, W. B. S. & Sondakh, R. C., 2009. Faktor- Faktor yang
Berhubungan dengan Ketajaman Penglihatan pada Pelajar Sekolah Dasar Katolik
Santa Theresia 02 Kota Manado. pp. 31-39.
Putri, H., 2015. Studi Deskriptif Gangguan Tidur pada Anak Usia 9-12 Tahun di
SD Negeri Pisangan 1 Ciputat Tahun 2015.
Riordan-Eva, P. & Whitcher, J., 2007. Vaughan & Asbury's General General
Ophtalmology. 17 ed. London: McGraw-Hill.
Rizzo, D., 2001. Delmar's Fundamentals of Anatomy & Physiology. USA: Delmar
Thomson Learning.
Rose, K., Harper, R., Tromans, C., Waterman, C., Goldberg, D., Haggerty, C., dkk.
2000. Quality of Life in Myopia. British Journal of Opthalomology, Volume 84,
pp. 1031-1034.
Sadeh, A., Raviv, A. & Gruber, R., 2000. Sleep Patterns and Sleep Disruptions in
School-Age Children. Developmental Psychology, Volume 36 (3), pp. 291-301.
Saladin, K. S., 2008. Human Anatomy. 2nd ed. New York: McGraw-Hill.
Saw, S.-M., Gazzard, G., Eong, K.-G.-A. & Tan, D., 2002. Myopia : Attempt to
Arrest Progression. British Journal of Ophtalmology.
Saw, S.-M., R, H., Gazzard, G. M., Koh, D., Widjaja, D., Tan, D. T. H., dkk. 2003.
Causes of Low Vision and Blindness in Rural Indonesia. British Journal of
Ophtalmology, pp. 1075-1078.
Seeley, R., Stephens, T. & Tate, P., 2006. Anatomy and Physiology. 7 ed. New
York: McGraw-Hill.
Sekartini, R. & Adi, N. P., 2006. Gangguan Tidur pada Anak Usia Bawah Tiga
Tahun di Lima Kota di Indonesia. Sari Pediatri, Volume 7 (4), pp. 188-193.
Sleepdex, 2004. Stages of Sleep- Sleepdex. [Online]
Dari : http://www.sleepdex.org/stages.htm
[Diakses 29 Maret 2016].
Staff American Academy of Ophtalmology, 2005. Clinical Optics. Basic and
Clinical Science Course.
Stone, R. A., Quinn, G. E., Francis, E. L., Ying, G., Flitcroft, D. I., Parekh, P., dkk.
2004. Diurnal Axial Length Fluctuations in Human Eyes. Investigative
Ophtalmology & Visual Science, Volume 45 (1), pp. 63-70.
Tamboto, F. C., Wungouw, H. I. S. & Pangemanan, D. H. C., 2015. Gambaran
Visus Mata Pada Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi. Jurnal e-Biomedik, September- Desember, Volume 3 (3), pp. 805-808.
48
Tiharyo, I., Gunawan, W. & Suhadrjo, 2008. Pertumbuhan Myopia pada Anak
Sekolah Dasar Perkotaan dan Pedesaan. Jurnal Oftalmologi Indonesia, Volume 6
(2), pp. 104-112.
Widodo, D. P. & Soetomenggolo, T. S., 2000. Perkembangan Normal Tidur pada
Anak dan Kelainannya. Sari Pediatri, Volume 2 (3), pp. 139-145.
Zahara, D. S., Fitri, H. & Adyaksa, G., 2013. Hubungan Antara Gangguan Tidur
dengan Pertumbuhan Pada Anak Usia 3-6 Tahun di Kota Semarang.
Zhou, Z., Morgan, I. G., Chen, Q., Jin, L., He, M., Congdon, N., dkk. 2015.
Disordered Sleep and Myopia Risk among Chinesse Children. PLoS ONE, Volume
10 (3), pp. 1-10.
49
Lampiran 1
Kuisioner Penelitian