MAKALAH
Disusun oleh:
P27226019158
Hari :
Tanggal :
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
perkembangan saraf umum yang bersifat genetik dan heterogen dengan ciri-ciri
kognitif yang mendasari dan biasanya terjadi bersamaan dengan kondisi lain
bervariasi dari yang ringan sampai berat. Autisme biasanya dapat didiagnosis pada
masa kanak- kanak dengan banyak tanda paling jelas muncul pada usia 2-3 tahun,
tetapi beberapa anak autis berkembang secara normal hingga masa balita
Association, 2018).
Menurut data dari WHO pada tahun 2017 tercatat, terdapat 35 juta orang
yang menyandang autis di seluruh dunia. Jika dirata-rata berarti 1 dari 160 orang
anak di dunia yang menyandang autis. Pada tahun 2015 di Indonesia terdapat
kurang lebih 12.800 anak penyandang autisme dan 134.000 penyandang spectrum
autisme dan diperkirakan satu per 250 anak mengalami gangguan autisme
Disorders kelima (DSM-5) ada tiga level tingkatan dalam ASD, yaitu level 1
secara verbal cukup baik tetapi memiliki kesulitan dalam interaksi sosial serta
1
perilaku yang berulang. Autisme sedang atau level 2 yaitu penyandang autisme
yang sama dengan Level 1, ditambah gangguan emosional dan masalah sensori
ASD sering mengalami kondisi lain yang terjadi bersamaan, termasuk epilepsi,
fungsi intelektual pada individu dengan ASD sangat bervariasi, mulai dari
gangguan yang sangat parah hingga tingkat yang lebih tinggi. ASD dapat 3 secara
kemudian akan berdampak pada keseharian anak tersebut. Salah satu perilakunya
2
yaitu menyakiti diri dimana menurut (Theodora & Mahabbati, 2019) akan
berdampak buruk pada anak seperti cedera, mempengaruhi fungsi otak, lumpuh
interaksi sosial yang dialami anak autisme menurut (Hossein Khanzadeh &
Imankhah, 2017) akan menyebabkan stresor yang unik termasuk isolasi sosial dan
stigma. Anak dengan autisme yang ditangani dengan baik, tidak menutup
perkembangan anak dan mengancam kecerdasan anak dalam jangka panjang yang
autisme jika ditangani sejak dini, maka kondisi mereka cenderung lebih baik jika
penanganannya.
B. Rumusan Masalah
3
C. Tujuan
Untuk menjawab rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan ini
D. Manfaat
baik dan benar, serta dapat menjadi bahan pengembangan sumber daya manusia
4
BAB II
KAJIAN TEORI
sendiri. Ini adalah gangguan perkembangan umum yang disebut spektrum autistik
yang diamati untuk pertama kalinya oleh psikiater Amerika leo Kanner (Ali, Al-
autisme lainnya). Autisme sering disertai dengan perilaku yang ekstrim. Autisme
interaksi sosial, kemampuan komunikatif dan rentang aktivitas dan minat yang
baik karena mereka menghindari kontak mata atau percakapan dengan orang tua
mereka atau orang lain, menunjukkan obsesi dengan objek tertentu, atau menjadi
menarik diri dan tidak tertarik pada interaksi sosial. Gangguan Spektrum Autisme
yang dapat dialami oleh anak autis. Spektrum Autisme berkisar pada anak-anak
dari
5
gejala ringan sampai berat, dengan banyak anak dengan autisme didiagnosis
dengan cacat intelektual. Meskipun ciri utama autisme adalah sindrom yang
kecemasan, depresi, serta gangguan dalam tidur. Kemudian bisa juga disertai
gangguan lain seperti gangguan makan dan hiperaktif. Selain itu, anak autis
menggunakan kata-kata yang tidak tepat dan tanpa koherensi komunikatif. (Ali,
Gejala autisme yang parah ditandai dengan tidak adanya komunikasi atau
hubungan timbal balik dengan orang lain. Gejala autisme muncul pada sebagian
besar anak-anak pada masa bayi, sementara anak-anak lain dapat berkembang dan
mereka peroleh sampai saat itu (Ali, Al-Idwan, & Al-Naimat, 2019).
untuk autis yaitu autism spectrum disorder (ASD). Gejala dari autism spectrum
1. Defisiensi persisten dalam ranah komunikasi sosial dan interaksi sosil dalam
banyak konteks, seperti yang dituturkan berikut ini, baik dewasa ini maupun
6
a. Defisiensi dalam timbal balik sosial & emosional, berkisar, misalnya dari
kontak mata, bahasa tubuh dan kurangnya pemahaman serta gestur tubuh.
sebagaimana yang dituturkan oleh setidaknya dua hal berikut ini, saat ini atau
idiosinkratik (idioxyncratic).
7
pemikiran yang kaku, greeting ritual, kebutuhan untuk mengambil rute atau
c. Keterbatasan tinggi, minat yang tidak wajar pada intensitas dan fokusnya
(misalnya ketertarikan kuat pada atau kegemaran terhadap objek yang tidak
adalah genetik, tetapi mekanisme pasti dari kerusakan gen masih tidak jelas.
oksigen saat lahir, lebih merupakan konsekuensi dari anomali genetik anak autis,
secara genetik, konsep yang mendasari penyebab gangguan yang akan datang
dekade fokus pada konsep psikoanalitik bahwa autisme disebabkan oleh ambigu
(sikap peduli tetapi secara inheren dingin) sikap ibu terhadap anak. Untuk
mendukung hipotesis ini, bukti empiris belum dikumpulkan, dan upaya untuk
memperlakukan
8
anak dengan lebih banyak membelai atau memperhatikan atau bahkan berpisah
dari orang tua tidak memiliki efek positif (Ali, Al-Idwan, & Al-Naimat, 2019).
tidak diketahui, beberapa penelitian menunjukkan bahwa baik genetika dan faktor
dengan faktor genetik, telah ditunjukkan bahwa dalam 9 dari 10 kasus, jika salah
satu dari kembar identik didiagnosis dengan autisme dan memiliki kode genetik
yang sama dengan yang lain (Ali, Al-Idwan, & Al-Naimat, 2019).
lainnya banyak yang didiagnosis dengan autisme. Akan tetapi sains belum dapat
menentukan dengan tepat gen mana yang terlibat dalam situasi seperti ini.
berisiko dapat dipengaruhi oleh mutasi genetik tertentu dan jarang terjadi. Penting
untuk dipahami bahwa mutasi berhubungan dengan setiap perubahan kode genetik
normal yang mungkin turun- temurun atau ada tanpa alasan tertentu dan yang
9
berbahaya ataupun tidak memberikan efek sama sekali (Ali, Al-Idwan, & Al-
Naimat, 2019).
gangguan ini, penting untuk memulai dari definisi yang tepat dari kata
berada di luar tubuh manusia dan yang memiliki kemampuan untuk mengubah
kesehatannya. Dengan cara ini, udara, air, makanan, dan bahkan obat-obatan
dianggap sebagai bagian dari "lingkungan" itu sendiri. Ketika manusia berada di
dalam rahim ibu kita, lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi kita di
dalam rahim. Beberapa ilmuwan telah berfokus pada analisis faktor lingkungan
tertentu seperti usia orang tua, riwayat kesehatan keluarga, dan paparan zat
beracun pada kehamilan dan komplikasi yang mungkin terjadi pada saat yang
sama atau pada saat persalinan. Sangat mungkin bahwa ada lebih dari satu faktor
yang terlibat dalam peningkatan risiko autisme. Namun, banyak orang yang telah
Untuk mendiagnosis autisme pada usia dini, perlu melalui proses dua
tahap. Yang pertama berkaitan dengan evaluasi dalam semua perkembangan anak
oleh spesialis pediatri. Jika evaluasi ini menunjukkan adanya kekhawatiran pada
10
Tahap kedua meliputi evaluasi yang jauh lebih mendalam, yang dilakukan
Spectrum Disorder (ASD) atau gangguan lain yang terkait dengan perkembangan.
ditawarkan kepada anak dengan gangguan spektrum autisme pada usia dua tahun,
diagnostik gangguan kejiwaan, gejala autisme terjadi sebelum usia tiga tahun,
tetapi diagnosis dini sulit ditegakkan karena gejala selama dua tahun pertama
Lord, Rutter & LeCouteur, 1994), dan Autism Diagnostic Observation Schedule
(ADOS: Lord et al., 2000) digunakan sebagai alat standar untuk diagnosis
autisme. Data tambahan dikumpulkan dengan pertanyaan orang tua dan perawat,
beberapa anak autisme), tes kecerdasan, perkembangan fungsi motorik, bicara dan
untuk mengidentifikasi sumber daya dan defisit (Ali, Al-Idwan, & Al-Naimat,
2019).
11
tambahan terkait perkembangan anak dalam 3 tahun awal kehidupan.
Perilaku stereotip, adalah subtes yang digunakan untuk memeriksa
perilaku yang tidak bermakna seperti: mengulang-ulangi
kata/gerakan, menjetikkan jari berkali-kali, suka mencium-
cium benda dan lain-lain. Subtes ini terdiri dari 14 item pernyataan.
Komunikasi, adalah subtes yang berisi item-item pernyataan
yang digunakan untuk menilai kemampuan komunikasi seseorang
terhadap orang lain, baik menggunakan lisan maupun isyarat.
Subtes ini terdiri dari item ke 15-28.
Interaksi sosial, adalah subtes yang digunakan untuk memeriksa
kemampuan interaksi sosial seseorang dengan orang lain dan
lingkungan. Subtes interaksi sosial terdiri dari item pernyataan ke
29
— 42.
Perkembangan, adalah subtes untuk memeriksa perkembangan
seseorang pada 36 bulan pertama kehidupan (3 tahun pertama
kehidupan), sehingga dapat diketahui perkembangan yang dimiliki
seseorang sesuai dengan tahapan perkembangan atau tidak. Subtes
perkembangan meliputi item pernyataan ke 43 sampai dengan 56.
Dikarenakan pasien belum berumur 3 tahun, maka subtes
Perkembangan tidak diperiksa, hanya 3 subtes yang digunakan dengan aspek-
aspek sebagai berikut :
12
1. Perilaku Stereotip
13
2. Komunikasi
14
3. Interaksi Sosial
S) adalah perkembangan gerakan utama yaitu reflek yang diakibatkan oleh alam
15
kepada individu yang akan mempengaruhi program motorik yang bersifat genetik,
2015). Tujuan dari Neuro Senso Motor Reflek Development and Synchronization
tubuhnya secara tepat. Ada saat harus lembut, pelan, dan ada saat harus keras
sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan
berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Kemampuan
motorik terbagi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus (Fhatri, 2020).
16
keterampilan motorik yang kompleks dan terorganisasi dengan baik, yang
oleh anak. Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur
(Fhatri, 2020).
kasar dan motorik halus. Kemampuan motorik halus pada anak usia dini adalah
3. Brain Gym
gerakan dalam senam otak memiliki manfaat seperti menyeimbangkan otak, baik
otak kanan maupun otak kiri, sehingga logika dan kreativitas anak menjadi
17
4. Blocking Sensoris
metode limitasi rangsangan audiovisual. Dimana mata dan telinga anak ditutup
sembari terapis juga akan memblok area badan untuk limitasi gerakan
Purwokerto, 2020).
dan pendengaran. Oleh sebab itu, teknik ini dipakai untuk memblokade
agar anak menjadi lebih cepat tenang. Ketika anak merasa tidakk nyaman karena
area tersebut diblok badan secara otomatis akan meronta terutama untuk anak
yang hiperaktif dapat dipastikan energi yang dikeluaran akan sangat banyak.
Namun ketika mampu menguras energinya, anak akan lebih cepat untuk tenang
Ketika blocking dilakukan secara rutin dan telah berjalan beberpa kali,
durasi anak untuk tenang dan tidak meronta akan lebh cepat dibandingkan
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena anak merasa nyaman diberikan waktu
untuk belajar mengolah respon yang masuk keotak. Setelah serangkaian blocking
anak akan lebih tenang, mudah diatur, fokus dan mudah berkonsentrasi (Fisio
18
BAB III
STATUS KLINIS
A. Identitas Pasien
Nama :MHMS
B. Pemeriksaan Umum
Pernapasan : 30 kali/menit
19
C. Pemeriksaan Fisioterapi
1. Anamnesis
konsisten.
apapun sebelumnya.
04 Agustus 2022
f. Riwayat Kehamilan :
beberapa saat.
yang
20
diderita oleh Haidar muncul. Haidar menjadi lebih suka
Tengkurap = 4 bulan
Duduk = 8 bulan
Merangkak = 10 bulan
Jalan = 18 bulan
b. Kesan Awal
c. Kemampuan Sensorik
21
d. Kondisi Keseimbangan
f. Tonus Postural
g. Pola Postural
1) Telentang :
Mata, bergerak kemana-mana
Leher, cenderung ekstensi
Trunk, posisi berubah-ubah
Kaki, tidak bisa diam
22
2) Tengkurap : 6) Berdiri :
Mata, bergerak kemana-mana Mata, bergerak kemana-
Leher, mengangkat mana/tidak fokus
(cenderung ekstensi) Leher, cenderung ekstensi
Trunk, posisi tetap Trunk, stabil
Kaki, diam Kaki, baik dg koordinasi
3) Ke duduk : gerakan normal
Mata, melihat ke objek 7) Ke berdiri :
yang jauh Mata, bergerak kemana-
Leher, menyesuaikan mana/tidak fokus
dengan pandangan mata Leher, cenderung ekstensi
Trunk, menyesuaikan Trunk, stabil
tetap stabil Kaki, normal
Kaki, diam 8) Berjalan :
4) Duduk :
Mata, tidak fokus
Mata, bergerak kemana-
Leher, cenderung ekstensi
mana/tidak fokus
Trunk, stabil
Leher, cenderung ekstensi
Kaki, normal
Trunk, posisi beruah-ubah
5) Merangkak :
Mata, tertuju ke objek yg jauh
Leher, cenderung ekstensi
Trunk, menyesuaikan
tetap stabil
Kaki, diam
19
h. Pemeriksaan Khusus
(GARS) diperoleh hasil bahwa pasien memiliki peluang autism dalam kategori
sangat tinggi, dengan total nilai Autism Quotient sebesar 145 dengan percentile
20
21
22
23
D. Underlying Procces
24
25
E. Diagnosis Fisioterapi Berdasarkan ICFCY
1. Impairment
o b122 : psychosocial kurang baik
o b140 : atensi yang buruk
o b152 : sulit untuk menunjukkan ekspresi
o b1643: problem solviong anak masih buruk
o b167 : kemampuan berbahasa/bicara kurang
o b320 : artikulasi belum jelas
o s110 : gangguan di korteks yang menyebabkan interaksi social,
komunikasi dan ketertarikan serta perilaku menjadi
terbatas
o s540 : structure of intestine
o s730 : structure of upper extremity
o s750 : structure of lower extremity
o s530 : structure of stomach
o s520 : structure of esophagus
o s260 : structure of inner ear
o s320 : structure of mouth
o s770 : additional musculoskeletal structures related to movement
2. Functional Limitation
o d160 : kesulitan mempertahankan fokus
o d310 : kesulitan berkomunikasi secara verbal
o d315 : kesulitan berkomunikasi secara non-verbal
o d350 : kesulitan memluai sebuah percakapan
3. Participant Retriction
o d330 : belum mampu bicara dengan baik
o d710 : tidak mampu interaksi interpersonal yang mendasar
o d720 : tidak mampu interaksi interpersonal yang mendasar
26
o d750 : kesulitan melakukan interaksi social dengan teman sebaya
F. Tujuan Fisioterapi
Sesuai dengan diagnosis fisioterapi berdasarkan ICFCY
G. Intervensi Fisioterapi
1. Neuro Sensomotor Reflex
Teknik pada Neuro Senso Motor Reflex Development and Synchronization
(NSMRD & S) yang dilakukan pada kondisi anak autism spectrum disorder yang
merangkak.
27
2. Latihan Kemampuan Motorik Kasar
Jenis latihan motorik kasar yang digunakan adalah gerakan untuk on hand
a. On Hand
Posisi Anak : Prone lying
Posisi Terapis : Berada di punggung pasien dan memfiksasi bagian elbow
dengan posisi ekstensi serta kepala.
Cara : Tangan anak lurus. Fiksasi bagian elbow dan kepala anak
agar tetap ekstensi. Telapak tangan harus menapak pada
bed.
Frekuensi : 3x seminggu, 1-3 menit/set, rest 1 menit, pengulangan
tergantung kemampuan anak.
b. On Elbow
Posisi Anak : Prone lying
Posisi Terapis : Berada di punggung pasien dan memfiksasi bagian
antebrachii dengan elbow fleksi dan kepala.
Cara : Tangan anak ditekuk 90⁰. Fiksasi bagian antebrachii dan
kepala anak agar tetap fleksi. Telapak tangan harus
menapak pada bed.
Frekuensi : 3x seminggu, 1-3 menit/set, rest 1 menit, pengulangan
tergantung kemampuan anak.
3. Brain Gym
Posisi Anak : Supine lying
Posisi Terapis : Berada di atas kepala dan di bawah kaki pasien
Cara : Berikan tarikan pada kaki dan tangan pasien secara
bergantian kanan dan kiri. Kemudian berikan tarikan yang
berlawanan arah. Lalu berikan tarikan pada kedua tangan
pasien dan terakhir berikan tarikan pada kedua kaki pasien.
Tujuannya untuk melatih koordinasi tubuh.
Frekuensi : 3x seminggu, 3x pengulangan tiap gerakan, setiap gerakan
dihitung 7 hitungan.
28
4. Blocking Sensory
Posisi Anak : Supine lying
Posisi Terapis : Berada di samping pasien
Cara : Lilitkan sebuah kain di mulai dari pusar. Kemudian
lilitkan bagian elbow kanan terlebih dahulu, posisi tangan
harus menghadap ke dalam. Setelah 1 lilitan berhasil,
lilitkan elbow kiri. Kemudian naikan lilitan ke arah
proksimal hingga sedikit di atas axilla. Lalu menuju dorsal
hingga ke kaki. Kaki harus menempel satu sama lain, tidak
boleh tumpang tindih. Untuk bagian mata, ambil tisu,
letakan 2 lembar di atas bandage. Kemudian tempelkan
pada mata dan lilitkan bandage di kepala.
Frekuensi : 3x seminggu, 30 menit
H. Home Program
1. Ibu disarankan agar tetap melatih pasien di rumah seperti apa yang
atensi pasien
I. Evaluasi
1. Sesaat
2. Berkala
29
PENILAIAN T1 T2 T3 T4 T5 T6
Perilaku Stereotip 10 10 10 10 10 10
18 17 17 16 16 16
Komunikasi
23 23 23 23 23 23
Interaksi Sosial
30
31
32
Pemeriksaan T6
Terjadi penurunan nilai GARS pada Subtes komunikasi senilai 2 poin.
33
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Boyolali dengan intervensi berupa neuro sensomotor reflex, latihan motorik kasar,
brain gym serta blocking sensory selama 6 kali pertemuan didapatkan hasil sedikit
B. Saran
beberapa perawatan medis lain seperti terapi wicara dan okupasi terapi, serta
kepatuhan dari pasien dalam menjalani program yang telah ditetapkan sehingga
34
DAFTAR PUSTAKA
35
Resmisari, R. (2016). Penerapan Metode ABA (Applied Behavior Analysis) untuk
Meningkatkan Kontak Mata pada Anak dengan Gangguan Autis: Sebuah
Laporan Kasus. Seminar Asean 2nd Psychology & Humanity, 374-378.
Takarini, N., (2015). Konsep Pendekatan Neuro Senso Motor Reflex Integration
(NSMRI).
Theodora, D. E., & Mahabbati, A. (2019). Asesmen Perilaku Fungsional Pada
Perilaku Menyakiti Diri Sendiri Anak Autis di SLB Autisma Dian
Amanah Yogyakarta. JPK (Jurnal Pendidikan Khusus), 58-67.
WHO. (2022). Autism. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2022 dari
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/autism-spectrum-
disorders
Yusuf, A., Ummam, A. F., Nastiti, A. A., & Yunitasari, E. (2020). The
intervention of effective playdough activity on the increase of cognitive
development of autistic children. Systematic Reviews in Pharmacy, 11(3),
786–792.
36