Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan dambaan setiap keluarga. Selain itu setiap keluarga juga

mengharapkan anaknya kelak bertumbuh kembang optimal secara sehat fisik,

mental/kognitif dan sosial, dapat dibanggakan, serta berguna bagi nusa dan bangsa.

Sebagai aset bangsa, anak harus mendapat perhatian sejak mereka masih didalam

kandungan sampai mereka menjadi manusia dewasa (Soedjiningsih, 2013).

Pertumbuhan berarti pertambahan ukuran fisik akibat multiplikasi sel dan

bertambahnya jumlah zat interseluler , sehingga dapat diukur dengan satuan panjang

atau tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala. Pertumbuhan pada satu tahun

pertama merupakan pertumbuhan paling cepat kedua setelah pertumbuhan janin

dalam kandungan. Tiga tahun pertama usia anak merupakan periode emas atau masa

kritis untuk optimalisasi proses tumbuh kembang (Hudaya, 2014).

Perkembangan adalah istilah untuk menunjukkan peningkatan kemampuan

fungsi yang komplek. Pada fase awal, perkembangan dibagi menjadi 4 aspek

kemampuan fungsional, yaitu (1) motorik kasar, (2) motorik halus dan penglihatan,

(3) berbicara, bahasa dan pendengaran, (4) sosial emosi dan perilaku (Hudaya, 2014).

Masa tumbuh kembang anak adalah masa yang sangat riskan bagi setiap daur

kehidupan seorang anak, maka dari itu sangatlah penting untuk kita memperhatikan

1
2

semua aspek yang mendukung maupun yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan seorang anak. Masalah tumbuh kembang anak yang sering di jumpai

salah satunya adalah development delay. Development delay adalah bagian dari

ketidakmampuan mencapai perkembangan sesuai dengan usia dan didefinisikan

sebagai keterlambatan dalam dua bidang atau lebih perkembangan motorik kasar atau

motorik halus bicara atau berbahasa, personal sosial dan aktivitas sehari – hari

(Tjandrajani dkk, 2012).

Prevalensi cacat perkembangan pada anak-anak di Amerika serikat

berdasarkan data National Health Interview Surveys tahun 1997-2008 adalah 13,87

%. Survei ini juga menemukan sebanyak 15 % anak usia 3-17 tahun atau hampir 10

juta anak pada tahun 2006-2008 mengalami cacat perkembangan. Sedangkan menurut

data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2010, prevalensi balita

mengalami gangguan tumbuh kembang sebesar 0,21%. Prevalensi tertinggi adalah di

kota kudus sebesar 1,15%. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten kudus tahun 2015

jumlah balita 70.845, yang mengalami keterlambatan pertumbuhan gizi buruk

sebanyak 0,87%, stunting sebanyak 0,02% dan keterlambatan perkembangan balita

sebanyak 0,2% kasus (Hikmah, 2016).

Permasalahan yang ditimbulkan pada anak yang mengalami development

delay cukup komplek, antara lain pada : (1) motorik kasar yaitu kemampuan

melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot – otot besar, seperti

duduk, berdiri dan sebagainya, (2) motorik halus yaitu kemampuan melakukan

pergerakan yang melibatkan bagian – bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot –
3

otot kecil, tapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti, mengamati sesuatu,

menjimpit, menulis dan sebagainya, (3) berbicara dan bahasa yaitu kemampuan untuk

memberikan respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan

sebagainya, (4) sosial emosi dan perilaku kemandirian yaitu kemampuan makan

sendiri, membereskan mainan selesai bermain, berpisah dengan ibu/pengasuh anak,

bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya dan sebagainya (Hudaya,

2014).

Upaya penanganan pada development delay membutuhkan kerjasama berbagai

bidang keahlian yang meliputi dokter anak, dokter saraf anak, fisioterapi dan berbagai

tenaga kesehatan lainnya. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang

ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara

dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan

menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan seperti fisik,

elektroterapeutis dan mekanis pelatihan fungsi dan komunikasi (Permenkes RI No. 65

Tahun 2015). Fisioterapi diharapkan dapat berperan aktif dengan tujuan untuk

meningkatkan kemampuan fungsional dan pemulihan fungsi gerak tubuh.

Modalitas fisioterapi yang dapat diberikan pada kasus development delay

berupa neurosenso, terapi latihan, neuro development treatment, dan stimulasi

motorik. Modalitas yang dipilih penulis adalah neuro development treatment. Neuro

development treatment adalah pendekatan holistik yang berurusan dengan kualitas

pola koordinasi dan tidak hanya dengan masalah fungsi otot individu. Ini melibatkan

keseluruhan, tidak hanya masalah senso-motorik tetapi juga masalah perkembangan,


4

kerusakan presepsi-kognitif, masalah emosional, sosial dan keterbatasan dalam

aktivitas fungsionalnya. Tujuannya untuk optimalisasi fungsi dengan peningkatan

kontrol postural gerak selektif melalui fasilitasi (IBITA, 2008).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis dapat merumuskan

masalah pada karya tulis ilmiah ini yaitu bagaimanakah penatalaksanaan neuro

development treatment pada kasus development delay?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai oleh penulis yaitu untuk mengetahui

penatalaksanaan neuro development treatment pada kasus development delay .

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah penatalaksanaan neuro development

treatment pada kasus development delay yaitu:

1. Bagi penulis

Karya tulis ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan fisioterapi dalam

memberikan penatalaksanaan neuro development treatment pada kasus development

delay.
5

2. Bagi institusi pendidikan fisioterapi

Karya tulis ini dapat bermanfaat untuk sarana dan media pembelajaran

tambahan dalam menambah ilmu dan wawasan tentang penatalaksanaan neuro

development treatment pada kasus development delay.

3. Bagi pembaca atau masyarakat umum

Karya tulis ini dapat menambah pengetahuan dan informasi pada masyarakat tentang
development delay.

Anda mungkin juga menyukai