Anda di halaman 1dari 21

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

LAPORAN STATUS
KLINIS STASE PEDIATRI
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DOWN SYNDROME

OLEH:

DEWA GEDE RAKA SUARBAWA 1902631060

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

a. Definisi Down Syndrome


Down syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental
pada anak yang disebabkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom ( trisomy 21)
menurut Cuncha dalam Mark L.Batshaw, M.D. Menurut Bandi (1992: 24) anak cacat
mental pada umumnya mempunyai kelainan yang lebih dibandingkan cacat lainnya,
terutama intelegensinya. Hampir semua kemampuan kognitif anak cacat mental
mengalami kelainan seperti lambat belajar, kemampuan mengatasi masalah, kurang dapat
mengadakan hubungan sebab akibat, sehingga penampilan sangat berbeda dengan anak
lainnya. Anak cacat mental ditandai dengan lemahnya kontrol motorik, kurang
kemampuannya untuk mengadakan koordinasi, tetapi dipihak lain dia masih bisa dilatih
untuk mencapai kemampuan sampai ke titik normal.

b. Karakteristik anak dengan down syndrome


Menurut Olds, London, & Ladewing (dalam anonymous, 2013: 3), karakteristik yang
muncul pada anak yang mengalami down syndrome dapat bervariasi, mulai dari yang tidak
nampak sama sekali, tampak minimal, hingga muncul tanda yang khas. Tanda yang paling
khas pada anak yang mengalami down syndrome adalah adanya keterbelakangan
perkembangan mental dan fisik.Penderita down syndrome biasanya mempunyai tubuh
pendek dan puntung, lengan atau kaki kadang-kadang bengkok, kepala lebar, wajah
membulat, mulut selalu terbuka, ujung lidah besar, hidung lebar dan datar, kedua lubang
hidung terpisah lebar, jarak lebar antar kedua mata, kelopak mata mempunyai lipatan
epikantus, sehingga mirip dengan orang oriental, iris mata kadangkadang berbintik, yang
disebut bintik “Brushfield”. Suryo menyebutkan berdasarkan tanda-tanda yang mencolok
itu, biasanya dengan mudah kita dapat mengenalnya pada pandangan pertama. Tangan dan
kaki kelihatan lebar dan tumpul, telapak tangan kerap kali memiliki garis tangan yang khas
abnormal, yaitu hanya mempunyai sebuah garis mendatar saja. Ibu jari kaki dan jari kedua
adakalanya tidak rapat.Mata, hidung, dan mulut biasanya tampak kotor serta gigi rusak. Hal
ini disebabkan karena ia tidak sadar untuk menjaga kebersihan dirinya sendiri (anonymous,
2013: 3). Wiyani (2014: 115-114) mencatat beberapa gejala yang muncul akibat down
syndrome. Disebutkan oleh Wiyani bahwa gejala tersebut dapat muncul bervariasi dari
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

mulai yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal, hingga muncul ciri-ciri yang dapat
diamati seperti berikut ini:
1. Penampilan fisik tampak melalui kepala yang relatif lebih kecil dari normal
(microchepaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar.
2. Paras wajah yang mirip seperti orang Mongol, sela hidung datar, pangkal
hidung kemek.
3. Jarak antara dua mata jauh dan berlebihan kulit di sudut dalam. Ukuran
mulutnya kecil, tetapi ukuran lidahnya besar dan menyebabkan lidah selalu
terjulur (macroglossia).
4. Pertumbuhan gigi penderita down syndrome lambat dan tidak teratur.
5. Paras telinga lebih rendah dan leher agak pendek.
6. Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan
(epicanthol folds) sebesar 80%.
7. Penderita down syndrome mengalami gangguan mengunyah, menelan, dan
bicara.
8. Hypogenitalism (penis, scrotum, dan testis kecil), hypospadia, cryptorchism,
dan keterlambatan perkembangan pubertas.
9. Penderita down syndrome memiliki kulit lembut, kering, dan tipis. Sementara
itu, lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatologlyphics).
10. Tangannya pendek, ruas-ruas jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua
pendek, baik pada tangan maupun kaki melebar. Mereka juga mempunyai jari-
jari yang pendek dan jari kelingking membengkok ke dalam. Tapak tangan
mereka biasanya hanya terdapat satu garisan urat dinamakan “simian crease”.
11. Kaki agak pendek dan jarak di antara ibu hari kaki dan jari kaki kedua agak
jauh terpisah.
12. Ototnya lemah sehingga mereka menjadi lembek dan menghadapi masalah
dalam perkembangan motorik kasar. Masalah-masalah yang berkaitan seperti
masalah kelaianan organ-organ dalam terutama sekali jantung dan usus.
13. Tulang-tulang kecil di bagian lehernya tidak stabil sehingga menyebabkan
berlakunya penyakit lumpuh (atlantaoxial instability).
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

14. Sebagian kecil penderita berpotensi untuk mengalami kanker sel darah putih
atau leukimia.
15. Masalah perkembangan belajar penderita down syndrome secara keseluruhan
mengalami keterbelakangan perkembangan dan kelemahan akal. Pada tahap
awal perkembangannya, mereka mengalami masalah lambat dalam semua
aspek perkembangan, yaitu lambat untuk berjalan, perkembangan motor halus,
dan bercakap.
16. IQ penderita down syndrome ada di bawah 50.
17. Pada saat berusia 30 tahun, mereka kemungkinan dapat mengalami demensia
(hilang . ingatan, penuruanan kecerdasan, dan perubahan kepribadian)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

ASSESSMENT
I. Identitas Pasien
a. Nama :A
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. Tanggal lahir : Denpasar, 16 Mei 2018
d. Umur : 2 Tahun
e. Alamat : Gianyar
f. Anak ke 3
g. Jmh saudara kandung : tiga
h.

II. Identitas Orang Tua


a. Nama Ayah : Bapak G
b. Pekerjaan Ayah : PNS
c. Nama Ibu : Ibu R
d. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
a. Alamat : Denpasar

III. Pemeriksaan Subjektif


1. Keluhan Utama (KU)
Orang tua mengeluhkan anaknya belum bisa merangkak, berdiri mandiri dan berjalan

2. Harapan orang tua

Orang tua pasien berharap anaknya mampu berdiri serta berjalan dengan mandiri,

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien anak perempuan dengan usia 2 tahun dikeluhkan belum dapat merangkak. Pasien
sudah dapat berguling, merayap serta duduk dengan mandiri. Saat ini, pasien dapat berdiri
apabila terdapat bantuan orang tua atau berdiri berpegangan. Ibu mulai menyadari
keterlambatan perkembangan anak sejak usia 10 bulan karena anak belum dapat duduk dan
mulai menjalani terapi sejak saat itu.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

4. Riwayat Kehamilan

Pre Natal
Ibu hamil pada usia 40 tahun
Ibu tidak pernah menderita suatu penyakit ataupun pendarahan saat hamil
Hasil USG menunjukkan adanya penebalan lipatan leher (nuchal fold) pada usia
kehamilan 20 minggu

Natal
 Anak lahir saat usia kandungan 38 minggu dengan persalinan normal dan
dibantu oleh dokter
 Terdapat jeda sesaat sebelum anak menangis saat lahir Berat badan lahir

2800 gram

Panjang badan lahir 47 cm Lingkar kepala lahir 35 cm
 Bayi didiagnosis mengalami down syndrome saat lahir oleh dokter melihat
 gejala klinis yang ada dan hasil pemeriksaan karyotyping

Post Natal
Imunisasi sudah dilakukan berupa BCG, polio (3 kali), hepatitis B (2 kali), DPT (2 kali)
Bayi didiagnosis mengalami single small anterior muscular VSD
Bayi tidak pernah mengalami kejang

5. Riwayat Penyakit Dahulu dan Riwayat Penyakit Penyerta

a. Riwayat penyakit dahulu


- Pasien didagnosis mengalami penyakit jantung bawaan dan rutin
mengkonsumsi obat, namun saat ini sudah tidak mengkonsumsi obat kembali

b. Riwayat penyakit penyerta


- Riwayat penyakit jantung, gangguan paru-paru disangkal
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

6. Riwayat Perkembangan
Riwayat perkembangan Pengakuan orang tua DDST
Menegakkan kepala 5 bulan 3 bulan

Membalikkan badan 8 bulan 5 bulan


Duduk 13 bulan 10 bulan

Merangkak Belum mampu 10-12 bulan


Berdiri 17 bulan berdiri 12 bulan
berpegangan
Berjalan Belum mampu 13 bulan

7. Riwayat Psikososial

- Interaksi dengan keluarga baik


- Diasuh oleh orang tuanya
- Mampu mengikuti instruksi dengan baik

IV. Pemeriksaan Objektif


a. Vital Sign
Absolut Tambahan*
HR : 95x/Min SpO2 : 99%
RR : 28x/Min
BP : 90/60 mmHg

b. Pemeriksaan fisik
- Inspeksi Statis
 Statis posisi duduk
Dextra Sinistra
Head Cenderung fleksi
Neck Cenderung fleksi
Trunk Cenderung fleksi
Shoulder Protraksi
Pelvic Anterior pelvic tilt
Hip Hiperabduksi Hiperabbduksi
Knee Ekstensi Ekstensi
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

Keterangan: posisi hip anak terlihat seperti gerakan “split” karena


hiperalaxity pada hip

- Inspeksi Dinamis
Anak bergerak aktif menggunakan keempat ektremitasnya. Saat melakukan
gerakan merangkak dalam posisi quadruped, pelvic anak tidak stabil sehingga
kembali terjatuh ke posisi duduk “split” menunjukkan terjadinya laxity pada
hip dan knee anak. Anak mampu berdiri dengan berdiri berpegangan namun
tidak stabil

- Palpasi
Terjadi penurunan tonus otot pada otot abdominal, trunk dan keempat
ekstremitas
Akral hangat
c. Kesan Awal

Kesan Keterangan
Alertness Baik Saat di panggil dan disentuh, anak
menoleh.
Awareness Kurang Anak cenderung menjatuhkan diri
ke depan saat posisi duduk ke
merayap dilakukan
Motivasi Cukup Anak mengikuti instruksi terapis,
namun cepat teralihkan kembali
sehingga menjadi kurang fokus
Emosi Stabil Anak tidak menangis selama
terapi
Komunikasi Baik Anak mampu berkomunikasi
secara ekspresif dan reseptif.

e. Kemampuan sensorik

Cortical Level Keterangan Hasil


Tactile Anak mampu memberikan respons saat Baik
diberikan stimulus sentuhan
Proprioseptif Anak mampu menggunakan ekstremitas Kurang
bawah secara fungsional saat gerakan
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

merayap, namun belum mampu merangkak


dan berdiri dengan stabil
Vestibular Vestibular Ocular Reflex (VOR): Anak Baik
mampu memandang pada benda yang ada di
depannya dan mengikuti gerakan benda
tersebut
Vestibular Cholic Reflex (VCR): Anak
mampu memandang benda dihadapannya
dan mengikuti arah gerakan benda disertai
gerakan head and neck
Vestibular Spinal Reflex (VSR): Anak
mampu memutar badan kearah benda yang
dilihat/saat dipanggil dengan menggerakan
head, neck, dan trunk.

Visual Kontak mata terhadap objek didepannya Baik


adekuat
Auditory Anak merespon dengan berbalik saat Baik
dipanggil
Olfactory Anak dapat merespon stimulus berupa bau Baik
makanan kesukaannya
Gustatory Anak bisa menelan makanan halus dan tidak Baik
drooling

f. Ability-Disability Gross Motor


Ability Disability

 Anak mampu merayap  Anak belum mampu merangkak


 Anak mampu duduk mandiri  Anak belum mampu berdiri
 Anak mampu berdiri stabil
berpegangan  Anak belum mampu berjalan
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

g. Ability-Disability Fine Motor


Ability Disability

 Menggenggam  Memegang benda dengan ibu jari


 Memegang mainan dan telunjuk
 Menjangkau dua tangan  Menyusun 3 kubus
 Melempar benda  Memegang benda searah bola
mata
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

h. Axis (saat berdiri berpegangan)


Trunk Sedikit fleksi
Pelvic Posterior pelvic tilting
Hip Adduksi dan sedikit fleksi
Knee Ekstensi
Ankle Sedikit plantar fleksi

i. Pola Postural
Head, neck dan trunk cenderung kearah fleksi namun anak dapat kembali ke
posisi tegak dengan stabil

j. Pemeriksaan Tonus Postural


Hipotonus pada otot-otot core stability serta pada semua ekstremitas

k. Deformitas

Tidak ada

l. Pemeriksaan Khusus Lainnya


Pengukuran Alat ukur Hasil
Level kemampuan Pyramid of Low Support
fungsional learning Keterangan: anak berada pada level
sensory motor development. Masih terdapat
beberapa gangguan antara koordinasi
sensoris dan motorik
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

 Motor planning : masih kurangnya


perencanaan gerak dan body
movement.
 Awareness of two side of body :
anak belum mampu
memperkirakan perubahan
gerakan yang dilakukan sehingga
cenderung ”menjatuhkan diri”
saat berubah posisi dari duduk ke
merayap
 Posture / balance : Pelvic yang
belum stabil sehingga
keseimbangan saat merangkak
dan berdiri belum baik
Pemeriksaan Reflex - Babinski (-/normal)
- Body righting reaction (+/
tidak normal)
- Parachute (+/ normal)
Tonus otot Shoulder Tidak adanya tahanan dari shoulder saat
suspensio diangkat oleh pemeriksa mengindikasikan
n hipotonus
maneuver
General laxity Bulbena Nilai 6/10
Method
Keterangan :
Nilai batas kategori general laxity pada
anak perempuan 5/10. Nilai diatas 5
menandakan adanya general laxity
Antropometri Mitline - Lingkar kepala : 46 cm
- Panjang tungkai
Kanan Kiri Selisih
Apparent 60 60,5 0,5
length
True 59,5 60 0,5
lenght
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

m. Associated Problem

 Gangguan balance
 Gangguan propioseptik
 Ligamen laxity
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

DIAGNOSIS
ICF-CY Coding
I. Impairment (Body Structure & Body Function Impairment)

Body structure
s1108 Structure of brain, other specified
(kelainan trisomy 21 dan
ketidakmatangan cerebrum yang
berukuran kecil)
s7402 Muscle of pelvic region (kekuatan
dan kontrol postural, dan ligament
laxity)
s7601 Muscles of trunk
(kekuatan otot trunk)
s73002 Muscles of upper arm
(kelemahan untuk memegang sesuatu)
Body function :
b2351 Vestibular function of balance
(gangguan koordinasi )
b260 Proprioceptive
function(gangguan keseimbangan)
b730 Muscle of function
(penurunan tonus otot)
b735 Muscle tone
function( penurunan
kekuatan dan kontrol)
b710 Mobility of joint function
(ligament laksity)

II. Activity Limitation


d440 Fine hand use
d4550 Crawling
d4104 Standing
d450 Walking

III. Participation Restriction

d920 Recreation and leisure


(keterbatasan dalam bermain)
d880 Engagement in play

IV. Contextual Factor


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

Main Problem

Anak tidak bisa merangkak, berdiri dengan stabil dan berjalan

DIAGNOSA FISIOTERAPI

Anak tidak bisa merangkak serta berdiri dengan stabil karena adanya gangguan pada
function of balance, propioseptive function serta muscle tone function et causa Down
Syndrome

PROGNOSIS
I. Quo ad vitam
Bonam

II. Quo ad sanam


Malam

III. Quo ad cosmeticam

Bonam

IV. Quo ad functionam


Bonam
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

PLANNING
I. Jangka pendek
- Meningkatkan sensory motor development
- Mampu mempertahankan posisi crawling dalam beberapa detik
- Meningkatkan kemampuan motorik halus

II. Jangka Panjang


Mampu merangkak, berdiri serta berjalan dengan stabil

INTERVENSI
I. Tabel Intervensi
Intervensi Metode pelaksanaan Evidence Based
Neurosenso Tujuan dari pemberian Cabral, T.I., Silva, L.G.P.,
intervensi ini adalah untuk Martinez,C.M. 2015.
memberikan stimulus sentuhan Motor Develop
sehingga akan meningkatkan
senso motor intergration serta
mengaktifkan brain-body
integration yang akan berfungsi
untuk perkembangan gerak anak
Metode pemberian intervensi
dilakukan dengan memberikan
sentuhan pada anak dimulai dari
kepala hingga ekstremitas
dengan diberikan sedikit
penekanan pada setiap sendi dan
diulangi sebanyak 3 kali

Senso- Pemberian intervensi senso- An, S.-J. L. (2015) ‘The


motor motor integration akan effects of vestibular
stimulation meningkatkan body-scheme, stimulation on a child with
hypotonic cerebral palsy’,
balance, postural stability,
J. Phys. Ther. Sci., 27, pp.
ability to motor plan. Jadi 1279–1282.
apabila telah terjadi tegrasi
senso-motor yang baik, maka
stabilitas postural anak akan
meningkat. Pemberian intervensi
yang dilakukan berupa stimulasi
vestibular dan propioseptik
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

Teknik intervensi vestibular


dilakukan dalam posisi duduk
dan berdiri. Pada saat duduk,
terapis berada di belakang
pasien. Terapis lalu memberikan
stimulus berupa objek
kesamping kiri, kanan, depan
dan belakang. Pasien akan
mempertahankan posisi tersebut
tanpa jatuh sambil mengikuti
arah gerakan objek.
Intervensi yang dilakukan saat
pasien berdiri, dilakukan dengan
terapis menstabilisasikan pelvic
pasien, terapis lalu mengarahkan
tubuh pasien kedepan, belakang,
serta samping
Teknik intervensi propioseptik
dilakukan baik pada saat
crawling dan standing dan
dilakukan dengan joint
aproximation

Core stability Core stability exercise Ali S. Mostafa,. 2019. Impact


exercise merupakan latihan yang dapat of core stability education on
diberikan kepada anak untuk pustural control in children
memperbaiki keseimbangan, with spastic cerebral palsy.
kontrol postural, stabilisasi, dan Vol 24. Hal 85-89.
mengurangi tonus otot. Core
stability exercise yang diberikan
kepada pasien berupa latihan
pelvic bridging. Cara melakukan
exercise ini adalah:
- Pasien diposisikan dalam
keadaan tidur terlentang
diatas tempat tidur.
- Kedua lutut dan panggul
diposisikan dalam posisi
fleksi, serta kedua tangan
diletakkan disamping
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

badan.
- Pasien diinstruksikan untuk
mengangkat pantat dengan
bertumpu pada kedua
tangan.
Crawling Intervensi ini dilakukan dengan Lauteslager, P. E. M. (2000)
stimulation posisi tengkurap, lalu pasien ‘Children with Down ’ s
diberikan stimulus mainan diatas Syndrome Motor
Development and
bantal sehingga posisi dada
Intervention’, in Thesis
pasien berada diatas bantal. University Utrecht, The
Terapis lalu mengaplikasikan Netherlands.
posisi quadruped dengan
memfleksikan hip dan knee lalu
dipertahankan beberapa detik
Latihan sit- Latihan ini bertujuan untuk Liao H.F., Liu Y.C., Liu
to- stand menguatkan otot quadriceps, W.Y., Lin Y.T.2007.
otot hamstring, otot gluteus, otot Effectiveness of loaded sit-
to-stand resistance exercise
abdominal, otot core, dan
for children with mild spastic
beberapa otot pada tubuh bagian diplegia: a randomized
atas. clinical trial. Archives of
Langkah-langkah pada latihan Physical Medicine and
ini adalah sebagai berikut : Rehabilitation Volume 88,
Anak diberikan stimulus berupa Issue 1Hal 25-31
mainan diatas kursi atau tempat
tidur sehingga pasien berusaha
untuk berdiri dengan
berpegangan dan memainkan
mainan tersebut. Selanjutnya,
mainan dipindahkan kembali
dibawah sehingga pasien akan
dilatih duduk dengan terkontrol
dan tidak menjatuhkan diri
Latihan stimulasi Latihan ini dapat dilakukan Lauteslager, P. E. M. 2000.
motorik halus dengan menyusun balok atau ‘Children with Down ’ s
memasukkan beberapa benda ke Syndrome Motor
Development and
dalam wadah dengan warna
Intervention’, in Thesis
yang bermacam-macam untuk University Utrecht, The
meningkatkan koordinasi mata Netherlands.
dan tangan.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

I. Edukasi
Edukasi
 Menggunakan bahasa yang sederhana kepada anak saat mengajak anak bermain
dan belajar
 Memperbaiki cara duduk anak agar tidak duduk dengan posisi split untuk
mencegah terjadinya laksitas sendi dan dislokasi
 Melakukan aktivitas bermain dengan menyenangkan untuk mencegah terjadinya
depresi pada anak

II. Home program


Home Program Evidence Based
Mengulangi latihan yang telah diberikan disesuaikan dengan alat dan mainan yang
ada di rumah.

EVALUASI HARI H
Vital sign
Absolut Tambahan*
HR : 97x/Min SpO2 : 99%
RR : 26x/Min
BP : 90/60 mmHg

Anak mampu mempertahankan posisi quadruped selama beberapa detik


Emosi anak tetap stabil selama intervensi
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

Anda mungkin juga menyukai