Anda di halaman 1dari 47

BAB III

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

A. Pengkajian Fisioterapi

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 16 November 2019. Pemeriksaan yang

dilakukan meliputi:

1. Identitas pasien

Identitas pasien terdiri dari (1) nama anak: An. AYA (2) tempat dan tanggal

lahir: Ponorogo, 11 Januari 2018 (3) usia: 1 tahun 10 bulan (4) nama ayah: Hendik

Wahyu W (5) nama ibu: Ike Mutiarasari (6) alamat: Ds. Totokan Kecamatan Mlarak

(7) no telepon orang tua: 085233594988/085235995858 (8) diagnosis medis:

Development Delay

2. Pemeriksaan umum

a. vital sign

Pemeriksaan vital sign bertujuan untuk memberikan informasi mengenai

status kesehatan pasien secara umum, terdiri dari : (1) suhu tubuh, (2) tekanan darah,

(3) denyut nadi dan (4) pernafasan.

21
22

1) Suhu tubuh

Pemeriksaan suhu tubuh digunakan untuk mengetahui keadaan suhu anak

dalam keadaan normal atau tidak. Pengukuran suhu tubuh dapat menggunakan

thermometer. Rentang suhu tubuh normalnya yaitu 36°C-37°C. Dilakukan dengan

cara (1) menempelkan termometer digital pada ketiak anak, (2) menunggu hingga

terdengar bunyi termometer digital, (3) kemudian keluarkan termometer dan kita

dapat mengetahui suhu tubuh anak yang tertera pada thermometer (Sutejo dkk, 2016).

Didapatkan hasil 36°C sehingga anak memiliki suhu tubuh normal.

2) Tekanan darah

Terapis tidak melakukan pemeriksaan tekanan darah, karena tidak ada manset

untuk anak usia kurang dari 2 tahun.

3) Denyut nadi

Pemeriksaan denyut nadi bertujuan untuk mengetahui jumlah denyut nadi

selama satu menit, dengan cara (1) raba arteri radialis pada anak, (2) setelah

merasakannya, hitung frekuensi denyut nadi selama 1 menit menggunakan jam, (3)

setelah selesai, maka kita memperoleh denyut nadi per menit pada anak.
23

TABEL 3.1

DENYUT NADI NORMAL PADA ANAK

Usia Normal
Premature 120-170 kali/menit
0-3 bulan 100-150 kali/menit
3-6 bulan 90-120 kali/menit
6-12 bulan 80-120 kali/menit
1-3 tahun 70-110 kali/menit
3-6 tahun 65-110 kali/menit
6-12 tahun 60-95 kali/menit
Diatas usia 12 tahun 55-85 kali/menit
Sumber: (Agrawal. 2008)

Didapatkan hasil 80 kali/menit, anak dikategorikan memiliki denyut nadi

dalam batas normal.

4) Pernafasan

Pemeriksaan pernafasan dilakukan dengan cara (1) anak diposisikan dalam

keadaan yang rileks yaitu tidur terlentang, (2) mengamati gerakan dada/perut dan

menghitung jumlah pernafasan dalam satu menit, (3) setelah selesai dapat diketahui

frekuensi nafas anak dalam satu menit.


24

TABEL 3.2

PERNAFASAN NORMAL PADA ANAK

Usia Normal
Premature 40-70 kali/menit
0-3 bulan 35-55 kali/menit
3-6 bulan 30-45 kali/menit
6-12 bulan 25-40 kali/menit
1-3 tahun 20-30 kali/menit
3-6 tahun 20-25 kali/menit
6-12 tahun 14-22 kali/menit
Diatas usia 12 tahun 12-18 kali/menit

Sumber: (Agrawal. 2008)

Dari hasil pengukuran ini didapatkan hasil pernafasan pada anak 26

kali/menit, hasil tersebut dalam batas normal.

Hasil dari pemeriksaan vital sign yang terdiri (1) suhu tubuh, (2) tekanan

darah, (3) denyut nadi dan (4) pernafasan yaitu berada pada nilai normal maka

disimpulkan kondisi kesehatan anak secara umum baik.

b. Pertumbuhan

Pemeriksaan pertumbuhan bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan

fisik. Terdiri dari (1) status gizi dan (2) lingkar kepala.

1) Status gizi

Status gizi terdiri dari pengukuran berat badan dan tinggi badan anak.

Pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan dilakukan dengan cara (1)

siapkan timbangan berat badan, (2) posisi pasien diatas timbangan, dan (3) lihat
25

angka yang tertera pada timbangan, hasil yang didapatkan adalah 9.8 kg . Sedangkan

tinggi badan dengan menggunakan midline, dilakukan dengan cara (1) siapkan

midline pada meja atau tempat yang rata, (2) baringkan pasien dengan posisi

terlentang, (3) tarik geser bagian panel midline yang dapat digeser sampai menempel

pada telapak kaki pasien (4) lihat angka yang tertera pada midline, hasil yang

didapatkan yaitu tinggi badan 66 cm. Hasil tersebut dikategorikan normal dapat

dihitung dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang dirumuskan sebagai berikut:

IMT : berat (kg) / tinggi (m²)

IMT : 9.8 / (0.66²) = 22,5 (normal)

Berikut tabel kategori ambang batas status gizi anak berdasarkan index massa

tubuh :

TABEL 3.3

INDEKS MASSA TUBUH NORMAL

Klasifikasi Berat tubuh (Kg/m²)


Kurus <18.5
Normal 18.5 – 22.9
Kelebihan berat badab 23 – 24.9
Obesitas I 25 – 29.9
Obesitas II >30
(Sumber: Sutejo dkk, 2016 )

2) Lingkar kepala

Pemeriksaan lingkar kepala dilakukan dengan cara (1) siapkan midline, (2)

ukur lingkar kepala, (3) lalu diperoleh hasilnya dalam satuan sentimeter (cm).
26

Didapatkan hasil lingkar kepala anak 46 cm. dikatakan lingkar kepala normal pada

anak usia 1.5-2 tahun jika didapatkan hasil 44-51 cm (Harjadmo dkk, 2017).

Dari hasil pemeriksaan pertumbuhan anak yang terdiri dari pemeriksaan status

gizi dan lingkar kepala didapatkan hasil normal dalam semua aspek pemeriksaan

3. Pemeriksaan fisioterapi

Pemeriksaan fisioterapi terdiri dari (1) anamnesis khusus, (2) kesan awal saat

bertemu pasien, (3) kemampuan sensorik, (4) kondisi keseimbangan, (5) kemampuan

dan tidak kemampuan pasien, (6) tonus postural, (7) pola postural, (8) pemeriksaan

khusus, (9) deformitas dan kecatatan.

a. Anamnesis

Anamnesis dilakukan dengan ibu pasien secara hereto-anamnesis pada

tanggal 16 November 2019. Anamnesis terdiri dari:

1) Keluhan utama

Anak belum mampu berdiri dan berjalan secara mandiri.

2) Riwayat penyakit sekarang

Anak mulai menjalani terapi di klinik Mitra Insan Mandiri Ponorogo sejak

usia 5 bulan dengan keluhan anak belum bisa tengkurap, terapi yang dilakukan yaitu

berupa neurosenso dan NDT. Anak secara rutin menjalani terapi hingga saat anak

berusia 22 bulan saat pengambilan data orang tua pasien mengeluhkan anak belum

mampu berdiri dan berjalan.


27

3) Riwayat prenatal, natal, postnatal

a) Riwayat prenatal

Tidak terdapat riwayat trauma pada ibu, tidak terdapat riwayat pendarahan

selama masa kehamilan, ibu tidak terdapat riwayat terpapar merkuri dan riwayat

kehamilan janin berkembang dengan baik.

b) Riwayat natal

Proses persalinan secara normal, tidak ada keluhan pinggul sempit pada ibu

tetapi anak lahir tidak langsung menangis.

c) Riwayat post natal

Berat badan lahir 2300 gram, panjang badan dan lingkar kepala tidak

diketahui, bayi tidak pernah mengalami trauma.

4) Riwayat penyakit dahulu

Anak pernah mengalami demam tinggi tetapi tidak sampai kejang pada saat

anak berusia 4 bulan, anak sering batuk pilek.

5) Riwayat keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang mengalami development delay.

6) Riwayat imunisasi

Anak diimunisasi lengkap sesuai dengan usia , namun ibu anak tidak ingat

usia anak saat mendapat imunisasi. Berikut tabel imunisasi menurut literasi
28

TABEL 3.4

IMUNISASI PADA BAYI

Usia Imunisasi yang telah dilakukan


Ketika bayi baru lahir Hepatitis B-1, Polio-0, BCG
Usia 2 bulan Hepatitis B-2, Polio-1, DTP-1, Hib-1,
PCV-1, Rotavirus-1
Usia 3 bulan Hepatitis B-3, polio-2, DTP-1, Hib-1,
Usia 4 bulan Hepatitis-4, polio-3, DTP-3, PCV-2,
Rotavirus-2
Usia 6 bulan PCV-3, Rotavirus-3
Usia 9 bulan Campak-1
Usia 12 bulan Varisela, PCV-4
Usia 15 bulan Hib-4, MMR-1
Usia 18 bulan Polio-4, DTP-4, campak-2
(Sumber : Gunardi, 2017)

7) Riwayat psikososial

Anak sering menangis saat menjalani terapi dan anak masih sulit melakukan

komunikasi 2 arah dengan orang lain.

8) Riwayat tumbuh kembang

Pada usia 6 bulan anak sudah bisa tengkurap, usia 12 bulan anak sudah bisa

merangkak, usia <14 bulan anak sudah bisa duduk.

b. Kesan awal bertemu pasien

Kesan awal dapat dinilai pada saat pasien datang dan sebelum dilakukan

terapi. Aspek yang perlu diamati antara lain : (1) atensi : anak memiliki kontak mata
29

dengan terapis (2) emosi : anak mudah menangis pada saat terapi, (3) motivasi : anak

menjalani terapi dengan kurang semangat, (4) problem solving : anak mampu

menyusun puzzle dengan baik, (5) komunikasi : anak belum mampu diajak

komunikasi 2 arah, (6) kognisi : anak belum mampu mengikuti perintah yang

diberikan terapis walau dengan usaha lebih.

c. Kemampuan sensorik

Pemeriksaan fisik sistem sensori didasarkan pada organ sensori berupa sistem

indra. Sistem indra tersebut meliputi: (1) indra penglihatan atau visual : baik, anak

mampu melihat dan mengikuti gerakan saat diberikan stimulasi berupa mainan,(2)

indra pendengaran atau auditori : kurang baik, anak tidak mencari sumber suara saat

diberikan stimulus suara, (3) indra perabaan atau taktil : kurang baik, anak kadang

menolak saat dipegang terapis, (4) indra penciuman atau olfaktori : baik, anak mampu

bernapas dengan baik tanpa ada sesak, (5) indra pengecap atau gustatory : baik, anak

tidak mengeluarkan air liur berlebih, (6) vestibular : kurang baik, anak menolak dan

menangis saat dinaikkan ke atas gym ball walaupun dalam kondisi tenang, (7)

propioseptif : kurang baik, anak saat merangkak diberikan dorongan kedepan,

kebelakang tidak mampu mempertahankan posisi.

Dari pemeriksaan sistem sensorik berupa visual, olfactory dan gustatory,

didapatkan hasil baik sedangkan untuk auditory, taktil, vestibular dan propioseptif

didapatkan hasil kurang baik.


30

d. Kondisi keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan

tubuh ketika ditempatkan diberbagai posisi. Karena kemampuan anak sudah

quadripedal, maka dapat dilihat kondisi keseimbangan statik anak saat duduk dan

kondisi keseimbangan dinamik anak saat merangkak. Jika kondisi keseimbangan baik

maka anak akan mempertahankan posisi tetap stabil, sedangkan jika kondisi

keseimbangan anak buruk maka anak akan terjatuh atau tidakmampu

mempertahankan posisi. Keseimbangan dibagi atas dua kelompok, yaitu: (1) statis :

Anak mampu mempertahankan keseimbangan saat duduk, (2) dinamis: anak dapat

mempertahankan keseimbangan saat merangkak.

e. Kemampuan dan ketidakmampuan pasien

Dari hasil observasi, kemampuan anak yaitu anak mampu tengkurap, duduk,

kneeling dengan waktu lumayan singkat dan merangkak secara mandiri. Sedangkan

ketidakmampuan anak yaitu anak belum mampu berdiri dan berjalan secara mandiri.

f. Tonus postural

Tonus postural grup otot kepala, leher, trunk, anggota gerak atas dekstra,

anggota gerak atas sinistra, anggota gerak bawah dekstra dan anggota gerak bawah

sinistra normal.

g. Pola postural

Pemeriksaan ini untuk mengetahui fase tumbuh kembang yang mengalami

keterlambatan, meliputi : (1) telentang : abduksi shoulder, knee semi fleksi,

dikarenakan ada pemendekan otot hamstring, (2) telungkup : abduksi shoulder, knee
31

semi fleksi, dikarenakan ada pemendekan otot hamstring, (3) berguling : Anak

mampu berguling sendiri tanpa bantuan terapis dengan pola head to body, (4) ke

duduk : Anak keposisi duduk dimulai dari posisi tengkurap, (5) duduk : anak mampu

mempertahankan posisi duduk, (6) merangkak : Anak merangkak dengan pola yang

normal dan koordinasi baik, namun posisi saat merangkak punggung kaki tidak

menapak pada lantai.

h. Pemeriksaan khusus

1) Pemeriksaan reflek

Pemeriksaan reflek terdiri dari : level spinal, level brainsterm, level midbrain,

dan level kortikal. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui level maturitas sesuai

dengan usia anak. Dikarenakan pasien sudah mampu merangkak, berarti maturitas

reflek sudah pada level midbrain, untuk memastikannya maka pemeriksaan reflek

dimulai dari level brainstem sampai dengan kortikal.

a) Reflek brainstem

(1) Asymmetric tonic neck reflek

Asymmetric tonic neck reflek (ATNR) merupakan reflek yang terdapat pada

level brainsterm dan normalnya akan hilang pada usia 4-6 bulan. Pemeriksaan pada

reflek ini dilakukan dengan cara anak diposisikan telentang dengan kepala posisi

midline, terapis merotasikan kepala anak ke kanan atau ke kiri. Respon positif jika

lengan homolateral dengan arah rotasi ekstensi dan lengan heterolateral fleksi. Hasil

pemeriksaan pada anak negatif, normal.


32

(2) Symmetric tonic neck reflek

Symmetric tonic neck reflek (STNR) merupakan reflek yang terdapat pada

level brainsterm dan normalnya akan hilang pada usia 4-6 bulan. Pemeriksaan reflek

ini dilakukan dengan cara anak diposisikan terlentang dengan kepala mideline, terapis

memfleksikan kepala anak kedepan dan mengektensikan kepala anak kebelakang.

Respon positif jika kedua lengan anak fleksi dan tungkai ekstensi ketika kepala

difleksikan. Hasil pemeriksaan pada anak negatif, normal.

(3) Tonic labyrinthime reflek

Tonic labyrinthine reflek (TLR) merupakan reflek yang terdapat pada level

brainsterm dan normalnya akan muncul kurang dari 6 bulan. Pemeriksaan reflek ini

dilakukan dengan cara anak diposisikan tidur terlentang, terapis mengangkat salah

satu tungkai lalu dilepaskan secara mendadak maka responnya kaki pasien menahan

agar tidak jatuh. Hasil pemeriksaan pada anak negatif, normal.

(4) Positive supporting reaction

Positive supporting reaction merupakan reflek yang terdapat pada level

brainsterm dan normalnya akan muncul pada usia kurang dari 2 bulan. Pemeriksaan

ini dilakukan dengan cara pasien diangkat dalam posisi berdiri, terapis mengarahkan

tungkai pasien ke lantai maka responnya tungkai menjadi ekstensi. Hasil pemeriksaan

negatif anak tidak merespon, tidak normal.

(5) Negative supporting reflex

Negative supporting reflex merupakan reflek yang terdapat pada level

brainsterm dan normalnya akan hilang pada usia 4-6 bulan. Pemeriksaan reflek ini
33

dilakukan dengan cara posisi pasien diangkat dalam posisi berdiri, terapis

mengarahkan tungkai pasien ke lantai maka responnya tungkai menjadi fleksi. Hasil

pemeriksaan pada anak positif, anak memfleksikan kedua tungkai, tidak normal.

b) Level midbrain

(1) Neck righting

Neck righting merupakan reflek yang terdapat pada level midrain.

Pemeriksaan neck righting dilakukan dengan cara anak tidur terlentang, lengan dan

tungkai posisi lurus, lalu terapis merotasikan kepala anak. Respon positif jika badan

ikut berputar kearah rotasi kepala yang berputas. Normalnya refleks ini akan

menghilang saat usia 4-6 bulan. Hasil pemeriksaan pada anak positif, tidak normal.

(2) Optical righting

Optical righting merupakan reflek yang terdapat pada level midrain dan

normalnya akan muncul pada usia 8 bulan dan bertahan seumur hidup. Pemeriksaan

ini dilakukan dengan cara anak duduk dengan mata terbuka lalu terapis memberikan

stimulasi dengan menggoyangkan tubuh kesegala arah. Respon positif jika

didapatkan anak condong ke posisi berlawananm kepala tegak, wajah vertical dan

mulut horizontal. Hasil pemeriksaan pada anak positif, normal.

(3) Neck righting body on body

Neck righting body on body merupakan reflek yang terdapat pada level

midbrain dan normalnya akan muncul pada usia 4 bulan. Pemeriksaan reflek ini

dilakukan dengan cara anak diposisikan tidur terlentang diatas matras, kemudian

terapis memegang salah satu tungkai anak, difleksikan dan diarahkan ke salah satu
34

sisi kanan atau kiri. Respon positif jika seluruh tubuh berputar mengikuti kepala

secara segmental satu persatu dimulai dari kepala, badan, kemudian alat gerak bawah.

Hasil pemeriksaan pada anak positif, normal.

c) Level kortikal

Tata cara pemeriksaan reflek pada level kortikol ini dilakukan dengan cara

posisi terlentang, tengkurap, merangkak, dan duduk bersimpu.

(1) Reaksi keseimbangan terlentang

Reaksi keseimbangan terlentang merupakan reflek yang terdapat pada level

kortikol dan normalnya akan muncul pada usia 6 bulan. Pada pemeriksaan ini

dilakukan dengan cara anak posisi tidur terlentang di papan goyang, terapis

mengayunkan papan ke kiri maka responnya jika papan digoyangkan ke kiri maka

lengan dan tungkai kanan akan ekstensi, dan sebaliknya. Hasil pemeriksaan pada

anak positif, normal.

(2) Reaksi keseimbangan tengkurap

Reaksi keseimbangan tengkurap merupakan reflek yang terdapat pada level

kortikol dan normalnya akan muncul pada usia 6 bulan dan akan bertahan seumur

hidup. Pemeriksaan reaksi ini dilakukan dengan cara anak posisi tidur tengkurap di

papan goyang, terapis menggoyangkan papan ke kiri maka responnya jika

digoyangkan ke kiri maka lengan dan tungkai kanan akan ekstensi dan sebaliknya.

Hasil pemeriksaan pada anak positif, normal.


35

(3) Reaksi keseimbangan bersimpu

Reaksi keseimbangan bersimpu atau long siting merupakan reflek yang

terdapat pada level kortikol dan normalnya akan muncul pada usia 10-12 bulan dan

akan bertahan seumur hidup. Pemeriksaan ini dilakukan dengan posisi anak duduk

bersimpu di papan goyang, lalu terapis menggoyangkan papan maka responnya jika

papan digoyangkan maka lengan akan lurus ke samping. Hasil pemeriksaan pada

anak negatif, tidak normal.

(4) Reaksi keseimbangan merangkak

Reaksi keseimbangan merupakan reflek yang terdapat pada level kotikol dan

normalnya akan muncul pada usia 8 bulan dan akan bertahan seumur hidup.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara posisi anak merangkak diatas papan goyang,

lalu terapis menggoyangkan papan maka responnya jika papan digoyangkan maka

tangan akan lurus ke samping. Hasil pemeriksaan pada anak negatif, tidak normal.
36

TABEL 3.5

HASIL PEMERIKSAAN REFLEK PRIMITIF

Level Reflek Hasil Keterangan


Brainstem Asymmetric tonic neck reflek - Normal
Symmetric tonic neck reflek - Normal
Tonic labyrinthine reflek - Normal
Positive reaction support - Normal
Negative reaction support + Tidak normal
Midbrain Neck righting + Tidak normal
Optical righting + Normal
Neck righting body on body + Normal
Cortical Keseimbangan terlentang + Normal
Keseimbangan tengkurap + Normal
Keseimbangan bersimpu - Tidak normal
Keseimbangan merangkak - Tidak normal
(Data primer, 2019)

Dari pemeriksaan reflek didapatkan hasil anak masih berada pada level mid

brain.

2) Pemeriksaan palpasi otot ekstremitas

Palpasi bertujuan utuk mengetahui adanya spasme pada otot-otot ekatremitas.

Pada pemeriksaan ini didapatkan hasil adanya spasme pada m.hamstring bilateral.

3) Pemeriksaan tumbuh kembang menggunakan Denver Development

Screaning Test

Pemeriksaan tumbuh kembang menggunakan denver development screaning

test diawali dengan menghitung usia riil caranya dengan Hpx (hari pemeriksaan) –
37

HLx (hari lahir)). Pemeriksaan dilakukan pada 16 November 2019, tanggal lahir anak

11 Januari 2018. Hasil perhitungan usia riil anak sebagai berikut:

HPx – HLx = (16-11-2019) – (11-01-2018)

= 1 tahun 10 bulan 5 hari

Usia riil = 22 bulan 5 hari

= 22 bulan

Setelah ditentukannya usia riil terapis membuat garis usia 22 bulan pada

blanko DDST. Pemeriksaan tumbuh kembang dengan blangko DDST dimulai dari

item di kiri garis usia, tapi letaknya paling kanan. Jika lulus dilanjutkan ke kanan

untuk semua item yang terpotong garis usia ditambah 1 item ke kiri. Pemeriksaan

tumbuh kembang dengan blanko DDST dari sector personal sosial, motorik halus,

bahasa dan motorik kasar. Beri tanda (√) jika lulus, tanda (0) jika tidak lulus dan

tanda (M) jika menolak. Hasil pemeriksaan tumbuh kembang menggunakan denver

development screaning test dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut:


38

TABEL 3.6

TABEL PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG MENGGUNAKAN DENVER

DEVELOPMENT SCREANING TEST

AREA
ITEM HASIL KETERANGAN
PERKEMBANGAN
Personal sosial Menggunakan sendok/garpu √ Lulus
Membuka pakaian 0 Tidak lulus
Menyuapi boneka √ Lulus
Memakai baju 0 Tidak lulus
Gosok gigi dengan bantuan √ Lulus
Mencuci dan mengeringkan tangan √ Lulus
Motorik halus Menara 2 kubus √ Lulus
Menara 4 kubus √ lulus
Menara 6 kubus 0 Tidak lulus
Bahasa 3 kata √ Lulus
6 kata 0 Tidak lulus
Menunjuk 1 gambar √ Lulus
Kombinasi kata √ Lulus
Menyebut 1 gambar 0 Tidak lulus
Bagian badan 6 0 Tidak lulus
Menunjuk 4 gambar √ Lulus
Bicara sebagian dimengerti 0 Tidak lulus
Motorik kasar Berjalan naik tangga 0 Tidak lulus
Menendang bola kebawah 0 Tidak lulus
Melompat 0 Tidak lulus
Melempar bola tangan ke atas √ Lulus
(Data primer, 2019)
39

Dari pemeriksaan tumbuh kembang menggunakan denver development

screaning test didapatkan hasil abnormal karena terdapat 2 sektor atau lebih yang

masing – masing memiliki 2 delay atau lebih, mengalami 1 sektor memiliki 2 delay

atau lebih ditambah 1 sektor dengan 1 delay.

Pada area perkembangan (1) sektor personal social memiliki 2 delay, (2)

sektor adaftif motorik halus memiliki 1 delay, (3) sektor bahasa memiliki 4 delay, (4)

sektor motorik kasar memiliki 3 delay.

i. Deformitas atau kecatatan

Pemeriksaan deformitas atau kecatatan penting dilakukan untuk mengetahui

adanya masalah baru dalam kasus development delay. Hasil pemeriksaan pada anak

yaitu terdapat pemendekan pada kedua m hamstring yang mengakibatkan knee

dekstra semi fleksi 20˚, dan knee sinistra semi fleksi 15˚.

B. Problematik Fisioterapi

Problematika fisioterapi pada kasus development delay, yaitu impairment,

functional limitation, dan participation restriction.

1. Impairment

Impairment adalah permasalahan pada fungsi atau struktur tubuh. Impairment

yang biasanya terjadi pada kasus development delay ini antara lain : Terdapat

pemendekan m. hamstring bilateral, spasme pada m. hamstring bilateral dan adanya

gangguan sensoris taktil, vestibular serta propioseptif.


40

2. Functional limitation

Functional limitation pada anak belum mampu berdiri dan berjalan secara

mandiri.

3. Participation restriction

Participation restriction pada anak adalah belum dapat bermain dengan teman

sebaya.

C. Tujuan Fisioterapi

Berdasarkan problematika tersebut maka tujuan fisioterapi pada kasus

Development Delay terdiri dari tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang,

Tujuan jangka pendek yang ingin dicapai yaitu (1) mengurangi spasme pada m.

hamstring, (2) mengurangi pemendekan m. hamstring dan (3) meningkatkan sensoris.

Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah meningkatkan kemampuan fungsional

tumbuh kembang anak sesuai dengan usianya.

D. Teknologi Intervensi Fisioterapi

Ada banyak teknologi alternatif yang dapat untuk mengatasi problematik anak

dengan kondisi development delay, antara lain : (1) neuro senso motor reflek

integration,(2) neuro development treatment,(3) play therapy, (4) stimulasi motorik,

(5) massage, (6) hidroterapi.


41

E. Edukasi

Orang tua pasien terlebih dahulu diberikan edukasi tentang kasus yang

dialami oleh anaknya yang apabila tidak segera di tangani maka akan semakin jauh

keterlambatan tumbuh kembangnya. Kemudian edukasi gizi yang baik untuk anak.

F. Home Program

Orang tua diajarkan saat dirumah untuk melakukan latihan seperti yang telah

dilatih saat bertemu dengan fisioterapis. (1) latihan jongkok dengan cara mengajak

anak untuk bermain, diulangi 20 kali (2) latihan berdiri, dimulai dari posisi anak

duduk jongkok lalu pegangan berada di lutut anak sedangkan tangan satunya berada

di pantat anak untuk membantu mendorong supaya anak dapat berdiri dengan kaki

tidak menekuk, tahan sampai 10 menit. Mengajarkan posisioning supaya tidak

memperburuk kondisi anak, dengan duduk tidak menekuk lutut atau posisi long

sitting. Dan menganjurkan untuk rutin melakukan terapi.

G. Pelaksanaan Tindakan Fisioterapi

Sebelum melakukan tindakan terapi terlebih dahulu menyiapkan peralatan dan

persiapan pasien. Selain persiapan alat juga dilakukan persiapan pasien. Pertama yang

dilakukan adalah menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada orang tua

pasien. Kemudian dilanjutkan dengan mengatur posisi pasien sesuai latihan yang

diberikan. Terapi dilakukan sebanyak 4 kali dengan 1 atau 2 kali terapi tiap minggu,
42

serta durasi tiap terapi adalah 45 - 60 menit. Penatalaksanaan yang dilakukan sebagai

berikut:

1. Neurosenso

Sebelum diberikan tindakan neuro development treatment, diberikan stimulasi

berupa neurosensomotor untuk memperbaiki sensoris taktil supaya anak tidak

menolak saat diberikan latihan berupa neuro development treatment. Adapun langkah

– langkahnya yaitu sebagai berikut:

a. Posisi terlentang

1) Stimulasi taktil

Stimulasi taktil bertujuan untuk mengenalkan anak tentang rasa atau kinetik

dan penguatan sendi-sendi besar. Stimulasi taktil dilakukan dengan cara posisi anak

tidur terlentang, posisi terapis berharapan dengan anak. Stimulasi dimulai dari ujung

kepala sampai ujung kaki. Diberikan usapan dengan kedua tangan terapis bagian

palmar dengan nyaman dan kontak penuh, serta diberi penekanan di tiap sendi besar

seperti shoulder, elbow, wrist, hip, knee, dan ankle. Pelaksanaan stimulasi dilakukan

pada posisi tidur terlentang, tidur miring, dan tidur tengkurap. Setiap gerakan diulangi

sebanyak 3 kali.
43

Gambar ilustrasi 3.1

Gerakan stimulasi taktil (Dokumen pribadi, 2019)

2) Stimulasi bintang

Stimulasi bintang bertujuan untuk memperkuat bagian shoulder dan hip

dengan cara memberikan stimulasi reseptor pada kulit yaitu pemberian tekanan di

akhir gerakan agar anak mampu menerima sebagai motorik dengan merespon balik

penekanan yang diberikan terapis¸ dan saat gerakan melingkar bertujuan untuk

menstimulasi sistem propioseptif yang berguna untuk keseimbangan. Stimulasi

bintang dilakukan dengan cara satu tangan di titik sentral tubuh yaitu di umbilikus

dan satu tangan lain bergerak menuju enam titik yaitu : (1) incisura jugularis (pada

posisi terlentang) dan cervical (pada posisi tengkurap), (2) shoulder dextra, (3)

shoulder sinistra, (4) hip sinistra, (5) hip dextra dan (6) melingkar tubuh berupa

usapan lembut, setiap gerakan diulang 3 kali.


44

Gambar ilustrasi 3.2

Gerakan stimulasi bintang (Dokumen pribadi, 2019)

3) Stimulasi gelombang

Stimulasi gelombang bertujuan untuk memperkuat bagian shoulder dan hip

dengan cara memberikan stimulasi reseptor pada kulit yaitu pemberian tekanan di

akhir gerakan agar anak mampu menerima sebagai motorik dengan merespon balik

penekanan yang diberikan terapis, dan pada gerakan melingkar bertujuan untuk

menstimulasi sistem propioseptif yang berguna untuk keseimbangan. Stimulasi

gelombang dilakukan dengan cara posisi anak tidur terlentang, posisi terapis

menghadap anak. Arah stimulasi gelombang sama dengan arah stimulasi bintang.

Cara melakukan stimulasi gelombang dengan memberikan stimulasi berupa usapan

yang membentuk gelombang mengunakan ujung keempat jari tangan. Setiap gerakan

diulang 3 kali.

Gambar ilustrasi 3.3

Gerakan stimulasi gelombang (Dokumen pribadi, 2019)

4) Stimulasi taktil
45

Stimulasi taktil dilakukan dengan cara posisi anak tidur terlentang, posisi

terapis berharapan dengan anak. Stimulasi dimulai dari ujung kepala sampai ujung

kaki. Diberikan usapan dengan kedua tangan terapis bagian palmar dengan nyaman

dan kontak penuh, serta diberi penekanan di tiap sendi. Pelaksanaan stimulasi

dilakukan pada posisi tidur terlentang, tidur miring, dan tidur tengkurap. Setiap

gerakan diulangi sebanyak 3 atau 5 atu 7 kali.

Gambar Ilustrasi 3.4

Gerakan stimulasi taktil (Dokumen pribadi, 2019)

5) Stimulasi angka 8

Stimulasi angka 8 yaitu stimulasi dengan mengusap membentuk angka 8

bertujuan untuk melatih sistem saraf yang memiliki fungsi sebagai koordinasi gerak

tubuh sebagai penerima dan penghantar rangsangan ke seluruh tubuh serta

memberikan tanggapan terhadap rangsang tersebut. Dilakukan dengan cara posisi

anak tidur terlentang, posisi terapis menghadap anak. Arah stimulasi angka 8 sama

dengan stimulasi bintang namun pada ekstremitas, dilakukan bersamaan kanan dan

kiri. Stimulasi ekstremitas atas dilakukan dalam posisi terlentang, sedangkan


46

stimulasi ekstremitas bawah dilakukan dalam posisi terlentang dan tengkurap.

Stimulasi dimulai dari lengan atas kemudian lengan bawah, dan sepanjang lengan.

Begitu pula dengan ekstremitas bawah yaitu dimulai dari tungkai atas, tungkai

bawah, dan sepanjang tungkai. Setiap gerakan diulang 3 atau 5 atau 7 kali.

Gambar ilustrasi 3.5

Gerakan stimulasi angka 8 badan (Dokumen pribadi, 2019)

Gambar ilustrasi 3.6

Gerakan stimulasi angka 8 lengan (Dokumen pribadi, 2019)


47

Gambar ilustrasi 3.7

Gerakan stimulasi angka 8 tungkai (Dokumen pribadi, 2019)

6) Contrac stretch

Contract strech bertujuan untuk memperkuat otot yang mengalami kelemahan

dengan cara pemberian stimulasi sensoris pada muscle spindle yang berperan sebagai

proses pergerakan atau pengaturan motorik. Stimulasi Contrac stretch dilakukan

dengan cara posisi anak tidur terlentang, posisi terapis berhadapan dengan anak. Arah

stimulasi contrac stretch sama dengan stimulasi bintang. Teknik contrac stretch

berupa stiulasi memendekkan dan meregangkan otot kearah setiap titik secara pasif

dan gentle. Pegangan terapis seperti pada picking up di ujung segmen. Sebelum

dilakukan contrac stretch, terlebih dahulu dilakukan picking up. Contrac stretch di

ekstremitas atas dilakukan dalam posisi terlentang, sedangkan ekstremitas bawah

dilakukan dalam posisi terlentang dan tengkurap. Setiap gerakan diulang 3 atau 5 atau

7 kali.
48

Gambar ilustrasi 3.8


Gerakan Contrac stretch badan (Dokumen pribadi, 2019)

Gambar ilustrasi 3.9


Gerakan Contrac stretch lengan (Dokumen pribadi, 2019)

Gambar ilustrasi 3.10

Gerakan Contrac stretch tungkai (Dokumen pribadi, 2019)

7) Myofascial Release

Myofacial release dilakukan dengan cara anak diposisikan tidur terlentang

dan terapis duduk berhadapan dengan pasien. Melakukan gerakan membuka otot
49

ke arah medial-lateral sepanjang ektremitas atas dan bawah. Gerakan dilakukan

searah jarum jam, setap gerakan diulangi 3 kali .

Gambar ilustrasi 3.11


Gerakan myofasial release ekstremitas atas (Dokumen pribadi, 2019)

Gambar ilustrasi 3.12


Gerakan myofasial release ekstremitas bawah (Dokumen pribadi, 2019)

8) Tendon guard

Stimulasi tendon guard pada bertujuan untuk rileksasi tendon, sekaligus untuk

menguatkan otot-otot yang mengalami kelemahan dengan cara memberikan stimulasi

sensoris pada golgi tendon organ untuk menghasilkan motorik dengan cara

memberikan penekanan kearah perut otot. Stimulasi tendon guard dilakukan dengan

cara posisi anak tidur terlentang, posisi terapis berhadapan dengan anak. Arah
50

stimulasi tendon guard sama dengan stimulasi bintang. Teknik tendon guard berupa

stimulasi penekanan pada tendon kearah perut otot. Setiap gerakan diulang 3 kali.

Gambar ilustrasi 3.13


Gerakan Tendon guard badan (Dokumen pribadi, 2019)

Gambar ilustrasi 3.14

Gerakan Tendon guard lengan (Dokumen pribadi, 2019)

Gambar ilustrasi 3.15

Gerakan Tendon guard tungkai (Dokumen pribadi, 2019)


51

b. Posisi miring kiri

1) Stimulasi taktil

Stimulasi taktil dilakukan dengan mengusap lembut dengan satu tangan

terapis bagian palmar. Dilakukan pada kedua ekstremitas atas dan ekstremitas bawah

dari proksimal ke distal dimulai dari ekstremitas atas lalu ekstremitas bawah. Setiap

gerakan diulangi sebanyak 3 kali.

Gambar Ilustrasi 3.16


Gerakan stimulasi taktil (Dokumen pribadi, 2019)

2) Myofascial release

Anak diposisikan tidur miring dan terapis duduk berhadapan dengan

pasien. Melakukan gerakan kneading sepanjang otot paravertebrae. Setiap gerakan

diulangi sebanyak 3 kali.

Gambar Ilustrasi 3.17


Gerakan myofaascial release paravertebrae (Dokumen pribadi, 2019)
52

3) Contrac stretch

Stimulasi Contrac stretch dilakukan dengan cara posisi anak tidur miring,

posisi terapis berhadapan dengan anak. Teknik contrac stretch berupa stimulasi

memendekkan otot kemudian menjauhkan pada sisi samping tubuh begian kanan

dilanjutkan pada sisi tubuh kiri. Setiap gerakan diulang 3 kali.

Gambar Ilustrasi 3.18


Gerakan stimulasi Contrac stretch (Dokumen pribadi, 2019)

Gambar Ilustrasi 3.19

Gerakan elongasi shoulder pelvic (Dokumen pribadi, 2019)

Gambar Ilustrasi 3.20


Gerakan elongasi shoulder pelvic (Dokumen pribadi, 2019)
53

c. Posisi miring kanan

Dilakukan gerakan sama seperti posisi miring kiri.

d. Posisi tengkurap

1) Stimulasi taktil

Stimulasi taktil dilakukan dengan cara posisi anak tidur tengkurap, posisi

terapis menghadap punggung anak. Stimulasi dimulai dari ujung kepala sampai ujung

kaki. Diberikan usapan dengan kedua tangan terapis bagian palmar dengan nyaman

dan kontak penuh, serta diberi penekanan di tiap sendi. Setiap gerakan diulangi

sebanyak 3 atau 5 atu 7 kali.

Gambar Ilustrasi 3.21

Gerakan stimulasi taktil (Dokumen pribadi, 2019)

2) Stimulasi bintang

Stimulasi bintang dilakukan dengan cara posisi anak tidur tengkurap, posisi

terapis menghadap punggung anak. Satu tangan di titik sentral tubuh yaitu di vertebre

lumbal dan satu tangan lain bergerak menuju enam titik yaitu : (1) vertebre cervical

7, (2) shoulder dextra, (3) shoulder sinistra, (4) hip sinistra, (5) hip dextra dan (6)

melingkar tubuh berupa usapan lembut. Diakhir gerakan diberi penekanan dan setiap

gerakan diulang 3 atau 5 atau 7 kali.


54

Gambar ilustrasi 3.22

Gerakan stimulasi bintang (Dokumen pribadi, 2019)

3) Stimulasi gelombang

Stimulasi gelombang dilakukan dengan cara posisi anak tidur tengkurap,

posisi terapis menghadap punggung anak. Arah stimulasi gelombang sama dengan

arah stimulasi bintang. Cara melakukan stimulasi gelombang dengan memberikan

stimulasi berupa usapan yang membentuk gelombang mengunakan ujung keempat

jari tangan. Setiap gerakan diulang 3 atau 5 atau 7 kali.

Gambar ilustrasi 3.23

Gerakan stimulasi gelombang (Dokumen pribadi, 2019)

4) Stimulasi taktil

Stimulasi taktil dilakukan dengan cara posisi anak tidur tengkurap, posisi

terapis menghadap punggung anak. Stimulasi dimulai dari ujung kepala sampai ujung

kaki. Diberikan usapan dengan kedua tangan terapis bagian palmar dengan nyaman
55

dan kontak penuh, serta diberi penekanan di tiap sendi. Pelaksanaan stimulasi

dilakukan pada posisi tidur terlentang, tidur miring, dan tidur tengkurap. Setiap

gerakan diulangi sebanyak 3 atau 5 atu 7 kali.

Gambar Ilustrasi 3.24


Gerakan stimulasi taktil (Dokumen pribadi, 2019)

5) Stimulasi angka 8

Stimulasi angka 8 yaitu stimulasi dengan mengusap membentuk angka 8.

Dilakukan dengan cara posisi anak tidur tengkurap, posisi terapis menghadap

punggung anak. Arah stimulasi angka 8 sama dengan stimulasi bintang namun pada

ekstremitas, dilakukan bersamaan kanan dan kiri. Stimulasi dimulai dari badan lalu

ke ekstremitas bawah yaitu dimulai dari tungkai atas, tungkai bawah, dan sepanjang

tungkai. Setiap gerakan diulang 3 atau 5 atau 7 kali.

Gambar ilustrasi 3.25


Gerakan stimulasi angka 8 badan (Dokumen pribadi, 2019)
56

Gambar ilustrasi 3.26


Gerakan stimulasi angka 8 tungkai (Dokumen pribadi, 2019)

6) Contrac stretch

Stimulasi Contrac stretch dilakukan dengan cara posisi anak tidur tengkurap,

posisi terapis menghadap punggung anak. Arah stimulasi contrac stretch sama

dengan stimulasi bintang. Teknik contrac stretch berupa stimulasi memendekkan dan

meregangkan otot kearah setiap titik secara pasif dan gentle. Pegangan terapis seperti

pada picking up di ujung segmen. Sebelum dilakukan contrac stretch, terlebih dahulu

dilakukan picking up. Setiap gerakan diulang 3 atau 5 atau 7 kali.

Gambar ilustrasi 3.27


Gerakan Contrac stretch badan (Dokumen pribadi, 2019)
57

Gambar ilustrasi 3.28


Gerakan Contrac stretch tungkai (Dokumen pribadi, 2019)

7) Myofasial Release

Anak diposisikan tidur tengkurapdan terapis duduk berhadapan dengan

pasien. Melakukan gerakan membuka otot ke arah medial-lateral sepanjang

ektremitas bawah. Gerakan dilakukan searah jarum jam dan sebanyak 3 kali

pengulangan.

Gambar ilustrasi 3.29

Gerakan myofasial release ekstremitas bawah (Dokumen pribadi, 2019)

8) Tendon guard

Stimulasi tendon guard dilakukan dengan cara posisi anak tidur tengkurap,

posisi terapis menghadap punggung anak. Arah stimulasi tendon guard sama dengan

stimulasi bintang. Teknik tendon guard berupa stimulasi penekanan pada tendon

kearah perut otot. Setiap gerakan diulang 3 atau 5 atau 7 kali.


58

Gambar ilustrasi 3.30


Gerakan tendon guard tungkai (Dokumen pribadi, 2019)

2. Neuro Development Treatment

Setelah diberikan neurosensomotor, maka anak diberikan terapi berupa Neuro

Development Treatment (NDT) yang meliputi:

a. Stretching pada m. hamstring

Stretching dilakukan untuk mengulur atau meregangkan otot hamstring

supaya otot yang kaku menjadi lebih fleksibel dan ROM menjadi lebih besar.

Sebelum dilakukan stretching terlebih dahulu diberikan release pada otot hamstring

dan sekitarnya supaya otot rileks saat digerakkan . Stretching dilakukan dengan posisi

anak tidur terlentang dan duduk, terapis duduk menghadap anak. Lalu menjauhkan

origo dan insertio m. hamstring. Setiap gerakan diulangi sebanyak 6 kali.

Gambar ilustrasi 3.31


Gerakan stretching m. hamstring (Dokumen pribadi, 2019)
59

b. Fasilitasi kneeling

Kneeling dilakukan untuk menguatkan otot dan membantu mempersiapkan

anak untuk berdiri. kneeling dilakukan dengan cara posisi anak berdiri dengan

bertumpu pada lutut, terapis berada di samping anak dengan memfiksasi pinggul.

Lalu tahan sampai 10 menit.

Gambar ilustrasi 3.32


Gerakan fasilitasi kneeling (Dokumen pribadi, 2019)

c. Fasilitasi jongkok berdiri

Fasilitasi jongkok berdiri bertujuan untuk memperkuat otot anggota gerak

bawah dan mempersiapkan anak untuk berdiri. Dilakukan dengan cara posisi awal

anak jongkok, posisi terapis berada di belakang anak. Lalu terapis memberikan

sedikit dorongan di pantat anak dan tangan yang satunya memfiksasi lutut anak. Lalu

anak akan berusaha untuk berdiri. Dilakukan sebanyak 20 kali.


60

Gambar ilustrasi 3.33

Gerakan fasilitasi jongkok ke berdiri (Dokumen pribadi, 2019)

d. Fasilitasi berdiri

Fasilitasi berdiri bertujuan untuk memberikan pola berdiri yang normal,

dilakukan dengan cara posisi anak dan terapis berhadapan, lalu anak diberdirikan

dengan posisi yang tepat, dengan punggung menempel pada dinding. Terapis

menahan lutut anak supaya tidak fleksi dan tetap berdiri, lalu tahan 10 menit.

Gambar Ilustrasi 3. 34
Gerakan fasilitasi berdiri (Dokumen Pribadi, 2019)

H. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan terapi apakah

terjadi kemunduran atau terjadi kemajuan setelah terapi. Evaluasi dilakukan setelah
61

4kali terapi dengan evaluasi reflek, evaluasi palpasi otot ekstremitas dan evaluasi

pemeriksaan tumbuh kembang menggunakan denver development screaning test

didapatkan hasil seperti pada tabel berikut:

TABEL 3.7

EVALUASI REFLEK

Level Reflek T0 T4
Brainstem Asymmetric tonic neck reflek - -
Symmetric tonic neck reflek - -
Tonic labyrinthine reflek - -
Positive reaction support - -
Negative reaction support + +
Midbrain Neck righting + +
Optical righting + +
Neck righting body on body + +
Cortical Keseimbangan terlentang + +
Keseimbangan tengkurap + +
Keseimbangan bersimpu _ _
Keseimbangan merangkak _ _
(Data primer, 2019 )

Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa level maturitas reflek pada T0 sampai

T4 sama, yaitu anak masih berada pada level midbrain.


62

TABEL 3.8

EVALUASI SPASME OTOT EKSTREMITAS

T0 T4
OTOT Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
hamstring + + + +
(Data primer, 2019 )

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa teraba ada penurunan pada

spasme otot hamstring.


63

TABEL 3.9
EVALUASI PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG
AREA
ITEM T0 T4 KEERANGAN
PERKEMBANGAN
Personal sosial Menggunakan sendok/garpu √ √ Lulus
Membuka pakaian 0 0 Tidak lulus
Menyuapi boneka √ √ Lulus
Memakai baju 0 0 Tidak lulus
Gosok gigi dengan bantuan √ √ Lulus
Mencuci dan mengeringkan tangan √ √ Lulus
Motorik halus Menara 2 kubus √ √ Lulus
Menara 4 kubus √ √ lulus
Menara 6 kubus 0 0 Tidak lulus
Bahasa 3 kata √ √ Lulus
6 kata 0 0 Tidak lulus
Menunjuk 1 gambar √ √ Lulus
Kombinasi kata √ √ Lulus
Menyebut 1 gambar 0 0 Tidak lulus
Bagian badan 6 0 0 Tidak lulus
Menunjuk 4 gambar √ √ Lulus
Bicara sebagian dimengerti 0 0 Tidak lulus
Motorik kasar Berjalan naik tangga 0 0 Tidak lulus
Menendang bola kebawah 0 0 Tidak lulus
Melompat 0 0 Tidak lulus
Melempar bola tangan ke atas √ √ Lulus
(Data primer, 2019 )
64

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada peningkatan

perkembangan anak yang dilihat dari hasil pemeriksaan tumbuh kembang

menggunakan denver development screaning test pada T0 dan T4.

I. Pembahasan

1. Pemeriksaan

Pada tanggal 16 November 2019 dilakukan heteroanamnesis dengan ibu

pasien, dengan keluhan utama yaitu ibu anak mengeluhkan bahwa anaknya belum

mampu berdiri dan berjalan. Dalam melakukan anamnesis mengenai data anak ibu

anak tidak terlalu ingat riwayat tumbuh kembang anak.

Setelah anamnesis dilakukan pemeriksaan berupa pemeriksaan vital sign,

pemeriksaan pertumbuhan, kesan awal saat pertama bertemu klien, kemampuan

sensorik, kondisi keseimbangan, kemampuan dan ketidakmampuan, tonus postural,

pola postural, pemeriksaan reflek, pemeriksaan kekuatan otot, pemeriksaan spasme

dan pemeriksaan pemeriksaan tumbuh kembang menggunakan denver development

screaning test.

Saat melaksanakan pemeriksaan fisioterapi, ditemui kendala yaitu pada saat

pemeriksaan tekanan darah tidak dapat dilakukan karena ukuran manset yang tersedia

tidak sesuai dengan usia pasien, tetapi tidak mempengaruhi hasil karena masih

terdapat vital sign lainnya berupa pernapasan, denyut nadi dan suhu. Selain itu saat

dilakukan pemeriksaan refleks kadang terdapat kendala berupa anak rewel atau sering
65

menangis saat diperiksa sehingga terapis harus menunggu hingga anak tenang dan

harus lebih teliti dalam melihat respon anak setelah diberi stimulasi berupa respon

reflek murni atau karena pengaruh anak rewel, sehingga terapis tidak keliru dalam

menentukan interpretasi hasil pemeriksaan maturitas reflek anak.

2. Pelaksanaan terapi

Pelaksanaan terapi pada pasien An AYA usia 1 tahun 10 bulan 5 hari dengan

diagnosis Development Delay dan berjenis kelamin perempuan, telah diberikan

tindakan fisioterapi berupa Neuro Development Treatment (NDT) sebanyak 4 kali

namun sebelum dilakukan NDT anak diberikan stimulasi berupa Neurosensomotor .

Pada saat diberikan penatalaksanaan fisioterapi ditemukan adanya beberapa

kendala, yaitu

a. Pemberian Neurosensomotor

Penatalaksanaan neurosensomotor sebelumnya tidak dicantumkan didalam

proposal, namun karena dilihat dari impairment pasien terdapat adanya gangguan

sensoris berupa taktil yang kurang baik maka pelaksanaan fisioterapi ditambahkan

dengan neurosensomotor dan pelaksanaan terapi mengikuti aturan dari Klinik maka

diberikan metode neurosensomotor yang kemudian dilanjutkan dengan didiberikan

neuro development treatment. Pada pelaksanaan neurosensomotor terapis melakukan

dengan posisi terlentang, miring kanan miring kiri dan tengkurap. Dalam melakukan

stimulasi neurosensomotor ditemukan kendala berupa anak sering menangis dan

menolak karna anak cepat bosan dengan mainan yang diberikan terapis, sehingga
66

terapis harus memberikan macam – macam mainan dan menunggu anak tenang

kembali sebelum melanjutkan terapi. Pada posisi miring anak sering memberontak

dan selalu ingin kembali ke posisi terlentang, sehingga diperlukan bantuan terapis

lain untuk memegang pasien, agar pasien dapat mempertahankan posisi miring.

b. Neuro development treatment

Neuro development treatment (NDT) adalah salah satu pendekatan yang

paling umum digunakan untuk intervensi anak-anak dengan gangguan

perkembangan. Bertujuan untuk mengenal pola gerakan yang normal serta bagaimana

memposisikan tubuhnya secara normal melalui fasilitasi. Pada saat diberikan

penatalaksanaan fisioterapi berupa neuro development treatment ditemukan adanya

beberapa kendala, yaitu:

1) Stretching pada m. hamstring

Pada saat dilakukan Stretching terdapat kendala berupa anak rewel bahkan

memberontak sehingga diperlukan bantuan dari fisioterapis yang lain

2) Fasilitasi Kneeling

Kneeling dilakukan untuk menguatkan otot dan membantu mempersiapkan

anak untuk berdiri. Pada saat dilakukan kneeling anak sering merasa bosan dan tidak

fokus sehingga terapis perlu memberikan mainan atau sesuatu yang menarik bagi

anak untuk mempertahankan posisi anak saat kneeling

3) Fasilitasi jongkok berdiri

Pada saat diberikan fasilitasi latihan jongkok berdiri, anak sering menangis

dan menolak sehingga dibutuhkan terapis lain untuk membantu terapis dalam
67

pelaksanaan terapi, juga diberikan mainan yang menarik agar anak dapat semangat

dan menjalani terapi dengan baik.

4) Fasilitasi latihan berdiri

Pada fasilitasi berdiri anak rewel dan menolak karna anak tidak nyaman

dengan posisi meluruskan lutut, sehingga terapis harus sering melakukan istirahat

atau mendudukan anak supaya anak dapat tenang kembali.

Dapat disimpulkan pada saat pemberian terapi, anak masih sering

memberontak, menangis dan terkadang anak merasa bosan saat diberikan terapi. Dari

beberapa kendala yang ada berdampak kurang maksimalnya pemberian terapi

Anda mungkin juga menyukai