PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
A. Pengkajian Fisioterapi
dilakukan meliputi:
1. Identitas pasien
Identitas pasien terdiri dari (1) nama anak: An. AYA (2) tempat dan tanggal
lahir: Ponorogo, 11 Januari 2018 (3) usia: 1 tahun 10 bulan (4) nama ayah: Hendik
Wahyu W (5) nama ibu: Ike Mutiarasari (6) alamat: Ds. Totokan Kecamatan Mlarak
Development Delay
2. Pemeriksaan umum
a. vital sign
status kesehatan pasien secara umum, terdiri dari : (1) suhu tubuh, (2) tekanan darah,
21
22
1) Suhu tubuh
dalam keadaan normal atau tidak. Pengukuran suhu tubuh dapat menggunakan
cara (1) menempelkan termometer digital pada ketiak anak, (2) menunggu hingga
terdengar bunyi termometer digital, (3) kemudian keluarkan termometer dan kita
dapat mengetahui suhu tubuh anak yang tertera pada thermometer (Sutejo dkk, 2016).
2) Tekanan darah
Terapis tidak melakukan pemeriksaan tekanan darah, karena tidak ada manset
3) Denyut nadi
selama satu menit, dengan cara (1) raba arteri radialis pada anak, (2) setelah
merasakannya, hitung frekuensi denyut nadi selama 1 menit menggunakan jam, (3)
setelah selesai, maka kita memperoleh denyut nadi per menit pada anak.
23
TABEL 3.1
Usia Normal
Premature 120-170 kali/menit
0-3 bulan 100-150 kali/menit
3-6 bulan 90-120 kali/menit
6-12 bulan 80-120 kali/menit
1-3 tahun 70-110 kali/menit
3-6 tahun 65-110 kali/menit
6-12 tahun 60-95 kali/menit
Diatas usia 12 tahun 55-85 kali/menit
Sumber: (Agrawal. 2008)
4) Pernafasan
keadaan yang rileks yaitu tidur terlentang, (2) mengamati gerakan dada/perut dan
menghitung jumlah pernafasan dalam satu menit, (3) setelah selesai dapat diketahui
TABEL 3.2
Usia Normal
Premature 40-70 kali/menit
0-3 bulan 35-55 kali/menit
3-6 bulan 30-45 kali/menit
6-12 bulan 25-40 kali/menit
1-3 tahun 20-30 kali/menit
3-6 tahun 20-25 kali/menit
6-12 tahun 14-22 kali/menit
Diatas usia 12 tahun 12-18 kali/menit
Hasil dari pemeriksaan vital sign yang terdiri (1) suhu tubuh, (2) tekanan
darah, (3) denyut nadi dan (4) pernafasan yaitu berada pada nilai normal maka
b. Pertumbuhan
fisik. Terdiri dari (1) status gizi dan (2) lingkar kepala.
1) Status gizi
Status gizi terdiri dari pengukuran berat badan dan tinggi badan anak.
Pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan dilakukan dengan cara (1)
siapkan timbangan berat badan, (2) posisi pasien diatas timbangan, dan (3) lihat
25
angka yang tertera pada timbangan, hasil yang didapatkan adalah 9.8 kg . Sedangkan
tinggi badan dengan menggunakan midline, dilakukan dengan cara (1) siapkan
midline pada meja atau tempat yang rata, (2) baringkan pasien dengan posisi
terlentang, (3) tarik geser bagian panel midline yang dapat digeser sampai menempel
pada telapak kaki pasien (4) lihat angka yang tertera pada midline, hasil yang
didapatkan yaitu tinggi badan 66 cm. Hasil tersebut dikategorikan normal dapat
dihitung dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang dirumuskan sebagai berikut:
Berikut tabel kategori ambang batas status gizi anak berdasarkan index massa
tubuh :
TABEL 3.3
2) Lingkar kepala
Pemeriksaan lingkar kepala dilakukan dengan cara (1) siapkan midline, (2)
ukur lingkar kepala, (3) lalu diperoleh hasilnya dalam satuan sentimeter (cm).
26
Didapatkan hasil lingkar kepala anak 46 cm. dikatakan lingkar kepala normal pada
anak usia 1.5-2 tahun jika didapatkan hasil 44-51 cm (Harjadmo dkk, 2017).
Dari hasil pemeriksaan pertumbuhan anak yang terdiri dari pemeriksaan status
gizi dan lingkar kepala didapatkan hasil normal dalam semua aspek pemeriksaan
3. Pemeriksaan fisioterapi
Pemeriksaan fisioterapi terdiri dari (1) anamnesis khusus, (2) kesan awal saat
bertemu pasien, (3) kemampuan sensorik, (4) kondisi keseimbangan, (5) kemampuan
dan tidak kemampuan pasien, (6) tonus postural, (7) pola postural, (8) pemeriksaan
a. Anamnesis
1) Keluhan utama
Anak mulai menjalani terapi di klinik Mitra Insan Mandiri Ponorogo sejak
usia 5 bulan dengan keluhan anak belum bisa tengkurap, terapi yang dilakukan yaitu
berupa neurosenso dan NDT. Anak secara rutin menjalani terapi hingga saat anak
berusia 22 bulan saat pengambilan data orang tua pasien mengeluhkan anak belum
a) Riwayat prenatal
Tidak terdapat riwayat trauma pada ibu, tidak terdapat riwayat pendarahan
selama masa kehamilan, ibu tidak terdapat riwayat terpapar merkuri dan riwayat
b) Riwayat natal
Proses persalinan secara normal, tidak ada keluhan pinggul sempit pada ibu
Berat badan lahir 2300 gram, panjang badan dan lingkar kepala tidak
Anak pernah mengalami demam tinggi tetapi tidak sampai kejang pada saat
5) Riwayat keluarga
6) Riwayat imunisasi
Anak diimunisasi lengkap sesuai dengan usia , namun ibu anak tidak ingat
usia anak saat mendapat imunisasi. Berikut tabel imunisasi menurut literasi
28
TABEL 3.4
7) Riwayat psikososial
Anak sering menangis saat menjalani terapi dan anak masih sulit melakukan
Pada usia 6 bulan anak sudah bisa tengkurap, usia 12 bulan anak sudah bisa
Kesan awal dapat dinilai pada saat pasien datang dan sebelum dilakukan
terapi. Aspek yang perlu diamati antara lain : (1) atensi : anak memiliki kontak mata
29
dengan terapis (2) emosi : anak mudah menangis pada saat terapi, (3) motivasi : anak
menjalani terapi dengan kurang semangat, (4) problem solving : anak mampu
menyusun puzzle dengan baik, (5) komunikasi : anak belum mampu diajak
komunikasi 2 arah, (6) kognisi : anak belum mampu mengikuti perintah yang
c. Kemampuan sensorik
Pemeriksaan fisik sistem sensori didasarkan pada organ sensori berupa sistem
indra. Sistem indra tersebut meliputi: (1) indra penglihatan atau visual : baik, anak
mampu melihat dan mengikuti gerakan saat diberikan stimulasi berupa mainan,(2)
indra pendengaran atau auditori : kurang baik, anak tidak mencari sumber suara saat
diberikan stimulus suara, (3) indra perabaan atau taktil : kurang baik, anak kadang
menolak saat dipegang terapis, (4) indra penciuman atau olfaktori : baik, anak mampu
bernapas dengan baik tanpa ada sesak, (5) indra pengecap atau gustatory : baik, anak
tidak mengeluarkan air liur berlebih, (6) vestibular : kurang baik, anak menolak dan
menangis saat dinaikkan ke atas gym ball walaupun dalam kondisi tenang, (7)
didapatkan hasil baik sedangkan untuk auditory, taktil, vestibular dan propioseptif
d. Kondisi keseimbangan
quadripedal, maka dapat dilihat kondisi keseimbangan statik anak saat duduk dan
kondisi keseimbangan dinamik anak saat merangkak. Jika kondisi keseimbangan baik
maka anak akan mempertahankan posisi tetap stabil, sedangkan jika kondisi
mempertahankan posisi. Keseimbangan dibagi atas dua kelompok, yaitu: (1) statis :
Anak mampu mempertahankan keseimbangan saat duduk, (2) dinamis: anak dapat
Dari hasil observasi, kemampuan anak yaitu anak mampu tengkurap, duduk,
kneeling dengan waktu lumayan singkat dan merangkak secara mandiri. Sedangkan
ketidakmampuan anak yaitu anak belum mampu berdiri dan berjalan secara mandiri.
f. Tonus postural
Tonus postural grup otot kepala, leher, trunk, anggota gerak atas dekstra,
anggota gerak atas sinistra, anggota gerak bawah dekstra dan anggota gerak bawah
sinistra normal.
g. Pola postural
dikarenakan ada pemendekan otot hamstring, (2) telungkup : abduksi shoulder, knee
31
semi fleksi, dikarenakan ada pemendekan otot hamstring, (3) berguling : Anak
mampu berguling sendiri tanpa bantuan terapis dengan pola head to body, (4) ke
duduk : Anak keposisi duduk dimulai dari posisi tengkurap, (5) duduk : anak mampu
mempertahankan posisi duduk, (6) merangkak : Anak merangkak dengan pola yang
normal dan koordinasi baik, namun posisi saat merangkak punggung kaki tidak
h. Pemeriksaan khusus
1) Pemeriksaan reflek
Pemeriksaan reflek terdiri dari : level spinal, level brainsterm, level midbrain,
dan level kortikal. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui level maturitas sesuai
dengan usia anak. Dikarenakan pasien sudah mampu merangkak, berarti maturitas
reflek sudah pada level midbrain, untuk memastikannya maka pemeriksaan reflek
a) Reflek brainstem
Asymmetric tonic neck reflek (ATNR) merupakan reflek yang terdapat pada
level brainsterm dan normalnya akan hilang pada usia 4-6 bulan. Pemeriksaan pada
reflek ini dilakukan dengan cara anak diposisikan telentang dengan kepala posisi
midline, terapis merotasikan kepala anak ke kanan atau ke kiri. Respon positif jika
lengan homolateral dengan arah rotasi ekstensi dan lengan heterolateral fleksi. Hasil
Symmetric tonic neck reflek (STNR) merupakan reflek yang terdapat pada
level brainsterm dan normalnya akan hilang pada usia 4-6 bulan. Pemeriksaan reflek
ini dilakukan dengan cara anak diposisikan terlentang dengan kepala mideline, terapis
Respon positif jika kedua lengan anak fleksi dan tungkai ekstensi ketika kepala
Tonic labyrinthine reflek (TLR) merupakan reflek yang terdapat pada level
brainsterm dan normalnya akan muncul kurang dari 6 bulan. Pemeriksaan reflek ini
dilakukan dengan cara anak diposisikan tidur terlentang, terapis mengangkat salah
satu tungkai lalu dilepaskan secara mendadak maka responnya kaki pasien menahan
brainsterm dan normalnya akan muncul pada usia kurang dari 2 bulan. Pemeriksaan
ini dilakukan dengan cara pasien diangkat dalam posisi berdiri, terapis mengarahkan
tungkai pasien ke lantai maka responnya tungkai menjadi ekstensi. Hasil pemeriksaan
brainsterm dan normalnya akan hilang pada usia 4-6 bulan. Pemeriksaan reflek ini
33
dilakukan dengan cara posisi pasien diangkat dalam posisi berdiri, terapis
mengarahkan tungkai pasien ke lantai maka responnya tungkai menjadi fleksi. Hasil
pemeriksaan pada anak positif, anak memfleksikan kedua tungkai, tidak normal.
b) Level midbrain
Pemeriksaan neck righting dilakukan dengan cara anak tidur terlentang, lengan dan
tungkai posisi lurus, lalu terapis merotasikan kepala anak. Respon positif jika badan
ikut berputar kearah rotasi kepala yang berputas. Normalnya refleks ini akan
menghilang saat usia 4-6 bulan. Hasil pemeriksaan pada anak positif, tidak normal.
Optical righting merupakan reflek yang terdapat pada level midrain dan
normalnya akan muncul pada usia 8 bulan dan bertahan seumur hidup. Pemeriksaan
ini dilakukan dengan cara anak duduk dengan mata terbuka lalu terapis memberikan
didapatkan anak condong ke posisi berlawananm kepala tegak, wajah vertical dan
Neck righting body on body merupakan reflek yang terdapat pada level
midbrain dan normalnya akan muncul pada usia 4 bulan. Pemeriksaan reflek ini
dilakukan dengan cara anak diposisikan tidur terlentang diatas matras, kemudian
terapis memegang salah satu tungkai anak, difleksikan dan diarahkan ke salah satu
34
sisi kanan atau kiri. Respon positif jika seluruh tubuh berputar mengikuti kepala
secara segmental satu persatu dimulai dari kepala, badan, kemudian alat gerak bawah.
c) Level kortikal
Tata cara pemeriksaan reflek pada level kortikol ini dilakukan dengan cara
kortikol dan normalnya akan muncul pada usia 6 bulan. Pada pemeriksaan ini
dilakukan dengan cara anak posisi tidur terlentang di papan goyang, terapis
mengayunkan papan ke kiri maka responnya jika papan digoyangkan ke kiri maka
lengan dan tungkai kanan akan ekstensi, dan sebaliknya. Hasil pemeriksaan pada
kortikol dan normalnya akan muncul pada usia 6 bulan dan akan bertahan seumur
hidup. Pemeriksaan reaksi ini dilakukan dengan cara anak posisi tidur tengkurap di
digoyangkan ke kiri maka lengan dan tungkai kanan akan ekstensi dan sebaliknya.
terdapat pada level kortikol dan normalnya akan muncul pada usia 10-12 bulan dan
akan bertahan seumur hidup. Pemeriksaan ini dilakukan dengan posisi anak duduk
bersimpu di papan goyang, lalu terapis menggoyangkan papan maka responnya jika
papan digoyangkan maka lengan akan lurus ke samping. Hasil pemeriksaan pada
Reaksi keseimbangan merupakan reflek yang terdapat pada level kotikol dan
normalnya akan muncul pada usia 8 bulan dan akan bertahan seumur hidup.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara posisi anak merangkak diatas papan goyang,
lalu terapis menggoyangkan papan maka responnya jika papan digoyangkan maka
tangan akan lurus ke samping. Hasil pemeriksaan pada anak negatif, tidak normal.
36
TABEL 3.5
Dari pemeriksaan reflek didapatkan hasil anak masih berada pada level mid
brain.
Pada pemeriksaan ini didapatkan hasil adanya spasme pada m.hamstring bilateral.
Screaning Test
test diawali dengan menghitung usia riil caranya dengan Hpx (hari pemeriksaan) –
37
HLx (hari lahir)). Pemeriksaan dilakukan pada 16 November 2019, tanggal lahir anak
= 22 bulan
Setelah ditentukannya usia riil terapis membuat garis usia 22 bulan pada
blanko DDST. Pemeriksaan tumbuh kembang dengan blangko DDST dimulai dari
item di kiri garis usia, tapi letaknya paling kanan. Jika lulus dilanjutkan ke kanan
untuk semua item yang terpotong garis usia ditambah 1 item ke kiri. Pemeriksaan
tumbuh kembang dengan blanko DDST dari sector personal sosial, motorik halus,
bahasa dan motorik kasar. Beri tanda (√) jika lulus, tanda (0) jika tidak lulus dan
tanda (M) jika menolak. Hasil pemeriksaan tumbuh kembang menggunakan denver
TABEL 3.6
AREA
ITEM HASIL KETERANGAN
PERKEMBANGAN
Personal sosial Menggunakan sendok/garpu √ Lulus
Membuka pakaian 0 Tidak lulus
Menyuapi boneka √ Lulus
Memakai baju 0 Tidak lulus
Gosok gigi dengan bantuan √ Lulus
Mencuci dan mengeringkan tangan √ Lulus
Motorik halus Menara 2 kubus √ Lulus
Menara 4 kubus √ lulus
Menara 6 kubus 0 Tidak lulus
Bahasa 3 kata √ Lulus
6 kata 0 Tidak lulus
Menunjuk 1 gambar √ Lulus
Kombinasi kata √ Lulus
Menyebut 1 gambar 0 Tidak lulus
Bagian badan 6 0 Tidak lulus
Menunjuk 4 gambar √ Lulus
Bicara sebagian dimengerti 0 Tidak lulus
Motorik kasar Berjalan naik tangga 0 Tidak lulus
Menendang bola kebawah 0 Tidak lulus
Melompat 0 Tidak lulus
Melempar bola tangan ke atas √ Lulus
(Data primer, 2019)
39
screaning test didapatkan hasil abnormal karena terdapat 2 sektor atau lebih yang
masing – masing memiliki 2 delay atau lebih, mengalami 1 sektor memiliki 2 delay
Pada area perkembangan (1) sektor personal social memiliki 2 delay, (2)
sektor adaftif motorik halus memiliki 1 delay, (3) sektor bahasa memiliki 4 delay, (4)
adanya masalah baru dalam kasus development delay. Hasil pemeriksaan pada anak
dekstra semi fleksi 20˚, dan knee sinistra semi fleksi 15˚.
B. Problematik Fisioterapi
1. Impairment
yang biasanya terjadi pada kasus development delay ini antara lain : Terdapat
2. Functional limitation
Functional limitation pada anak belum mampu berdiri dan berjalan secara
mandiri.
3. Participation restriction
Participation restriction pada anak adalah belum dapat bermain dengan teman
sebaya.
C. Tujuan Fisioterapi
Development Delay terdiri dari tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang,
Tujuan jangka pendek yang ingin dicapai yaitu (1) mengurangi spasme pada m.
Ada banyak teknologi alternatif yang dapat untuk mengatasi problematik anak
dengan kondisi development delay, antara lain : (1) neuro senso motor reflek
E. Edukasi
Orang tua pasien terlebih dahulu diberikan edukasi tentang kasus yang
dialami oleh anaknya yang apabila tidak segera di tangani maka akan semakin jauh
keterlambatan tumbuh kembangnya. Kemudian edukasi gizi yang baik untuk anak.
F. Home Program
Orang tua diajarkan saat dirumah untuk melakukan latihan seperti yang telah
dilatih saat bertemu dengan fisioterapis. (1) latihan jongkok dengan cara mengajak
anak untuk bermain, diulangi 20 kali (2) latihan berdiri, dimulai dari posisi anak
duduk jongkok lalu pegangan berada di lutut anak sedangkan tangan satunya berada
di pantat anak untuk membantu mendorong supaya anak dapat berdiri dengan kaki
memperburuk kondisi anak, dengan duduk tidak menekuk lutut atau posisi long
persiapan pasien. Selain persiapan alat juga dilakukan persiapan pasien. Pertama yang
dilakukan adalah menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada orang tua
pasien. Kemudian dilanjutkan dengan mengatur posisi pasien sesuai latihan yang
diberikan. Terapi dilakukan sebanyak 4 kali dengan 1 atau 2 kali terapi tiap minggu,
42
serta durasi tiap terapi adalah 45 - 60 menit. Penatalaksanaan yang dilakukan sebagai
berikut:
1. Neurosenso
menolak saat diberikan latihan berupa neuro development treatment. Adapun langkah
a. Posisi terlentang
1) Stimulasi taktil
Stimulasi taktil bertujuan untuk mengenalkan anak tentang rasa atau kinetik
dan penguatan sendi-sendi besar. Stimulasi taktil dilakukan dengan cara posisi anak
tidur terlentang, posisi terapis berharapan dengan anak. Stimulasi dimulai dari ujung
kepala sampai ujung kaki. Diberikan usapan dengan kedua tangan terapis bagian
palmar dengan nyaman dan kontak penuh, serta diberi penekanan di tiap sendi besar
seperti shoulder, elbow, wrist, hip, knee, dan ankle. Pelaksanaan stimulasi dilakukan
pada posisi tidur terlentang, tidur miring, dan tidur tengkurap. Setiap gerakan diulangi
sebanyak 3 kali.
43
2) Stimulasi bintang
dengan cara memberikan stimulasi reseptor pada kulit yaitu pemberian tekanan di
akhir gerakan agar anak mampu menerima sebagai motorik dengan merespon balik
penekanan yang diberikan terapis¸ dan saat gerakan melingkar bertujuan untuk
bintang dilakukan dengan cara satu tangan di titik sentral tubuh yaitu di umbilikus
dan satu tangan lain bergerak menuju enam titik yaitu : (1) incisura jugularis (pada
posisi terlentang) dan cervical (pada posisi tengkurap), (2) shoulder dextra, (3)
shoulder sinistra, (4) hip sinistra, (5) hip dextra dan (6) melingkar tubuh berupa
3) Stimulasi gelombang
dengan cara memberikan stimulasi reseptor pada kulit yaitu pemberian tekanan di
akhir gerakan agar anak mampu menerima sebagai motorik dengan merespon balik
penekanan yang diberikan terapis, dan pada gerakan melingkar bertujuan untuk
gelombang dilakukan dengan cara posisi anak tidur terlentang, posisi terapis
menghadap anak. Arah stimulasi gelombang sama dengan arah stimulasi bintang.
yang membentuk gelombang mengunakan ujung keempat jari tangan. Setiap gerakan
diulang 3 kali.
4) Stimulasi taktil
45
Stimulasi taktil dilakukan dengan cara posisi anak tidur terlentang, posisi
terapis berharapan dengan anak. Stimulasi dimulai dari ujung kepala sampai ujung
kaki. Diberikan usapan dengan kedua tangan terapis bagian palmar dengan nyaman
dan kontak penuh, serta diberi penekanan di tiap sendi. Pelaksanaan stimulasi
dilakukan pada posisi tidur terlentang, tidur miring, dan tidur tengkurap. Setiap
5) Stimulasi angka 8
bertujuan untuk melatih sistem saraf yang memiliki fungsi sebagai koordinasi gerak
anak tidur terlentang, posisi terapis menghadap anak. Arah stimulasi angka 8 sama
dengan stimulasi bintang namun pada ekstremitas, dilakukan bersamaan kanan dan
Stimulasi dimulai dari lengan atas kemudian lengan bawah, dan sepanjang lengan.
Begitu pula dengan ekstremitas bawah yaitu dimulai dari tungkai atas, tungkai
bawah, dan sepanjang tungkai. Setiap gerakan diulang 3 atau 5 atau 7 kali.
6) Contrac stretch
dengan cara pemberian stimulasi sensoris pada muscle spindle yang berperan sebagai
dengan cara posisi anak tidur terlentang, posisi terapis berhadapan dengan anak. Arah
stimulasi contrac stretch sama dengan stimulasi bintang. Teknik contrac stretch
berupa stiulasi memendekkan dan meregangkan otot kearah setiap titik secara pasif
dan gentle. Pegangan terapis seperti pada picking up di ujung segmen. Sebelum
dilakukan contrac stretch, terlebih dahulu dilakukan picking up. Contrac stretch di
dilakukan dalam posisi terlentang dan tengkurap. Setiap gerakan diulang 3 atau 5 atau
7 kali.
48
7) Myofascial Release
dan terapis duduk berhadapan dengan pasien. Melakukan gerakan membuka otot
49
8) Tendon guard
Stimulasi tendon guard pada bertujuan untuk rileksasi tendon, sekaligus untuk
sensoris pada golgi tendon organ untuk menghasilkan motorik dengan cara
memberikan penekanan kearah perut otot. Stimulasi tendon guard dilakukan dengan
cara posisi anak tidur terlentang, posisi terapis berhadapan dengan anak. Arah
50
stimulasi tendon guard sama dengan stimulasi bintang. Teknik tendon guard berupa
stimulasi penekanan pada tendon kearah perut otot. Setiap gerakan diulang 3 kali.
1) Stimulasi taktil
terapis bagian palmar. Dilakukan pada kedua ekstremitas atas dan ekstremitas bawah
dari proksimal ke distal dimulai dari ekstremitas atas lalu ekstremitas bawah. Setiap
2) Myofascial release
3) Contrac stretch
Stimulasi Contrac stretch dilakukan dengan cara posisi anak tidur miring,
posisi terapis berhadapan dengan anak. Teknik contrac stretch berupa stimulasi
memendekkan otot kemudian menjauhkan pada sisi samping tubuh begian kanan
d. Posisi tengkurap
1) Stimulasi taktil
Stimulasi taktil dilakukan dengan cara posisi anak tidur tengkurap, posisi
terapis menghadap punggung anak. Stimulasi dimulai dari ujung kepala sampai ujung
kaki. Diberikan usapan dengan kedua tangan terapis bagian palmar dengan nyaman
dan kontak penuh, serta diberi penekanan di tiap sendi. Setiap gerakan diulangi
2) Stimulasi bintang
Stimulasi bintang dilakukan dengan cara posisi anak tidur tengkurap, posisi
terapis menghadap punggung anak. Satu tangan di titik sentral tubuh yaitu di vertebre
lumbal dan satu tangan lain bergerak menuju enam titik yaitu : (1) vertebre cervical
7, (2) shoulder dextra, (3) shoulder sinistra, (4) hip sinistra, (5) hip dextra dan (6)
melingkar tubuh berupa usapan lembut. Diakhir gerakan diberi penekanan dan setiap
3) Stimulasi gelombang
posisi terapis menghadap punggung anak. Arah stimulasi gelombang sama dengan
4) Stimulasi taktil
Stimulasi taktil dilakukan dengan cara posisi anak tidur tengkurap, posisi
terapis menghadap punggung anak. Stimulasi dimulai dari ujung kepala sampai ujung
kaki. Diberikan usapan dengan kedua tangan terapis bagian palmar dengan nyaman
55
dan kontak penuh, serta diberi penekanan di tiap sendi. Pelaksanaan stimulasi
dilakukan pada posisi tidur terlentang, tidur miring, dan tidur tengkurap. Setiap
5) Stimulasi angka 8
Dilakukan dengan cara posisi anak tidur tengkurap, posisi terapis menghadap
punggung anak. Arah stimulasi angka 8 sama dengan stimulasi bintang namun pada
ekstremitas, dilakukan bersamaan kanan dan kiri. Stimulasi dimulai dari badan lalu
ke ekstremitas bawah yaitu dimulai dari tungkai atas, tungkai bawah, dan sepanjang
6) Contrac stretch
Stimulasi Contrac stretch dilakukan dengan cara posisi anak tidur tengkurap,
posisi terapis menghadap punggung anak. Arah stimulasi contrac stretch sama
dengan stimulasi bintang. Teknik contrac stretch berupa stimulasi memendekkan dan
meregangkan otot kearah setiap titik secara pasif dan gentle. Pegangan terapis seperti
pada picking up di ujung segmen. Sebelum dilakukan contrac stretch, terlebih dahulu
7) Myofasial Release
ektremitas bawah. Gerakan dilakukan searah jarum jam dan sebanyak 3 kali
pengulangan.
8) Tendon guard
Stimulasi tendon guard dilakukan dengan cara posisi anak tidur tengkurap,
posisi terapis menghadap punggung anak. Arah stimulasi tendon guard sama dengan
stimulasi bintang. Teknik tendon guard berupa stimulasi penekanan pada tendon
supaya otot yang kaku menjadi lebih fleksibel dan ROM menjadi lebih besar.
Sebelum dilakukan stretching terlebih dahulu diberikan release pada otot hamstring
dan sekitarnya supaya otot rileks saat digerakkan . Stretching dilakukan dengan posisi
anak tidur terlentang dan duduk, terapis duduk menghadap anak. Lalu menjauhkan
b. Fasilitasi kneeling
anak untuk berdiri. kneeling dilakukan dengan cara posisi anak berdiri dengan
bertumpu pada lutut, terapis berada di samping anak dengan memfiksasi pinggul.
bawah dan mempersiapkan anak untuk berdiri. Dilakukan dengan cara posisi awal
anak jongkok, posisi terapis berada di belakang anak. Lalu terapis memberikan
sedikit dorongan di pantat anak dan tangan yang satunya memfiksasi lutut anak. Lalu
d. Fasilitasi berdiri
dilakukan dengan cara posisi anak dan terapis berhadapan, lalu anak diberdirikan
dengan posisi yang tepat, dengan punggung menempel pada dinding. Terapis
menahan lutut anak supaya tidak fleksi dan tetap berdiri, lalu tahan 10 menit.
Gambar Ilustrasi 3. 34
Gerakan fasilitasi berdiri (Dokumen Pribadi, 2019)
H. Evaluasi
terjadi kemunduran atau terjadi kemajuan setelah terapi. Evaluasi dilakukan setelah
61
4kali terapi dengan evaluasi reflek, evaluasi palpasi otot ekstremitas dan evaluasi
TABEL 3.7
EVALUASI REFLEK
Level Reflek T0 T4
Brainstem Asymmetric tonic neck reflek - -
Symmetric tonic neck reflek - -
Tonic labyrinthine reflek - -
Positive reaction support - -
Negative reaction support + +
Midbrain Neck righting + +
Optical righting + +
Neck righting body on body + +
Cortical Keseimbangan terlentang + +
Keseimbangan tengkurap + +
Keseimbangan bersimpu _ _
Keseimbangan merangkak _ _
(Data primer, 2019 )
Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa level maturitas reflek pada T0 sampai
TABEL 3.8
T0 T4
OTOT Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
hamstring + + + +
(Data primer, 2019 )
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa teraba ada penurunan pada
TABEL 3.9
EVALUASI PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG
AREA
ITEM T0 T4 KEERANGAN
PERKEMBANGAN
Personal sosial Menggunakan sendok/garpu √ √ Lulus
Membuka pakaian 0 0 Tidak lulus
Menyuapi boneka √ √ Lulus
Memakai baju 0 0 Tidak lulus
Gosok gigi dengan bantuan √ √ Lulus
Mencuci dan mengeringkan tangan √ √ Lulus
Motorik halus Menara 2 kubus √ √ Lulus
Menara 4 kubus √ √ lulus
Menara 6 kubus 0 0 Tidak lulus
Bahasa 3 kata √ √ Lulus
6 kata 0 0 Tidak lulus
Menunjuk 1 gambar √ √ Lulus
Kombinasi kata √ √ Lulus
Menyebut 1 gambar 0 0 Tidak lulus
Bagian badan 6 0 0 Tidak lulus
Menunjuk 4 gambar √ √ Lulus
Bicara sebagian dimengerti 0 0 Tidak lulus
Motorik kasar Berjalan naik tangga 0 0 Tidak lulus
Menendang bola kebawah 0 0 Tidak lulus
Melompat 0 0 Tidak lulus
Melempar bola tangan ke atas √ √ Lulus
(Data primer, 2019 )
64
I. Pembahasan
1. Pemeriksaan
pasien, dengan keluhan utama yaitu ibu anak mengeluhkan bahwa anaknya belum
mampu berdiri dan berjalan. Dalam melakukan anamnesis mengenai data anak ibu
screaning test.
pemeriksaan tekanan darah tidak dapat dilakukan karena ukuran manset yang tersedia
tidak sesuai dengan usia pasien, tetapi tidak mempengaruhi hasil karena masih
terdapat vital sign lainnya berupa pernapasan, denyut nadi dan suhu. Selain itu saat
dilakukan pemeriksaan refleks kadang terdapat kendala berupa anak rewel atau sering
65
menangis saat diperiksa sehingga terapis harus menunggu hingga anak tenang dan
harus lebih teliti dalam melihat respon anak setelah diberi stimulasi berupa respon
reflek murni atau karena pengaruh anak rewel, sehingga terapis tidak keliru dalam
2. Pelaksanaan terapi
Pelaksanaan terapi pada pasien An AYA usia 1 tahun 10 bulan 5 hari dengan
kendala, yaitu
a. Pemberian Neurosensomotor
proposal, namun karena dilihat dari impairment pasien terdapat adanya gangguan
sensoris berupa taktil yang kurang baik maka pelaksanaan fisioterapi ditambahkan
dengan neurosensomotor dan pelaksanaan terapi mengikuti aturan dari Klinik maka
dengan posisi terlentang, miring kanan miring kiri dan tengkurap. Dalam melakukan
menolak karna anak cepat bosan dengan mainan yang diberikan terapis, sehingga
66
terapis harus memberikan macam – macam mainan dan menunggu anak tenang
kembali sebelum melanjutkan terapi. Pada posisi miring anak sering memberontak
dan selalu ingin kembali ke posisi terlentang, sehingga diperlukan bantuan terapis
lain untuk memegang pasien, agar pasien dapat mempertahankan posisi miring.
perkembangan. Bertujuan untuk mengenal pola gerakan yang normal serta bagaimana
Pada saat dilakukan Stretching terdapat kendala berupa anak rewel bahkan
2) Fasilitasi Kneeling
anak untuk berdiri. Pada saat dilakukan kneeling anak sering merasa bosan dan tidak
fokus sehingga terapis perlu memberikan mainan atau sesuatu yang menarik bagi
Pada saat diberikan fasilitasi latihan jongkok berdiri, anak sering menangis
dan menolak sehingga dibutuhkan terapis lain untuk membantu terapis dalam
67
pelaksanaan terapi, juga diberikan mainan yang menarik agar anak dapat semangat
Pada fasilitasi berdiri anak rewel dan menolak karna anak tidak nyaman
dengan posisi meluruskan lutut, sehingga terapis harus sering melakukan istirahat
memberontak, menangis dan terkadang anak merasa bosan saat diberikan terapi. Dari