Anda di halaman 1dari 40

BAB III

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

A. Pengkajian Fisioterapi

Pemeriksaan ini dilakukan pada tanggal 6 November 2019 didapatkan hasil

sebagai berikut:

1. Identitas Pasien

Identitas pasien terdiri dari (1) nama: An. M, (2) tempat dan tanggal lahir:

Kupang, 5 November 2018, (3) nama ayah: Bp.N, (4) nama ibu: Ny.D, (5) alamat:

Semarang, (6) no hp: -, (7) diagnosis medis: Down Syndrome.

2. Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan umum berupa vital sign yang memberikan gambaran penting

tentang keadaan fisik pasien secara umum yang meliputi: (1) suhu tubuh, (2)

tekanan darah, (3) denyut nadi, (4) pernafasan, (5) status gizi, (6) lingkar kepala.

a. Suhu Tubuh

Pemeriksaan suhu tubuh digunakan untuk mengetahui keadaan suhu anak.

Sehingga dapat mengetahui anak dalam keadaan demam atau normal dan dapat

dilakukan dengan cara: (1) persiapan alat berupa thermometer digital, (2) posisi

anak berada di samping terapis, (3) tekan tombol on sebelum digunakan (4)

menempatkan thermometer di ketiak anak, lalu anak menjepitnya dengan lengan

20
21

(5) kemudian ditunggu hingga terdengar bunyi thermometer digital, kurang lebih

berlangsung selama 1 menit (6) lalu keluarkan thermometer dan kita dapat

mengetahui suhu tubuh anak yang tertera pada thermometer. Normalnya suhu tubuh

pada manusia yaitu 36°C-37°C (Hudaya. P, 2012). Didapatkan hasil 35,1 ̊C

sehingga An. M dikatagorikan memiliki suhu tubuh yang di bawah normal.

b. Tekanann Darah

Pemeriksaan tekanan darah dilakukan untuk mengetahui kondis umum anak

sebelum diterapi. Terdiri dari tekanan sistolik dan diastolik. Pada pemeriksaan ini

dapat dilakukan dengan cara: (1) anak tidur telentang dan bebaskan lengan anak

dari pakaian (2) pasang manset pada anak diatas fossa cubiti dengan batas bawah

setinggi 2 cm, (3) pasang stetoskop pada telinga terapis dan membrane stetoskop

pada area yang teraba arteri brachialis, (4) kencangkan dan pompa manset secara

cepat, (7) kendorkan manset secara perlahan dan rasakan denyut awal dan akhir

yang muncul. Untuk pengukuran tekanan darah pada anak-anak disarankan lebar

manset tensimeter adalah untuk anak dibawah satu tahun yaitu 2,5 cm, untuk anak

1 tahun yaitu 5-6 cm, dan untuk anak-anak dengan usia 4-8 tahun yaitu 8-9 cm

(Hudaya. P, 2012). Terapis tidak melakukan pemeriksaan tekanan darah pada An.

c. Denyut Nadi

Pengukuran denyut nadi dilakukan dengan cara: (1) posisikan anak tidur

terlentang, (2) meraba dengan tiga jari di arteri radialis pada sisi radial

pergelangan tangan bagian ventral, (3) menghitung jumlah denyut dalam satu

menit, (4) mencatat dan menyampaikan hasil pengukuran kepada keluarga pasien
22

lalu membandingkan dengan tabel denyut nadi yang normal. Denyut nadi pada

anak baru lahir berapa pada kisaran 120-160 kali permenit secara teratur. Tetapi

akan turun secara teratur sejalan dengfan pertumbuhan anak. Pada remaja, denyut

nadi berkisar antara 70-80 kali permenit (Schwart, 2004). Hasil denyut nadi per

menit pada An. M yaitu 64 x/menit (di bawah normal).

d. Pernafasan

Untuk mendapatkan pengukuran pernafasan paling akurat dapat dilakukan

saat tidur. Frekuensi pernafasan normal pada bayi baru lahir berada pada kisaran

30-50 kali/menit, mengalami penurunan pada saat anak mulai jalan menjadi 20-

40 kali/menit, 15-25 kali/menit pada saat anak mulai sekolah, dan menjadi 12

kali/menit pada saat anak mulai remaja. Didapatkan hasil 20 kali/menit, dengan

demikian pernapasan An. M dalam batas normal.

e. Status gizi

Pemeriksaan status gizi terdiri dari dua macam yaitu berat badan dan tinggi

badan pada anak. Status gizi berguna untuk mengetahui berat badan ideal sesuai

dengan indeks masa tubuh atau tingginya sesuai dengan tumbuh kembang

normalnya. Dalam hal ini dilakukan dengan mengukur berat badan dengan

menggunakan imbangan sedangkan tinggi badan dengan menggunakan midline.

Untuk menetukan berat badan normal yaitu dengan mengetahui nilai Indeks Massa

Tubuh (IMT) menggunakan rumus:

Berat (kg)
IMT =
Tinggi (m²)
23

Untuk kriteria indeks massa tubuh normal, sebagai berikut:

TABEL 3.1

INDEKS MASSA TUBUH


Kategori Nilai BMI
Sangat kurus <17,0
Kurus 17,0-18,5
Normal 18,5-25,5
Gemuk >25,0-27,0
Obesitas > 27,0
Sumber: Kepmenkes No. 1995, 2010

Pada pasian An. M dengan berat badan 8 kg dan tinggi 72 cm didapatkan

terhitungan indeks massa tubuh sebagai berikut:

Berat (kg)
IMT =
Tinggi (m²)

8 kg
IMT = = 15,43
0,72 m2

Hasil perhitungan indeks massa tubuh An. M memperoleh hasil 15,43.

Menurut data dari tabel di atas An. M masuk katagori sangat kurus.

f. Lingkar kepala

Pemeriksaan lingkar kepala dapat dilakukan menggunakan pita ukur

dimulai dari titik maksimum di bagian posterior pada protuberansia oksipitalis dan

di bagian anterior pada pertengahan dahi. Berikut merupakan gambar kategori

lingkar kepala anak laki laki berdasarkan usia:


24

Lingkar kepala anak


dalam ukuran cm

Usia anak dalam hitungan bulan

Gambar 3. 1
Lingkar kepala anak laki - laki (Schwart, 2004)

Hasil pengukuran yang diperoleh bahwa lingkar kepala An. M sebesar 43

cm. Berdasarkan kategori lingkar kepala anak laki laki berdasarkan usia An. M

masuk kategori di bawah standar.

3. Pemeriksaan Fisioterapi

a. Anamnesis

Menurut Herawati. I dan Wahyuni (2017), anamnesis merupakan

pemeriksaan dengan cara wawancara untuk mendapatkan informasi yang bertujuan

untuk menegakkan diagnosis. Anamnes terdiri dari 2 cara: (1) auto-anamnesis,

yaitu wawancara yang dilakukan secara langsung kepada pasien karena pasien

dianggap mampu menjawab pertanyaan dengan benar, (2) hetero anamnesis, yaitu

wawancara yang dilakukan tidak langsung dengan pasien melaikkan kepada

keluarga pasien ataupun orang yang mengetahui tentang pasien. Pada kasus down
25

syndrome dilakukan anamnesis menggunakan hetero anamnesis. Anamnesis

digunakan untuk menanyakan:

1) Keluhan Umum

Anak belum bisa berdiri tegap, namun sudah bisa merayap dan merangkak.

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Anak didiagnosa Down Syndrome oleh dokter setelah kelahiran. Pada usia

3 bulan anak melakukan pemeriksaan kromosom di Rs Siloam Kupang dan

mendapatkan hasil positif. Pada usia 4 bulan anak sudah dapat berguling, namun

badannya lemas. Usia 6 bulan anak pindah ke Semarang dan menjalani terapi di Rs

Karyadi. Atas saran dari dr. Agustin saat usia 7 bulan anak juga menjalani terapi di

Klinik Talitakum selama 1 minggu 2 kali.

3) Riwayat pre natal, natal, dan post natal

a) Riwayat Pre natal

Ibu hamil pada usia 38 tahun. Ibu merasakan gampang capek saat hamil.

b) Riwayat Natal

Anak lahir normal pada usia kandungan 9 bulan dengan berat badan 3200

gram.

c) Riwayat Post natal

Anak sudah dapat tengkurap pada usia 3 bulan dan mampu berguling pada

usia 4 bulan.

4) Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)

Anak tidak memiliki riwayat penyakit.


26

5) Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)

Anak ke 3 dari 3 bersaudara, semua saudaranya tumbuh normal dan tidak

mengalami gangguan.

6) Riwayat Imunisasi

Riwayat imunisasi lengkap.

7) Riwayat Psikososial

Anak tinggal bersama ibu dan kedua kakaknya, setiap hari diasuh ibunya.

Lingkungan rumah mendukung kesembuhan.

8) Riwayat Tumbuh Kembang

Tinggi anak 72 cm dan berat badan 8 kg. Riwayat perkembangan anak pada

usia 3 bulan anak dapat tengkurap, sedangkan pada usia 4 bulan sudah mampu

berguling, pada usia 11 bulan anak sudah mulai merangkap. Pada saat ini usia anak

12 bulan belum mampu berdiri tegap.

b. Kesan Awal Bertemu Pasien

Saat pertama kali bertemu dengan anak dan sebelum dilakukan terapi,

terapis harus mengetahui sifat dasar anak tersebut. Sehingga kita perlu melakukan

beberapa tes dan aspek yang perlu diamati, antara lain:

1) Atensi

Atensi baik, ketika dipanggil anak menoleh ke sumber suara.

2) Emosi

Emosi baik, saat diterapi anak selalu tenang tidak pernah nangis.
27

3) Motivasi

Motivasi kurang baik, karena anak terlihat kurang semangat saat latihan.

4) Problem Solving

Problem solving kurang baik, saat anak diberi intruksi untuk mengambil.

bola anak belum mampu melakukan.

5) Komunikasi

Kurang baik, karena anak belum mampu diajak berkomunikasi.

6) Pemeriksaan kognisi

Kognisi anak masih belum dapat ternilai.

c. Kemampuan Sensorik

1) Visual :Visual baik, anak tidak ada gangguan dalam

penglihatan.

2) Auditori :Auditori baik, anak tidak ada gangguan dalam

pendangaran.

3) Propioseptif :Propioseptif baik, anak dapat melakukan gerakan

motorik halus.

4) Vestibular :Vestibular kurang baik, anak sedikit ada gangguan

dalam keseimbangan

5) Gustatory :Gustatory baik, anak tidak ada gangguan dalam

membedakan rasa.
28

d. Kemampuan Keseimbangan

Keseimbangan merupakan kemampuan untuk mempertahankan

keseimbangan tubuh ketika ditempatkan diberbagai posisi, terdiri 2 macam yaitu

statis, merupakan keseimbangan pada saat pasien diam, dan dinamis pada saat

pasien berpindah tempat.

1) Statis

Saat duduk di matras anak mampu mempertahankan keseimbangan duduk.

2) Dinamis

Saat diberdirikan, anak belum mampu berdiri secara mandiri, masih

membutuhkan bantuan.

e. Kemampuan dan ketidak mampuan anak

Pemeriksaan kemampuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan anak

sehingga terapis dapat menentukan fase mana yang akan dibenahi setelah

mengetahui keterlambatannya.

1) Sesuai umur kronologis

Sesuai dengan umur kronologis, anak sudah mampu tidur terlentang,

tengkurap, berguling, duduk secara mandiri, merayap dan merangkak.

2) Keterlambatan tidak sesuai dengan usia perkembangan.

Anak belum mampu berdiri secara mandiri dan berjalan.

f. Tonus Postur

Tonus pada trunk, intervertebrae dan abdomen mengalami kelemahan

karena pada saat duduk cenderung membungkuk. Terdapat hipotonus mendekati


29

normal pada anggota gerak atas dan anggota gerak bawah maka pasien cenderung

malas untuk bergerak.

g. Pola Postur

Pada fase ini dilakukan untuk mengetahui bagian atau tahapan mana yang

mengalami masalah atau hambatan.

1) Telentang

Kepala anak tampak cenderung fleksi ke kiri, sendi bahu abduksi eksorotasi,

sendi siku semi fleksi, sendi tungkai abduksi eksorotasi, sendi lutut semi fleksi dan

sendi pergelangan kaki eversi.

2) Tengkurap

Anak sudah mampu tengkurap dengan fleksi sendi lutut.

3) Berguling

Anak sudah mampu berguling dengan bahu dan tungkai mengikuti saat

terjadi rotasi trunk dan anak dapat kembali ke posisi semula.

4) Ke duduk

Pada posisi terlentang ke duduk, anak mampu ke posisi duduk secara

mandiri.
30

5) Duduk

Pada posisi duduk, anak mampu duduk secara mandiri dan cenderung

kifosis.

6) Merangkak

Anak belum mampu merangkak secara mandiri dengan pola homologus.

7) Berdiri

Anak belum mampu berdiri secara mandiri.

8) Ke berdiri

Anak belum mampu berdiri secara mandiri.

9) Berjalan

Anak belum dapat berjalan secara mandiri.

h. Pemeriksaan Khusus

1) Pemeriksaan Refleks

Pemeriksaan refleks dilakukan sesuai dengan kemampuan fungsional anak

tersebut yang bertujuan untuk mengetahui level maturitas sesuai dengan usia anak.

Pada tumbuh kembang normal refleks bermula dari distal yaitu dari level spinal -

brainstem ke proksimal menuju mid-brain dan cortical. Pada kasus Down

Syndrome, refleks yang perulu di periksa meliputi: (1) level spinal, (2) level

brainstem, (3) level midbrain, (4) level cortical. Refleks tersebut antara lain:
31

a) Refleks Level Spinal

TABEL 3.2
HASIL PEMERIKSAAN REFLEKS LEVEL SPINAL
Reflex Cara Melakukan Usia Hasil Interpretasi
Moro Pasien tidur terlentang , Natal – 6 - Normal
terapis memberikan bulan
tekanan mendadak di
kepalanya . refleks posistif
bila anak tersebut terkejut
dan mengangkat kedua
lengannya.
Crossed Pasien tidur terlentang Natal – 1/2 - Normal
Estensor dengan satu tungkai fleksi. bulan
Terapis memberikan
stimulasi dengan cara
memfleksikan tungkai
yang lurus. Reaksi yang
terjadi adalah ekstensi
tungkai yang lain.
Flexion Pasien tidur terlentang di Natal – 1/2 - Normal
Withdrawal atas matras dengan kepala bulan
mid posisi dan tungkai
ekstensi. Posisi terapis
duduk di atas matras dan
terapis memberikan
stimulasi pada telapak kaki
anak dengan menggelitik
atau dengan yang lain.
Respon positif bila tungkai
yang diberikan stimulasi
fleksi
Exstensor Pasien tidur terlentang Natal –6 + Abnormal
Thrust diatas matars dengan bulan
kepala mid posisi, satu
tungkai fleksi dan satu
tungkai ekstensi. Terapis
memberikan trimulasi
dengan cara menggelitik
pada telapak kaki yang
fleksi. Respon positif jika
tungkai yang diberikan
stimulasi menjadi ekstensi
Sumber: Data primer, 2019
32

b) Refleks Level Brainstem

TABEL 3.3
HASIL PEMERIKSAAN REFLEKS LEVEL BRAINSTEM
Reflex Cara Melakukan Usia Hasil Interpretasi
Asymmetrical Pasien diposisikan 2-6 bulan - Normal
Tonic Neck terlentang dengan posisi
Reflex (ATNR) kepala midline , terapis
merotasikan kepala anak
ke kanan atau ke kiri.
Respon positif jika
lengan homolateral
dengan arah rotasi
ekstensi dan lengan
heterolateral fleksi.
Symmetrical Anak diposisikan 4/6 – 10 - Normal
Tonic Neck terlentang dengan
Bulan kepala
Reflex (STNR) posisi midline , terapis
memfleksikan kepala
anak ke depan dan
mengekstensikan kepala
anak ke belakang. Respon
positif bila kedua lengan
anak fleksi dan tungkai
ekstensi ketika kepala di
fleksikan.
Supporting Anak diangkat dalam Natal- 2 - Normal
Reaction posisi berdiriBulandiberikan
tekanan kearah lantai .
respon positif bila anak
makin menekan sesaat dan
respon negatif anak akan
melemah.
Tonic Posisiskan anak terlentang Natal- 6 - Normal
Labyrinthine dan tengkurap, bulan
Reflex (TLR) observasikan tonus otot
pada kedua posisi tersebut.
Respon positif jika pada
posisi terlentang terdapat
tonus otot ekstensor yang
maksimal sedangkan pada
posisi tengkurap terdapat
tonus otot fleksor yang
maksimal.
Sumber: Data primer, 2019
33

c) Refleks Level Midbrain

TABEL 3.4
HASIL PEMERIKSAAN REFLEKS LEVEL MIDBRAIN
Reflex Cara Melakukan Usia Hasil Interpretasi
Neck Posisi anak tidur telentang Natal – 6 - Normal
righting lengan dan tungkai posisi bulan
lurus, Lalu terapis
merotasikan kepala anak.
Respon positif jika badan ikut
berputar kearah rotasi kepala
yang diputar.
Optical Posisi anak duduk dengan 7/12 + Abnormal
righting mata terbuka lalu terapis bulan –
memberikan stimulasi dengan akhir
menggoyangkan tubuh ke hayat
segala arah. Respon positif
jika didapatkan anak condong
ke posisi berlawanan kepala
tegak wajah vertical, mata
tetap tegak dan mulut
horizontal.
Neck Posisi anak diposisikan tidur 7/12 + Abnormal
righting terlentang diatas matras, bulan –
body on kemudian terapis memegang akhir
body salah satu tungkai anak, hayat
difleksikan dan diarahkan ke
salah satu sisi kanan atau kiri.
Respon positif jika seluruh
tubuh berputar mengikuti
kepala secara segmental satu
per satu dimulai dari kepala,
badan, kemudian alat gerak
bawah.
Sumber: Data primer, 2019
34

d) Refleks Level Cortical

Pada refleks level cortical reaksi refleks yang dijumpai adalah reaksi dalam

memepertahankan keseimbangan. Tata cara pemeriksaan refleks pada level cortical

ini dilakukan dengan cara posisi telentang, tengkurap, merangkak, dan duduk

bersimpu.

TABEL 3.5
HASIL PEMERIKSAAN REFLEKS LEVEL CORTICAL
Reflex Cara Melakukan Usia Hasil Interpretasi
Reaksi Posisi cara anak tidur 6 Bulan – - Abnormal
keseimbangan terlentang di papan goyang Akhir hayat
terlentang terapi mengayunkan papan
ke kiri maka responya jika
papan di goyangkan ke kiri
maka lengan dan tungkai
kanan akan ekstensi, dan
sebaliknya.
Reaksi Posisi anak tidur tengkurap 6 Bulan – - Abnormal
keseimbangan di papan goyang terapis Akhir hayat
tengkurap menggoyangkan papan ke
kiiri maka responnya jika di
goyangkan ke kiri maka
lengan dan tungkai kanan
akan ekstensi dan
sebaliknya.
Reaksi Posisi anak duduk bersimpu 21 Tahun – - Abnormal
keseimbangan di papan goyang, lalu terapis Akhir hayat
bersimpu menggoyangkan papan maka
responya jika papan di
goyangkan maka lengan
akan lurus ke samping.
Reaksi Posisi anak merangkak diatas 6 Bulan – - Abnormal
keseimbangan papan goyang lalu terapis Akhir hayat
merangkak menggoyangka papan maka
responnya jika papan
digoyangkan maka tangan
akan lurus ke samping.
Sumber : Data primer, 2019

Interpretasi hasil pemeriksaan refleks An. M berada pada level midbrain


35

2) Pemeriksaan kekuatan otot

Penilaian menggunakan skala XOTR dengan kriteria penilaiannya sebagai

berikut:

X = kekuatan otot normal

O = tidak ada kontraksi otot

T = terdapat kontraksi otot dan sedikit gerakan

R = terdapat refleks

Pengukuran dengan memberikan stimulus agar anak bergerak sesuai tahap

perkembangan nya dan terapis mengamati responnya. Dengan cara memberi

mainan yang diletakkan jauh dari jangkauaannya sehingga menstimulus anak untuk

mengambil mainana tersebut. Pemeriksaan ini dilakukan pada grup otot fleksor

shoulde, abductor shoulder, fleksor elbow, ekstensor wrist, fleksor hip, abduktor

hip, adduktor hip, fleksor knee, fleksor ankle, ekstensor ankle, rotasi trunk

(Wahyono, 2016).
36

TABEL 3.6

HASIL PEMERIKSAAN KEKUATAN OTOT DENGAN XOTR


PEMERIKSAAN D S
Fleksi sendi bahu X X
X X
Ekstensi sendi bahu
X X
Fleksi sendi siku
X X
Ekstensi sendi siku
X X
Fleksi sendi pergelangan tangan
X X
Ekstensi sendi pergelangan tangan
X X
Fleksi sendi tungkai
X X
Ekstensi sendi tungkai
X X
Abduksi sendi tungkai
X X
Fleksi sendi lutut
X X
Ekstensi sendi lutut
X X
Fleksi sendi pergelangan kaki
Ekstensi sendi pergelangan kaki X X
Sumber: Data primer, 2019
Interpretasi hasil pemeriksaan kekuatan otot pada An. M dapat disimpulkan

bahwa gerakan yang terjadi pada anak dapat dilakukan disebabkan adanya

kekuatan otot.
37

3) Pemeriksaan tumbuh kembang dengan denver development screaning

test

Denver development screaning test (DDST) adalah salah satu metode

screening terhadap parameter perkembangan anak berdasarkan usia anak

(Soetjiningsih, 2012). Tujuannya adalah untuk mengetahui atau mendeteksi dini

ada tidaknya keterlambatan.

a) Persiapan alat

Alat yang digunakan dalam pemeriksaan tumbuh kembang menurut denver

adalah instrumen DDST, kubus, bola kecil, dan cangkir.

b) Prosedur pemeriksaan tumbuh kembang dengan DDST

Prosedur pemeriksaan tumbuh kembang dengan DDST, sebagai berikut:

(1) Menghitung usia rill

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 6 November 2019, pasien lahir pada

tanggal 5 November 2018 dan hari perkiraan lahir 5 November 2018. Sehingga

hasil perhitungan usia rill sebagai berikut:

Hpx = 2019 – 11 – 6

HLx = 2018 – 11 – 5
Usia rill = 1 – 1 – 1

Sehingga usia rill nya 1 tahun 1 hari, berarti umurnya 12 bulan 1 hari,

dibulatkan menjadi 12 bulan, jadi usia rill nya 12 bulan.

(2) Membuat garis usia

Tarik garis usia pada usia 12 bulan.


38

c) Pemeriksaan tumbuh kembang dengan DDST

Pengisian tabel menggunakan pedoman sebagai berikut:

V = Item lulus

O = Item tidak lulus

M = Anak menolak

TABEL 3.7
HASIL PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG DENGAN DDST
Sektor Kemampuan Keterangan Interpretasi
Personal Tepuk tangan V Sektor personal
sosial Menyatakan keinginan tanpa O social semua
menangis item penilaian
Daag daag tangan O normal tanpa ada
Main bola dengan pemeriksa V keterlambatan
Menirukan kegiatan V
Minum dari cangkir O
Motorik Membenturkan 2 kubus V` Sektor motorik
halus Menaruh kubus di cangkir O halus semua item
penilaian normal
tanpa ada
keterlambatan

Bahasa Mengucapkan 3 silabel yang sama O Sektor bahasa


Mengoceh V tidak lulus
Papa / mama spesifik O dengan satu
1 kata O delay
2 kata O
3 kata O
Papa mama tidak spesifik V

Motorik Bangkit terus duduk O Sektor motorik


kasar Berdiri 2 detik O kasar tidak lulus
Berdiri sendiri O dengan dua
Membungkuk lalu berdiri O delay
Berjalan dengan baik O
Sumber : Data primer, 2019
39

Intepretasi hasil pemeriksaan tumbuh kembang dengan DDST pada An. M

adalah abnormal karena terdapat 1 sektor dengan 2 delay dan 1 sektor dengan 1

delay. Kesimpulan pemeriksaan tumbuh kembang dengan DDST pada An. M

terjadi abnormalitas pada sektor bahasa yaitu mengucapkan 3 silabel yang sama

serta sektor motorik kasar bangkit terus duduk dan berdiri 2 detik.

i. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan seperti computerized tomography

scan, rontgen, pemeriksaan laboratorium dan magnetic resonance imaging.

j. Deformitas/kecacatan

Pada An. M tidak terdapat deformitas/ kecacatan pada leher, kepala,

punggung, ekstremitas atas maupun bawah.

B. Problematika Fisioterapi

Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas maka problematika fisioterapi yang

muncul berupa: (1) impairment yaitu body sructure: hipotonus general, head

control kurang stabil, adanya hipermobilisasi pada ekstremitas, gangguan

keseimbangan dan sensoris, kelemahan pada paravertebrae dan abdomen. Body

fanction: gangguan keseimbangan, keterlambatan perkembangan dan gangguan

perkembangan kognitif dan motoris, (2) functional limitation yaitu anak belum

mampu berdiri dan berjalan secara mandiri, (3) participation restriction yaitu

menurunnya partisipasi anak dalam bermain dengan teman-teman sebayanya.


40

C. Tujuan Fisioterapi

Berdasarkan problematika fisioterapi yang ada, disusunlah tujuan fisioterapi

untuk jangka pendek dan panjang. Tujuan jangka pendek yang ingin dicapai oleh

terapis adalah (1) meningkatkan kontrol kepala, (2) meningkatkan tonus otot, (3)

meningkatkan keseimbangan, (4) meningkatkan stabilitas sendi anggota gerak

bawah dan anggota gerak atas. Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai oleh

terapis adalah (1) melanjutkan program jangka pendek yang belum tercapai, (2)

mengoptimalkan dan meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional sesuai dengan

usia anak.

D. Teknologi Intervensi Alternatif

Teknologi intervensi alternatif pada kasus down syndrome adalah terapi

latihan, play therapy, neuro development delay, dan neuro senso motor reflex

integration.

E. Penatalaksanaan Tindakan Fisioterapi

Terapi dilakukan selama 2 kali dalam seminggu dengan durasi 60 menit

setiap kali pertemuan.


41

1. Neuro Senso Motor Reflex Integration

Neuro senso motor reflex integration merupakan stimulasi reflek sensorik

berupa sentuhan, yang akan mempengaruhi propioseptif, visual atau auditori untuk

mengembangkan gerakan dan pola gerak utama. Neuro senso motor reflex

Integration dilakukan pada posisi tidur terlentang, tidur miring, dan posisi anak

tidur tengkurap.

a. Posisi tidur terlentang, terdiri dari:

1) Stimulasi Taktil

Tujuan diberikannya stimulasi taktil adalah untuk rileksasi secara

menyeluruh menggunakan usapan. Stimulasi menggunakan usapan penuh dari

terapis dimulai dari ujung kepala kemudian turun ke wajah, bahu kemudian diberi

penekanan, dilanjutkan ke tangan beri penekanan pada siku dan pergelangan tangan

lalu kembali kebahu, selanjutnya beri usapan pada dada, perut , panggul diberi

penekanan, dilanjutkan lagi pada kaki beri penekanan pada bagian lutut dan

pergelangan kaki. Ulangi sebanyak 3 kali.

2) Stimulasi bintang

Tujuan diberikan stimulasi bintang adalah untuk menunjukan titik sentral

tubuh pada anak. Stimulasi bintang terdiri dari:

a) Stimulasi angka 1

Stimulasi angka 1 dilakukan dengan usapan menggunakan ujung jari.

Stimulasi angka 1 dilakukan dengan satu tangan terapis pada sacrum 2 kemudian

tangan lainnya digunakan untuk melakukan usapan. Usapan dimulai dari sacrum 2
42

menuju ke 6 titik yaitu: (1) incisura jugularis, (2) sendi bahu kanan, (3) sendi bahu

kiri, (4) sendi tungkai kiri, (5) sendi tungkai kanan, dan (6) melingkar tubuh.

Stimulasi angka 1 dilakukan sebanyak 5 kali

b) Stimulasi gelombang

Stimulasi gelombang dilakukan dengan cara gerakan bergelombang pada

ujung jari jari tangan dan ossa carpalia membentuk gerakan seperti ulat berjalan.

Stimulasi gelombang dilakukan dengan satu tangan terapis pada sacrum 2

kemudian tangan lainnya digunakan untuk melakukan stimulasi gelombang.

Stimulasi gelombang dimulai dari sacrum 2 menuju ke 6 titik yaitu: (1) incisura

jugularis, (2) sendi bahu kanan, (3) sendi bahu kiri, (4) sendi tungkai kiri, (5) sendi

tungkai kanan, dan (6) melingkar tubuh. Stimulasi gelombang dilakukan sebanyak

5 kali.

c) Stimulasi angka 8

Stimulasi angka 8 dilakukan dengan cara gerakan membentuk angka 8

menggunakan ujung jari. Stimulasi angka 8 dilakukan dengan satu tangan terapis

pada sacrum 2 kemudian tangan lainnya digunakan untuk melakukan stimulasi

angka 8. Stimulasi angka 8 dimulai dari sacrum 2 menuju ke 6 titik yaitu: (1)

incisura jugularis, (2) sendi bahu kanan, (3) sendi bahu kiri, (4) sendi tungkai kiri,

(5) sendi tungkai kanan, dan (6) melingkar tubuh. Stimulasi angka 8 dilakukan

sebanyak 5 kali.

d) Pemberian Strech Dan Contrac Stretch

Pemberian strech dan contrac stretch dengan memberikan tarikan ke dalam

dan keluar tubuh. Pemberian strech dilakukan dengan satu tangan terapis pada
43

sacrum 2 kemudian tangan lainnya digunakan untuk melakukan pemberian strech.

Pemberian strech dimulai dari S2 menuju ke 6 titik yaitu: (1) incisura jugularis, (2)

sendi bahu kanan, (3) sendi bahu kiri, (4) sendi tungkai kiri, (5) sendi tungkai kanan,

dan (6) melingkar tubuh. Pemberian strech diikuti dengan contrac stretch dilakukan

sebanyak 5 kali.

e) Stimulasi ekstremitas angka 1

Stimulasi angka 1 dilakukan dengan usapan menggunakan ujung jari.

Stimulasi angka 1 dilakukan dengan mengusap anggota gerak atas sebanyak 5 kali

dan di lanjutkan dengan anggota gerak bawah sebanyak 5 kali. Usapan dimulai dari

proksimal menuju distal.

f) Stimulasi ekstremitas gelombang

Stimulasi gelombang dilakukan dengan cara gerakan bergelombang pada

ujung jari jari tangan dan ossa carpalia membentuk gerakan seperti ulat berjalan.

Stimulasi gelombang dilakukan pada anggota gerak atas sebanyak 5 kali dan

dilanjutkan pada anggota gerak bawah sebanyak 5 kali. Stimulasi gelombang

dimulai dari distal menuju proksimal.

g) Stimulasi ekstremitas angka 8

Stimulasi angka 8 dilakukan dengan cara gerakan membentuk angka 8

menggunakan ujung jari. Stimulasi angka 8 dilakukan pada anggota gerak atas

sebanyak 5 kali dan dilanjutkan pada anggota gerak bawah sebanyak 5 kali.

Stimulasi angka 8 dimulai dari distal menuju proksimal.


44

h) Pemberian strech dan contrac stretch pada ekstremitas

Pemberian strech dan contrac stretch dengan memberikan tarikan ke dalam

dan keluar tubuh. Pemberian strech dilakukan dengan satu tangan terapis berada di

proksimal lengan dan satunya berada di distal lengan. Beri strech yang dilanjutkan

dengan contrac stretch sebanyak 5 kali.

i) Mobilisasi bahu

Tujuan dilakukan mobilisasi bahu adalah utuk mempersiapkan anak dalam

merayap dan menumpu. Mobilisai bahu dilakukan dengan satu tangan berada di

pangkal lengan anak kemudian gerakkan baru kearah depan 5 kali kemudian kearah

belakang 5 kali.

j) Pelvic Tilting

Tujuan dikakukann pelvic tilting untuk mengaktifkan pelvic dengan cara

menggerak gerakan pelvic upward dan downward. Pelvic tilting dilakukan pada

posisi anak tidur terlentang dengan fleksi knee 450 kemudian terapis memegang

crista iliaca anak. Gerakkan pelvic upward dan downward dilakukan 5 kali

kesetiap arah.

b. Posisi tidur miring, terdiri dari:

1) Stimulasi angka 1

Stimulasi angka 1 dilakukan dengan usapan menggunakan ujung jari.

Stimulasi angka 1 dilakukan dengan satu tangan terapis memegangi tangan anak

sedangkan tangan satunya memberikan usapan dari pangkal lengan sampai pinggul

anak sebanyak 5 kali kemudian lakukan disisi tubuh satunya.


45

2) Stimulasi gelombang

Stimulasi gelombang dilakukan dengan cara gerakan bergelombang pada

ujung jari jari tangan dan ossa carpalia membentuk gerakan seperti ulat berjalan.

Stimulasi gelombang dilakukan dengan satu tangan terapis memegangi tangan anak

sedangkan tangan satunya memberikan stimulasi gelombang dari pinggul menuju

ke pangkal lengan anak sebanyak 5 kali kemudian lakukan disisi tubuh satunya.

3) Stimulasi angka 8

Stimulasi angka 8 dilakukan dengan cara gerakan membentuk angka 8

menggunakan ujung jari. Stimulasi angka 8 dilakukan dengan satu tangan terapis

memegangi tangan anak sedangkan tangan satunya memberikan stimulasi angka 8

dari pinggul menuju ke pangkal lengan anak sebanyak 5 kali kemudian lakukan

disisi tubuh satunya.

4) Pemberian Strech Dan Contrac Stretch

Pemberian strech dan contrac stretch dengan memberikan tarikan ke dalam

dan keluar tubuh. Pemberian strech dilakukan dengan satu tangan terapis berada di

pangkal lengan tangan satunya berada di pinggul anak. Beri strech yang dilanjutkan

dengan contrac stretch sebanyak 5 kali kemudian lakukan disisi tubuh satunya.

c. Posisi tidur tengkurap, terdiri dari:

1) Stimulasi Taktil

Tujuan diberikannya stimulasi taktil adalah untuk rileksasi secara

menyeluruh menggunakan usapan. Stimulasi menggunakan usapan penuh dari

terapis dimulai dari ujung kepala kemudian turunke bahu, diberi penekanan di bahu,

lanjutkan ke tangan beri penekanan pada siku dan pergelangan tangan lalu kembali
46

kebahu, selanjutnya beri usapan pada punggung, panggul diberi penekanan,

dilanjutkan lagi pada kaki beri penekanan pada bagian lutut dan pergelangan kaki.

Ulangi sebanyak 3 kali.

2) Stimulasi bintang

Tujuan diberikan stimulasi bintang adalah untuk menunjukan titik sentral

tubuh pada anak.

a) Stimulasi angka 1

Stimulasi angka 1 dilakukan dengan usapan menggunakan ujung jari.

Stimulasi angka 1 dilakukan dengan satu tangan terapis pada sacrum 2 kemudian

tangan lainnya digunakan untuk melakukan usapan. Usapan dimulai dari sacrum 2

menuju ke 6 titik yaitu: (1) cervical, (2) sendi bahu kanan, (3) sendi bahu kiri, (4)

sendi tungkai kiri, (5) sendi tungkai kanan, dan (6) melingkar tubuh. Stimulasi

angka 1 dilakukan sebanyak 5 kali.

b) Stimulasi gelombang

Stimulasi gelombang dilakukan dengan cara gerakan bergelombang pada

ujung jari jari tangan dan ossa carpalia membentuk gerakan seperti ulat berjalan.

Stimulasi gelombang dilakukan dengan satu tangan terapis pada sacrum 2

kemudian tangan lainnya digunakan untuk melakukan stimulasi gelombang.

Stimulasi gelombang dimulai dari sacrum 2 menuju ke 6 titik yaitu: (1) cervical,

(2) sendi bahu kanan, (3) sendi bahu kiri, (4) sendi tungkai kiri, (5) sendi tungkai

kanan, dan (6) melingkar tubuh. Stimulasi gelombang dilakukan sebanyak 5 kali.
47

c) Stimulasi angka 8

Stimulasi angka 8 dilakukan dengan cara gerakan membentuk angka 8

menggunakan ujung jari. Stimulasi angka 8 dilakukan dengan satu tangan terapis

pada sacrum 2 kemudian tangan lainnya digunakan untuk melakukan stimulasi

angka 8. Stimulasi angka 8 dimulai dari sacrum 2 menuju ke 6 titik yaitu: (1)

cervical, (2) sendi bahu kanan, (3) sendi bahu kiri, (4) sendi tungkai kiri, (5) sendi

tungkai kanan, dan (6) melingkar tubuh. Stimulasi angka 8 dilakukan sebanyak 5

kali.

d) Pemberian Strech Dan Contrac Stretch

Pemberian strech dan contrac stretch dengan memberikan tarikan ke dalam

dan keluar tubuh. Pemberian strech dilakukan dengan satu tangan terapis pada

sacrum 2 kemudian tangan lainnya digunakan untuk melakukan pemberian strech.

Pemberian strech dimulai dari sacrum 2 menuju ke 6 titik yaitu: (1) cervical, (2)

sendi bahu kanan, (3) sendi bahu kiri, (4) sendi tungkai kiri, (5) sendi tungkai kanan,

dan (6) melingkar tubuh. Pemberian strech diikuti dengan contrac stretch

dilakukan sebanyak 5 kali.

e) Stimulasi ekstremitas angka 1

Stimulasi angka 1 dilakukan dengan usapan menggunakan ujung jari.

Stimulasi angka 1 dilakukan dengan mengusap anggota gerak atas sebanyak 5 kali

dan di lanjutkan dengan anggota gerak bawah sebanyak 5 kali. Usapan dimulai dari

proksimal menuju distal.


48

f) Stimulasi ekstremitas gelombang

Stimulasi gelombang dilakukan dengan cara gerakan bergelombang pada

ujung jari jari tangan dan ossa carpalia membentuk gerakan seperti ulat berjalan.

Stimulasi gelombang dilakukan pada anggota gerak atas sebanyak 5 kali dan

dilanjutkan pada anggota gerak bawah sebanyak 5 kali. Stimulasi gelombang

dimulai dari distal menuju proksimal.

g) Stimulasi ekstremitas angka 8

Stimulasi angka 8 dilakukan dengan cara gerakan membentuk angka 8

menggunakan ujung jari. Stimulasi angka 8 dilakukan pada anggota gerak atas

sebanyak 5 kali dan dilanjutkan pada anggota gerak bawah sebanyak 5 kali.

Stimulasi angka 8 dimulai dari distal menuju proksimal.

h) Pemberian strech dan contrac stretch pada ekstremitas

Pemberian strech dan contrac stretch dengan memberikan tarikan ke dalam

dan keluar tubuh. Pemberian strech dilakukan dengan satu tangan terapis berada di

proksimal tungkai dan satunya berada di distal tungkai. Beri strech yang dilanjutkan

dengan contrac stretch sebanyak 5 kali kemudian lakukan disisi tubuh satunya.

d. Posisi duduk, terdiri dari:

1) Mobilisasi Trunk

Tujuan mobilisasi trunk sebagai postural control serta menyiapkan anak

untuk merayap. Dalam posisi duduk terapis dapat menggerakkan badan anak ke

posisi fleksi dan side fleksi trunk. Mobilisasi trunk dilakukan sebanyak 5 kali dalam

setiap gerakannya.
49

2. Neuro Development Treatment

Neuro development treatment merupakan metode untuk memfasilitasi

gerakan untuk memastikan koreksi input dari sentuhan, vestibular, dan reseptor

somatosensoris dalam tubuh yang berfungsi untuk memperbaiki defisit neuro motor

yang mendasar, postur dan gangguan gerak. NDT bertujuan untuk mengidentifikasi

pada area area spesifik otot anti gravitasi yang mengalami penurunan tonus,

meningkatkan kemampuan input propioseptif dan memfasilitasi spesific motor

activit (sari dkk, 2016). Teknik yang digunakan dalam neuro development

treatment meliputi:

a. Aproxsimasi lengan

Aproximasi bertujuan untuk meningkatkan tonus otot. Aproximasi lengan

dilakukan pada posisi anak tidur terlentang, dengan satu tangan terapis berada di

bahu anak dengan tangan satunya pada pangkal lengan anak. Gerakan dilakukan

dengan dorong lengan untuk saling mendekatkan sendi, gerakkan secara perlahan.

Aproximasi lengan dilakukan sebanyak 5 kali. Selanjutnya dilakukan aproximasi

pada bagian siku dengan satu tangan terapis berada pada bagian bawah lengan atas

dan tangan satunya berada pada bagian atas lengan bawah. Aproximasi pada bagian

siku dilakukan dengan dorong lengan untuk saling mendekatkan sendi, gerakkan

secara perlahan. Aproximasi pada bagian siku dilakukan sebanyak 5 kali.

b. Aproxsimasi tungkai

Aproximasi bertujuan untuk meningkatkan tonus otot. Aproximasi tungkai

dilakukan pada posisi anak tidur terlentang, dengan satu tangan terapis berada di
50

pinggul anak dengan tangan satunya pada pangkal tungkai anak. Gerakan dilakukan

dengan dorong lengan untuk saling mendekatkan sendi, gerakkan secara perlahan.

Aproximasi tungkai dilakukan sebanyak 5 kali. Selanjutnya dilakukan aproximasi

pada bagian lutut dengan satu tangan terapis berada pada bagian bawah tungkai atas

dan tangan satunya berada pada bagian atas tungkai bawah. Aproximasi pada bagian

lutut dilakukan dengan dorong lengan untuk saling mendekatkan sendi, gerakkan

secara perlahan. Aproximasi pada bagian lutut dilakukan sebanyak 5 kali.

c. Stimulasi anggota gerak atas

Stimulasi anggota gerak bertujuan untuk meningkatkan tonus otot anggota

gerak atas. Stimulasi anggota gerak atas dilakukan pada posisi anak tidur terlentang,

terapis memegang pada satu tangan anak kemudian gerakan fleksi ekstensi sendi

bahu serta gerakan fleksi ekstensi siku. Stimulasi anggota gerak atas dilakukan

sebanyak 5 kali pada setiap gerakannya.

d. Stimulasi anggota gerak bawah

Stimulasi anggota gerak bertujuan untuk meningkatkan tonus otot pada

anggota gerak bawah. Stimulasi anggota gerak bawah dilakukan pada posisi anak

tidur terlentang, terapis memegang pada satu tungkai anak kemudian gerakan fleksi

ekstensi sendi tungkai diikuti dengan fleksi sendi lutut dan dorsal pergelangan kaki

kemudian kembali ke posisi ekstensi sendi tungkai, ekstensi sendi lutut, plantar

sendi pergelangan kaki. Stimulasi anggota gerak bawah dilakukan sebanyak 5 kali.

e. Aproksimasi bahu

Aproksimasi bahu bertujuan untuk meningkatkan tonus otot trunk supaya

badan tetap tegak. Posisi anak duduk di depan terapis, kemudian lakukan
51

aproksimasi dengan cara kedua tangan terapis di bahu anak, berikan aproksimasi

pada bahu anak untuk stimulasi tegak. Aproksimasi bahu dilakukan sebanyak 5 kali.

f. Pelvic Tilting

Tujuan dikakukann pelvic tilting untuk mengaktifkan pelvic dengan cara

menggerak gerakan pelvic upward dan downward. Pelvic tilting dilakukan pada

posisi anak tidur terlentang dengan fleksi knee 450 kemudian terapis memegang

crista iliaca anak. Gerakkan pelvic upward dan downward dilakukan 5 kali kesetiap

arah.

g. Latihan duduk berdiri

Latihan duduk berdiri ditujukan untuk melatih keseimbangan dan

menstabilkan base of support. Latihan duduk berdiri diawali dengan anak duduk di

guling kecil dan terapis berada di belakang anak. Fiksasi kaki anak yang di

sejajarkan dengan lebar bahu anak. Beri aba-aba untuk anak berdiri, kemudian beri

aba-aba untuk duduk kembali. Latihan duduk berdiri dilakukan 10 kali.

h. Latihan Kneeling

Latihan kneeling bertujuan untuk melatih keseimbangan anak dan

memperbaiki postur. Latihan kneeling diawali dengan anak duduk timpuh (kedua

tungkai dibebani tubuh), dengan pegangan terapis pada axilla anak. Kemudian

terapis memberi aba-aba kepada anak untuk mengangkat badannya ke atas dan

menumpu badannya dengan lutut diikuti perpindahan pegangan terapis di pelvic.

Lalu dilanjutkan dengan menapakkan salah satu kaki yang diikuti kaki satunya,

kemudian berdiri. Latihan kneeling dilakukan 10 kali.


52

i. Latihan berjalan

Latihan berjalan dengan pegangan pada tembok yang didampingi terapis.

Ketika anak berjalan terapis memperhatikan Key Point of Cntrol (KPC) pasien yaitu

pada pelvic. Latihan berjalan dilakukan 1 kali mengitari ruangan.

F. Home Program

Fisioterapis memberitahukan kepada orangtua dan pengasuh anak agar

selalu menaruh mainan di atas meja kecil saat bermain sehingga anak tidak

membungkuk posisinya. Mengulang latihan seperti jongkok berdiri, melatih

berdiri, dan jalan merayap di tembok setiap pagi dan sore hari.

G. Rencana Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan pada kondisi down syndrome terdiri dari evaluasi

sesaat yang dilakukan setelah tindakan fisioterapi dan evaluasi berkala yang

dilakukan setiap 3 kali pertemuan.

1. Evaluasi Sesaat

Evaluasi sesaat setelah terapi belum ditemukan adanya peningkatan

kemampuan pada anak.

2. Evaluasi berkala

Evaluasi berkala setelah 3 kali terapi terdiri dari T0 hingga T3 sehingga

terapis dapat mengetahui progress dari terapi yang diberikan dari terapi satu ke

terapi dua dan seterusnya. Pada rencana evaluasi mingguan/ bulanan terdiri dari :
53

1) Evaluasi refleks

TABEL 3.8
HASIL EVALUASI PEMERIKSAAN REFLEKS
Level Refleks Hasil Interpretasi
Spinal Flexor withdrawl - Normal
Extensor thurst + Abnormal
Crossed extensor - Normal
Moro - Normal
Brainstem ATNR - Normal
STNR - Normal
Supporting Reaction - Normal
TLR - Normal
Midbrain Neck righting - Normal
Optical righting + Abnormal
Neck righting body on body + Abnormal
Kortikal Keseimbangan terlentang - Abnormal
Keseimbangan tengkurap - Abnormal
Keseimbangan bersimpu - Abnormal
Keseimbangan merangkak - Abnormal

Sumber : Data primer, 2019


Interpretasi hasil evaluasi refleks pada An. M dari T0 hingga T3 tetap ada

pada level Midbrain.


54

2) Evaluasi kekuatan otot

TABEL 3.9
HASIL EVALUASI PEMERIKSAAN KEKUATAN OTOT
DENGAN XOTR
T0 T3
06-11-2019
11-11-2019
PEMERIKSAAN
D S D S

Fleksi sendi bahu X X X X

Ekstensi sendi bahu X X X X

Fleksi sendi siku X X X X

Ekstensi sendi siku X X X X

Fleksi sendi pergelangan tangan X X X X

Ekstensi sendi pergelangan tangan X X X X

Fleksi sendi tungkai X X X X

Ekstensi sendi tungkai X X X X

Abduksi sendi tungkai X X X X

Fleksi sendi lutut X X X X

Ekstensi sendi lutut X X X X

Fleksi sendi pergelangan kaki X X X X

Ekstensi sendi pergelangan kaki X X X X


Sumber : Data primer, 2019

Interpretasi hasil evaluasi kekuatan otot dengan menggunakan XOTR pada

An. M dari T0 hingga T3 menujukan hasil normal.


55

3) Evaluasi pemeriksaan tumbuh kembang dengan DDST

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 6 November 2019, pasien lahir pada

tanggal 5 November 2018 dan hari perkiraan lahir 5 November 2018. Sehingga

hasil perhitungan usia rill sebagai berikut:

Hpx = 2019 – 11 – 6

HLx = 2018 – 11 – 5
Usia rill = 1 – 1 – 1

Sehingga usia rill nya 1 tahun 1 hari, berarti umurnya 12 bulan 1 hari,

dibulatkan menjadi 12 bulan , jadi usia rill nya 12 bulan.


56

TABEL 3.10
HASIL EVALUASI TUMBUH KEMBANG DENGAN DDST
Sektor Kemampuan Keterangan Interpretasi
T0 T3
06-11-2019
11-11-2019
Personal Tepuk tangan V V Sektor
sosial Menyatakan keinginan O O personal
tanpa menangis social semua
Daag daag tangan O O item penilaian
Main bola dengan V V normal tanpa
pemeriksa V V ada
Menirukan kegiatan O O keterlambatan
Minum dari cangkir
Motorik Membenturkan 2 kubus V` V` Sektor
halus Menaruh kubus di O O motorik halus
cangkir semua item
penilaian
normal tanpa
ada
keterlambatan
Bahasa Mengucapkan 3 silabel O O Sektor bahasa
yang sama V V tidak lulus
Mengoceh O O dengan satu
Papa / mama spesifik O O delay
1 kata O O
2 kata O O
3 kata V V
Papa mama tidak
spesifik

Motorik Bangkit terus duduk X X Sektor


kasar Berdiri 2 detik X X motorik kasar
Berdiri sendiri X X tidak lulus
Membungkuk lalu X X dengan dua
berdiri X X delay
Berjalan dengan baik
Sumber : Data primer, 2019
Interpretasi hasil evaluasi pemeriksaan DDST pada An. M setelah dilakukan

terapi pertama kali (T0) sampai terapi terakhir (T3) dapat disimpulkan bahwa belum

ada kemajuan tumbuh kembang anak. Hasil masih abnormal karena terdapat 1
57

sektor dengan 2 delay dan 1 sektor dengan 1 delay. Kesimpulan pemeriksaan

tumbuh kembang menurut denver terjadi abnormalitas pada sektor bahasa yaitu

mengucapkan 3 silabel yang sama serta sektor motorik kasar bangkit terus duduk

dan berdiri 2 detik.

H. Pembahasan

Bagian pembahasan ini, penulis akan menjawab pertaanyaan yang ada

dalam rumusan masalah. Dalam hal ini akan membahas tentang anak yang berumur

12 bulan berjenis kelamin laki laki menderita down syndrome dengan keluhan anak

belum mampu berdiri. Pemeriksaan pada kasus down syndrome meliputi

pemeriksaan umum, pemeriksaan fisioterapi serta pemeriksaan khusus. Untuk

pemeriksaan umum meliputi: suhu tubuh, tekanan darah, denyut nadi, pernafasan,

status gizi, dan lingkar kepala. Pada pemeriksaan umum ini memiliki kendala yaitu

pada pemeriksaan tekanan darah tidak dapat dilakukan karena peralatan fisioterapis

yang terbatas dan berat badan anak yang terlalu kecil.

Selain itu juga terdapat pemeriksaan fisioterapi berupa: keluhan umum,

riwayat penyakit sekarang, riwayat pre natal, riwayat natal, riwayat post natal,

riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat imunisasi, riwayat

psikososial, riwayat tumbuh kembang, kesan awal bertemu pasien, kemampuan

sensorik, kemampuan keseimbangan, kemampuan dan ketidak mampuan anak,

tonus postur, dan pola postur. Pada pemeriksaan fisioterapi ini tidak ada kendala

dalam pemeriksaan.
58

Untuk selanjutnya terdapat pemeriksaan khusus yang terdiri dari:

pemeriksaan refleks, pemeriksaan kekuatan otot yang menggunakan skala XOTR,

dan pemeriksaan tumbuh kembang dengan DDST. Untuk pemeriksaan refleks

berupa pemeriksaan refleks level spinal, level brainstem, level midbrain, level

cortical. Untuk pemeriksaan khusus ini pemeriksaan kekuatan otot penulis

menggunakan skala XOTR karena dapat dilakukan hanya melalui pengamatan

terhadap aktivitas anak serta anak belum mampu untuk menerima arahan dari

terapis dan anak sulit umtuk menerima stimulus yang diberikan terapis. Oleh karena

itu penulis menggunakan skala XOTR karena lebih mudah digunakan daripada

indeks lain.

Untuk pelaksanaan terapi, pasien telah diberikan penatalaksanaan

fisioterapi berupa neuro senso motor reflex integration dan neuro development

treatment (NDT). Namun selain pemberian neuro senso motor reflex integration

dan neuro development treatment, anak juga diberikan metode lain seperti postural

kontrol, movement base learning, skull tapping, myofascial release sesuai

ketentuan dari klinik. Untuk pelaksanaan neuro senso motor reflex integration

dilakukan pada posisi tidur terlentang, tidur miring, dan posisi anak tidur tengkurap.

Teknik yang digunakan dalam neuro senso motor reflex integration yaitu stimulasi

taktil, stimulasi bintang yang meliputi stimulasi angka 1, stimulasi gelombang,

stimulasi angka 8, strech dan contract stretch, kemudian mobilisasi bahu, pelvic

tilting, dan mobilisasi trunk.

Sedangkan untuk neuro development treatment meliputi inhibisi, stimulasi,

dan fasilitasi. Dalam pelaksanaan terapi penulis memiliki kendala pada saat
59

pelaksanaan neuro senso motor reflex integration pada saat posisi tidur miring yaitu

pemberian stimulasi pada tubuh bagian samping anak seringkali tidak dapat

mempertahankan posisi sehingga tidak semuanya dilakukan dalam keadaan tidur

miring tetapi juga dilakukan dalam keadaan tidur terlentang mengikuti kemauan

anak. Sedangkan untuk pelaksanaan neuro penulis tidak terdapat kendala.

Untuk pelaksanaan terapi dilakukan 3 kali. Sebenarnya terapi direncanakan

dilakukan 6 kali, tetapi karena orang tua anak terkadang berhalangan untuk mebawa

anak terapi maka terapi hanya dapat dilakukan hingga 3 kali terapi.

Anda mungkin juga menyukai