Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Prevalensi penyakit saluran pernafasan di Indonesia adalah sebesar 933 per

100.000 populasi, yang terdiri dari 537 Penyakit Paru Obstruksi Kronis dan 188

Asma (WHO, 2009). Pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah

sakit di Indonesia tahun 2010 menurut Daftar Tabulasi Dasar (DTD)

menunjukkan bahwa nampak tingkat kematian tertinggi pada pasien rawat inap di

rumah sakit adalah pneumonia sebesar 7,6%. Pada pasien rawat jalan, gambaran

10 penyakit terbanyak menunjukkan pola sedikit berbeda. Infeksi Saluran

Pernapasan bagian atas akut lainnya memiliki jumlah kasus terbanyak sebesar

29.356 kasus (Kemenkes RI, 2011).

Saat ini penyakit efusi pleura masih menunjukan prevalensi yang tinggi.

Di Indonesia mencapai 2,7 % dari penyakit infeksi saluran napas lainnya (Depkes

RI, 2006). Sedangkan prevalensi efusi pleura di dunia diperkirakan sebanyak 320

kasus per 100.000 penduduk di negara-negara industri dengan penyebarannya

tergantung dari etiologi penyakit yang mendasarinya. Hasil penelitian di salah satu

rumah sakit di India pada tahun 2013-2014 didapatkan prevalensi efusi pleura

sebanyak 80 kasus dengan penyebab terbanyak tuberkulosis paru ( Jamaluddin,

2015).

Kejadian efusi pleura pada laki-laki lebih tinggi dengan penyebab

terbanyak adalah tuberkulosis paru (Tobing, 2013), sedangkan angka kejadian 2

1
2

pada perempuan akan lebih tinggi jika keganasan sebagai penyebab terbanyak

(Surjanto, 2012).

Struktur paru sendiri dibungkus oleh membran tipis yang disebut pleura.

Lapisan terluar paru membran paru yang melekat dinding thoraks. Lapisan dalam

pleura menempel ke paru. Pada saat ekspansi rongga thoraks terjadi selama

inspirasi, lapisan terluar mengembang, daya ini disalurkan ke pleura lapisan

dalam, yang akan mengembangkan paru diantara pleura lapisan dalam dan luar

terdapat ruang / rongga pleura. Ruang paru ini terisi milliliter cairan yang

mengelilingi dan membasahi paru. Cairan pleura memiliki tekanan negatif dan

membawa gaya kolaps (rekoil) elastis paru. Mekanisme paru tetap dapat

mengembang (Corwin, 2009).

Efusi pleura merupakan pengumpulan cairan dalam ruang pleural yang

terletak diantara permukaan visceral dan parental, adalah proses penyakit primer

yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap

penyakit lain, secara normal ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5-

15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural

bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer, 2009). Efusi pleura merupakan keadaan di

mana terjadinya penumpukan cairan yang berlebih di dalam kavum pleura

(Simanjuntak, 2014). Penumpukan cairan yang berlebih dapat disebabkan oleh

ketidakseimbangan produksi dan pengeluaran cairan sehingga terjadinya efusi

pleura. Reaksi inflamasi dan keganasan yang ada pada pasien efusi pleura dapat

membuat permeabilitas pembuluh darah membran pleura meningkat atau

hambatan aliran limfatik 3 sehingga terjadi penumpukan cairan dan terjadinya


3

efusi pleura (Saguil, 2014). Keadaan ini dapat mengancam jiwa karena cairan

yang menumpuk dapat menghambat pengembangan paru-paru sehingga terjadinya

gangguan pada proses pertukaran udara (Simanjuntak, 2014).

Berdasarkan sudut pandang fisioterapi, pasien efusi pleura menimbulkan

berbagai tingkat gangguan yaitu berupa penurunan ekspansi torak, kesulitan

mengeluarkan sputum, terjadinya perubahan pola pernafasan, perubahan postur

tubuh, gangguan aktivitas sehari-hari.

Di samping itu, peran fisioterapi sebagai tenaga kesehatan juga ikut

berpengaruh mengatasi permasalahan pasien efusi pleura. Modalitas fisioterapi

terapi yang dapat diberikan diantaranya latihan pernapasan dalam atau deep

breathing exercise untuk memperbaiki fungsi kerja paru dan bermanfaat untuk

mengatur pernapasan saat terjadi keluhan sesak nafas. Pada saat inspirasi dalam,

dinding perut relaks(pasif) dan udara masuk ke paru-paru melalui hidung

(Westerdahl, et al, 2015).

Berdasarkan latar belakang diatas penulis mempunyai keinginan untuk

mengulas mengenai penyakit efusi pleura dan bagaimana penatalaksanaan

fisioterapi untuk membantu mengurangi permasalahan yang dialami penderita

efusi pleura, maka dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis mengambil

judul Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Efusi Pleura di RS Paru Respira

Yogyakarta
4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut : Bagaimanakah penatalaksanan fisioterapi pada

pasien penderita efusi pleura di RSP Respira Yogyakarta?

C. Tujuan Penulisan

Mengacu pada rumusan masalah diatas tujuan penulisan karya tulis ini

adalah untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada pasien

penderita efusi pleura.

D. Manfaat Penulisan

1) Bagi Penulis, memberikan wawasan baru dan meningkatkan ilmu

pengetahuan serta dapat menganalisa permasalahan-permasalahan yang ada. Serta

dapat dijadikan sebagai literatur untuk penderita efusi pleura dan dapat menjadi

tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kesehatan, 2)

Bagi pasien, mendapatkan informasi tentang pengertian efusi pleura, cara

mencegah efusi pleura dan mengontrol terjadinya efusi pleura, 3) Bagi Sejawat

Fisioterapi, agar dapat menjadi bahan tambahan dan masukan bagi rekan sejawat

fisioterapi, mengenai penananganan secara tepat pada kasus efusi pleura

khususnya, 4) Bagi instansi atau pendidikan diharapkan karya tulis ini bisa

menjadi tambahan sumber ilmu dan bahan bacaan di kepustakaan bagi mahasiswa

fisioterapi Poltekkes Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai