KAJIAN TEORI
A. Cerebral Palsy
1. Definisi
motorik atau kontrol gerakan (gangguan gerak) yang bersifat kronik (menahun) yang
terjadi pada awal tahun kehidupan dan tidak memburuk seiring dengan waktu
(menetap). Istilah cerebral merujuk pada kelainan di belahan otak besar dan palsy
menggambarkan setiap kelainan / gangguan dari sistem kontrol gerak tubuh (otak)
sehingga kelainan ini tidak disebabkan oleh problem-problem pada otot atau saraf
tepi. Gejala CP sangat bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat. Beberapa
yang diberikan berbeda antara satu penderita dangan penderita lainnya. Sehingga
penanganan harus dilakukan secara dini yang melibatkan beberapa profesi antara lain
dokter (ahli saraf, ahli bedah tulang, ahli anak, ahli rehabilitasi dll), psikolog dan
therapis (fisio, okupasi, wicara) serta dukungan keluarga yang secara keseluruhan
Semarang, 2017).
7
8
Cerebal palsy spastic diplegi adalah kondisi pada anak dimana ada
ketidakemampuan gerak (paralisis) disebabkan oleh lesi pada otak yang bersifat non-
hiperkontraktilitas otot dan sering terdapat klonus yang terjadi pada anggota gerak
dimana anggota gerak atas lebih ringan dari anggota gerak bawah .
perkembangan (development) yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit
atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat diukur dengan ukuran
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola teratur dan dapat dipertimbangkan sebagai hasil dari proses
motorik kasar (gross motor) dan motorik halus (fine motor) serta kemampuannya
pada saat balita, berubah menjadi gerakan yang lebih halus dan terkontrol pada saat
secara teratur dan dalam kurun waktu tertentu. Tumbuh kembang anak memiliki
rentan waktu tertentu, dimana terpenuhinya kemampuan masih dianggap normal dan
peretumbuhan sederhana ke kompleks (gross to fine), (4) pola global dalam 3 plane
(frontal, sagital, dan horizontal) (Naufal, Adnan Faris., 2019). Terdapat banyak faktor
3. Anatomi Fungsional
a. Bagian otak
Bila ditinjau dari segi anatomis otak terdiri dari 3 bagian yaitu serebrum atau
otak besar, serebellum atau otak kecil, dan brain stem atau batang otak.
1) Serebrum
Serebrum merupakan bagian otak manusia paling besar yang terletak di fossa
cranii bagian depan dan fossa cranii bagian tengah (Snell, 2015).
Pada serebrum terdapat cortex cerebri yang terdiri dari 4 lobus diantaranya:
a) Lobus frontalis
Lobus ini terletak di bagian serebrum yang paling depan . Terdapat 3 area
pada daerah ini yaitu area motorik yang berfungsi untuk mengontrol gerak otot dan
bola mata, area broca yang menjadi pusat bicara, serta area asosiasi yang mengatur
10
(Bahrudin, 2012).
b) Lobus parietalis
Lobus ini terletak di serebrum bagian tengah atau di puncak kepala. Semua
impuls sensorik dari thalamus akan diterima oleh daerah ini. Selain itu, lobus
(Bahrudin, 2012).
c) Lobus temporal
Lobus ini berada dibagian samping dari serebrum. Daerah ini berfungsi
untuk memproses persepsi bunyi dan suara serta pemaknaan informasi dalam
d) Lobus occipital
Lobus ini terletak dibagian paling belakang. Daerah ini adalah pusat
2) Serebellum
oleh tentorium cerebelli. Serebellum atau otak kecil merupakan bagian terbesar kedua
pada otak manusia yang terletak dibagian bawah belakang kepala. Serebellum
memiliki bentuk lonjong dan menyempit pada bagian tengahnya. Serebellum terbagi
menjadi tiga lobus utama diantaranya lobus anterior, lobus medius, dan lobus
11
keseimbangan dan tonus otot melalui hubungan dengan sistem vestibularis ,sumsum
3) Batang otak
menempati fossa cranii posterior tengkorak. Batang otak adalah penghubung medulla
spinalis dengan prosensefalon. Fungsi utama dari batang otak adalah pusat
sebagai jalur lewatnya traktus acendens maupun desendens ke berbagai pusat yang
Gambar 2.1
somatotropik pada korteks serebri mengenai pola gerakan tertentu pada otot-otot
wajah, tubuh, anggota gerak atas dan anggota gerak bawah. Pemetaan tersebut
Gambar 2.2
Area Brodman pada korteks serebri (Duus, 2012)
Keterangan Gambar :
Area 3,1,2 : daerah postsentralis yang utama (daerah sensorik utama)
Area 4 : daerah presentralis (daerah motorik utama)
Area 5 & 7 : daerah asosiasi sensorik
Area 6 :bagian sirkuit traktus ekstrapiramidalis (daerah premotorik)
Area 8 : berhubungan dengan gerakan mata dan pupil
Area 9,10,11,12 : daerah asosiasi frontalis
Area 17 : korteks visual utama
Area 18, 19 : asosiasi visual
Area 20 : daerah asosiasi (lobus temporalis)
Area 22 : daerah asosiasi (lobus temporalis)
Area 38 : daerah asosiasi (lobus temporalis)
Area 40 : daerah asosiasi (lobus temporalis)
Area 41 : daerah auditorius primer
Area 42 : daerah auditorius sekunder
Area 44, 45 : daerah bicara motoric brocca
14
dipuncak gyrus dan paling tipis dibagian terdalam sulkus (Snell, 2007). Pembagian
Area broadmann terbagi menjadi 52 area. Pembagian ini berdasarkan sel saraf
penyusunnya. Area otak yang bertanggung jawab terhadap gerakan berasal dari girus
presentalis lobus frontalis. Aktifitas ini diatur oleh 3 area korteks yaitu area 4
broadmann (area motorik primer), area 6 broadmann (area premotor), dan area
perencanaan motorik yang nantinya akan diolah oleh area motorik primer. Gerakan
yang terkoordinasi dihasilkan oleh korteks motorik yang dibantu oleh ganglia basal
sehingga gerakan yang muncul akan lebih halus dan terkontrol (Snell, 2013).
15
piramidal dan ekstrapiramidal. Saluran piramidal terdiri dari dua kelompok serabut
saraf yang bertanggung jawab untuk gerakan yang disadari. Mereka turun dari
ditunjukkan pada saraf di sumsum tulang belakang yang akan menstimulasi kejadian
tersebut. Piramida cerebral palsy akan menunjukkan bahwa saluran piramida rusak
Traktus piramidalis memiliki serat yang berasal dari sel piramida kecil/ sel
fosiformis dalam area motorik 4&6. Serat yang berasal dari area 4 mewakili sekitar
40% dari serat traktus motor neuron area 4 yang mengontrol gerakan volunter halus
meningkatkan fungsinya ke tingkat yang lebih tinggi, dimana setiap gerakan volunter
penampilannya halus dan lembut (Duss 1996).Jika perubahan yang meliputi area 4
atau traktus piramidalis, paralisis yang terjadi adalah paralisis flaksid. Kerusakan
spastik.Tanda utama dari lesi ekstrapiramidalis adalah gangguan tonus otot (distonia)
daerah seperti ganlia basal, thalamus, dan serebelum. Piramidal dan ekstrapiramidal
3. Faktor Risiko
kemungkinan terjadinya cerebral palsy semakin besar antara lain: (1) Letak lahir
sungsang, (2) Proses persalinan sulit, (3) Apgar score rendah, (4) BBLR dan
prematuritas, (5) kehamilan ganda, (6) Malformasi SSP, (7) Pendarahan maternal
pada saat masa akhir kehamilan, (8) Retardasi mental dan kejang, (9)Kejang pada
risiko utama untuk pengembangan CP. Prevalensi kelahiran CP jauh lebih tinggi pada
bayi prematur (24 dan 27 minggu kehamilan) dibandingkan dengan bayi cukup bulan,
terlebih lagi jika seorang ibu yang akan melahirkan memiliki usia yang sangat muda
4. Etiologi
otak pada janin, bayi dan masa kanak-kanak. Seperti jenis CP lainnya, CP spastic
diplegia biasanya disebabkan oleh kerusakan otak, yang umumnya terjadi sebelum
a. Prenatal
misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan penyakit inklusi sitomegalik. Kelainan
yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental. Anoksia dalam
cerebral palsy.
b. Perinatal
1) Anoksia/hipoksia
injury”. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal ini terdapat pada
previa, infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan instrumen tertentu dan lahir
2) pendarahan otak
3) Prematuritas
19
lebih banyak dibandingkan bayi cukup dua bulan, karena pembulu darah, enzim,
4) ikterus
ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang
5) Meningitis purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat
c. Postnatal
5. Patologi
yang terjadi pada otak. Pada keadaan yang berat tampak ensefalomalasia kistik
multipel atau iskemia yang menyelurus. Pada keadaan yang lebih ringan terjadi “
patchy necrosis” di daerah paraventrikuar substansia alba dan dapat terjadi atrofi yang
difus pada substansia grisea korteks serebri. Kelainan tersebut dapat fokal atau
Tanda dan gejala yang terdapat pada penyakit Cerebral Palsy beragam
tergantung dari lokasi dan tingkat keparahan yang terjadi di otak.Sebagai contoh,
kerusakan yang terjadi pada Cerebellum menghasilkan gejala yang berbeda dengan
kepada satu anggota tubuh atau satu sisi tubuh, atau bahkan dapat mempengaruhi
seluruh tubuh. Kerusakan otak yang teerjadi tidak akan mengalami perubahan seiring
berjalannya waktu, sehingga gelaja yang terjadi tidak akan memburuk seiring
Beberapa gejala yang paling umum dari Cerebral Palsy yaitu hipertonus,
hipotonus, kemampuan koordinasi yang buruk dan kontrol otot yang involunteer,
kelemahan otot yang amat sangat, gerakan yang tidak beraturan, kejang, gangguan
pendengaran dan penglihatan, dan kontraktur otot. Sekitar setengah dari jumlah
pasien Cerebral Palsy diyakini biasanya disertai dengan retardasi mental dan banyak
7. Diagnosis banding
beberapa gangguan neurologis lainnya dengan progresif dan topograph yang berbeda,
21
neurometabolik, tumor otak, kerusakan spinal cord serta retardasi mental yang
primer.
8. Prognosis
buruk prognosisnya. Selain itu pemberian terapi dengan dosis yang tepat berpengaruh
terhadap prognosis CP. Semakin tepat terapi yang diberikan semakin baik
prognosisnya.
B. Problematik Fisioterapi
Pada kasus cerebral palsy ini problematik fisioterapi yang dapat dijumpai
1. Impairment
Pada kasus cerebral palsy permasalahan yang ditimbulkan terdiri dari body
structure dan body function. Menurut ICF body structure pada kasus cerebral palsy
antara lain structure of brain (s110). Sedangkan body function dari cerebral palsy
antara lain intellectual functions (b117), mental function of language (b167), seeing
function (b210), sensation of pain (b280), mobility of joint function (b710), mucle
2. Functional Limitation
kasus cerebral palsy antara lain maintaining a body position (d415), fine hand use
3. Participation Restriction
ICF antara lain basic interpersonal interactions (d710), family relationship (d760),
4. Faktor penunjang
factors. Personal atau dalam diri anak tersebut antara lain motivation, confidance,
targrts. Menurut ICF enviromental factors atau faktor lingkungan pada kondisi
cerebral palsy antara lain seperti products and technologi for personal use in daily
living (e115), products and technologi for personal indoor and outdoor mobility and
family (e310), friends (e320), social attitudes (e460), health service, systems and
policies (e580).
23
1. Definisi
Neuro Developmental Treatment (NDT) adalah salah satu pendekatan populer yang
digunakan dalam penanganan cerebral palsy. NDT pertama kali dikenalkan dengan
istilah pendekatan bobath yang dikembangkan berta bobath seorang fisioterapis, dan
dr. Karel bobath pada tahun 1940-an, untuk memenuhi kebutuhan orang-orang
dengan gangguan gerak. NDT dianggap sebagai pendekatan managemen terapi yang
Dasar dari pendekatan ini adalah bahwa kelainan motorik yang terlihat pada anak-
anak dengan cerebral palsy disebabkan oleh perkembangan atipikal dalam kaitannya
dengan kontrol postural dan refleks karena difungsi yang mendasari sistem saraf
yang paling umum digunakan untuk terapi pada anak-anak pada kondisi cerebral
palsy. Metode NDT melatih reaksi keseimbangan, gerakan, dan fasiitasi . NDT
adalah metode terapi yang popular dalam pendekatan intervensi bayi dan anak-anak
kasus-kasus gangguan motorik dan keseimbangan akibat post trauma cerebri dan post
syndrom down dan microsefalus dan sebagainya. Metode NDT bertujuan untuk
fasilitasi. Faktor yang sangat penting adalah righting rection dan equilibrium reaction
yaitu penggunaan pola perkembangan motoris yang normal. Berikut diuraikan prinsip
Untuk ekstremitas bawah, posisi pasien tidur terlentang dengan salah satu
tungkai tetap lurus, kemudian terapis menggerakkan tungkai yang satunya menekuk
ke arah dada, fleksi hip, fleksi knee dan dorsal fleksi ankle. Lakukan gerakan dengan
LGS penuh, kemudian luruskan kembali. Lakukan secara bergantian tungkai yang
anak tidur terlentang, kemudian pegang satu tangan anak dan gerakkan dorong untuk
saling mendekatkan sendi, gerakkan secara perlahan dan lakukan pada tangan yang
25
satunya, dilakukan juga pada kedua tungkainya. Setiap gerakan dilakukan delapan
kali pengulangan.
Fasilitasi ini bertujuan untuk koreksi postur pasien dan memfasilitasi anak
untuk duduk tegak. Fasilitasi untuk duduk tegak dengan cara pasien diposisikan
duduk long sitting, terapis berada dibelakang pasien. Kemudian melakukan handling
atau pegangan pada satu tangan di sternum, satu tangan pada vertebra lumbal dengan
pegangan lumbrical, kemudian ditekan agar anak duduk tegak serta lakukan
akan tegak.
d. Fasilitasi merangkak
Fasilitasi merangkak dapat dilakukan dengan cara posisikan anak bersujud, kemudian
e. Fasilitasi berdiri
Posisi pasien dengan jongkok dan posisi terapis dibelakang pasien kemudian
pegangan terapis pada lutut pasien. Lalu gerakan fleksi trunk kepala menunduk ke
bawah. Kemudian terapi membantu pasien untuk berdiri dengan fiksasi pada gluteus