KAJIAN PUSTAKA
Cerebral Palsy (CP) adalah gangguan motorik dan postural non-progresif dan
juga umumnya menyebabkan disabilitas fisik yang berat pada anak (Lacoste, et
yang dikaitkan dengan gangguan non-progresif yang terjadi di otak janin atau bayi
Pada anak-anak, hubungan antara lesi pada sistem saraf pusat dan gangguan
fungsi bisa berubah. Abnormalitas pada tonus motorik dapat meningkat selama
seringkali berbeda, tergantung pada usia gestasi saat kelahiran, usia kronologis,
9
10
Pada otak, terdapat 3 bagian yang saling bekerja sama untuk mengontrol kerja
otot yang berpengaruh terhadap terjadinya setiap gerakan dan postur tubuh yaitu
korteks serebri, ganglia basalis, dan cerebellum. Jika bagian dari otak ini
1. Mild
Pada tingkatan ini, anak bisa bergerak tanpa bantuan, anak tidak memiliki
2. Moderate
Pada tingkatan ini, anak membutuhkan alat bantu berupa brace, obat-
3. Severe
Pada tingkatan ini, anak membutuhkan kursi roda dan memliki tantangan
1. Level I
2. Level II
dan daya keseimbangan. Berbeda dengan level I, yang bahkan anak sudah bisa
11
melompat dan berlari, pada level II dibutuhkan alat bantu untuk memulai
3. Level III
orang tua atau benda lain untuk berjalan di dalam ruangan, sedangkan untuk di
luar ruangan atau kegiatan sosialisasi di sekolah, anak membutuhkan alat bantu
beroda, dapat duduk dengan suport yang terbatas, dan bisa mengubah posisi badan
4. Level IV
5. Level V
gerakan yang terjadi dan dibagi dalam 6 kategori, adalah sebagai berikut :
1. CP spastik
Kerusakan pada bagian ini adalah yang terbanyak (70-80%), terjadi di traktus
klonus, respon ekstensor babinski, refleks primitif persisten dan refleks overflow (
terkena menjadi :
dua tangan lumpuh. Gambaran seluruh tubuh dapat hipertonia atau trunk
kaki daripada lengan, pola scissoring gait, lutut tertekuk posisi valgus.
4) Hemiplegi, kelumpuhan pada satu sisi tubuh dan anggota gerak, misalnya
tangan kiri, kaki kiri. Pergerakan anggota gerak berkurang, bahu adduksi,
fleksi (menekuk) lengan pada siku, lengan tetap mengepal, fleksi hip
lemah dan dorsofleksi pergelangan kaki, otot tibialis posterior terlalu aktif,
13
disfungsi oromotor.
2. Koreo-athetoid
Istilah lain dari CP jenis ini adalah diskrinetik atau gerak, jadi tangan atau
3. Ataksik
gangguan di tulang belakang, leher kaku, dan tampak melengkung. Anak terlihat
4. Distonia
Kerusakan otak pada bagian korteks serebri dan di ganglia basalis. Anak
menunjukkan otot yang kaku dan ada juga yang terlihat lemas.
14
5. Balismus
CP jenis ini ditandai dengan gerakan yang tidak terkoordinasi atau involunter.
6. Campuran
Kerusakan bisa terjadi di daerah otak mana saja, dan merupakan jenis
Cerebral palsy terjadi akibat kerusakan otak saat periode prenatal, perinatal,
dan postnatal. Sekitar 70-80% terjadi saat prenatal yaitu bayi lahir prematur dan
Menurut Nigel (2005), penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam 3 periode,
yaitu :
1. Pranatal
- Malformasi kongenital.
2. Natal
- Anoksia / hipoksia
- Trauma lahir
15
- Prematuritas
3. Postnatal
- Trauma kapitis
ensefalomielitis)
- Kern ikterus
Menurut Sastra (2015), ada beberapa langkah yang bisa dijadikan acuan
1. Gejala awal
duduk, berdiri dan berjalan. Terdapat abnormalitas tonus otot, anak dapat terlihat
sangat lemas dan ada juga yang mengalami peningkatan tonus setelah 2-3 bulan
pertama. Dampaknya anak akan menunjukkan postur abnormal pada satu sisi
tubuh.
2. Pemeriksaan fisik
kembali riwayat medis anak dari mulai kehamilan ibu, proses kelahiran, dan
3. Pemeriksaan neuroradiologik
struktur jaringan otak serta menjabarkan area otak yang kurang berkembang, kista
4. Pemeriksaan lainnya
dekat ventrikel lateral yang paling rentan terhadap cedera. Karena daerah ini
membawa serat yang bertanggung jawab atas kontrol motor dan tonus otot kaki.
3. Periventrikular leukomalacia
17
sisi tubuh yang lebih terpengaruh dari yang lain. Gambaran keadaan dapat seperti
Pada permulaan duduk, kontrol kepala bayi harus benar ketika trunk disangga
pada mid trunk, kepala dipertahankan selama 1 menit tanpa jeda dan anak bisa
tetapi tidak harus mampu meraih dan memelihara keseimbangan pada posisi
Kemampuan duduk sendiri yang muncul di usia 5 bulan adalah tahap awal
berkembangnya kontrol postur dan sinergis otot. Posisi duduk akan mengurangi
tekanan diskus, dan tekanan pada tuberositas ischiadicum. Pada saat duduk berat
selanjutnya, setelah refleks berkurang maka akan menjadi gerak sederhana dan
yang berperan adalah motorik kasar. Proses perkembangan harus melalui tahapan
yang berurutan, anak harus melewati setiap tahapan perkembangan agar anak
mencapai tujuan yang dipengaruhi oleh tubuh anak dan lingkungannya (Santrock,
2007).
normal sebagai bagian dari urutan perkembangan motorik yang meliputi lying,
sitting, standing, walking, dan running. Tahapan fungsi dasar anak sebelum duduk
meliputi :
1. Kontrol kepala dan trunk, anak dalam posisi supine bisa mempertahankan
diikuti oleh gerak tubuh. Dengan adanya refleks primitif, head to body,
3. Menumpu berat pada elbow dan tangan, dapat membantu anak untuk
duduk.
19
4. Kontrol postur, penting dimiliki anak untuk mengatur posisi tubuh dengan
biomekanik tulang belakang, bahu, dan pelvic girdle. Kontrol kepala atau leher
diikuti oleh perbaikan kontrol dan stabilitas trunk, kekuatan tubuh bagian atas,
kontrol postural dan adanya penumpuan berat badan secara simetris yang
Aspek lain yang menentukan posisi duduk anak adalah adanya stabilitas statis
dan stabilitas dinamis. Posisi duduk tanpa suport trunk akan menjadi tidak stabil
dan akan ada substitusi oleh grup otot yang menghasilkan kestabilan tubuh.
Stabilitas statis berperan dalam menjaga kestabilan tubuh terhadap gaya gravitasi,
20
sitting, ring sitting, long sitting, dan crossed sitting. Ketika postur duduk
kasar seperti berdiri dan berjalan. Pada cerebral palsy, anak tidak mampu
memposisikan hip dan knee dalam posisi fleksi, dan terfiksasi pada adduksi serta
endorotasi hip. Duduk dapat dilakukan dengan adanya reaksi kompensasi satu /
kedua tangan untuk menyangga. Kemampuan duduk seorang anak cerebral palsy
perlu dideteksi agar dapat menentukan apakah anak menunjukkan postur asimetris
proprioseptor), sistem muskuloskeletal (otot, sendi, dan jaringan lunak lain) yang
cerebelum, area assosiasi), persepsi, kognisi, dan emosi, motivasi, serta respon
Level of sitting scale (LSS) adalah termasuk dari Seated Postural Control
secara global. LSS merupakan modifikasi dari LSAS (Level of Sitting Ability
Scale). LSS dikembangkan oleh tim dokter dan peneliti dari Sunny Hill Health
level bantuan yang dibutuhkan oleh anak dalam memelihara posisi duduk.
22
posisi duduk dan duduk mandiri tanpa suport, serta stabilitas anak ketika duduk.
Level I (tidak dapat duduk sendiri atau dapat duduk tetapi mendapat bantuan oleh
seorang terapis selama 30 detik) sampai level VIII (bisa duduk secara independent
dan test-retest.
NDT pertama kali diperkenalkan oleh Karel Bobath dan Bertha Bobath pada
tahun 1940. Pada awalnya, mereka melakukan observasi klinis dan pemahaman
refleks serta teori maturitas dari neuroscience. Mereka melihat bagaimana anak
penanganan NDT melatih reaksi keseimbangan, gerakan anak, dan fasilitasi. NDT
adalah metode terapi yang populer dalam pendekatan intervensi pada bayi dan
treatment ini dimaksudkan untuk membentuk gerak atau fungsi yang normal dan
Prinsip NDT adalah berdasarkan teori plastisitas otak, artinya bahwa dengan
pathways untuk membantu gerak anak menjadi lebih efektif dan tepat ( Solomon
23
& O’Brien, 2011). NDT merupakan salah satu pendekatan yang paling umum
dipengaruhi oleh genetika, struktur dan fungsi otak maupun dari interaksi
pada sensorimotor dari tonus otot, refleks dan pola gerakan abnormal, kontrol
postural, sensasi, persepsi, dan memori. Bertha dan Karel Bobath kemudian
yang lebih khas pada cerebral palsy, membangun pola gerak yang efisien melalui
spastisitas, refleks abnormal, dan pola gerak abnormal juga dapat memfasilitasi
tonus otot, respon keseimbangan, dan pola gerak. Teknik ini dapat menghasilkan
pengurangan spastisitas tetapi tidak ada kemajuan dalam gerak dan fungsi.
menginhibisi pola gerak yang abnormal dan memfasilitasi gerak normal saat anak
reaksi righting automatic dan secara sistematis kontrol postural anak menjadi
meningkat.
Proximal key points adalah bahu, hip, trunk dan pelvis, dimana fisioterapis
gerakan. Distal key points adalah tangan, kaki, atau kepala. Melalui handling dan
petunjuk, akan terbentuk neural pathways yang baru dan dengan demikian
postural dalam aktivitas tujuan yang terarah. Fasilitasi membuat gerakan yang
terjadi menjadi lebih mudah. Seorang terapis harus membuat gerakan yang mudah
dilakukan oleh anak, menyenangkan dan aman, sehingga anak menjadi tertarik
2004).
yang diberikan berupa sentuhan gerakan yang ringan, tapping, sweep tapping,
alternate tapping, input vestibular yang cepat, kompresi sendi, weight shifting,
musik yang tidak keras, suara yang keras, cahaya yang terang dan suhu yang
dingin.
dialami oleh anak. Input taktil yang diberikan adalah dengan bentuk vibrasi
manual dan berbagai metode tapping. Input propriseptif melalui aktivasi otot
pada otot dimana akan terjadi stretch reflek di level muscle spindle, yang
otot sehingga melahirkan stabilitas dan alignment sendi. Namun, aspek ini tidak
dengan kaki abduksi. Posisi ini juga mengembangkan suport dari lengan
ditempatkan pada salah satu kaki anak dengan posisi anak pada tengkurap
atau terlentang.
tangannya ke depan.
secara pelan dan ritmik pada anggota gerak atas, anggota gerak bawah dan
8. Latihan hand weight-bearing dari posisi duduk yang berbeda dan posisi
quadruped.
beradaptasi dengan gerakan yang efisien. Pasien secara aktif terlibat dalam gerak
fungsional dan otomatis sehingga terjadi reaksi postural (Velickoviv and Perat,
28
2004). Salah satu kondisi yang dijumpai pada cerebral palsy adalah
dikombinasikan dengan fasilitasi gerak normal dan inhibisi pada tonus yang
abnormal.
menjawab satu sama lain sehingga tercapai kemajuan dari proses latihan. Hal
penting yang harus diraih adalah reaksi normal otomatis dengan dapat beradaptasi
secara terus menerus pada setiap situasi dan memberikan kontrol secara bertahap
motor adalah interaksi berbagai macam persepsi dari aktivitas motorik. Data
perseptual menjadi bermakna hanya bila data tersebut dikaitkan dengan informasi
postur, rasa tentang arah, lateralitas, dan kesadaran posisi tubuh dalam jarak
mata-tangan.
1. Sensasi
2. Persepsi
tersebut).
3. Atensi
Mengacu pada selektivitas persepsi. Proses ini tertuju pada suatu obyek /
dengan melihat selektif, mendengar selektif, pemilihan awal lawan lambat, dan
menggabungkan ciri.
gerak. Perseptual motorik terbentuk dari 2 sistem yaitu sistem persepsi dan sistem
akan diteruskan ke dalam otak dalam bentuk pola energi saraf. Rangsang yang
berupa pola gerak apa yang harus dilakukan dalam merespon rangsang. Ketika
keputusan gerak telah ada, maka dilanjutkan dengan pengaktifan gerak. Tahap
terakhir adalah umpan balik dimana terjadi evaluasi gerak yang dilakukan akan
perasaan.
koreksi dan aksi pemahama (Adolph & Kroblich, 2005). Diamond (2007)
mengamati bahwa persepsi, aksi motorik, dan kognisi terjadi dalam hubungan
31
fisik dan mental maupun keseluruhan fungsi otak. Seorang bayi mengembangkan
melaporkan aksi yang mereka ambil dalam merespon informasi tersebut (Adolph
& Joh, 2007). Gerak motorik termasuk didalamnya gerak mata, lengan, tangan,
dan kaki memberikan sebagian besar informasi perseptual yang diterima anak
diri antara orang lain dan objek lain dalam suatu ruang / tempat serta
bergerak.
Aspek dari perceptual motor program adalah kontak sentuhan. Anak akan
didukung oleh persepsi / aksi dimana akan menambah pemahaman pada kontrol
tepat. Hasil dari adanya perceptual motor dan reaksi akan menghasilkan sebuah
gerakan. Aktivitas dari program ini menghendaki anak untuk menggunakan otak
dan tubuh secara bersama-sama menyelesaikan tugas seperti berjalan pada papan
perkembangan otak kiri dan otak kanan anak. Kemampuan gross motor yang baik
2.6. Kinesiotaping
Kinesiotaping adalah helaian polimetrik elastis yang bisa di ulur hingga 120-
140% dari panjang aslinya (Fu, et al., 2008). Kinesiotaping berasal dari 100%
serat kapas dan 100% acrylic tanpa latex. Kinesiotaping telah menjadi sebuah
protokol treatment dalam kondisi post operasi, onkologi, neurologi dan kasus-
ini dapat berfungsi untuk menormalkan fungsi otot, meningkatkan aliran limfatik
dan aliran darah, mengurangi nyeri, menguatkan otot yang lemah, dan
motion yang lebih baik dengan kontraksi otot yang besar. Kondisi ini di klaim
sebagai efek karena mekanisme feedback dari sensorimotor dan proprioseptif dan
X, Fan, Web, dan Donut. Teknik Y adalah yang paling biasa digunakan,
cedera otot akut untuk membatasi edema dan nyeri. Bentuk X digunakan pada
origo dan insersio seperti pada otot rhomboid. Untuk lymphatic drainage,
digunakan bentuk fan. Sedangkan bentuk web adalah modifikasi dari bentuk fan
dimana bagian tengah strip digunting sehingga berbentuk jaring. Bentuk donut
digunakan untuk edema fokal atau area yang spesifik dimana dua atau tiga strip
ditempelkan saling tumpang tindih pada bagian tengah. Luka terbuka, kulit rapuh,
cm) dibawah origo atau 2 inches diatas insersio (Kase, et al., 2003). Prinsip umum
1. Anchor baik itu di bagian proksimal maupun distal (ujung akhir tape)
2. Tape digunakan untuk 3-4 hari dan jangan meninggalkan dalam jangka
Aplikasi tape dapat tetap diberikan pada area lain dari tubuh. Keadaan
4. Tape boleh kontak dengan air dan bisa dikeringkan dengan handuk. Jangan
menggunakan hair dryer karena dapat membuat tape merekat lebih lama.
5. Pada kulit sensitif, pengaplikasian dapat dicoba dengan ukuran 2-3 inches
tanpa tension selama 24 jam. Untuk melepaskan bisa secara langsung dan
lembut.
Menurut Kase, et al., (2006), ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
kerusakan kulit.
lembut.
warna kulit.
Cerebral Palsy
pendekatan kontrol motorik yang tidak hanya mengenai kondisi anak itu sendiri
pokok konsep NDT yaitu dengan aktivasi pasien dalam mengatasi postur yang
aktivitas sehari-hari. Pada anak cerebral palsy, kontrol postural kurang baik
Cerebral Palsy
memberikan suport bagi perbaikan kontrol postur terutama pada anak cerebral
yang diterima panca indera. Kognisi yang baik dapat mempengaruhi sikap dan
37
juga memberikan ruang bagi anak untuk berpartisipasi aktif. Interaksi pada objek
directional awareness, dan temporal awareness. Body awareness yang baik dapat
anak pemahaman tentang arah gerak seperti ke atas, kebawah, dan kesamping.
mata dan gerak anggota tubuh sehingga tugas dari program yang diberikan dapat
ketika duduk.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Harbourne, et al., (2010), terjadi efek
Sistem kontrol postural yang kurang baik mengakibatkan anak cerebral palsy
tidak dapat mengontrol posisi tubuh dan geraknya. Komponen dari duduk sendiri
38
tidak hanya kemampuan tubuh dengan suport dari otot-otot abdominal untuk
mempertahankan tubuh tetap tegak ketika duduk, tetapi juga sistem sensori berupa
mekanoreseptor untuk menjadi duduk tegak dan memberi rasa nyaman pada area
yang dipasangkan.
otot sebagai perintah untuk melakukan gerakan. Penelitian Hsu, et, al., (2009)
penelitian yang dilakukan oleh Badawy, et, al., (2015) bahwa kinesiotaping yang
modalitas terapi untuk memperbaiki kontrol duduk pada anak cerebral palsy tipe