Disusun Oleh :
Kelompok 9
Pramudita 32722001D210
Resa 32722001D210
2022
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Serebral Palsy
A. Pengertian
Cerebral palsy atau lumpuh otak adalah penyakit
yangmenyebabkan gangguan pada gerakan dan koordinasi tubuh. Penyakit
inidisebabkan oleh gangguan perkembangan otak, yang biasanya
terjadisaat anak masih di dalam kandungan. Gangguan perkembangan otak
inijuga dapat terjadi ketika proses persalinan atau dua tahun pertama setelah
kelahiran.
Cerebral palsy bukanlah sebuah penyakit yang mengancam jiwa,
melainkan sebuah kondisi, kecuali anak yang terlahir dengan kasus yangsangat
parah (Maimunah, 2013). Dikarenakan cerebral palsy ini adalah sebuah
kondisi, maka kerusakan yang terjadi pada otak tidak bisa
disembuhkan atau dengan kata lain bersifat permanen, namun perawatandan
terapi dapat membantu mengatur dampaknya pada tubuh. Cerebral palsy ini
juga bukanlah sesuatu yang menular, karena cerebral palsyterjadi
disebabkan adanya kerusakan pada perkembangan otak. Terdapatobat, terapi,
dan teknologi yang dapat membatu anak dengan cerebralpalsy bertahan
hidup, seperti kursi roda, penyangga kaki, kawat gigi, danlainnya. (Eliyanto
& Hendriani, 2013; Maimunah, 2013; Listiani &Savira, 2015)
Cerebral palsy merupakan suatu keadaan kerusakan jaringan otakpada
pusat motorik atau jaringan penghubungnya, yang terjadi pada masaprenatal,
saat persalinan atau selama proses pembentukan syaraf pusat,ditandai dengan
adanya paralisis, paresis, gangguan kordinasi ataukelainan-kelainan
fungsi motorik. (Clark 1964, dalam Sriwidodo, 1985)
B. Klasifikasi
Cerebral palsy diklasifikasikan menurut anggota badan apa yang terlibat yang
disebut dominasi topografi. Cerebral palsy spastik, karena lesi korteks atau
traktus piramidalis adalah jenis yang paling umum dan terjadi pada sekitar
80% kasus. Jenis cerebral palsy ini dicirikan oleh spastisitas, hiperrefleksia,
klonus, dan refleks Babinski yang sedang berlangsung.
Cerebral palsy ekstrapiramidal atau diskinetik terjadi sekitar 10-15% dari
kasus keseluruhan dan lebih ditandai dengan gerakan tak sadar yang abnormal.
Cerebral palsy ataxic terdiri kurang dari 5% dari keseluruhan kejadian cerebral
palsy
Banyak pasien memiliki karakteristik cerbral palsy spastik dan
ekstrapiramidal. Jenis-jenis cerebral palsy yang khas adalah sebagai berikut:
a. Hemiplegia spastik (20-30%)
Cerebral palsy jenis ini terutama mempengaruhi 1 sisi tubuh antara ain
lengan dan kaki, dengan keterlibatan kelenturan ekstremitas atas lebih dari
ekstremitas bawah, misalnya sisi kanan terlibat dengan lengan lebih dari
kaki kanan. Jika kedua lengan lebih terlibat daripada kaki, kondisi ini dapat
diklasifikasikan sebagai hemiplegia ganda.
b. Diplegia spastik (30-40%)
Cerebral palsy mempengaruhi ekstremitas bawah bilateral lebih dari
ekstremitas atas. Dalam beberapa kasus, hanya ekstremitas bawah yang
terlibat.
c. Spastik quadriplegia (10-15%)
Yaitu Cerebral palsy yang mempengaruhi keempat ekstremitas dan batang
tubuh (seluruh tubuh)
d. Cerebral palsy diskinetik (atetoid, koreoatetoid, dan distonik)
Cerebral palsy dengan tanda ekstrapiramidal yang ditandai dengan gerakan
abnormal, sering dikaitkan dengan hipertonisitas.
e. Cerebral palsy campuran
Cerebral palsy tanpa kualitas tunggal yang dominan, biasanya dicirikan
oleh campuran komponen spastik dan diskinetik
f. Cerbral palsy hipotonik
Cerebral palsy dengan hipotonia badan dan ekstremitas dengan
hiperrefleksia dan refleks primitif yang persisten.
g. Monoplegia
Cerebral palsy dengan keterlibatan dicatat dalam 1 anggota badan, baik
lengan atau kaki. Jika pasien memiliki monoplegia, upaya harus dilakukan
untuk menyingkirkan penyebab selain cerebral palsy.
C. Etiologi
1) Prenatal
Pelekatan plasental yang abnormal
Anoksia
Iradiasi
Isoimunisasi Malnutrisi
Diabetes maternal
Infeksi maternal terutama rubela saat kehamilan memasuki trimester
pertama.
Tidak adanya kompatibilitas faktor Rh atau golongan darah AB
Toksemia
2) Perinatal dan kesulitan kelahiran
Abruptio placentae
Kelahiran sungsang
Tanda vital maternal yang tertekan akibat anestetik umum atau tulang
belakang
Kelahiran dengan forsep
Oksigenasi otak yang tidak cukup
Kelahiran multiple, terutama bayi yang lahir dalam kelahiran multiple.
Placenta previa
Kelahiran prematur
Korda yang mengalami prolaps, disertai keterlambatan mengeluarkan
kepala
Proses kelahiran yang berlangsung lama atau cepat secara tidak lazim
3) Infeksi atau trauma saat masa bayi
Infeksi otak seperti meningitis atau ensefalitis
Tumor otak
Anomali sirkulatorik serebral yang menyebabkan ruptur pembuluh
darah
Trauma kepala atau cedera otak traumatik
Kernikterus yang disebabkan oleh eritroblastosis fetalis
Anoksia dalam waktu lama
Penyakit sistemik yang menyebabkan trombosis atau embolus serebral
D. Tanda dan gejala
a. Cerebral palsy spastik
Refleks tendon dalam hiperaktif
Refleks peregangan meningkat
Kontraksi otot sebagai respons terhadap manipulasi
Otot melemah
Kontraksi dan relaksasi otot yang bergantian dengan cepat
Kecenderungan terhadap kontraktur
Bagian tubuh yang diserang kurang berkembang
Berjalan dengan jari kaki dengan cara berjalan seperti gunting, yaitu
menyilangkan satu kaki di depan kaki yang lain
b. Cerebral palsy atetoid
Gerakan atetoid: meningkat saat stres, menurun saat rileks, tidak
tampak saat tidur
Gerakan tidak terkendali atau involunter seperti menggeliat seperti
menyentak tiba tiba yang mengganggu gerakan volunter
Gerakan involunter yang menyerang lengan lebih berat daripada kaki
Kesulitan bicara akibat gerakan fasial involunter
c. Cerebral palsy ataksik
Ataksia yang membuat gerakan mendadak atau tegas hampir mustahil
dilakukan
Keseimbangan terganggu
Refleks hipoaktif
Tidak ada koordinasi (terutama di lengan)
Kurangnya gerakan kaki saat masa bayi
Otot lemah
Nistagmus
Gemetar (dan juga gemetar yang bermakna)
Cara berjalan yang lebar saat anak mulai berjalan
d. Bentuk campuran
Keabnormalan gigi
Gangguan fungsi motorik yang menyebabkan sulit makan, terutama
menelan, sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan
Gangguan bicara (sekitar 80%)
Retardasi mental (mencapai 40% pasien)
Tidak mampu membaca
Gangguan sawan atau kejang (sekitar 25%)
Kelainan penglihatan dan pendengaran.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1) Elektroensefalografi (EEG)
EEG bertujuan untuk melihat aktivitaslistrik otak, dengan
menggunakan bantuan alat khusus yangdisambungkan ke kulit kepala.
2) Uji pencitraan
Uji pencitraan dilakukan untuk melihat area otakyang rusak atau
berkembang tidak normal. Sejumlah uji pencitraanyang dapat dilakukan
adalah MRI, CT scan, dan USG.
3) Dokter saraf juga dapat menjalankan pemeriksaan fungsi luhur
untukmenemukan adanya gangguan kecerdasan, serta gangguan
dalambicara, mendengar, melihat, dan bergerak
F. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas
1) Laki-laki lebih banyak dari pada wanita.
2) Sering terjadi pada anak pertama è kesulitan pada waktu melahirkan.
3) Kejadin lebih tinggi pada bayi BBLR dan kembar.
4) Umur ibu lebih dari 40 tahun, lebih-lebih pada multipara.
2. Keluhan utama
Biasanya pada cerebral palsy didapatkan keluhan utama yaitu : Sukar
makan atau menelan , otot kaku, sulit bicara, kejang, badan gemetar,
perkembangan yang terlambat dari anak normal, perkembangan
pergerakan kurang, postur tubuh abnormal, refleks bayi persisten,
ataxic, kurang tonus otot dan permasalahan pada BAB dan BAK.
3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak dengan cerebral palsy di dapatkan postur tubuh
abnormal,
pergerakan kurang, otot kaku, gerakan involunter atau tidak
terkoordinasi, Peningkatan atau penurunan tahanan pada gerakan
pasif, postur opistotonik (lengkung punggung berlebihan)
Kelemahan Otot, Retardasi Mental, Gangguan Hebat- Hipotonia,
Melempar/Hisap Makan, Gangguan
Bicara/Suara, Visual Dan Mendengar.
Riwayat kesehatan dahulu
Prenatal : adanya gangguan pergerakan janin, adanya penyakit ibu
(toxoplasmosis, rubella), keracunan kehamilan.
Natal : adanya premature, penumbungan atau lilitan tali pusar,
trauma lahir.
Post natal : adanya truma kapitis, meningitis, luka paruh pada otak
pasca operasi, atau lesi karena trauma.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Cerebral palsy biasanya terjadi pada ibu hamil yang usianya lebih
dari 40 tahun, riwayat jatuh, kecelakaan ,terjadi kesulitan waktu
melahirkan, anoxia janin.
4. Pemeriksaan fisik
1) Fungsi Intelektual
Biasanya ditemukan pembelajaran dan penalaran subnormal
(retardasi mental pada kira-kira dua pertiga individu), kecerdasan di
bawah normal, kesulitan belajar dan gangguan perilaku.
2) Pemeriksaan reflek
Refleks infantile primitive menetap (reflek leher tonik ada pada usia
berapa pun, tidak menetap diatas usia 6 bulan), Refleks Moro,
plantar, dan menggenggam menetap atau hiperaktif, hiperefleksia,
klonus pergelangan kaki dan reflek meregang muncul pada banyak
kelompok otot pada gerakan pasif cepat.
3) Pemeriksaan tonus
Peningkatan ataau penurunan tahanan pada gerakan pasif, postur
opistotonik (lengkung punggung berlebihan), merasa kaku dalam
memegang atau berpakaian, kesulitan dalam menggunakan popok,
kaku atau tidak menekuk pada pinggul dan sendi lutut bila ditarik
ke posisi duduk (tanda awal).
Pertumbuhan dan Perkembangan
Perlambatan perkembangan motorik kasar Manifestasi umum,
pelambatan pada semua pencapaian motorik, meningkat sejalan
dengan pertumbuhan, Monitor Respon Bermain Anak Lambat.
Tampilan motorik abnormal Penggunaan tangan unilateral yang
terlalu dini, merangkak asimetris abnormal, berdiri atau berjinjit,
gerakan involunter atau tidak terkoordinasi, menghisap buruk,
kesulitan makan, sariawan lidah menetap.
b. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
c. Intervensi
Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
Luaran: Mobilitas Fisik Meningkat (L. 05042)
Pergerakan ekstermitas meningkat
Kekuatan otot meningkat
Rentang Gerak (ROM) meningkat
Kecemasan menurun
Kaku sendi menurun
Gerak tidak terkoordinasi menurun
Gerakan terbatas menurun
Kelemahan fisik menurun
Intervensi Keperawatan: Dukungan Ambulasi (I.06171)
Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
ambulasi
Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. tongkat, kruk)
Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
ambulasi
Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
Anjurkan melakukan ambulasi dini
Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. berjalan dari
tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Hallman-Cooper JL, Rocha Cabrero F. 2021. Cerebral Palsy. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538147/
Nursing. Seri Untuk Keunggulan Klinis (2011). Menafsirkan Tanda dan Gejala
Penyakit. Jakarta: PT Indeks
Patel, D. R., Neelakantan, M., Pandher, K., & Merrick, J. (2020). Cerebral palsy in
children: a clinical overview. Translational pediatrics, 9(Suppl 1), S125–S135.
https://doi.org/10.21037/tp.2020.01.01
Paul Martin RN. 2019. Cerebral Palsy Nursing Care Plans. Nurses Lab.
https://nurseslabs.com/cerebral-palsy-nursing-care-plans/
PPNI, 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II.
DPP PPNI. Jakarta
PPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II.
DPP PPNI. Jakarta
PPNI, 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP
PPNI. Jakarta