Kelompok 6 KEPERAWATAN
3B
Reffy Diani N
Shinta Handayani
Sri Indartini
A. Definisi
Palsi serebralis adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif,
oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat
yang sedang tumbuh/beluym selesai pertumbuhannya (Soetjiningsih, 1995). Serebral
palsi adalah suatu spectrum defisit neurologis motorik yang predominan yang terjadi
akibat gangguan prenatal atau perinatal, kadang disertai dengan kesulitan belajar, masalah
perilaku, dan eplepsi, tetapi sering mampu bertahan hidup hingga dewasa (Ginsberg,
2008).
B. Etiologi
· Anoxia/hipoksia
· Perdarahan otak
· Prematuritas
· Ikterus
· Meningiritis purulenta
c) Pasca natal
· Adanya malformasi pada otak, penyumbatan pada vaskuler, atropi, hilangnya neuron
dan degenerasi laminar akan menimbulkan narrowe gyri, saluran sulci dan berat otak
rendah.
· Anoxia merupakan penyebab yang berarti dengan kerusakan otak, atau sekunder dari
penyebab mekanisme yang lain. Cerebral palcy dapat dikaitkan dengan premature yaitu
spastic diplegia yang disebabkan oleh hypoxic infarction atau hemmorage dalam
ventrikel.
· Type athetoid/dyskenetik disebabkan oleh kernicterus dan penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir, adanya pigmen berdeposit dalam basal ganglia dan beberapa saraf nuclei
cranial. Selain itu juga dapat terjadi bila basal ganglia mengalami injury yang ditandai
dengan tidak terkontrol, pergerakan yang tidak disadari dan lambat.
· Type Cerebral Palcy hemiparatik, karena trauma pada kortek atau CVA pada arteri
cerebral tengah. Cerebral hypoplasia : hypogli-ceria neonatal dapat dihubungkan dengan
ataxia cerebral palcy.
· Spastic Cerebral Palcy yang paling sering dan melibatkan kerusakan pada motor
kortex yang ditandai dengan ketegangan otot dan hiperesponsif. Reflex tendon yang
dalam akan meningkatkan dan menstimulasi yang dapat menyebabkan pergerakan
sentakan yang tiba-tiba pada sedikit atau semua ekstremitas.
· Ataxic cerebral palcy adanya injuri dari serebrum yang mana mengatur koordinasi,
keseimbangan dan kinestik akan tampak pergerakan yang tidak koordinasi pada
ekstremitas atas bila anak memegang atau mengapai benda. Adanya pergerakan berulang
dan cepat namun minimal.
· Rigid/tremor/atonik cerebral palcy ditandai dengan kekakuan pada kedua otot
fleksor dan ekstensor. Type ini mempunyai prognosis yang buruk karena ada deformitas
multiple yang terkait kurangnya pergerakan aktif.
(Suriadi & Rita Yuliani, hal.50)
D. Manifestasi Klinis
a. Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dengan reflek yang disertai dengan klonus dan
reflex babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak
menghilang, meskipun penderita dalam keadaan tidur.
Peninggian tonus itu tidak sama derajatnya pada suatu gabungan otok karena itu
tampak sikap yang khas dengan kecenderungan terjadi kontraktor misalnya
lengan dalam aduksi.
Feksi pada sendi siku dan pergelangan tangan delam posisi dan jari-jari dalam
fleksi sehingga ibu jari melintang ditelapak tangan.
b. Tonus otot yang berubah
Bayi pada golngan ini pada usia bulan pertama tampak flaksid (lemas) dan
berbaring seperti kodok terlentang sehingga tampak seperti kelainan pada flower
motor neuron bila bayi dibiarkan berbaring tampak flaksid dan sikapnya seperti
kodok terlentang tetapi bila dirangsang atau mulai diperiksa otot tonusnya
berubah menjadi spatis.
c. Koreo-Atetosis
Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi
dengan sendirinya.
d. Ataksia
Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flaksid
dan menunjukan perkembangan motorik yang lambat.
e. Gangguan Pendengaran
Gangguan berupa kelainan neurogen terutama presepsi nada tinggi sehingga sulit
menangkap kata-kata.
f. Gangguan Bicara
Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pendengaran atau retardasi mental.
Gerakan yang terjadi dnegan sendirinya di bibir dan lidah menyebabkan sukar
mengontrol otot-otot tersebut sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering
anak tampak berliur.
g. Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konverjen dan kelainan retraksi.
(Ngastiyah, 203-204)
E. Penatalaksanaan