Anda di halaman 1dari 7

Keperawatan Paliatif

Kelompok 6 KEPERAWATAN
3B
 Reffy Diani N
 Shinta Handayani
 Sri Indartini

Pengkajian Bio – Psiko – Sosio - Kulturo- Spiritual


Pasien Cerebral Palsy

A. Definisi

Palsi serebralis adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif,
oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat
yang sedang tumbuh/beluym selesai pertumbuhannya (Soetjiningsih, 1995). Serebral
palsi adalah suatu spectrum defisit neurologis motorik yang predominan yang terjadi
akibat gangguan prenatal atau perinatal, kadang disertai dengan kesulitan belajar, masalah
perilaku, dan eplepsi, tetapi sering mampu bertahan hidup hingga dewasa (Ginsberg,
2008).

Cerebral palsy merupakan paralisis dari otak, merupakan gangguan yang


mempengaruhi pergerakan dan keseimbangan tubuh atau posisi tubuh. Gangguan ini
berasal dari kerusakan otak yang terjadi pada saat bayi dalam kandungan, pada saat
persalinan, atau pada masa bayi. Gangguan ini dapat menjadi lebih buruk dan sebaliknya
tergantung pada kita merawatnya dan seberapa berat kerusakan otak yang terjadi.
Semakin awal kita memulai untuk merawat dengan baik dan cermat, perbaikan dapat kita
dapatkan (Hesperian heath guides, 2012).
Menurut Eilert (2008) dalam Pillieteri (2010) Cerebral palsy adalah sekumpulan
kelainan nonprogressive dari kerusakan saraf motorik atas yang menyebabkan disfungsi
motorik. anak tersebut juga bisa mengalami kesulitan berbicara, hiperaktif. kejang otot
dapat menyebabkan kesulitan berjalan. 

B.  Etiologi

Penyebab Cerebral Palcy dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu prenatal.


Prenatal dan pascanatal
a) Pranatal

Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin,


misalnya oleh Lues, toxoplasmosis, rubella dan penyakit infeksi sitomegalitik.
Kelainan menyolok biasanya gangguan pergerakan dan retyardasi mental. Selain
itu anoxia dalam kandungan, terkena radiasi sinar X dan keracunan kehamilan
dapat mimbulkan cerebral palcy.
b) Periperal

·         Anoxia/hipoksia
·         Perdarahan otak
·         Prematuritas
·         Ikterus
·         Meningiritis purulenta
c) Pasca natal

Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat


menyebabkan cerebral palcy, misalnya pada meningitis, ensefalitis, dan luka parut
pada otak pasca operasi.
(Ngastiyah,201)
C. Patofisiologi

·         Adanya malformasi pada otak, penyumbatan pada vaskuler, atropi, hilangnya neuron
dan degenerasi laminar akan menimbulkan narrowe gyri, saluran sulci dan berat otak
rendah.
·         Anoxia merupakan penyebab yang berarti dengan kerusakan otak, atau sekunder dari
penyebab mekanisme yang lain. Cerebral palcy dapat dikaitkan dengan premature yaitu
spastic diplegia yang disebabkan oleh hypoxic infarction atau hemmorage dalam
ventrikel.
·         Type athetoid/dyskenetik disebabkan oleh kernicterus dan penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir, adanya pigmen berdeposit dalam basal ganglia dan beberapa saraf nuclei
cranial. Selain itu juga dapat terjadi bila basal ganglia mengalami injury yang ditandai
dengan tidak terkontrol, pergerakan yang tidak disadari dan lambat.
·         Type Cerebral Palcy hemiparatik, karena trauma pada kortek atau CVA pada arteri
cerebral tengah. Cerebral hypoplasia : hypogli-ceria neonatal dapat dihubungkan dengan
ataxia cerebral palcy.
·         Spastic Cerebral Palcy yang paling sering dan melibatkan kerusakan pada motor
kortex yang ditandai dengan ketegangan otot dan hiperesponsif. Reflex tendon yang
dalam akan meningkatkan dan menstimulasi yang dapat menyebabkan pergerakan
sentakan yang tiba-tiba pada sedikit atau semua ekstremitas.
·         Ataxic cerebral palcy adanya injuri dari serebrum yang mana mengatur koordinasi,
keseimbangan dan kinestik akan tampak pergerakan yang tidak koordinasi pada
ekstremitas atas bila anak memegang atau mengapai benda. Adanya pergerakan berulang
dan cepat namun minimal.
·         Rigid/tremor/atonik cerebral palcy ditandai dengan kekakuan pada kedua otot
fleksor dan ekstensor. Type ini mempunyai prognosis yang buruk karena ada deformitas
multiple yang terkait kurangnya pergerakan aktif.
(Suriadi & Rita Yuliani, hal.50)
D. Manifestasi Klinis

a.       Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dengan reflek yang disertai dengan klonus dan
reflex babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak
menghilang, meskipun penderita dalam keadaan tidur.
Peninggian tonus itu tidak sama derajatnya pada suatu gabungan otok karena itu
tampak sikap yang khas dengan kecenderungan terjadi kontraktor misalnya
lengan dalam aduksi.
Feksi pada sendi siku dan pergelangan tangan delam posisi dan jari-jari dalam
fleksi sehingga ibu jari melintang ditelapak tangan.
b.      Tonus otot yang berubah
Bayi pada golngan ini pada usia bulan pertama tampak flaksid (lemas) dan
berbaring seperti kodok terlentang sehingga tampak seperti kelainan pada flower
motor neuron bila bayi dibiarkan berbaring tampak flaksid dan sikapnya seperti
kodok terlentang tetapi bila dirangsang atau mulai diperiksa otot tonusnya
berubah menjadi spatis.
c.       Koreo-Atetosis
Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi
dengan sendirinya.
d.      Ataksia
Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flaksid
dan menunjukan perkembangan motorik yang lambat.
e.       Gangguan Pendengaran
Gangguan berupa kelainan neurogen terutama presepsi nada tinggi sehingga sulit
menangkap kata-kata.
f.       Gangguan Bicara
Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pendengaran atau retardasi mental.
Gerakan yang terjadi dnegan sendirinya di bibir dan lidah menyebabkan sukar
mengontrol otot-otot tersebut sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering
anak tampak berliur.
g.      Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konverjen dan kelainan retraksi.
(Ngastiyah, 203-204)
E. Penatalaksanaan

a.        Penatalaksanaan Medik


Pengobatan kausal tidak ada, hanya simptonatik. Pada keadaan ini perlu
kerjasama yang baik dan merupakan “satu tim” antara dokter anak, neurology,
psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikolog, fisiotrapi,
occupational therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar bisa dan orang tua pasien.
·         Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut membantu
program latihan dirumah. Untuk mencegah konraktur perlu diperhatikan posisi
pasien pada waktu istirahat atau tidur. Bagi pasien yang berat dianjurkan untuk
sementara tinggal di pusat latihan. Fisioterapi ini dilakukan sepanjang pasien
hidup.
·         Tindakan Bedah
Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan
pembedahan otot tendon atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut.
b.       Penatalaksanaan Keperawatan
Tindakan yang dapat dilakukan ialah :
·         Mengobservasi dengan cermat bayi-bayi baru lahir yang berisiko, (baca
status bayi secara cermat mengenai riwayat kehamilan). Jika dijumpai adanya
kejang atau sikap bayi yang tidak biasa pada neonates segera memberitahukan
dokter agar dapat dilakukan penanganan semestinya.
·         Jika telah diketahui bayi lahir dengan resiko terjadi gangguan pda otak
walaupun selama di ruang perawatan tidak terjadi kelainan agar dipesankan pada
orang tua jika melihat sikap bayi yang tidak normal supaya segera dibawa
konsultasi ke dokter.
c.        Penatalaksanaan Terapeutik
1.      Terapi Fisik
·         Brances (alat penokong)
·         Splint (pembalut)
·         Casting (pemasangan gibs)
·         Alat-alat : Kursi roda atau yang lainnya
·         Terapi kerja : menulis, makan, minum, dll
·         Terapi bicara
·         Pendidikan khusus
·         Terapi social
·         Terapi psikolog
2.      Terapi Medikal
·         Diazepam untuk anak > 6 bln. dosis 0,12-0,8 mg/KG BB/hari/oral
( dibagi dalam 6-8 jam)
·         Baclofen untuk 2-7 tahun.dosis 10-40 mg/hari/oral. (dibagi dalam 3-4
dosis) dosis dimulai 2.5-5 mg/oral 3 x / hari dinaikan 5-15 mg /hari.
Untuk 8-11 tahun, dosis 10-60 mg/hari/oral dibagi dalam 3-4 dosis. Dosis
dimulai 2.5-5 mg/oral 3x/hari, kemudian dinaikan 15 mg/hari, max 80
mg/hari.
Untuk >12 tahun, dosis 20-80 mg/hari/oral/3x/hari, di bagi dalam 3-4
dosis. Dosis dimulai 5 mg/oral/3x/hari, kemudian dinaikan 15 mg/hari,
max 80 mg/hari.
·         Dantroleng
Dosis dimuali dari 25 mg/hari, max 40 mg/hari
·         Botolinum Toxin (Botox)
Menghambat pelebaran acetylcholine dari presinaptik pada pertemuan otot
dan saraf. Kombinasinya melemahkan dan menguatkan otot yang
berlawanan kerja.
·         Baclofen Intratekal.
Indikasi : membantu penderita dalam mengatasi kekakuan otot yang
sangat mengganggu fungsi normal tubuh

DATA BIO – PSIKO – SOSIO – KULTURO - SPIRITUAL


1) Nutrisi
a. Tanda : Intake yang kurang
2) Makanan dan minuman
a. Gejala : Kesulitan menelan
b. Tanda : Muntah, turgor kulit jelek, mukosa kering
3) Eliminasi
a. Gejala : Konstipasi
4) Aktivitas/Istirahat
a. Gejala : Perasaan tidak enak malaise
b. Tanda : Atasksim masalah berjalan, kelemahan, keterbatasan dalam rentang
gerak, hilangnya koordinasi gerakan
5) Neurosensori
a. Gejala : Sakit, kejang/kaku, gangguan penglihatan, hilangnya koordinasi
Gerakan, gangguan menangkap suara tinggi, gangguan bicara, berliur, bibir
dan lidah terjadi Gerakan dengan sendirinya, strabismus konvergen dan
kelainan refraksi
b. Tanda : Penurunan keseimbangan, intention tremor
6) Kebersihan diri
a. Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri
7) Rasa nyaman
a. Gejala : Nyeri umum atau local apabila ada luka, contoh decubitus luka yang
menjadi borok akibat mengalami kelumpuhan menyeluruh sehingga harus
selalu berbaring di tempat tidur
8) Rasa Aman
a. Gejala : Riwayat jatuh
9) Belajar
Pada pasien Cerebral Palsy, kemampuan pasien tidak semua terganggu
kecerdasannya, mereka memiliki kadar kecerdasan pada taraf rata-rata bahkan ada
yang diatas rata-rata.
10) Hubungan social
a. Tanda : Gangguan dalam berinteraksi dengan orang lain (menarik diri)
11) Spiritual
Pada pasien Cerebral Palsy, meniru kegiatan ritual yang dapat mempengaruhi
citra diri

Anda mungkin juga menyukai