Oleh:
Naya Ernawati,S.Kep,Ns,M.Kep
Definisi
• Cerebral: Kedua belahan otak/hemisphere
• Palsy: Berbagai macam penyakit yang mengenai pusat
pengendalian motorik tubuh
• Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi
pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-
sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak
progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum
selesai pertumbuhannya.
Definisi
• Terjadi pada waktu masih muda (sejak di lahirkan) dan merintangi
perkembangan otak normal dengan gambaran klinis dapat berubah
selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan
pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis
, gangguan ganglia basalis dan serebellum dan kelainan mental
• Cerebral palsy pada dasarnya adalah gangguan terhadap
pergerakan dan postur tubuh.
Epidemiologi
• Angka kejadian di Indonesia diperkirakan 1-5 per 1000
kelahiran hidup
• Angka kejadian tinggi pada anak BBLR
• Umur ibu > 40 tahun dan multipara
• 80% tipe spastik
• 85-95 % merupakan CP kongenital
Etiologi
1. Pranatal (konsepsi-gestasi 28 minggu): Infeksi intrauterin, radiasi,
asfiksia, gangguanpertumbuhan, atau genetik.
2. Perinatal (Gestasi > 28 minggu- kelahiran): Anoksia/hipoksia,
Perdarahan otak, prematuritas, Ikterus, Meningitis purulenta.
3. Pascanatal (saat kelahiran, usia 1-3 tahun): trauma kapitis,
meningitis dan luka parut pada otak pasca bedah
1. Spastik
Otot mengalami kekakuan dan beresiko mengalami kontraktur, pada
saat berjalan kedua tungkai tampak kaku dan lurus seperti gunting.
CP Spastik jika dibagi berdasarkan jumlah ekstremitas yang terkena
adalah:
a. Quadriplegic CP Spastisitas yang terjadi pada keempat ekstremitas
tubuh,
b. Hemiplegic CP Bila mengenai satu sisi tubuh dan biasanya lengan
lebih parah, disertai tremor hemiparesis.
c. Diplegic CP Keempat ekstremutas terkena, tetapi kaki lebih berat
dari pada lengan.
d. Triplegia Bila mengenai tiga ekstremitas, biasanya pada kedua
lengan dan satu kaki.
2. CP Atetoid atau diskinetik
• Kerusakan sistem ekstrapiramidal, mempunyai
karakteristik gerakan menulis yang tidak terkontrol.
gerakan abnormal pada lengan tangan, kaki, lengan dan
tungkai. Berapa kasus terjadi pada muka dan lidah
menyebabkan wajah menyeringai dan mengeluarkan air
liur. Gangguan kopordinasi gerakan otot bicara dan
gejala meningkat pada kondisi stres.
3. CP Ataksid
• Jarang Dijumpai (5-10%) Kelainan pada serebelum dan
serabut asosiasinya. Adanya gangguan keseimbangan,
terlihat pada saat anak mengalami gangguan
keseimbangan saat anak belajar duduk. Gangguan
dalam koordinasi, berjalan tidak stabil, kaki terbuka lebar
saat berjalan Tremor
4. Komplikasi Akibat kelainan Motorik
• CT scan kepala
• MRI kepala
• USG kepala
• Pemeriksaan EEG
Penatalaksanaan
Tujuan utama tata laksana CP:
1. Mengembangkan sisa kemampuan anak seoptimal
mungkin
2. Melakukan aktifitas sehari-hari tanpa bantuan atau
sedikit bantuan
3. Agar pasien tidak menjadi beban sosial
4. Mampu untuk hidup dalam masyarakat
Penatalaksanaan
1. Rehabilitasi
• Sedini mungkin, diagnosa ditegakkan umur (6-8 bulan)
• Tujuan: Mengajari aktivitas perawatan diri, melatih
penggunaan tangan, melatih bicara yang adekuat,
memiliki sikap tubuh yang normal, mengurangi
kontraktur dan deformitas.
Penatalaksanaan
2. Phisical Therapy: Meningkatkan interaksi baya
dan pengasuh, dukungan keluarga,
memperbaiki ketrampilan motorik kasar dan
motorik halus.
3. Speech Therapy: Proses menelan dan
komunikasi, pengembangan ketrampilan
kognitif.
4. Occupational therapy: Dilatih untuk bisa
berpakain, makan, dan minum
Penatalaksanaan
Medik
Pengobatan kausal tidak ada, hanya simtomatik. Pada
keadaan ini perlu kerja sama yang baik dan merupakan
suatu tim dokter anak, neurolog, psikiater, dokter mata,
dokter THT, ahli ortopedi, psikolog, fisioterapi,
occupatiional therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar
biasa dan orangtua pasien.
Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang
tua turut membantu program latihan dirumah. Untuk
mencegah kontraktur perlu diperhatika posisis pasien
pada waktu istirahat atau tidur. Bagi pasien yang berat
dianjurkan untuk sementara tinggal dipusat latihan.
Fisioterapi ini dilakukan sepanjang pasien hidup.
Penatalaksanaan
• Bedah: Bila terdapat hipertonus otot atau
hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan
pembedahan otot, tendon atau tulang untuk reposisi
kelainan tersebut. Pembedahan stereotatik dianjurkan
pada pasien dengan pergerakan koreotetosis yang
• Obat-obatan
Pasien sebral palsi (CP) dengan gejala motorik ringan
adalah baik, makin banyak gejala penyertanya dan
makin berat gejala motoriknya makin buruk
prognosisnya. Obat-obatan yang biasa digunakan yaitu:
Diazepam, Baclofen, and Dantrolene.
Pencegahan
• CP dapat dicegah dengan menghilangkan faktor etiologi yang
menyebabkan kerusakan jaringan otak pada masa prenatal, natal,
dan postnatal.
• Cegah cedera kepala.
• Ikterus neonatorum segera ditangani
• Antenatal care.
AsuhanKeperawatan
• Pengkajian
• Diagnosa Keperawatan
• Intervensi Keperawatan
• Implementasi Keperawatan
• Evaluasi Keperawatan
Kesimpulan
Cerebral Palsy adalah suatu keadaan kerusakan jaringan
otak yang kekal dan tidak progresif. Terjadi pada waktu masih
muda (sejak di lahirkan) dan merintangi perkembangan otak
normal dengan gambaran klinis dapat berubah selama hidup
dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan,
disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis,
gangguan ganglia basalis dan serebellum dan kelainan
mental.
Pengobatan kasual pada cerebral palsy tidak ada, hanya
simtomatik. Pada keadaan ini diperlukan teamwork dengan
rencana pendekatan kepada masalah individu anak. Anak,
orang tua, dokter anak, dokter saraf, perawat, ahli terapi fisik,
psikiater dan pihak sekolah harus turut serta .
TERIMA KASIH
Asuhan Keperawatan Anak dengan
Hidrosefalus
Oleh :
Naya Ernawati,S.Kep,Ns,M.Kep
Definisi
1. Hidro = air, Cephalon = kepala
2. Dapatan (acquired):
a. Pendarahan subarachnoid
b. Pendarahan intraventrikular, trauma, infeksi (meningitis), tumor
c. Komplikasi operasi atau trauma hebat di kepala.
Manifestasi Klinis
• Infant:
Gejala hidrosefalus kongenital (55% dari seluruh hidrosefalus) yang terjadi
saat bayi baru lahir, antara lain:
1. Kepala bayi terlihat lebih besar, juga bertambah besar jika dibandingkan
dengan anak seusianya.
2. Kulit kepala bayi tipis dan pembuluh darah kebiruan dapat terlihat dengan
jelas.
3. Bayi terlihat mengantuk terus atau kurang responsif terhadap lingkungan
sekitarnya.
4. Kaki dan tangan berkontraksi terus, sehingga terlihat kaku dan sulit
digerakkan.
5. Bayi mengalami keterlambatan perkembangan, misalnya umur 6 bulan
belum bisa tengkurap, atau umur 9 bulan belum bisa duduk.
6. Napas tidak teratur.
Manifestasi Klinis
• Beberapa gejala hidrosefalus didapat
(acquired hydrocephalus), antara lain:
• Asetazolamid
• Furosemid
• Antibiotika (Bila ada kuman penyebab)
B. Pembedahan
• Surgical removal or bypass the obstruction
using a ventriculoperitoneal (VP) shunt
atau AV shunt
• Komplikasi :
Hernia serebri
Kejang
Renjatan
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Prioritas:
• Pre Operasi
1. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial b.d peningkatan tekanan
intrakranial sekunder terhadap peningkatan jumlah CSS
2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d pembesaran kepala
3. Resiko kerusakan integritas kulit b.d imobilisasi kepala
4. Resiko cidera b.d kejang
5. Kegagalan perkembangan b.d ketidakmampuan melewati fase
perkembangan sesuai usia berhubungan dengan gangguan fungsi
serebral.
• Post Operasi
ASSALAMUALAIKUM WR WB
ROSSYANA S HERIANTO
CTEV (CONGENITAL TALIPES EQUINOVARUS) ADALAH :
• 50% kasusnya adalah bilateral. Pada kasus unilateral, kaki kanan lebih
sering terkena.
ETIOPATOGENESIS
• Belum sepenuhnya dimengerti
• Cast terpasang dipasang dari jari kaki hingga 1/3 atas paha dengan
lutut fleksi 90 derajat dan akan diganti setiap 5-7 hari
Tahapan ponseti metode
C : Cavus: supinasi forefoot relatif terhadap hindfoot melalui penekanan pada meta
tarsal I.( cast 1)
A : Forefoot adductus : dengan supinasi pedis dan counter pressure pada head
of talus (cast2-4)
V : Hindfoot varus: dengan supinasi pedis dan counter pressure pada head of talus
(cast 2-4)
E : Hindfoot equinus: hindfoot dalam posisi sedikit valgus dan pedis abduksi
70 derajat relative terhadap cruris (cast 5)
*Setelah cast dilepas, foot abduction orthosis (sering disebut Denis Browne barand shoes)
diberikan untuk mencegah rekurensi deformitas, untuk remodeling persendian dengan
tulang-tulang dalam posisi baik,dan untuk meningkatkan kekuatan otot kaki.
•
* Alat ini berupa sepatu yang terhubung dengan dynamic bar (kira-kira sepanjang bahu
pasien). Rotasi sepatu terhadap barsekitar 60-70 derajat eksternal rotasi pada kaki clubfoot
dan 40 derajat eksternal rotasi pada kaki normal. Alat ini dipakai 22-23 jam sehari selama 3
bulan, lalu saat tidur malam dan siang (12 - 14 jam sehari) hingga anak berusia 1 tahun,
dan saat tidu rmalam hingga usia 3 – 4 tahun
PemasanganOrtohosis
Achiles tenotomy
Ada 90% kasus diperlukan adanya Achilles tenotomy
Tenotomy dapat dilakukan dengan thin cataract knife yang steril
pedis ditahan oleh asisten dengan tekanandorso fleksi yang ringan hingga sedang
Pisau memasuki kulit sepanjang batas medial tendon Achilles
Counter pressure dengan jari telunjuk dari arah berlawanan akan mendorong
tendon ke pisau dan mencegah laserasi yang tidak diinginkan
Tenotomy yang berhasil ditandai dengan palpable pop dan adanya kemampuan untuk
dorso fleksi tambahan sejauh 15 - 20º
Tidak perlu ada jahitan dan dipasangkan cotton cast padding steril, diikuti dengan
pemasangan long leg cast pada maksimal dorso fleksi dengan abduksi 70 derajat
•
Achilles Tenotomy
French metode
• Metode ini memerlukan manipulasi setiap harinya dan diikuti dengan
pemakaian adhesive tapping untuk menjaga posisi kaki yang telah dikoreksi
dengan peregangan (stretching).
• Harian berlangsung selama dua bulan, lalu menjadi 3 kali seminggu selama
enam bulan. Saat kaki telah berhasil terkoreksi, tetap dilakukan
home exercise dan night splint hingga sang anak mencapai usia berjalan,
kira-kira usia 2 - 3 tahun
•
French metode
TINDAKAN OPERATIF
1. Turco : One stage posteromedial release Koreksi terhadap calcaneus
dengan dilakukan subtalar release (lateral, posterior, medial) dan
juga calcaneo fibular ligament.
2. Carrol : Plantar fascial release dan capsulotomy dari calcaneo cuboid
joint
3. Goldner : Koreksi dari rotasi talus dan tibio talar joint release
4. McKay dan Simons : Prosedurnya lebih ekstensif,
mayoritas struktur peritalar dibebaskan.
•
Komplikasi operasi
1.Hilangnyakoreksi
2.Navicular dorsal subluxation
3.Valgus overcorrection
4.Dorsal bunion
•
Revisi dan Prosedur Sekunder
Soft Tissue Surgery
1.Percutaneus Achilles Tenotomy
2. Anterior Tibial Muscle Surgery
3.Posteromedial Soft-tissue Release(PMR)
•
Revisidan Prosedur Sekunder
Bony Surgery
1.Lateral Column Shortening
2.Calcaneal Osteotomy
3.Supramalleolar Osteotomy
4.Triple Arthrodesis
•
Daftar pustaka
ASSALAMUALAIKUM WR WB
Rossyana s herianto
DEFINISI HIRSCHSPRUNG
• PENYAKIT HIRSCHSPRUNG ADALAH SUATU
KELAINAN TIDAK ADANYA SEL GANGLION
PARASIMPATIS PADA USUS, DAPAT DARI
KOLON SAMPAI PADA USUS HALUS (Ngastiyah)
• PENYAKIT HIRSCHSPRUNG ADALAH ANOMALI
KONGENITAL YANG MENGAKIBATKAN
OBSTRUKSI MEKANIK KARENA KETIDAK
ADEKUATAN MOTILITAS SEBAGIAN DARI USUS
(Donna L. Wong)
Macam-Macam Penyakit Hirschsprung
• Penyakit Hirschsprung segmen pendek
• Penyakit Hirschsprung segmen panjang
FAKTOR RESIKO
1. Faktor Genetik dan Kromosom
2. Faktor Mekanik
3. Faktor Infeksi
4. Faktor Obat
5. Faktor Umur ibu
6. Faktor Hormonal
7. Faktor Radiasi
8. Faktor Gizi
9. Faktor-faktor lain (kongenital yang tidak
diketahui penyebabnya).
ETIOLOGI HIRSCHSPRUNG
Penyakit Hirschsprung disebabkan karena
kegagalan migrasi sel-sel syaraf parasimpatis
myentericus dari cephalo ke caudal sehingga
sel ganglion selalu tidak ditemukan dimulai
dari anus dan panjangnya bervariasi.
• Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion pra
simpatis dari pleksus Auerbach di kolon
• Sering terjadi pada anak dengan “Down
Syndrome”
Tanda dan Gejala
( Betz Cecil &Sowden)
• Tidak ada pengeluaran mekonium (mengalami
keterlambatan dalam mengeluarkan
mekonium > 24 jam)
• Muntah berwarna hijau
• Distensi abdomen, konstipasi
• Diare yang berlebihan yang paling menonjol
dengan pengeluaran tinja/pengeluaran gas
yang banyak.
PATOFIOLOGI
• Semua ganglion pada intramural plexus dalam
usus berguna untuk kontrol kontraksi dan
relaksasi peristaltik secara normal.
• Isi usus mendorong ke segmen aganglionik
dan feses terkumpul di daerah tersebut,
menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang
proksimal terhadap daerah itu karena terjadi
obstruksi dan menyebabkan dibagian colon
tersebut melebar (Price, S dan ilson).
MANIFESTASI KLINIS
1. Masa Neonatal :
* Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24 -
48 jam setelah lahir
* Muntah berisi empedu
* Enggan minum
* Distensi abdomen
MANIFESTASI KLININS
2. Masa Bayi dan Anak-Anak : (Betz)
* Konstipasi
* Diare berulang
* Tinja seperti pita, berbau busuk
* Distensi abdomen
* Gagal tumbuh
* Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi
KOMPLIKASI
a. Gawat pernafasan (akut)
• Disebabkan karena distensi abdomen yang
menekan paru-paru sehingga mengganggu
ekspansi paru.
b. Enterokolitis (akut)
• Disebabkan karena perkembangbiakan bakteri
dan pengeluaran endotoxin
c
KOMPLIKASI
c. Pneumatosis usus
• Disebabkan karena bakteri yang tumbuh berlainan pada
daerah kolon dan perkembangbiakan bakteri yang
menyebabkan iskemik distensi berlebihan pada dinding
kolon.
d. Stenosis Striktura Ani
• Gerakan muskulus sfingter ani tak pernah mengadakan
gerakan kontraksi dan relaksasi karena ada colostomy
sehingga terjadi kekakuan ataupun penyempitan.
• Otruksi usus
• Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
• Konstipasi
KOMPLIKASI
e. Perforasi
• Disebabkan karena aliran darah ke mukosa
berkurang dalam waktu cukup lama.
f. Septikemia
• Disebabkan karena perkembangbiakan bakteri
dan pengeluaran endotoxin yang disebabkan
iskemia kolon yang dapat menyebabkan
distensi yang berlebihan pada dinding usus.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Foto Abdomen
• Enema Barium
• Biopsi Rectal
• Manometri anorektal
PENATALAKSANAAN
• Pembedahan hirschsprung dilakukan dalam
dua tahap, yaitu :
• Dilakukan kolostomi loop atau double-barrel
sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi
dan hipertropi dapat kembali normal biasanya
memerlukan waktu 3 – 4 bulan, kemudian
dilanjutkan dengan salah satu dari tiga
prosedur berikut :
PENATALAKSANAAN
1. Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap
segmen aganglionik untuk melepaskan
obstruksi dan secara normal melemah dan
terdilatasinya usus besar untuk
mengembalikan ukuran normalnya.
2. Pembedakan koreksi diselesaikan atau
dilakukan lagi biasanya saat berat bada anak
mencapai 9 kg (20 pounds) atau sekitar 3
bulan setelah operasi pertama.
PENATALAKSANAAN
3. Ada beberapa prosedur pembedahan yang
dilakukan seperti Swenson, Duhamel, Boley &
Soave.
Prosedur Soave adalah salah satu prosedur
yang paling sering dilakukan terdiri dari
penarikan usus besar yang normal ke bagian
akhir dimana mukosa aganglionik telah
diubah.
PENATALAKSANAAN
4. Terapi konservatif yaitu pemasangan sonde
lambung serta pipa rektal untuk
mengeluarkan mekonium dan udara.
5. Dilakukan kolostomi yaitu pembuatan lubang
anus pada dinding perut yang disambungkan
dengan ujung usus besar.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Informasi identitas/data dasar meliputi,
nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
tanggal pengkajian dan pemberian informasi
ASUHAN KEPERAWATAN
2. Keluhan utama
Masalah yang dirasakan klien yang sangat
menggangu pada saat dilakukan pengkajian,
pada klien hirschsprung, misalnya ; sulir BAB,
distensi abdomen, kembung dan muntah.
EDUKASI TENTANG ASUHAN
KEPERAWATAN YANG DISAMPAIKAN
a. Membantu orang tua untuk mengetahui
adanya kelainan kongenital pada anak secara
dini.
b. Membantu perkembangan ikatan antara
orang tua dan anak.
c. Mempersiapkan orang tua akan adanya
intervensi medis (pembedahan).
ASUHAN KEPERAWATAN
d. Mendampingi orang tua pada perawatan
colostomy setelah rencana pulang.
e. Ajarkan kepada orang tua untuk memantau
adanya tanda dan gejala jangka panjang.
* Ajarkan tentang perawatan kolostomi pada
orang tua.
PEMERIKSAAN
• Sistem Integumen
• Sistem Respirasi
• Sistem Kardiovaskuler
• Sistem Penglihatan
• Sistem Gastrointestinal
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat
mekonim yang terlambat > 24 jam
setelahlahir, diikuti oleh distensi abdomen dan
muntah
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan
hasil pemeriksaan fisik pemeriksaan colok
dubur.
• Pemeriksaan penunjang.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake yang
inadekuat
• Kekurangan cairan tubuh berhubungan
dengan muntah dan diare
• Konstipasi kronis
• dll
KESIMPULAN
• Penyakit Hirschsprung merupakan penyakit
yang sering menimbulkan masalah.
• Baik masalah fisik, psikologis, maupun
psikososial.
• Masalah pertumbuhan dan perkembangan
anak dengan penyakit hirschsprung, yaitu ;
kurangnya asupan nutrisi dan terletak pada
kebiasaan buang air besar.
• .
KESIMPULAN
• Orang tua yang mengusahakan agar anaknya
bisa buang air besar dengan cara yang awam
akan menimbulkan masalah baru bagi
bayi/anak.
• Penatalaksanaan yang benar mengenai
penyakit hirschsprung harus difahami dengan
benar oleh seluruh pihak.
ASKEP POLIOMYELITIS
PENYAKIT TROPIS & INFEKSI I
ASSALAMUALAIKUM WR WB
ROSSYANA S HERIANTO
Apa Itu Piliomylitis (Polio) ?
• Polio merupakan penyakit yang disebabkan virus polio yang
tergolong dalam Picornavirus (Suatu mikro organisme berukuran
kecil, namun menyebabkan kelumpuhan).
•
Etiologi
• Penyakit polio disebabkan oleh infeksi virus yang berasal dari genus
enterovirus dan famili picorna viridae.
• Virus ini menular melalui kotoran atau sekret tenggorokan orang yang
terinfeksi serta melalui benda-benda yang terkontaminasi.
KLASIFIKASI PENYAKIT POLIO
1. POLIO NON-PARALISIS
2. POLIO PARALISIS
3. POLIO BULBAR
POLIO NON-PARALISIS
• Pada kasus poliomylitis non-paralitik, yang berarti poliovirus telah
mencapai selaput otak (meningitis aseptik), pasien mengalami kejang
otot, sakit punggung dan leher.
POLIO PARALISIS
SELAMAT BELAJAR
SUKSES SELALU
KEJANG DEMAM
OLEH:
NAYA ERNAWATI
DEFINISI
► Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi
pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang
mengalami suhu tubuh (suhu di atas 38 0C) yang tidak
disebabkan oleh suatu proses intrakranial.
► Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi
karena kenaikan suhu tubuh (suhu diatas 38 0 C) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium atau tanpa
adanya infeksi susunan saraf pusat, gangguan elektrolit
atau metabolik lain.
►
Kejang Demam Sederhana Kejang Demam Komplek
► Kejang demam yang berlangsung ► Kejang lama > 15 menit
singkat ( < 15 menit ), dan ► Kejang fokal atau parsial satu sisi,
umumnya akan berhenti sendiri. atau kejang umum didahului
► Setelah kejang diikuti dengan kejang parsial selama maupun
periode mengantuk / tertidur sesudah kejang ( pergerakan 1
paska iktal ( > 15 menit ). tungkai saja, atau 1 tungkai terlihat
► Kejang berbentuk umum tonik dan lebih lemah )
atau klonik, tanpa gerakan fokal. ► Berulang atau lebih dari 1 kali
► Kejang tidak berulang dalam dalam 24 jam.
waktu 24 jam. ► Kelainan neurologis sebelum atau
► Tanpa kelainan neurologis sebelum sesudah kejang
dan sesudah kejang ► Risiko lebih tinggi terjadinya kejang
demam berulang dan epilepsi di
kemudian hari.
ETIOLOGI
► Infeksi gastrointestinal
PATOFISIOLOGI
► Kejang demam secara umum disebabkan oleh lepasnya sitokin
inflamasi IL 1 beta, hiperventilasi yang menyebabkan alkalosis yang
kemudian menyebabkan pH otak meningkat, serta dimungkinkan
adanya kelainan genetik.
► Pemeriksaan
EEG hanya dilakukan pada kejang fokal
untuk menentukan adanya fokus kejang di otak yang
membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
Foto X-ray kepala dan CT-scan atau MRI
► Indikasi seperti:
1. Kelainan neurologik fokal yg menetap
(hemiparesis)
2. Paresis nervus VI
PENATALAKSANAAN
►Kejang di rumah
►Kejang di klinik
PENATALAKSANAAN
Kejang di rumah
Antipiretik
► Penggunaan antipiretik tidak mengurangi risiko
terjadinya KD
► Dosis
parasetamol : 10 –15 mg/kg/kali diberikan 4 - 5 x
sehari.
► Dosis Ibuprofen 5-10 mg/ kg/kali 3-4 kali sehari
Antikonvulsan :
► Diberikan
sebagai pengobatan sesudah kejang atau
pencegahan rekurensi kejang.
Pemberian obat antikonvulsan rumat / Terus menerus
Oleh:
Naya Ernawati, S.Kep,Ns,M.Kep
DEFENISI
• Terapi fisik/fisioterapi
• Terapi bermain
• Terapi visual
• Terapi wicara
• Terapi okupasi
• Terapi biomedis
• Terapi perilaku
• Terapi kemampuan sosial
ASUHAN KEPERAWATAN
• PENGKAJIAN
– Factor predisposisi
– Psikososial
– Konsep diri
– Staus mental
– Mekanisme koping
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG
MUNGKIN MUNCUL
Oleh:
Naya Ernawati, S.Kep,Ns,M.Kep
PENGERTIAN
• AFP berasal dari yolk sac dan di hati janin, Pada sindrom Down,
AFP menurun dalam darah ibu, mungkin karena yolk sac dan janin
lebih kecil dari biasanya.
• Estriol adalah hormon yang dihasilkan oleh plasenta,
menggunakan bahan yang dibuat oleh hati janin dan kelenjar
adrenal. estriol berkurang dalam sindrom Down kehamilan.
• HCG dihasilkan oleh plasenta, dan digunakan untuk menguji
adanya kehamilan. sindrom Down meningkat pada kehamilan.
• USG
• Penanda yang lebih spesifik yang sedang diselidiki adalah
pengukuran dari hidung janin; janin dengan Down syndrome
tampaknya memiliki hidung lebih kecil dari USG pada janin normal.
masih belum ada teknik standar untuk mengukur tulang hidung dan
dianggap benar-benar dalam penelitian saat ini.
• Amniosentesis
• mengambil cairan ketuban, cairan yang ada di rahim. Cairan diambil
dengan jarum khusus untuk diuji.
• kromosom. Dibutuhkan sekitar 2 minggu untuk menentukan apakah
janin sindrom Down atau tidak.
• Amniocentesis biasanya dilakukan antara 14 dan 18 minggu
kehamilan;
beberapa dokter mungkin melakukannya pada awal minggu ke-13.
Efek samping kepada ibu termasuk kejang, perdarahan, infeksi dan
bocornya cairan ketuban setelah itu. Amniosentesis tidak dianjurkan
sebelum minggu ke-14 kehamilan karena risiko komplikasi lebih
tinggi dan kehilangan kehamilan.
• Chorionic Villus Sampling (CVS)
• Dalam prosedur ini, jumlah kecil jaringan diambil dari plasenta muda
(juga disebut lapisan chorionic).
• Sel-sel ini berisi kromosom janin yang dapat diuji untuk sindrom
Down.
CVS biasanya dilakukan antara 10 dan 12 minggu pertama kehamilan.
• Translucency Nuchal
• Penemuan paling umum dari USG adalah penebalan pada
translusensi nukal (belakang leher) dari janin biasanya diamati pada
trimester pertama.
• Tes dilakukan antara 11 dan 14 minggu kehamilan, menggunakan
USG untuk mengukur ruang yang jelas dalam lipatan jaringan di
belakang leher bayi berkembang.
• Pada bayi dengan sindrom Down dan kelainan kromosom lain, cairan
cenderung menumpuk di sini, membuat ruang tampak membesar
• Dengan pengujian translusensi nukal, sindrom Down benar terdeteksi
pada sekitar 80% kasus.
TANDA DAN GEJALA
• Sindrom Down
• Penderita sindroma Down biasanya mempunyai tubuh pendek dan
gemuk, lengan atau kaki kadang – kadang bengkok, kepala lebar,
wajah membulat, mulut selalu terbuka, ujung lidah besar, hidung
lebar dan datar, kedua lubang terpisah lebar, adanya jarak yang lebar
pada kedua mata, kelopak mata mempunyai lipatan epikantus. Iris
mata biasanya berbintik – bintik yang disebut Brushfield spot.
• Tangan dan kaki kelihatan lebar dan tumpul, telapak tangan kerapkali
memili garis tangan yang khas abnormal, yaitu hanya hanya
mempunyai sebuah garis horizontal saja (Simian crease) dan antara
ibu jari kaki dan jari kaki kedua berjarak jauh.
TANDA DAN GEJALA
• Mata, hidung, dan mulut biasanya tampak kotor serta gigi yang
rusak.. Retardasi mental juga terjadi, IQ rendah, yaitu antara 25-75,
kebanyakan kurang dari 40. Anak dengan sindroma Down biasa
terlihat happy, suka musik, dan ramah. Kelainan bawaan juga
banyak ditemukan seperti penyakit jantung kongenital (yang
merupakan penyebab kematian utama), duodenal atresia,
tracheoesophageal fistula, dan kelainan imunitas seperti leukemia.
Karena itu, dahulu penderita biasanya hanya berumur maksimal
20 tahun, namun dengan perkembangan pengobatan. antibiotika,
usia mereka dapat diperpanjang
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
• Hipotiroid congenital
• Hipotiroid Kongenital adalah penyakit yang diakibatkan oleh
berkurangnya atau tidak diproduksinya hormon tiroid setelah bayi
lahir.
• Gangguan pertumbuhan dan retardisi mental merupakan gejala yang
tersering. Namun selain itu terdapat pula gejala-gejala yang tampak
secara fisik seperti: pembesaran kelenjar tiroid atau gondok,
frekuensi buang air besar yang berkurang, suara serak, kulit dan
rambut tampak kering, anak tampak pucat dan frekuensi denyut
jantungnya lebih jarang dari anak normal.
• Namun seorang anak yang menderita hipotiroid kongenital tidak
selalu memiliki semua gejala-gejala tersebut. Gejala dapat timbul
segera setelah lahir atau setelah anak tersebut mengalami proses
belajar, tergantung dari faktor penyebab dan beratnya penyakit
ETIOLOGI
• Non Disjunction sewaktu osteogenesis ( Trisomi )
• Translokasi robertsonian kromosom 21 dan 14 atau 21 dan 21
• Postzygotic non disjunction ( Mosaicism )
• Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya kelainan kromosom
( Kejadian Non Disjunctional ) adalah :
• Genetik (peningkatan resiko jika ad anak sindrom down dalam
keluarga)
• Radiasi (pernah terpapar radiasi sebelum konsepsi)
• Infeksi Dan Kelainan Kehamilan
• Autoimun dan Kelainan Endokrin Pada ibu (terutama autoimun tiroid)
• Umur Ibu (>35 th resiko nondisjunction pd kromosom)
PENATALAKSANAAN
• Medikamentosa
• Pendengarannya : anak syndrom down terdapat gangguan pendengaran dilakukan
tes pendengaran oleh THT sejak dini.
• Penyakit jantung bawaan
• Penglihatan : perlu evaluasi sejak dini.
• Nutrisi : akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi / prasekolah.
• Kelainan tulang : dislokasi patela, subluksasio pangkal paha / ketidakstabilan
atlantoaksial. Bila keadaan terakhir ini sampai menimbulkan ganggua medula
spinalis, maka perlu pemeriksaan radiologis untuk memeriksa spina servikalis dan
diperlukan konsultasi neurolugis.
• Pendidikan
• Intervensi Dini (latihan motorik kasar dan halus serta agar anak mampu berbahasa
dan mandiri)
• Taman Bermain (meningkatkan kerampilan motorik kasar dan halus lewat bermain
& bersosialisasi)
• Pendidikan Khusus/SLB – C (mengasah pekrkembangan fisik, IQ, sosial, jalin hub
baik)
• AJARKAN PERAWATAN BAYI DAN BANTU ORANG TUA UNTUK MEMAHAMI KEBUTUHAN
DAN RESPONS BAYI
• BANTU ORANG TUA UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN STIMULASI BAYI
• TEKANKAN KEBUTUHAN IMUNISASI
• PERSIAPKAN UNTUK PENGENALAN MAKANAN PADAT
6 BULAN KEDUA
• KERACUNAN ATAU TERBAKAR. • SIMPAN KOREK API, HATI-HATI TERHADAP KOMPOR MASAK DAN STRIKA.
• TEMPATKAN BAHAN KIMIA/TOXIC DI LEMARI.
• TERTABRAK KARENA LARI MENGEJAR • JANGAN BIARKAN ANAK MAIN TANPA PENGAWASAN.
BOLA/BALON. • CEK AIR MANDI SEBELUM DIPAKAI.
•
• ASPIRASI DAN ASFIKSIA. •
TEMPATKAN BARANG-BARANG BERBAHAYA DITEMPAT YANG AMAN.
JANGAN BIARKAN KABEL LISTRIK MENGGANTUNG/MENJUNTAI KE LANTAI.
• AWASI ANAK PADA SAAT MEMANJAT, LARI, LOMPAT.
KECELAKAAN PD PRA SEKOLAH
• OBYEK PANAS, BENDA TAJAM, AKIBAT NAIK PENCEGAHAN :
SEPEDA MISALNYA MAIN DI JALAN, LARI • MENGONTROL LINGKUNGAN.
MENGAMBIL BOLA/LAYANGAN, MENYEBERANG • MENDIDIK ANAK TERHADAP KEAMANAN DAN POTENSIAL
JALAN. BAHAYA.
• JAUHKAN KOREK API DARI JANGKAUAN.
• MENGAMANKAN TEMPAT-TEMPAT YANG SECARA
POTENSIAL DAPAT MEMBAHAYAKAN ANAK.
• MENDIDIK ANAK CARA MENYEBERANG JALAN, ARTI
RAMBU-RAMBU LALU LINTAS.
KECELAKAAN PD ANAK USIA SEKOLAH
• ANAK BIASANYA SUDAH BERPIKIR SEBELUM BERTINDAK.
• AKTIF DALAM KEGIATAN: MENGENDARAI SEPEDA, MENDAKI GUNUNG, BERENANG.
• BERIKAN PENDIDIKAN TENTANG ATURAN LALU-LINTAS PADA ANAK.
• APABILA ANAK SUKA BERENANG, AJAKAN ATURAN YANG AMAN DALAM BERENANG.
• AWASI ANAK SAAT MENGGUNAKAN ALAT BERBAHAYA SEPERTI GERGAJI, ALAT
LISTRIK.
• AJARKAN ANAK UNTUK TIDAK MENGGUNAKAN ALAT YANG BISA
MELEDAK/TERBAKAR
KECELAKAAN PADA REMAJA
JENIS KECELAKAAN YANG SERING TERJADI PADA USIA INI ADALAH:
• KECELAKAAN LALU LINTAS TERUTAMA KENDARAAN BERMOTOR
• KECELAKAAN KARENA OLAH RAGA.
2. Dalam hal orangtua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan
sebagaimana di maksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman.
WALAIKUMSALAM WR WB
Oleh:
Tim Keperawatan Anak
Retardasi Mental (RM)
A. Gambaran utama
a) Fungsi intelektual umum di bawah rata-rata, secara klinis
dikenal;
i. RM ringan jika IQ antara 50-70
ii. RM sedang jika IQ antara 35-49
iii. RM berat jika IQ antara 20-34
iv. RM sangat berat jika IQ <20
b) Terdapat kekurangan atau hendaya dalam perilaku adaptif
(dalam proses belajar atau adaptasi sosial) yang
dipertimbangkan berdasarkan budaya umum dan budaya
setempat
c) Timbul sebelum usia 18 tahun
B. Gambaran penyerta
a) Penyandang RM sering disertai dengan adanya psikopatologi
yang lain, misalnya agresif, iritabel, gerakan stereotipik, dll.
b) Penyandang RM mempunyai risiko lebih besar untuk di
eksploitasi, dan diperlakukan salah secara
fisik/emosional/seksual
RM ringan (mampu didik)