Anda di halaman 1dari 20

Cerebralplasy

Defenisi Cerebral Palsy adalah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak
progresif. Terjadi pada waktu masih muda (sejak di lahirkan) dan merintangi perkembangan
otak normal dengan gambaran klinis dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan
dalam sikap dan pergerakan , disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis ,
gangguan ganglia basalis dan serebellum dan kelainan mental.
DEFENISI:
Cerebral Palsy adalah suatu keadaan kerusakan jaringan otak
yang kekal ( permanen ) dan tidak progresif
 Definisi dari cerebral palsy terdiri dari beberapa
kondisi ,yaitu: lokasi lesi terdapat di otak, lesi permanen dan
tidak progresif meski gambaran kliniknya dapat berubah
seiring waktu, lesi muncul di awal kehidupan dan
mengganggu perkembangan otak yang normal, gambaran
kliniknya di dominasi oleh gangguan gerak dan postur dan
gangguan kemampuan pasien untuk menggunakan ototnya
secara sadar. Mungkin juga di iringi komplikasi lain dari
gangguan neurological dan tanda maupun gejala mental.
. EPIDEMIOLOGI
 Cerebral palsy adalah masalah umum yang terjadi di seluruh
dunia ,insidennya 2-2,5 dari tiap 1000 kehidupan neonatus.
Ketika William Little pertama kali mendeskripsikan cerebral
palsy, dia sudah mengaitkan faktor resiko terjadinya

cerebral palsy adalah akibat terjadinya trauma lahir , dan


pandangan ini sudah di pertahankan selama beberapa dekade.
Kemajuan manajemen neonatus dan perawatan obstetric belum
menunjukkan penurunan kejadian cerebral palsy. Sebaliknya,
dengan penurunan angka kematian bayi sebenarnya telah
terjadi peningkatan insiden dan keparahan dari cerebral palsy.
Insiden pada bayi premature lebih tinggi di banding bayi
cukup bulan.
TANDA DAN GEJALA
1. Disfungsi motorik

 Cerebral palsy di tandai dengan adanya gangguan


motorik dan dapat menunjukkan adanya disfungsi
mental

 Pada spastisitas terjadi peningkatan konstan pada


tonus otot , peningkatan reflex otot kadang di
sertai klonus (reflex peregangan otot yang
meningkat) dan tanda Babinski positif.
 Peningkatan tonus otot tidak sama pada sesuatu
gabungan otot. Lengan adduksi, siku dan
pergelangan tangan flexi, tangan pronasi, jari flexi
dengan jempol melintang di telapak tangan. kaki
adduksi, panggul dan lutut flexi, kaki plantar-flexi
dengan tapak kaki berputar ke dalam.
Bentuk kelumpuhan spastisitas
tergantung kepada letak dan besarnya
kerusakan ,yaitu :
 Monoplegia/monoparesis : kelumpuhan keempat anggota gerak
tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya.
 . Hemiplegia/hemiparesis : kelumpuhan lengan dan tungkai di
pihak yang sama
 Diplegia/diparesis : kelumpuhan keempat anggota gerak tetapi
tungkai lebih hebat daripada tangan.
 Tetraplegia/tetraparesis : kelumpuhan keempat anggota
gerak ,tetapi lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan
tungkai.
 Bila dibiarkan berbaring tampak flaksid dan sikap seperti katak
terlentang namun bila dirangsang atau mulai diperiksa tonus
ototnya berubah menjadi spastis
2. Disfungsi Nonmotorik
 Gangguan perkembangan mental :
 Konvulsi : konvulsi adalah gambaran klinik yang
kompleks , biasanya pada anak tetraparesis dan
hemiparesis . pemeriksaan electroencephalogram harus
di lakukan pada kondisi tersebut.
 Retardasi pertumbuhan : retardasi pertumbuhan terlihat
pada semua jenis gangguan pergerakan . retardasi
pertumbuhan paling signifikan pada hemiparesis, ukuran
tangan,kaki, kuku yang tidak sama adalah tanda diagnost
Sambungan
 Gangguan sensorik : gangguan sensasi adalah hal
biasa yang di temukan pada hemiparesis
 Gangguan penglihatan : paling sering adalah
strabismus yang biasa di temukan pada pasien
dengan spastic diparesis. Katarak terlihat
utamanya pada anak dengan asphyxia pada
periode perinatal yang berat, scar setelah
koreoretinitis terlihat pada anak dengan infeksi
fetus.
Sambung
 Gangguan pendengaran : di temukan 5-10 persen dari
seluruh anak yang menderita cerebral palsy.
gangguan pendengaran ditemukan paling banyak
pada anak dengan choreoathetosis dan syndrome
perubahan tonus otot.
 Kesulitan berbicara : dapat ringan hingga berat. Pada
choreoathetosis biasanya pergerakan involunter juga
mempengaruhi bibir dan otot lidah
. DIAGNOSIS
 Semua anak dengan cerebral palsy harus melakukan
pemeriksaan penglihatan dan pendengaran yang segera
dilakukan setelah diagnosis cerebral palsy ditegakkan.
 Pungsi lumbal harus dilakukan untuk menilai cairan
cerebrospinal ,dilakukan paling tidak satu kali pada
anak yang dicurigai cerebral palsy untuk
menyingkirkan kemungkinan penyakit
degeneratif ,tumor intracranial, subdural hygroma .
Pada pasien cerebral palsy cairan cerebrospinal normal.
 Pemeriksaan EEG dilakukan terutama pada pasien
dengan hemiparesis
 Indikasi ultrasound dan computerized tomography
kepala sangat membantu dalam penegakan diagnosis
dan mengeliminasi kemungkinan diagnosis lainnya. CT
dan MR akan menunjukkan perkembangan kerusakan
dan lokasi dari infark, kontusio, atau hemorrhage
 Penilaian psikologis perlu dilakukan untuk tingkat
pendidikan yang di butuhkan anak
 . Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan
penyebab lain dari retardasi mental. anak yang di
curigai harus di screening untuk melihat kelainan
metabolic seperti hypoglycemia, hypothyroidism, and
aminoacidurias.
Terapi
 Pengobatan kasual pada cerebral palsy tidak ada,
hanya simtomatik. Pada keadaan ini diperlukan
teamwork dengan rencana pendekatan kepada
masalah individu anak. Anak, orang tua, dokter
anak, dokter saraf, ahli terapi fisik, psikiater dan
pihak sekolah harus turut serta .
penatalaksanaan penderita cerebral
palsy adalah sebagai berikut
 Aspek medis umum
 Terapi aspek orthopedic
 Fisioterapi : tindakan ini harus segera di lakukan
secara intensif
Askep meliputi pengkajin pada pasien
cerebralpalsy
 Ananmnesa meliputi riwayat prenatal, perinatal,
atau postnatal.
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjan
 Merumuskan masalah
 Rencana keperawaan
 Implementasi
Diagnosa, Luaran, dan Intervensi
Keperawatan Sdki Slki Siki

 Gangguan Mobilitas Fisik b/d Keterlambatan Perkembangan – Gangguan


Kognitif (D.0054)
 Luaran: Mobilitas Fisik Meningkat (L. 05042)
 Pergerakan ekstermitas meningkat
 Kekuatan otot meningkat
 Rentang Gerak (ROM) meningkat
 Kecemasan menurun
 Kaku sendi menurun
 Gerak tidak terkoordinasi menurun
 Gerakan terbatas menurun
 Kelemahan fisik menurun

S
Intervensi Keperawatan: Dukungan
Ambulasi
 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
 Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
 Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi
 Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
 Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. tongkat, kruk)
 Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
 Anjurkan melakukan ambulasi dini
 Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. berjalan dari
tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
Risiko Defisit Nutrisi b/d
ketidakmampuan menelan dan
mencerna makanan
 Porsi makan yang dihabiskan meningkat
 Kekuatan otot mengunyah meningkat
 Kekuatan otot menelan meningkat
 Serum albumin meningkat
 Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi
 Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat
 Penyiapan dan penyimpanan minuman yang aman meningkat
 Sikap terhadap makanan/ minuman sesuai dengan tujuan
kesehatan
 Perasaan cepat kenyang menurun
Intervensi Keperawatan:
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
Selesai
Dan Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai