Anda di halaman 1dari 21

CEREBRAL PALSY

Kelompok 3
Nama Anggota
Kelompok 3
Putri Galag
Syalomitha Lomboan
Gabriela Tandaju
Putri Salindeho
Gifdheo Manitik
Definisi Cerebral Palsy
Cerebral palsy ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif,
terjadi pada waktu masih muda dan merintangi perkembangan otak normal dengan
gambaran klinis dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan
pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal
dan sereblum dan kelainan mental. (Anggit trias budiarsih, 2013)
ETIOLOGI CEREBRAL PALSY

Etiologi dari cerebral palsy sebenarnya belum dapat diketahui secara pasti. Namun ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian cerebral palsy, yaitu:
1. Prenatal
a. Kelainan perkembangan dalam kandungan, faktor genetik, kelainan kromosom.
b. Infeksi intrauterin, seperti TORCH (Toxoplasma, Rubella atau campak, Cytomegalovirus,
Herpes simplex virus).
c. Asfiksia intrauterin (plasenta previa, kelainan umbilicus, perdarahan plasenta, dan lain-
lain).
2. Perinatal.
a. Anoksia/hipoksia Cedera otak dapat menyebabkan terjadinya anoksia. Hal demikian terdapat pada keadaan presentasi
bayi abnormal, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan alat tertentu dan lahir
dengan seksio sesar.
b. Perdarahan otak Perdarahan otak dan anoksia dapat terjadi bersamaan sehingga sukar membedakannya, misalnya
perdarahan yang mengelilingi batang otak mengganggu pusat pernafasan sehingga terjadi anoksia.
c. Asfiksia BBLR dan Prematuritas Bayi kurang bulan memiliki kemungkinan menderita perdarahan otak yang lebih
banyak daripada bayi cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim, factor pembekuan darah dan lain-lain masih belum
sempurna.
d. Ikterik neonatorum Ikterus. Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan. jarringan otak yang sifatnya
menetap akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan inkompatibilitas golongan darah
3. Pascanatal
e. Trauma kapitis
f. Infeksic
g. Kemikterus. (Yolanda chirst tania purba, 2020)
KLASIFIKASI CEREBRAL PALSY
A. Berdasarkan gejala klinis cerebral palsy dibagi menjadi 4, yakni :
1. Cerebral palsy spastik, merupakan bentukan cp yang terbanyak, otot mengalami kekakuan dan secara
permanen akan menjadi kontraktur.
2. Cerebral palsy diskinetik, karakteristik Gerakan yang tidak terkontrol pada tangan, kaki, lengan atau
tungkai dan pada sebagian besar kasus, otot muka dan lidah, menyebabkan anak tampak selalu.
menyeringai dan selalu mengeluarkan air liur.
3. Cerebral palsy ataksik, menunjukkan koordinasi yang buruk, seperti berjalan tidak stabil dengan gaya
berjalan kaki terbuka lebar, meletakkan kedua kaki dengan posisi yang saling berjauhan. Kesulitan dalam
melakukan gerakan cepat dan tepat
4. Cerebral palsy campuran (spastik-atetoid, rigid-spastik, spastikataksia), merupakan kombinasi dari
beberapa klasifikasi cerebral palsy seperti spastik dan gerakan atetoid tetapi kombinasi lain juga dapat
ditemukan.
B. Berdasarkan lokasi anatomi, cerebral palsy dibagi menjadi 5, yakni:
1. Monoplegia, yaitu mengenai satu ekstremitas.
2. Diplegia, yaitu mengenai keempat ekstremitas, tetapi kedua kaki lebih berat
dari kedua lengan
3. Triplegia, yaitu mengenai tiga ekstremitas, yang paling banyak adalah
mengenai lengan dan kaki
4. Quadriplegia, yaitu keempat ekstremitas terkena degan derajat yang sama
5. Hemiplegia, yaitu mengenai salah satu sisi dari tubuh dan lengan yang
terkena lebih berat. (Yolanda chirst tania purba, 2020
Patofisiologi Cerebral Palsy

Cerebral ischemia yang terjadi sebelum minggu ke 20 kehamilan dapat menyebabkan defisit migrasi
neuronal, antara minggu ke-26 sampai ke-34 menyebabkan periventricular leucomalacia atau PVL dan
antara minggu ke-34 sampai ke-40 menyebabkan fokal atau multifokal cedera otak. Pada keadaan yang
lebih ringan terjadi bercak nekrosis di daerah paraventrikular substansia alba dan dapat terjadi atrofi
yang difus pada substansia grisea korteks serebri. Kelainan dapat lokal atau menyeluruh tergantung
tempat yang terkena. Tekanan secara fisik yang dialami oleh bayi yang mengalami kelahiran sehingga
terjadi gangguan imaturitas pada otak dan vaskularisasi cerebral merupakan suatu bukti yang
menjelaskan mengapa prematuritas merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian cerebral
palsy,Secara muskuloskeletal patologi spastik cerebral palsy sering digambarkan sebagai "short muscle
disease" karena spastisitas dan reduksi aktivitas volunter menyebabkan gangguan pada pertumbuhan
secara longitudinal pada otot skeletal. Sehingga ada kecenderungan pertumbuhan pada otot dan tendon
lebih lambat dibandingkan pertumbuhan pada tulang, sehingga menghasilkan kontraktur yang
menetap, torsional sekunder
Manifestasi Klinis Cerebral Palsy
Manifestasi yang menonjol pada cerebral palsy adalah kelainan gerak dan postur. Manifestasi lain yang penting
adalah menetapnya atau menjadi hiperaktifnya reflek primitif atau terlambat bahkan tidak timbulnya beberapa reflek
postural. Adanya kelainan organik non motorik akan memperberat gejala klinis. Berikut ini adalah beberapa tipe dari
CP.
1. Tipe Spastik Anak dengan cerebral palsy spastik memperlihatkan tanda upper motor neuron seperti,
kelemahan, hipertonisitas, hiperefleksia, klonus, refleks patologis, dan kecendrungan mengalami
kontraktur.
2. Tipe Diskinetik: Gangguan aktivitas yang diinginkan yang bermanifestasi sebagai gerakan tidak
terkontrol atau tidak diinginkan yang menghilang selama tidur dan berkaitan dengan patologi pada
ganglia basalis.
3. Tipe Ataksia: Gangguan ini terdiri atas disfungsi koordinasi, gaya jalan, gerakan ekstremitas distal yang
cepat
4. Tipe Campuran : Merupakan kombinasi dari spastisitas dan koreoatetosis
Penatalaksanaan Cerebral Palsy
1. Obat-obatan
Obat-obatan digunakan untuk meredakan nyeri atau melemaskan otot yang kaku, agar pasien lebih mudah
untuk bergerak. Jenis obat yang digunakan dapat berbeda, tergantung luasnya otot yang kaku
2. Terapi
• Fisioterapi. Fisioterapi anak bertujuan untuk meningkatkan kemampuan gerak dan kekuatan otot, serta
mencegah kontraktur (pemendekan otot yang membuat gerakan menjadi terbatas).Terapi okupasi.
• Terapi okupasi bertujuan untuk membantu pasien menangani kesulitan dalam beraktivitas, misalnya
mandi atau berpakaian. Terapi ini akan sangat membantu meningkatkan kepercayaan diri dan
kemandirian pasien.
• Terapi bicara. Sesuai dengan namanya, terapi ini diperuntukkan bagi pasien cerebralpalsy yang
mengalami gangguan bicara
3. Operasi
Operasi diperlukan bila kaku otot mengakibatkan kelainan pada tulang. Contohnya adalah:
• Bedah ortopedi. Prosedur ini dilakukan untuk mengembalikan tulang dan sendi ke posisi yang benar.
Bedah ortopedi juga dapat memanjangkan otot dan tendon yang terlalu pendek akibat kontraktur, agar
kemampuan gerak pasien meningkat.
• Selective dorsal rhizotomy (SDR). SDR akan dilakukan bila prosedur lain tidak mampu mengatasi nyeri
dan kaku otot. Prosedur ini dilakukan dengan memotong salah satu saraf tulang belakang.
Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Pengkajian yang pelu dilakukan pada anak dengan Cerebral Palsy yaitu (Suriadi, 2010) :
1) Menilai setiap kunjungan ke posyandu mengenai keterlambatan perkembangan
2) Mencatat masalalı defisit pada ortopedi, visual, auditori atau intelektual.
3) Menilai reflek bayi baru lahir, pada anak dengan cerebral palsy dapat bertahan setelah usia normal.
4) Mengidentifikasi bayi yang memiliki gangguan pada otot atau postur tubuh tidak normal (tulang belakang
melengkung, kaku saat bergerak melawan gravitasi, leher atau ekstremitas resisten terhadap gerakan pasif).
5) Mengidentifikasi gangguan motorik, seperti asimetris dan abnormal saat merangkak (menggunakan 2 atau 3
ekstremitas), menggunakan tangan. dominan sebelum anak berusia prasekolah.

b. Data demografi
1) Laki-laki lebih banyak dari pada wanita.
2) Sering terjadi pada anak pertama è kesulitan pada waktu melahirkan.
3) Kejadin lebih tinggi pada bayi BBLR dan kembar,
4) Umur ibu lebih dari 40 tahun, lebih-lebih pada multipara
c. Keluhan utama.
d. Riwayat kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
2) Riwayat Kesehatan masa lalu
e. Riwayat kehamilan dan persalinan
f. Fungsi Intelektual
Biasanya ditemukan pembelajaran dan penalaran subnormal (retardasi mental pada kira-kira dua pertiga individu),
kecerdasan di bawah normal, kesulitan belajar dan gangguan perilaku.
g. Pemeriksaan reflek
Refleks infantile primitive menetap (reflek leher tonik ada pada usia berapa pun, tidak menetap diatas usia 6 bulan).
Refleks Moro, plantar, dan menggenggam menetap atau hiperaktif, hiperefleksia, klonus pergelangan kaki dan
reflek meregang muncul pada banyak kelompok otot pada gerakan pasif cepat .
.
h. Pemeriksaan tonus
Peningkatan ataau penurunan tahanan pada gerakan pasif, postur opistotonik (lengkung punggung
berlebihan), merasa kaku dalam memegang atau berpakaian, kesulitan dalam menggunakan popok, kaku
atau tidak menekuk pada pinggul dan sendi lutut bila ditarik ke posisi duduk (tanda awal).
i. Pertumbuhan dan Perkembangan
1) Perlambatan perkembangan motorik kasar
Manifestasi umum, pelambatan pada semua pencapaian motorik, meningkat sejalan dengan
pertumbuhan, Monitor Respon Bermain Anak Lambat.
2) Tampilan motorik abnormal
Penggunaan tangan unilateral yang terlalu dini, merangkak asimetris abnormal, berdiri atau berjinjit,
gerakan involunter atau tidak terkoordinasi, menghisap buruk, kesulitan makan, sariawan lidah menetap
Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan


otot dibuktikan dengan mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas dan
gerakan tidak terkoordinasi (D.0054)
b. Gangguan tumbuh dan kembang berhubungan dengan efek
ketidakmampuan fisik (D.0106)
c. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neuromuskular dibuktikan dengan tidak mampu berbicara (D.0119)
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dibuktikan dengan mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
dan gerakan tidak terkoordinasi
a. Tujuan: Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 2x24 jam maka mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil:
1) Pergerakan ekstremitas meningkat
2) Kekuatan otot meningkat.
3) Rentang gerak (ROM) meningkat
4) Gerakan terbatas menurun
5) Kelemahan fisik menurun

• Tindakan terapeutik
- Fasilitasi aktivitas ambulansi dengan alat bantu (mis,
- Tongkat, kruk) Fasilitasi melakukan mobilitas fisik, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulansi
• Tindakan edukasi
- Jelaskan tujuan dan procedure ambulansi
- Anjurkan melakukan ambulansi dini
- Ajarkan ambulansi sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan dan tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar
mandi, berjalan sesuai toleransi
2. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan fisik
a. Tujuan: Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 2x24 jam maka status perkembangan membaik
dengan kriteria hasil:
1) Keterampilan atau perilaku sesuai usia meningkat
2) Respon sosial meningkat
3) Kontak mata meningkat
b. Intervensi
• Tindakan observasi
- Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
- Identifikasi isyarat perilaku dan fisiologis yang ditunjukan bayi (mis. Lapar, tidak nyaman)
• Tindakan terapeutik
- Pertahankan sentuhan seminimal mungkin pada bayi premature
- Berikan sentuhan lembut dan jangan ragu
- Minimalkan nyeri
- Minimalkan kebisingan ruangan
- Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan optional
- Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain
- Sediakan aktivitas yang memotivasi anak berinteraksi dengan anak lainnya
- Fasilitasi anak berbagi dan bergantian bergilir
.
- Dukung anak mengekspresikan diri melalui penghargaan positif atau umpan balik atas usianya
- Pertahankan kenyamanan anak
- Fasilitasi anak melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan secara mandiri (mis. Makan, sikat gigi, cuci tangan,
memakai baju)
- Bernyanyi Bersama anak lagu lagu yang disukai
- Bacakan cerita atau dongeng
- Dukung partisipasi anak di sekolah, ekstrakulikuler, dan aktivitas komunitas
• Tindakan edukasi
- Jelaskan orang tua dan/atau pengasuh tentang milestone perkembangan anak dengan perilaku anak
- Anjurkan orang tua menyentuh dan menggendong bayinya
- Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anaknya
- Ajarkan anak keterampilan berinteraksi
- Ajarkan anak teknik asertif
• Tindakan Kolaborasi
- Rujuk untuk konseling, jika perlu
- Evaluasi
9. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan neuromuskular dibuktikan dengan tidak
mampu berbicara
a. Tujuan: Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 2x24 jam maka komunikasi verbal
meningkat dengan kriteria hasil:
1) Kemampuan bicara meningkat
2) Kemampuan mendengar meningkat
3) Kontak mata meningkat
4) Respon perilaku membaik
b. Intervensi
1. Promosi komunikasi defisit bicara.
• Tindakan Observasi
- Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume, dan diksi bicara
- Monitor proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang berkaitan dengan bicara (mis. memori,
pendengaran, dan bahasa)
- Monitor frustrasi, marah, depresi, atau hal lain yang mengganggu bicara Identifikasi perilaku
emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi
• Tindakan Terapeutik
- Gunakan metode komunikasi alternatif (mis, menulis, mata berkedip, papan komunikasi dengan gambar
dan huruf, isyarat tangan, dan komputer)
- Sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan (mis. berdiri di depan pasien, dengarkan dengan seksama,
tunjukkan satu gagasan atau pemikiran sekaligus, bicaralah dengan perlahan sambil menghindari teriakan,
gunakan komunikasi tertulis, atau meminta bantuan keluarga untuk memahami ucapan pasien)
- Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bantuan Ulangi apa yang disampaikan pasien
- Berikan dukungan psikologis
- Gunakan juru bicara, jika perlu
• Tindakan Edukasi
- Anjurkan berbicara perlahan
- Ajarkan pasien dan keluarga pfases kognitif, anatomis, dan fisiologis yang berhubungan dengan
kemampuan berbicara
Tindakan Kolaborasi
- Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis
2. Promosi komunikasi defisit pendengaran
• Tindakan Observasi
- Periksa kemampuan pendengaran
- Monitor akumulasi serumen berlebihan
- Identifikasi metode komunikasi yang disukai pasien (mis. lisan, tulisan, gerakan bibir. Bahasa Isyarat)
• Tindakan Terapeutik
- Gunakan bahasa sederhana
- Gunakan bahasa Isyarat, jika perlu
- Verifikasi apa yang dikatakan atau ditulis pasien
- Fasilitasi penggunaan alat bantu dengar
- Berhadapan dengan pasien secara langsung selama berkomunikasi
- Monitor akumulasi serumen berlebihan
- Identifikasi metode komunikasi yang disukai pasien (mis. lisan, tulisan, gerakan bibir. bahasa Isyarat
- Pertahankan kontak mata selama berkomunikasi
- Hindari merokok, mengunyah makanan atau permen karet, dan menutup mulut saat berbicara
- Hindari kebisingan saat berkomunikasi
- Hindari berkomunikasi lebih dari 1 meter dari pasien
- Lakukan irigasi telinga, jika perlu
- Pertahankan kebersihan telinga.
• Tindakan Edukasi
- Anjurkan menyampalkan pesan dengan isyarat
- Ajarkan cara membersihkan serumen dengan tepat
Thankyou

Anda mungkin juga menyukai