Anda di halaman 1dari 31

CEREBRAL PALSY

Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi


Indonesia
Aisyah
Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya
REHABILITASI CEREBRAL PALSY

Definisi Cerebral Palsy menurut Bax adalah


suatu kelainan gerak dan postur akibat lesi yang
non progresif atau rudapaksa pada otak yang
belum matang (imature).
Gejala diagnostik yang esensial untuk CP adalah
defisit motorik, yang dapat disertai berbagai
gejala disfungsi serebral.
Batas umur maturasi otak menurut American
Academy for Cerebral Palsy adalah 5 tahun.
EPIDEMIOLOGI

Cerebral Palsy merupakan penyebab utama


disabilitas pada anak.
Indikasi 2 -3 per 1000 kelahiran hidup. Dari
penelitian terakhir, prevalensi 1,5 2 per 1000
kelahiran hidup.
Di Indonesia, prevalensi CP diperkirakan sekitar
1-5 per 1000 kelahiran hidup. Laki-laki lebih
banyak dari pada perempuan.
ETIOLOGI CEREBRAL PALSY

Bawaan Didapat
Prenatal Perinatal Postnatal
Anoksia Anoksia Trauma
Anemia ibu Obstruksi jalan napas Fraktur kepala
Syok ibu Atelektasi Kontusio serebri
Placenta abnormal Placenta previa Infeksi
Infeksi ibu Letak sungsang Meningitis
Rubella Trauma Ensephalitis
Toksoplasma Disproporsi kepala & panggul Anoksia
Sitomegalovirus Section caesari Syok
Herpes Prematuritas Keracuanan
Sifilis Tenggelam
Trauma
Penyakit metabolik
Kelainan genetik
KLASIFIKASI

Klasifikasi klinis yang paling sering


dipakai adalah berdasarkan bagian
tubuh yang terkena dan ciri
gangguan fungsi neuromuskuler
HIPERTONIK
Spastik
Hemiperasis
Diplegia
Quadriplegia
Rigiditas KLASIFIKASI
DISKINETIK
KLINIS
CEREBRAL
Athetosis
Distonia
Chorea PALSY
Ballismus
Tremor
ATAKSIA
HYPOTONIK
CAMPURAN
Spastik diskinetik
Spastik ataksik
DIAGNOSIS

Anamnesis
Pemeriksaan fisik : selalu ditandai
dengan keterlambatan pencapaian
perkembangan motorik. Berjalan jinjit
adalah khas untuk spastisitas.
Bergerak-geraknya otot wajah/ lidah /
jari-jari adalah manifestasi athetosis.
Pemeriksaan penunjang bila diperlukan
DISABILITAS PENYERTA

Disabilitas penyerta yang mungkin


dijumpai :
Retardasi mental

Gangguan kognitif

Gangguan visus atau pendengaran

Gangguan komunikasi (wicara dan


bahasa
Gangguan kontrol respirasi
MODEL DISABILITAS BERDASARKAN ICF

Kondisi Kesehatan
(Kelainan atau penyakit)

Struktur &
Aktivitas Partisipasi
fungsi tubuh

Faktor-faktor Faktor-faktor
lingkungan Personal
CONTOH KASUS

Disease : seorang anak 7 tahun


dengan cerebral palsy quadriplegia
spastik dengan kekuatan otot
fungsional lemah dan kecerdasan
di atas rata-rata
Impairment/ loss of body functions
: kelumpuhan pada kedua sisi
tubuh (quadriparesis)
CONTOH KASUS

Activitylimitation : tidak bisa


memegang dengan baik dan berjalan.
Participation restriction : tidak bisa
sekolah di sekolah umum.
Environmental factors : tidak ada
kebijakan penyediaan fasilitas
pendidikan untuk anak berkebutuhan
khusus di sekolah umum.
INTERVENSI REHABILITASI MEDIS

Tujuan rehabilitasi pada CP :


menguasai keterampilan baru dan
mencegah komplikasi.
Program rehabilitasi melibatkan
tim : orangtua, dokter, terapis
(fisioterapis, terapis okupasi,
terapis wicara) orthotis, psikolog
dan pekerjaan sosial.
TERAPI LATIHAN

Berbagai metode terapi telah


dikembangkan antara lain metode
tradisional, neurodevelopmental
approach, vojta, rood dan lain-lain.
Metode yang dipilih disesuaikan
dengan kebutuhan tiap anak
INTERVENSI TERAPI FISIK

Terapi fisik bertujuan meningkatkan


aktivitas fungsional dengan latihan
motorik kasar.
Latihan aktivitas motorik fungsional
sesuai alur perkembangan mulai dari
kontrol kepala sampai berjalan.
INTERVENSI TERAPI
OKUPASI

Terapi okupasi memberikan latihan


terutama untuk fungsional ekstremitas
atas dan aktivitas hidup sehari-hari.
Prasarat utama untuk dapat melatih
fungsional ekstremitas atas dengan
efektif adalah eye-hand coordination,
stabilitas torso dan kontrol gelang bahu.
INTERVENSI TERAPI WICARA

Terapi wicara memberikan latihan


terutama untuk fungsi makan dan
minum (feeding) , desensitisasi refleks
muntah, refleks menggigit dan
menjulurkan lidah.
Latihan komunikasi secara verbal atau
non verbal dilakukan sebagai rangkaian
program terapi wicara.
INTERVENSI EDUKASI DAN VOKASIONAL

IQ < 50 Tidak
Non ambulasi mampu
Memerlukan bantuan dalan menggunakan bekerja
tangan
IQ 50-79 Bekerja
Ambulasi dengan atau tanpa alat bantu tertentu
Bicara sulit dimengerti- normal
Penggunaan tangan normal perlu bantuan
IQ > 80 Kompetitif
Ambulasi dengan atau tanpa alat bantu
Bicara sulit dimengerti normal
Penggunaan tangan normal perlu bantuan
PSIKOLOG DAN SOSIAL

Dalam mempersiapkan anak CP


menuju kedewasaan diperlukan
ekspos terhadap pengalaman-
pengalamn hidup yang dibutuhkan.
Konseling psikologi dan sosial
merupakan kebutuhan yang
berkelanjutan sepanjang hidup
penderita CP.
PROGRAM DI RUMAH

Peran serta orangtua, guru dan


pelaku rawat sangat penting.
Orangtua harus diajar bagaimana
mengurus anaknya agar mandiri.
Orangtua juga diharap memberikan
informasi mengenai perkembangan
yang positif dan negatif di rumah.
PROGRAM DI RUMAH

A. Mencegah kontraktur dengan latihan luas


gerak sendi berkala
B. Melatih penderita untuk duduk dengan
atau tanpa sandaran misalnya saat
makan atau minum. Jika saat duduk leher
penderita tidak dapat tegak maka
dibutuhkan penopang leher atau collar
neck.
C. Melatih pasien untuk meningkatkan
kemandirian perawatan diri, misal
makan, berpakaian dll
ALAT BANTU DAN ORTHOSIS

Orthosisatau splint dipakai jika diharapkan


dapat memperbaiki fungsi atau
mempertahankan luas gerak sendi.
Anak yang spastik pada tungkai bawah bisa
mendapatkan Ankle Foot Orthosis (AFO).
Adaptasi orthosis juga dapat dibantu untuk
genu rekurvatum dan genu valgum.
TINDAKAN BEDAH

Bedah Orthopedi
Pembedahan yang dilakukan dapat
berupa tendon lengthening, teno/
myotomy, soft tissue release, derotational
osteotomy, arthrodesis.
Bedah Saraf

Prosedur bedah saraf yang saat ini


dilakukan adalah selective posterior
rhizotomy untuk mengurangi spastisitas.
TERAPI FARMAKOLOGI

Spastisitas dapat dikurangi dengan


diazepam, baclofen, atau dantrolene
sodium dalam dosis yang dititrasi
secara hati-hati.
Injeksi toksin botulinum dilakukan
bila didapatkan deformitas ekuinus
dinamis dan belum terjadi
kontraktur.
PROGNOSIS

Disabilitas fisik, fungsi kognitif dan ketrampilam


psikososial menjadi faktor utama yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien CP.
Kelainan motorik yang berat menyebabkan usia
harapan hidup juga rendah.
Adanya defisit lain yang koeksisten seperti
kebutaan, agnosia, apraksia, retardasi mental
dan keterbatasan adaptasi sosial menurunkan
pencapaian rehabilitasi.
LANJUTAN

Hemiplegia: hampir semua dapat berjalan


secara independen, kecuali mereka
dengan defisit intelektual yang berat.
Diplegia: prognosis untuk dapat berjalan
bervariasi. Sebagian besar minimal dapat
berjalan pada masa anak-anak, namun
dengan perubahan proporsi tubuh setelah
menginjak masa remaja sebagian akan
memilih kursi roda setidaknya paruh
waktu.
LANJUTAN
Quadriplegia: kemampuan berjalan sangat
tergantung pada beratnya gangguan
neuromuskuler.
Tipe diskinetik: tiga diantara empat penderita
mampu berjalan sebelum usia 3 tahun.
Kombinasi: kombinasi spastik quadriplegia
dan athetoid prognosis kurang baik.
Ataksik: perkembangan lambat dalam motorik
tetapi prognosis jangka panjang untuk
berjalan relatif baik.
KESIMPULAN

Rehabilitasi medik CP merupakan suatu proses


yang kompleks, tidak hanya sebatas pada
kelainan motorik.
Tujuan utama adalah fungsi individu di
lingkungannya.
Untuk mencapai tujuan itu keterlibatan tim
yang multidisiplin, dan peran serta orangtua dan
penderita sendiri setelah ia dapat dilibatkan
merupakan prasyarat agar dicapai hasil yang
optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi 2014
Mardiani E. Faktor-Faktor Resiko Prenatal dan
Perinatal Kejadian Cerebral Palsy. Tesis
Universitas Diponegoro, Semarang, 2006.
Molnar, GE. 1999. Cerebral Palsy. In: Molnar
GE. Ed. Pediatric Rehabilitation. 3rd ed.
Baltimore: Williams & Wilkins.p.193.

Anda mungkin juga menyukai