Anda di halaman 1dari 32

PRESENTASI KASUS

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
PADA KASUS CEREBRAL
PALSY ATHETOID

Oleh :
Kholifatul Hasanah
1910301147
BAB 1
PENDAHULUAN

2
LATAR BELAKANG

Masa tumbuh kembang anak adalah masa yang sangat riskan bagi setiap kehidupan anak, maka sangat penting untuk
memperhatikan semua aspek yang mendukung maupun yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Teori
Bloom yang mengatakan bahwa perkembangan intelektual anak terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan
anak. Usia ini sering disebut dengan “usia emas” (the golden age).

Cerebral palsy

gangguan sikap (postur), kontrol gerak, gangguan kekuatan otot yang biasanya disertai
gangguan neurologik berupa kelumpuhan, spastik, gangguan basal ganglia, cerebellum,
dan kelainan mental (mental retardation).

3
RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah penatalaksanaan fisioterapi terhadap pasien kasus cerebral palsy athetoid?

TUJUAN
Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi terhadap pasien kasus cerebral palsy athetoid.

4
MANFAAT
Bagi pasien dan keluarga Bagi Fisioterapis Bagi Klinik Asya
pasien Therapy Center
Menambah referensi dan
Diharapkan dapat digunakan
Menambah wawasan,
pembelajaran terkait sebagai informasi dan rencana
meningkatkan kemampuan
intervensi fisioterapi intervensi bagi fisioterapi
fungsional pasien serta dalam meningkatkan
diharapkan dapat menerapkan terhadap kasus cerebral pengetahuan terkait intervensi
home program yang diberikan palsy athetoid fisioterapi terhadap kasus
oleh fisioterapis cerebral palsy athetoid

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

6
TINJAUAN TEORITIS

1. Definisi
Cerebral Palsy (CP) adalah kelainan yang diakibatkan oleh kerusakan otak yang
mengakibatkan gangguan motorik dan fungsi kecerdasan.

Cerebral palsy Athetoid merupakan suatu kelainan yang mempunyai karakteristik


gerakan menulis yang tidak terkontrol dan perlahan.

7
KLASIFIKASI CP
Berdasarkan defisit berdasarkan Atetotis dibagi
neurologis : menjadi 2, yaitu:

a. Tipe spastik atau piramidal


1) Hipertoni (fenomena pisau lipat) 1. Distonik
2) Hiperfleksi yang disertai klonus Umumnya menyerang otot kaki dan lengan
3) Kecenderungan timbul kontraktur sebelah proksimal. Gerakan yang dihasilkan
4) Refleks patologis lambat dan berulang-ulang, terutama pada leher
dan kepala.

b. Tipe ekstrapiramidal 2. Diskinetik


Akan berpengaruh pada bentuk, gerakan Didominasi oleh abnormalitas bentuk atau
involunter, seperti atetosis, dystonia, dan gerakan-gerakan involunter tidak terkontrol,
ataksia. berulang-ulang dan kadang melakukan
gerakan stereotipe.

8
ANATOMI TERAPAN
a. Cerebrum
Terdapat empat lobus yaitu:
⬝ Lobus Frontal terletak pada fossa anterior, area ini mengontrol perilaku individu, membuat
keputusan, kepribadian, dan menahan diri.
⬝ Lobus parietal sensoriarea ini menginterpretasikan sensasi. Lobus parietal mengatur individu
mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
⬝ Lobus temporal berfungsi mengintegrasikan sensasi kecap, bau dan pendengaran. Ingatan jangka
pendek sangat berhubungan dengan area ini.
⬝ Lobus Oksipital terletak pada lobus posterior hemisfer serebri. Bagian ini bertanggung jawab
mengintegrasikan penglihatan
b. Batang otak
Batang otak terletak pada fossa anterior, bagian-bagian otak ini terdiri dari otak tengah, pons, dan medulla
oblongata. Otak tengah midbrain atau mesensefalon berisi jalur sensorik dan motorik, serta sebagai pusat refleks
pendengaran dan pengelihatan. Medulla oblongata meneruskan serabut-serabut motorik dari otak ke medulla
spinalis dan serabut-serabut sensorik dari medulla spinalis ke otak. Pons juga berisi pusat-pusat terpenting dalam
mengontrol jantung, pernapasan dan tekanan darah dan sebagai asal usul saraf otak kelima sampai kedelapan.

c. Cerebellum
Cerebellum terletak pada fossa posterior. Cerebellum memiliki 14 dua aksi yaitu, merangsang dan menghambat
dan tanggung jawab yang luas terhadap koordinasi dan gerak halus. Ditambah mengontrol gerakan yang benar,
keseimbangan, posisi, dan mengintegrasikan input sensorik.

10
Pada CP athetoid terjadi kerusakan pada
sistem ekstrapiramidal yang terletak pada
otak depan maupun tengah.

Ekstrapiramidal adalah jaringan saraf di dalam


otak yang bertugas dalam pengaturan kontrol
motorik dan koordinasi

Basal Ganglia : menghambat atau memilih


gerakan yang akan dilakukan, secara khusus
membantu mengendalikan postur tubuh dan
mengoordinasikan gerakan halus/tepat dari
ekstremitas.
ETIOLOGI
• Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin misalnya lues,
toksoplasmosis, rubela, dan penyakit inklusi sitomegalik.
Prenatal

• anoksia /hipoksia penyebab yang terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah brain
injury
• partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan instrumen tertentu, dan lahir
Natal dengan seksio caesar, perdarahan otak dapat terjadi diruang subaraknoid akan menyebabkan
penyumbatan Cairan serebrospinal (CSS) sehingga mengakibatkan hidrosefalus

• trauma kapitis, meningitis, ensefalitis, dan luka parut pada otak pasca operasi.
Post
Natal

12
PATOFISIOLOGI
kerusakan pada pusat motorik dan menyebabkan terganggunya fungsi gerak yang normal. Pada
kerusakan korteks cerebri terjadi kontraksi otak yang terus menerus dimana disebabkan karena
tidak terdapatnya inhibisi langsung pada lengkung reflex. Bila terdapat cidera berat pada system
ekstra pyramidal dapat menyebabkan gangguan pada semua gerak atau hypotonic, termasuk
kemampuan bicara.

13
TANDA DAN GEJALA

1. Kemampuan motorik : kekauan, kelumpuhan, kurang koordinasi, hilang keseimbangan dan munculnya
gerakan-gerakan ritmis, gangguan bicara, mengunyah, dan menelan.

2. Gangguan sensoris : gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, dan gangguan kinestetik-taktil

3. Kemampuan intelektual : Dengan tingkat kecerdasan bervariasi sekitar 45% mengalami keterbelakangan
mental , 35% mempunyai tingkat kecerdasan normal hingga diatas rata-rata.

4. Kemampuan presepsi : visual, auditif maupun kinestetik-taktil

5. Kemampuan berbicara dan komunikasi

6. Kemampuan Emosi dan penyesuaian Sosial

14
FAKTOR RISIKO

Letak sungsang, APGAR score, Malformasi SSP


Kejang dan bayi
Proses persalinan BBLR dan (Sistem Saraf Pusat)
baru lahir
sulit prematus

Perdarahan Maternal atau


Hipertiroids maternal,
proteinuria berat pada saat
mental retardasi dan
masa akhir kehamilan
kejang

15
KAJIAN DAN INTERVENSI FISIOTERAPI
Peran fisioterapi pada kondisi cerebral palsy athetoid ditentukan oleh kondisi yang diidentifikasi
berdasarkan hasil-hasil kajian fisioterapi yang meliputi: assesment, diagnosis, planning, intervensi dan
evaluasi. Intervensi fisioterapi berupa aspek: promotive, preventive, curative, rehabilitative, dan
maintenance dengan modalitas fisioterapi

1. Neurosenso yang merupakan suatu intervensi dengan memberikan stimulasi sensoris berupa taktil (seluruh tubuh)
sebagai pintu utama semua rangsangan atau stimulus yang masuk.

2. Universal exercise unit. Latihan ini dapat membantu anak untuk dapat memindahkan berat badannya atau weight
shift. Universal exercise unit memiliki efek terapi pada anak CP karena membantu menstimulasi sistem vestibular
dan propioseptif, serta latihan ini dapat dikombinasikan dengan konvensional terapi seperti NDT dan bobath.

16
17
BAB III
LAMPIRAN STATUS KLINIS

18
KETERANGAN UMUM PENDERITA
• Nama : Arinka Javana Salsabila
• Umur : 4 thn 2 bln/ 12 Agustus 2018
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Agama : Islam
• Pekerjaan : -
• Alamat : Johoclumprit, Sumobito, Jombang
• No. CM :-

19
SEGI FISIOTERAPI
A. Pemeriksaan subyektif
1. Keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang
• Makan agak susah (peacky eater), dapat makan dengan textur lembut maksimal nasi tim dan suka ikan goreng
agak lembek.
• Tidur malam sering begadang 23.00 kadang jam 01.00/02.00 bangun jam 09.00-10.00 kalau siang tidur
setelah ashar.
• Anak belum bisa mengangkat kepala dengan benar, kaku pada sendi, otot terasa lemah.
2. Riwayat keluarga dan status sosial

3. Riwayat penyakit dahulu


• Pre natal : 6x ada masalah
• Natal : Lahir prematur 31 minggu, 4 hari baru lahir spontan dengan induksi.
• mengatakan posisi anak tidak pas di jalan lahir.
• Post natal : BBL = 1,7 kg, langsung menangis tetapi lirih, 1 minggu di inkubator, foto terapi 2x24 jam
• ASI hanya 3 bulan karena tidak keluar, usia 7 bulan saat posyandu pengukuran lingkar kepala kurang
kemudian dirujuk ke RS dan disarankan untuk operasi dan terapi.

20
PEMERIKSAAN TANDA VITAL
(Tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, temperatur, tinggi badan, berat badan)

INSPEKSI/OBSERVASI
▫ Statis : tampak masih drolling, pada extrimitas atas elbow bilateral cenderung fleksi, kedua wrist tampak
fleksi, pada extrimitas bawah kedua knee fleksi, posisi kedua ankle tampak inversi (cenderung varus/kaki O),
kontak mata tidak ada,
▫ Dinamis : masih tampak grasp reflex, tampak rigid ketika kedua shoulder joint dan hip joint digerakkan,
kontrol head diikuti dengan membuka mulut (grimace), belum dapat menggenggam mainan yang ukurannya
lebih dari jari telunjuk/pulpen.
PALPASI
▫ Teraba hipotonus pada kedua tangan, m.quadriceps hypertonus, m.hamstring hipotonus, m.gastroc hipotonus,
tibialis anterior hypertonus, m.abdominis hipotonus (tonus bersifat fluktuatif), teraba adanya kontraktur pada
kedua posterior crusiate ligament (PCL).

PERKUSI & AUSKULTASI


Tidak dilakukan

21
MUSCLE TEST

Dilakukan pada lower extrimity


didapatkan nilai 3 yaitu
peningkatan tonus yang sangat
dan sulit digerakkan secara pasif
serta adanya tahanan diawal
gerakan

22
NEUROLOGICAL TEST

Pemeriksaan Reflex Primitif


didapatkan hasil :
1. Moro reflex (+)
2. Tonic labyrinthine reflex (+)
3. Asimetric tonic neck reflex (+)
4. Arm recoil (+)
5. Grasps reflex (kaki) (+)
6. Withdrawal reflex (+)
7. Babinsky reflex (+)
8. Righting reflex (+)

Kemampuan Fungsional
Sudah mampu berguling dan angkat kepala namun belum stabil

23
PEMERIKSAAN SPESIFIK

Gross Motor
Functional
Measurment
(GMFM)

24
UNDERLYING PROCESS

25
26
DIAGNOSA FISIOTERAPI

Body Structure Body Function


1. Gangguan anatomi otak pada bagian ekstrapiramidal
1. Spasme pada m.semi spinalis cavitis, m. upper trapezius
yang terletak pada otak depan maupun tengah,
(b7801)
2. kedua elbow fleksi, kedua wrist bagian phalangs
fleksi (S730 & s73021) 2. Tonus otot fluktuatif dimana adanya hipotonus pada
3. fleksi hip (s750) kedua tangan (m.deltoid, bicep, tricep, brachialis, grup otot
4. kedua knee fleksi, kedua ankle cenderung inversi flexor dan ekstensor), hipotonus pada otot abdominal,
(s7502) hipotonus pada m.hamstring dan gastrocnemius hypertonus
pada m. tibialis anterior dan quadriceps, kontraktur pada
posterior crusiate ligament (PCL). (b7356)

Functional Limitation Disability/Participation restriction


Kesulitan dalam belajar, keterlambatan tumbuh Masih membutuhkan bantuan orang lain untuk ADL,
kembang seperti belum bisa mika miki, tengkurap, belum mampu interaksi sosial seperti bermain dengan
merayap, maupun duduk secara mandiri) teman sebayanya

27
TUJUAN INTERVENSI FT

1. Tujuan jangka pendek : mengurangi rigid, meningkatkan kekuatan otot pada upper
and lower extrimity, menguatkan control head.
2. Tujuan jangka panjang : Meningkatkan aktifitas fisik dan kemampuan fungsional pasien
secara maksimal dan meningkatkan ADL.

28
INTERVENSI FT
1. Neurosensomotor : dengan teknik taktil stimulation, Stimulasi bintang mengajarkan titik tengah tubuh
myofacial realese dan myofacial stretch dan tendon guard yang akan berperan menurunkan tingkat
spastisitas.

2. Universal Exercise Unit dikombinasikan dengan konvensional terapi NDTunit 6 feet di ketiga dimensi
(length, width, height) gross motor funtcional measurment (GMFM) menggunakan CP ball, gym ball,
rolls of multiple sizes dan papan keseimbangan.

dikombinasikan dengan neurodevelopment technique (NDT) menggunakan gym ball, papan


keseimbangan, latihan strenghtening, casting & splinting, normal movement pattern dan postural
kontrol, stretching menggunakan teknik joint approximation dan separation.

29
RENCANA EVALUASI
 Pemeriksaan spastisitas dengan Skala Asworth

 Menilai kemampuan motorik kasar dan kemampuan berjalan anak


dengan Gross Motor Functional Measurment (GMFM)

PROGNOSIS
 Quo ad vitam bonam
 Quo ad sanam bonam
 Quo ad funcionam dubia ad bonam
 Quo ad cosmeticam dubia ad bonam

30
EDUKASI
Mengedukasi orang tua agar dirumah tetap memobilisasi sendi agar tidak terjadi
kekakuan, membantu anak untuk menstabilkan control head dan duduk dengan
support serta mengajak anak untuk bersosialisasi atau bermain dengan teman
sebaya

31
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai