Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Cerebral Palsy merupakan kelainan atau kerusakan pada otak yang bersifat non-
progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. Cerebral palsy merupakan kumpulan
gangguan permanen dari perkembangan gerak dan postur yang menyebabkan keterbatasan
aktivitas, yang dikaitkan dengan gangguan non-progresif yang terjadi di otak sejak dalam
kandungan atau di masa kanak-kanak (Novak, 2014).
Angka kejadian penderita CP, menurut studi kasus yang dilakukan para peneliti,
terjadi pada 3,6 per 1.000 anak atau sekitar 278 anak. Studi kasus yang dilakukan di negara
Georgia, dan Wisconsin menyebutkan angka yang cukup sama, yaitu 3,3 per 1.000 anak di
Wisconsin, dan 3,8 per 1.000 anak di Georgia.
Kelainan atau kerusakan tersebut dapat terjadi pada saat di dalam kandungan
(pre-natal), selama proses melahirkan (natal), atau setelah proses kelahiran (post-natal). CP
dapat menyebabkan gangguan sikap (postur), kontrol gerak, gangguan kekuatan otot yang
biasanya disertai gangguan neurologik berupa kelumpuhan, spastik, gangguan basal ganglia,
cerebellum, dan kelainan mental (mental retardation) (Mardiani, 2006).
Fisioterapi berperan dalam meningkatkan kemampuan fungsional agar penderita
mampu hidup mandiri sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap orang lain. New
Bobath Concept merupakan pendekatan penyelesaian masalah (problem solving) dengan
assessment dan treatment dari individual dengan mempengaruhi tonus, gerakan, dan fungsi
karena gangguan Sistem Saraf Pusat. CNS dipandang sebagai bangunan yang sangat
fleksibel, walaupun treatmentnya sangat pointlees/fokus. Didukung dari penelitian
klinis/evidence suport dari proses rehabilitasi untuk mengembalikan kemampuan fungsional.
Tidak ada penelitian yang menyebutkan bahwa ada metode yang paling superior. Perubahan
struktur CNS dapat terorganisir maupun tidak terorganisir yang menghasilkan adaptive
maupunmal-adaptive sensory motor behaviour. Motor skill didasari oleh reciprocal
innervation dan sequential recruitment dengan henneman principle. Hal ini akan
menghasilkan gerakan selektif dengan kombinasi stabilisasi dan mobilisasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Cerebral Palsy Athetoid ?
2. Bagaimana patofisiologi dari Cerebral Palsy Athetoid ?
3. Bagaimana pemeriksaan dan pengukuran pada Cerebral Palsy Athetoid ?
4. Apa problematika fisioterapi pada Cerebral Palsy Athetoid ?
5. Bagaimana tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang fisioterapi pada
Cerebral Palsy Athetoid ?
6. Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada Cerebral Palsy Athetoid ?
7. Bagaimana evaluasi setelah dilakukan intervensi fisioterapi pada Cerbral Palsy
Athetoid ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Cerebral Palsy Athetoid.
2. Untuk mengetahui patofisiologi dari Cerebral Palsy Athetoid.
3. Untuk mengetahui pemeriksaan dan pengukuran pada Cerebral Palsy Athetoid.
4. Untuk mengetahui problematika fisioterapi pada Cerebral Palsy Athetoid.
5. Untuk mengetahui tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang fisioterapi
pada Cerebral Palsy Athetoid.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada Cerebral Palsy Athetoid.
7. Untuk mengetahui evaluasi setelah dilakukan intervensi fisioterapi pada Cerbral
Palsy Athetoid.

D. Manfaat Penulisan
1. Dapat memberi pengetahuan penulis dan pembaca tentang Cerebral Palsy
Athetoid.
2. Dapat meambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai penanganan pada
kasus Cerebral Palsy Athetoid

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Cerebral Palsy Athetoid


Cerebral Palsy (CP) adalah adanya kelainan gerak, sikap, ataupun bentuk tubuh,
gangguan koordinasi yang di sertai gangguan psikologis dan sensoris yang disebabkan
oleh adanya kerusakan atau kecacatan pada masa perkembangan otak.(Effendi, 2006)
Cerebral Palsy (CP) adalah berbagai perubahan gerak atau fungsi motor yang
tidak normal akibat kecelakaan, luka, atau penyakit pada susunan saraf yang terdapat
pada rongga tengkorak, yang merupakan kelainan gerak yang di sebabkan oleh
disfungsi otak. ( The America Academy of Cerebral Palsy)
Cerebral Palsy Athetoid merupakan suatu kelainan yang mempunyai karakteristik
gerakan menulis yang tidak terkontrol dan perlahan. Gerakan abnormal ini mengenai
tangan, kaki, lengan atau tungkai dan pada sebagian besar kasus, otot muka dan lidah,
menyebabkan anak mengeluarkan air liur. Gerakan meningkat selama periode
peningkatan stres dan hilang pada saat tidur. Pasien juga mengalami masalah
koordinasi gerakan otot bicara (disatria), terdapat spastisitas, adanya reflek primitif,
abnormalitas postur dan terdapat penurunan dalam aktivitas fungsional serta
permasalahan keseimbangan. Pasien CP ini mengalami masalah mengangkat
tubuhnya sendiri untuk berdiri tegak, duduk atau berjalan (Darto, 2006).

2. Patofisiologi Cerebral Palsy Athetoid


Penyebab CP dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu prenatal , natal, dan post
natal. Penyebab Prenatal yaitu infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan
kelainan pada janin misalnya lues, toksoplasmosis, rubela, dan penyakit inklusi
sitomegalik. Kelainan yang tampak biasanya gangguan pergerakanan retardasi mental,
anoksi dalam kandungan, terkena radiasi sinar X dan keracunan kehamilan dapat
menimbulkan cerebral palsy. Natal yaitu anoksia /hipoksia penyebab yang terbanyak
ditemukan dalam masa perinatal ialah brain injury (Joseph, 1985). Post natal yaitu
setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat
menyebabkan cerebral palsy, misalnya pada trauma kapitis, meningitis, ensefalitis,
dan luka parut pada otak pasca operasi (Takarini,2000).
Athetoid cerebral palsy atau cerebral palsy dyskinetic (kadang-kadang
disingkat ADCP) adalah jenis cerebral palsy terutama terkait dengan kerusakan,
seperti bentuk lain dari CP, ke basal ganglia dalam bentuk lesi yang terjadi selama
perkembangan otak karena ensefalopati bilirubin dan hipoksia cedera otak iskemik.
Tidak seperti palsi serebral spastik atau ataksis, ADCP ditandai oleh hiponia dan
hipotonia, karena ketidakmampuan individu yang terkena untuk mengontrol otot.
Diagnosis klinis ADCP biasanya terjadi dalam 18 bulan kelahiran dan terutama
didasarkan pada fungsi motorik dan teknik neuroimaging. Meskipun tidak ada obat
untuk ADCP, beberapa terapi obat serta pidato, terapi okupasi, dan terapi fisik telah
menunjukkan kapasitas untuk mengobati gejala. Cerebral palsy Diskinik Ganglia basal
berperan dalam fungsi motorik. Kerusakan pada area ini menyebabkan athetoid /
cerebral palsy dyskinetic (ADCP). Terdapat kekakuan pada sebagian atau seluruh
tubuhnya. Terjadi gerakan-gerakan yang tidak terkontrol (involuntary movement)
yang terjadi sewaktu-waktu. Gerakan ini tidak dapat dicegah, sehingga dapat
mengganggu aktivitas. Gerakan otomatis tersebut terjadi di tangan, kaki, mata,
tangan, bibir, dan kepala.
Klasifikasi cerebral palsy dapat didasarkan pada keparahan, distribusi
topografi, atau fungsi motorik. Keparahan biasanya dinilai melalui Sistem Klasifikasi
Fungsi Motor Kotor (GMFCS) atau Klasifikasi Internasional Fungsi, Cacat dan
Kesehatan (dijelaskan lebih lanjut di bawah). Klasifikasi berdasarkan karakteristik
motor mengklasifikasikan CP sebagai terjadi dari kerusakan baik di jalur kortikospinal
atau daerah ekstrapiramidal. Atetoid cerebral palsy dyskinetic adalah bentuk non-
spastik, ekstrapiramidal dari cerebral palsy (cerebral palsy spastik, sebaliknya, hasil
dari kerusakan pada jalur kortikospinal otak). Cerebral palsy non-spastik dibagi
menjadi dua kelompok, ataksik dan diskinetik. Cerebral palsy disipasi dipisahkan lebih
lanjut ke dalam dua kelompok yang berbeda; choreoathetoid dan distonik. Coreo-
athetotik CP ditandai dengan gerakan involunter yang paling banyak ditemukan di
wajah dan ekstremitas. Dystonic ADCP ditandai dengan kontraksi yang lambat dan
kuat, yang dapat terjadi secara lokal atau mencakup seluruh tubuh. Secara klinis,
dokter juga mengklasifikasikan cerebral palsy menurut distribusi spastisitas otot
topografi. Metode ini mengklasifikasikan anak-anak sebagai diplegic, (keterlibatan
bilateral dengan keterlibatan kaki lebih besar daripada keterlibatan lengan),
hemiplegia (keterlibatan sepihak), atau quadriplegic (keterlibatan bilateral dengan
keterlibatan lengan sama atau lebih besar dari keterlibatan kaki).

3. Pemeriksaan dan Pengukuran Fisioterapi pada CP Athetoid


a. Pemeriksaan Umum
a) Suhu tubuh
Nilai hasil pemeriksaan suhu merupakan indikator untuk menilai
keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Nilai ini akan
mnunjukkan peningkatan bila pengeluaran panas meningkat. Kondisi
demikian dapat juga disebabkan oleh vasodilatasi, berkeringat,
hiperventilasi dan lain-lain. Demikian sebaliknya, bila pembentukan panas
meningkat maka nilai suhu tubuh akan menurun. Memeriksa suhu tubuh
bisa menggunakan punggung tangan. Afebris berarti dalam batas normal,
subfebris berarti demam yang tidak tinggi atau saat dipalpasi terasa hangat,
febris berarti demam.
b) Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang timbul pada dinding arteri.
Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot
jantung. Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan darah yang
digambarkan pada rentang antara grafik denyut jantung. Tekanan darah
biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan
diastolik. Pengukuran tekanan darah pada anak-anak dilakukan pada
kasus-kasus tertentu. Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia
seseorang adalah :
- Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg
- Usia 1-6 bulan : 90/60 mmHg
- Usia 6-12 bulan : 96/65 mmHg
- Usia 1-4 tahun : 99/65 mmHg
- Usia 4-6 tahun : 160/60 mmHg
- Usia 6-8 tahun : 185/60 mmHg
- Usia 8-10 tahun : 110/60 mmHg
(Pamela, 1993)
c) Denyut nadi
Mengetahui denyut nadi merupakan dasar untuk melakukan latihan
fisik yang benar dan terukur atau mengetahui seberapa keras jantung
bekerja. Pengukuran nadi dilakukan dengan durasi 1 menit. Frekuensi
denyut nadi normal :
- Usia 1 minggu : 100-140 kali/menit
- Usia 2-8 minggu : 90-130 kali/menit
- Usia 3-12 bulan : 90-130 kali/menit
- Usia 1-6 tahun : 75-115 kali/menit
- Usia 7-12 tahun : 70-80 kali/menit
(Pamela, 1993)
Pola nadi yang normal adalah detaknya berirama.
Pola nadi Deskripsi
Bradikardia Frekuensi nadi melambat.
Takikardia Frekuensi nadi meningkat dalam keadaan tidak pada
ketakutan, menangis, aktivitas meningkat, atau demam yang
menunjukkan penyakit jantung.

Aritmia Frekuensi nadi meningkat selama inspirasi, menurun selama


ekspirasi. Sinus aritmia merupakan variasi normal pada anak,
khususnya selama tidur.

d) Pernapasan (Respirasi Rate)


Respirasi Rate adalah jumlah seseorang mengambil napas per menit.
Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalam posisi diam dan
hanya melibat kan menghitung jumlah napas selama satu menit dengan
menghitung berapa kali dada meningkat.
Tabel respirasi rate normal pada anak :
Usia Pernapasan
1 minggu 30-60 kali/menit
2-8 minggu 30-40 kali/menit
3-12 bulan 20-30 kali/menit
1-6 tahun 19-29 kali/menit
7-12 tahun 15-20 kali/menit

e) Status Gizi (BB/TB)


Status gizi anak dapat dilihat dari pemeriksaan turgor kulit, konjungtiva
mata, dan proporsi tubuh. Namun untuk lebih meyakinkan lagi, dapat
dihitung dari rumus : BMI : BB (kg)/TB(m)2
f) Lingkar kepala
Mengukur lingkar kepala berfungsi untuk mengetahui perkembangan
otaknya. Meskipun ukuran lingkar anak tidak berpengaruh pada tingkat
kecerdasannya, namun ukuran lingkar kepala berkaitan dengan volume
otaknya. Lingkar kepala anak akan bertambah sesuai dengan usia dan juga
dipengaruhi oleh jenis kelamin.
b. Pemeriksaan Fisioterapi
a) Anamnesa
 Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang dirasakan pasien, sehingga menjadi alasan
pasien dibawa ke Rumah Sakit. Keluhan utama pasien dijadikan
sebagai acuan dalam menggali informasi lebih dalam, melakukan
pemeriksaan dan pemberian tindakan. Pada anak, keluhan utama yang
ditanyakan anak belum bisa apa dan sudah bisa apa.
 Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Merupakan kronologis dari penyakit yang diderita saat ini mulai awal
hingga di bawa ke RS secara lengkap serta keterangan tentang riwayat
pengobatan yang pernah dilakukan sebelumnya dan hasil yang
diperoleh.
 Riwayat PreNatal, Natal, dan PostNatal
- Riwayat prenatal
Mencakup usia ibu saat hamil, kehamilan direncanakan atau
tidak, rutin kontrol ke dokter atau tidak, selama hamil ibu
mengalami trauma, pendarahan, dan menderita penyakit
lainnya atau tidak, mengonsumsi obat-obatan atau jamu-jamuan
atau tidak.
- Riwayat natal
Mencakup usia kehamilan, lahir normal atau caesar, ditolong
oleh siapa, dimana, langsung menangis atau tidak, berat badan
lahir, panjang badan lahir, saat lahir apakah anak berwarna biru
atau kuning tidak.
- Riwayat postnatal
Mencakup pernah kejang atau tidak, berwarna biru atau kuning
tidak, anak minum Asi sampai usia berapa tahun.
 Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Riwayat penyakit dahulu merupakan riwayat penyakit fisik maupun
psikiatrik yang pernah diderita sebelumnya. Meliputi, anak pernah
demam, kejang, diare, atau penyakit lainnya yang tidak berhubungan
secara langsung dengan keluhan utama anak atau tidak, pernah dirawat
di rumah sakit atau tidak, dimana, kapan atau saat usia berapa tahun,
dan berapa lama. Hal ini perlu diketahui karena ada beberapa penyakit
yang sekarang dialami ada hubungannya dengan penyakit yang pernah
dialami sebelumnya serta sebagai bahan pertimbangan dalam
pemilihan tindakan yang akan dilakukan.
 Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
Sejarah keluarga memegang peranan penting dalam kondisi kesehatan
seseorang. Penyakit yang muncul pada lebih dari satu orang keluarga
terdekat dapat meningkatkan resiko untuk menderita penyakit tersbut.
Penyakit yang muncul bersamaan pada keluarga juga mengindikasikan
resiko yang lebih besar, misalnya diabetes dan penyakit jantung.
 Riwayat Imunisasi
Berisikan imunisasi apa saja yang pernah diberikan kepada anak
tersebut.
Misalnya :
1) Imunisasi BCG : ditujukan untuk memberikan kekebalan
bayi terhadap bakteri TBC.
2) Imunisasi DPT : memberikan kekebalan bagi bayi
terhadap penyakit Dipteri. Pertusis atau batuk rejan dan tetanus.
3) Imunisasi Polio : memberikan kekebalan bagi bayi
terhadap penyakit polio atau kelumpuhan.
4) Imunisasi Hib : mencegah bayi terkena infeksi
Haemophils influenza tipe b yang dapat menyebabkan penyakit
meningitis, infeksi tenggorokan dan pneumonia. Imunisasi Hib ini
sangat mahal, maka belum diwajibkan.
5) Imunisasi Pneumokokus : melindungi bayi dan bakteri penyebab
infeksi pada telinga. Selain itu bakteri ini bisa menimbulkan
permasalahan serius seperti meningitis dan infeksi pada darah.
 Riwayat Psikososial
Riwayat psikososial pada kasus anak berisikan anak tersebut anak ke
berapa dari berapa bersaudara, usia, pendidikan, dan pekerjaan orang
tua, sehari-hari anak diasuh oleh siapa. Pentingnya mengetahui riwayat
psikososial adalah untuk merancang terapi dan home program yang
tepat bagi pasien.
 Riwayat Tumbuh Kembang
Riwayat tumbuh kembang normal anak meliputi : fase-fase
perkembangan dan pertumbuhan anak dapat dilalui pada saat usia anak
berapa tahun, senyum pada orang untuk pertama kali; berbicara
pertama kali, pemberian ASI sampai dengan usia berapa tahun,
pemberian susu formula sejak usia berapa, alasan pemberian susu
formula, cara minumnya, jenis makanan yang dapat dimakan oleh anak
pada saat ini, cara makannya, bahasa yang dapat diucapkan anak saat
itu.
b) Kesan awal saat pertama bertemu klien
 Atensi
Atensi atau perhatian adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil
informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi
didapatkan dari penginderaan, ingatan maupun proses kognitif lainnya.
 Emosi
Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau
sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi
dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah
kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.
 Motivasi
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan
ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen
utama dalam definisi ini diantaranya adalah intensitas, arah, dan
ketekunan. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan
ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan semangat.
 Problem Solving (Pemecahan Masalah)
 Komunikasi
Komunikasi adalah "suatu proses di mana seseorang atau beberapa
orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan
menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang
lain".
 Kognisi
Kognisi adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan
dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Proses yang
dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi
pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami,
menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa.
c) Kemampuan Sensorik
Manusia mengandalkan beberapa indera mereka untuk menjalani
pengalaman hidup dalam dunia sekitar mereka. Beberapa indera
penglihatan, rasa, sentuhan, penciuman, pendengaran, memungkinkan
setiap individu untuk menafsirkan lingkungannya, ini disebut pemrosesan
sensori. Pertumbuhan indera ini dikenal sebagai pengembangan sensorik.
Pengembangan sistem saraf pusat dimulai dengan 7 indera:
1. taste (gustatory),
2. sentuh (taktil),
3. mendengar (auditory),
4. penglihatan (visual),
5. bau (penciuman),
6. proprioceptive (umpan balik dari otot dan sendi),
7. vestibular (keseimbangan),
dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
0 : tidak berfungsi,
1 : adanya gangguan,
2 : normal.
Secara fisiologis, sistem saraf secara terus menerus menerima ribuan
informasi dari organ saraf sensori, menyalurkan informasi melalui saluran
yang sesuain dan mengintegrasikan informasi menjadi respon yang
bermakna. Proses sensorik di awali dengan penerimaan input
(registration), yaitu individu menyadari akan adanya input. Proses
selanjutnya adalah orientation, yaitu tahap dimana individu meperhatikan
input yang masuk. Tahap berikutnya kita mulai mengartikan input tersebut
(interpretation). Selanjutnya adalah tahap organization, yaitu tahap dimana
otak memutuskan untuk memperhatikan atau mengabaikan input ini. Tahap
terkahir adalah execution, yaitu tindakan nyata yang dilakukan terhadap
input sensorik tadi. (William dan Anzalone, 1996).
d) Kondisi Keseimbangan
 Statik
 Dinamik
Pada saat tidur terlentang banyak gerakan involunter yang tidak
disadari, tandanya ATNR masih tinggi. Sehingga kondisi
keseimbangan saat duduk atau berdiri terganggu.
e) Kemampuan dan Ketidakmampuan Klien
 Sesuai dengan umur kronologis
 Terlambat tidak sesuai dengan usia perkembangan
f) Tonus Postural
Tonus postural secara general. Tonus postural adalah tonus otot yang
berkontraksi pada saat tubuh melakukan gerakan. Contoh : berjalan,
berlari, dan lain-lain. Keadaan tonus apakah hipotonus atau hipertonus,
tapi pada CP athetoid tonus cenderung fluktuatif.
g) Pola Postural ( dari kranial ke kaudal) atau Pengamatan Posisi dan Pola
Gerak
Pola postural adalah suatu pola gerakan normal pada tubuh kita yang dapat
membantu kita untuk melakukan suatu gerakan seperti berjalan, duduk,
lari, dan lain-lain.
 Telentang
Komponen yang dilihat :
1) Gerakannya (aktif, simultan, kecenderungan posisi)
2) Posisi kepala
3) Posisi trunk (simetris atau tidak simetris)
4) Posisi shouder
5) Posisi elbow
6) Posisi wrist
7) Posisi jari
8) Posisi hip
9) Posisi knee
10) Posisi ankle
 Berguling
Komponen yang dilihat :
1) Via (hip atau shoulder)
2) Rotasi trunk (ada atau tidak)
 Telungkup
Komponen yang dilihat :
1) Head lifting
2) Head control
3) Forearm support
4) Hand support
5) Posisi trunk
6) Posisi hip
7) Posisi knee
8) Posisi ankle
 Ke duduk
Komponen yang dilihat :
1) Posisi awal
2) Proses
3) Head control
4) Forearm support
5) Hand support
6) Fiksasi gerakan
7) Transfer weight bearing
 Duduk
Komponen yang dilihat :
1) Head control
2) Trunk control
3) Hand support
4) Weight bearing
5) Sitting balance
6) Protective reaction
 Merangkak, ngesot (bila ada)
Komponen yang dilihat :
1) Head control
2) Weight bearing
3) Rotasi trunk
4) Transfer weight bearing
5) Gerakannya simultan atau tidak
 Berdiri
Komponen yang dilihat :
1) Head control
2) Posisi shoulder
3) Posisi elbow
4) Posisi wrist
5) Posisi jari-jari
6) Posisi trunk
7) Trunk control
8) Posisi hip
9) Posisi knee
10) Posisi ankle
11) Weight bearing
12) Standing balance
 Ke berdiri
Komponen yang dilihat :
1) Posisi awal
2) Proses
3) Head control
4) Trunk control
5) Weight bearing
6) Transfer weight bearing
7) Pola ke berdiri
 Berjalan
Komponen yang dilihat :
1) Head control
2) Trunk control
3) Rotasi trunk
4) Transfer weight bearing
h) Pemeriksaan khusus (menggunakan assesment tools GMFM /
ASWORTH / Reflex / Sensori / AIM/EIDP, dll)
 GMFM
Penilaian dengan menggunakan GMFM yang terdiri dari 88 item yang
terbagi dalam dimensi (dimensi A, B, C, D, dan E) dengan kriteria
penilaian :
0 : tidak dapat melakukan,
1 : dapat melakukan diawalnya saja,
2 : dapat melakukan sebagian,
3 : dapat melakukan semuanya.
 ASWORTH
Penilaian spastisitas dengan skala asworth dengan kriteria sebagai
berikut :
0 : tonus normal,
1 : terasa tahanan diakhir sendi bisa full ROM,
2 : terasa tahanan ditengah sampai akhir sendi bisa full ROM,
3 : terasa tahanan dari awal sampai akhir sendi bisa full ROM,
4 : terasa tahanan dari awal sampai akhir sendi, tidak full ROM,
5 : rigid / kaku.
 Reflex
Penilaian reflex primitif dengan blangko pemeriksaan reflex primitif
dengan nilai negatif yang berarti tidak terdapat reflex primitif dan
positif berarti terdapat reflex primitif. Pemeriksaan 7 reflex meliputi
(Pamela, 1993) :
1. ATNR atau Asymetrical Tonic Reflex
Lokasi : brainstem
Muncul saat usia : 2 bulan
Hilang saat usia : 4 bulan
Cara pemeriksaan : anak terlentang dengan posisi kepala
pada midline, kemudian kepala dirotasikan ke salah satu sisi.
Positif jika elbow dan knee pada ipsilateral fleksi, dan pada sisi
kontralateral : shoulder abduksi, elbow ekstensi.
2. STNR atau Symetrical Tonic Neck Reflex
Lokasi : brainstem
Muncul saat usia : 2 bulan
Hilang saat usia : 4 bulan
Cara pemeriksaan : anak terlentang dengan posisi kepala
pada midline, kemudian kepala dirotasikan ke salah satu sisi.
Positif jika elbow dan knee pada ipsilateral fleksi, dan pada sisi
kontralateral : shoulder abduksi, elbow ekstensi.
3. Neck Righting
Lokasi : midbrain
Muncul saat usia : baru lahir
Hilang saat usia : 4 sampai 6 bulan
Cara pemeriksaan : anak dalam posisi terlentang. Kemudian
kepala dirotasikan ke salah satu sisi. Positif jika tubuh berputar
mengikuti kepala, mulai dari shoulder, trunk, dan pelvis, serta
anggota gerak bawah.
4. Extensor Trust
Lokasi : spinal
Muncul saat usia : baru lahir
Hilang saat usia : 1 sampai 2 bulan
Cara pemeriksaan : knee anak dalam posisi fleksi. Kemudia
telapak kaki digores atau disentuh. Positif jika knee lurus.
5. Moro Reflex
Lokasi : spinal
Muncul saat usia : baru lahir
Hilang sat usia : 1 sampai 2 bulan
Cara pemeriksaan : anak dalam posisi terlentang, kepala
dan punggung anak disangga tangan pemeriksa. Kemudia
secara tiba-tiba jatuhkan pegangan kepala anak tanpa ditekan.
Positif jika ada reaksi seperti terkejut, yaitu kedua elbow fleksi
dengan forearm supnasi.
6. Parachute
Lokasi : Cortical
Muncul saat usia : 6 sampai 9 bulan
Hilang saat usia : tidak hilang atau sepanjang usia
Cara pemeriksaan : anak diposisikan seperti akan terjun,
handling pemeriksa pada bagian torakal, posisi kepala lebih
rendah dari kaki. Positif jika kedua lengan anak lurus, jari-jari
tangan diekstensikan seolah hendak mendarat, atau sering
disebut handsupport.
7. Foot Placement
Lokasi : cortical
Muncul saat usia : baru lahir
Cara pemeriksaan : anak diposisikan berdiri, handling pada
axilla anak. Kemudian punggung tungkai anak digoreskan pada
meja. Positif jika kaki anak naik ke atas meja.
 Sensori
Penilaian sensoris menggunakan blangko pemeriksaan sensoris.
Pemeriksaan sensoris yang terdiri dari visual, auditori, smell, taste,
taktil, touch, propioseptive, dan vestibular dengan kriteria ; 0 : tidak
berfungsi, 1 : adanya gangguan, dan 2 : normal.
 AIM
Model kerja kerangka penilaian risiko kerusakan serius dimensi
tambahan menilai perilaku seksual pada anak-anak.
 EIDP
Pengembangan intervensi dini ini dimaksudkan untuk melengkapi,
bukan mengganti psikologis, motoris dan bahasa. Untuk membantu
dalam menggambarkan fungsi komprohensif anak dan
mengidentifikasi kekuatan relatif dan kelemahan. Alat ini bertujuan
untuk pembentukan level basal.
(Tandai bagian tubuh yang bermasalah)

i) Pemeriksaan Penunjang : MRI, CT Scan, BERA, EEG, ECG, dll


Sebagaimana modalitas diagnosis tambahan untuk mengetahui
kemungkinan etiologi maupun faktor resiko terjadinya Cerebral Palsy.
Dan juga untuk mengetahui kelainan lain yang menyertai Cerebral Palsy.
MRI jarang digunakan pada bayi prematur dan lebih menguntungkan
digunakan setelah umur bayi lebih dari 2-3 minggu.MRI merupakan
pilihan untuk mengetahui gambaran mielin pada T2 dan gambaran sulki
otak.
Pemeriksaan CT Scan berguna untuk mengetahui adanya malformasi
kongenital, perdarahan intrakranial dan leukomalasia periventrikuler.
BERA atau Brain Evoled Response Audiometry merupakan tes
neurologik untuk fungsi pendengaran batang otak terhadap rangsangan
suara. BERA dapat digunakan untuk mendeteksi dini adanya gangguan
pendengaran, bahkan sejak bayi baru saja dilahirkan. Tes BERA ini dapat
menilai fungsi pendengaran bayi atau anak yang tidak kooperatif.
EEG digunakan untuk mengevaluasi beratnya proses hipoksik iskemik,
terdapatnya gambaran supresi gelombang dengan amplitudo rendah dan
gelombang lambat memberikan prognosis yang buruk.
ECG adalah suatu proses yang dilakukan untuk memantau dan
merekam aktivitas listrik yang terjadi di jantung pada saat istirahat. Hasil
tes ECG akan dapat memberikan informasi mengenai pola kecepatan dan
ritme detak jantung pasien dalam jangka waktu tertentu.
j) Deformitas / Kecacatan
Deformitas / kecacatan neliputi :
 Pendengaran
Kehilangan pendengaran berhubungan dengan mikrosefali,
mikroftakmia, dan penyakit jantung bawaan, dimana disarankan untuk
memeriksa ada tidaknya infeksi TORC (taksoplasma, rubella,
sitomegalovirus dan herpes simplex). Pada sebagian penderita
diskinesia, kerniterus dapat menyebabkan ketulian sensorineural
frekuensi tinggi.
 Kemampuan wicara
Gangguan pendengaran dapat mennyebabkan terjadinya gangguan
bahasa atau komunikasi.
 Penglihatan
Masalah penglihatan yang biasanya muncul pada anak CP adalah
juling. Jika terjadi hal tersebut harus segera diperiksakan ke dokter
karena dapat menyebabkan hanya dapat menggunakan satu mata saja.

4. Problematika Fisioterapi pada CP Athetoid


a) Impairment
 Adanya abnormalitas tonus postural tubuh yang bersifat fluktuatif (bisa terjadi
hipertonus saat tegang atau kaget dan bisa terjadi hipotonus saat rileks).
 Adanya pola spastisitas pada kedua lengan dan kedua tungkai ke arah ekstensi.
 Adanya spasme otot trapezius upper pada trunk dan pemendekan otot iliopsoas
pada hip.
 Adanya gerak involunter yang tidak terkontrol.
 Adanya gangguan vestibular.
b) Functional Limitation
 Belum mampu melakukan gerak fungsional dasar, seperti : merangkak,
berguling, tengkurap, merayap, duduk, dan berdiri.
 Belum mampu melakukan aktivitas fungsional seperti feeding(makan-minum),
mandi.
c) Disability atau Participation Restriction
 Pasien belum mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya seperti
bermain.

5. Tujuan Jangka Pendek dan Tujuan Jangka Panjang


a. Jangka Pendek
1) Memperbaiki abnormalitas tonus yang bersifat fluktuaktif.
2) Mengontrol pola spastisitas pada kedua lengan dan kedua tungkai.
3) Mengurangi spasme otot upper trapezius dan mengurangi pemendekan
pada otot iliopsoas hip.
4) Mengontrol gerak involunter.
5) Meningkatkan kemampuan vestibular.
6) Meningkatkan mobilisasi trunk (postur).
7) Menghilangkan reflex primitif yang seharusnya sudah hilang.
b. Jangka Panjang
1) Memperbaiki gerak dan fungsi sehingga dapat tercapai kemandirian anak
dalam melakukan aktivitas fungsional.

6. Penatalaksanaan Fisioterapi pada CP Athetoid


1) Intervensi fisioterapi
a. Kinesio Tapping
Pada anak athetoid biasanya terdapat otot yang imbalance contohnya
terjadi ketidakseimbangan besar kecilnya antara otot yang kanan dengan yang
kiri. Dikarenakan ada spasme pada salah satu otot tersebut.
Sebelum di taping, otot yang spasme di release dulu baru di strech supaya
tidak bertambah spastisitasnya. Kemudian baru dipasang taping. Otot yang
mengalami spasme dipasang taping dengan menginhibisi otot tersebut. Otot
yang lemah dipasang taping dengan memfasilitasi otot tersebut.
Tujuan dari pemasangan taping dan merelease pada otot yang spasme
pada kasus ini yaitu sama-sama meredakan ketegangan. Karena keduannya
bersifat reversible atau sementara.
b. NeoroStructure
Posisi tidur terlentang
1. Usapan seluruh tubuh : Tx mengusap dari kepala Px sampai kaki Px,
saat turun di mata kemudian menuju ke telinga dan kembali lagi ke
mata.Dilanjutkan diusap ke dada, saat di dada usapan menuju ke lengan
sampai tangan dan kembali lagi ke dada. Dilanjutkan usapan kebawah
sampai ke kaki Px. Pengulangan dilakukan 3x.
2. Usapan halus : tangan kiri Tx di umbilicus Px, tangan kanan
Tx mengusap halus dari umbilicus kearah dada. Selanjutnya arah usapan
kearah dada kanan Px, kearah dada kiri Px, kebelakang dari umbilicus
bagian kiri Px, kebelakang dari umbilicus bagian kanan Px, kebelakang
dari umbilicus bagian kanan dan kiri Px secara bersamasama.
Pengulangan dilakukan 3x.
3. Usapan gelombang : tangan kiri Tx di umbilicus Px, tangan kanan
Tx mengusap dari umbilicus kearah dada dengan cara seperti
mengerutkan kulit. Prosedur urutan arahnya sama seperti di usapan
halus. Pengulangan dilakukan 3x.
4. Usapan angka 8 : tangan kiriTx di umbilicus Px, tangan kanan
Tx mengusap dari umbilicus kearah dada dengan gerakan angka 8 dari
tengah lateral kanan ke lateral kiri. Usapan ini dilakukan di lengan atas,
sepanjang lengan, tungkai atas, dan sepanjang tungkai. Pengulangan
dilakukan 3x.
5. Usapanangka 1 : kedua tangan Tx bersama-sama mengusap
lurus dari dada ke perut Px serta harus searah, pada lengan dan tungkai
mengusap lurus dari proximal ke distal serta harus searah. Pengulangan
dilakukan 3x.
6. Tendon guard : kedua tangan Tx berada pada proximal dan
distal lengan atas Px, Tx melakukan tendon guard dengan cara meremas
otot keatas. Prosedur tersebut juga dilakukan pada proximal dan distal
lengan bawah, tungkai atas, dan tungkai bawah Px. Pengulangan
dilakukan 3x.
7. Contract strech : tangan kiri Tx di perut Px dan tangan kananTx
di dada Px, kemudian dikontraksikan dan dirileksasikan dengan cara
didekatkan dan dijauhkan. Dilanjutkan kontraksi dan rileksasi pada
lengan atas dan bawah, kemudian tungkai atas dan bawah. Pengulangan
dilakukan 9x.

Posisi tidur miring


Usapanhalus : Txmengusaphalusdari scapula sampaike pelvic
Px. Dilakukanjugapadasisisatunya. Pengulangandilakukan 3x.
Contract stretch : Txmemegangpada scapula dan pelvic Px,
kemudiandikontraksikandengancaradidekatkandandirileksasikandenganc
aradijauhkan. Dilakukanjugapadasisisatunya. Pengulangandilakukan 3x.
Stretching : Txmemegangpada scapula dan pelvic Px.
Txmenggerakan scapula kearahantero cranial dan pelvic
digerakankearah posterior distal atausebaliknya.
Dilakukanjugapadasisisatunya. Pengulangandilakukan 3x.
Posisitidurtengkurap
Usapanseluruhtubuh : TxmengusapdarikepalaPxsampai kaki Px,
saatturun di
leherusapanmenujukelengansampaitangandankembalilagikeleher.
Dilanjutkanusapankebawahsampaike kaki Px. Pengulangandilakukan 3x.
Usapanhalus : tangankiriTx di sacrumPx,
tangankananTxmengusaphalusdarisacrumkearahleher.
SelanjutnyaarahusapankearahpunggungkananatasPx,
kearahpunggungkiriatasPx, kedepandarisacrumbagiankiriPx,
kedepandari sacrumbagiankananPx, kedepandari
sacrumbagiankanandankiriPxsecarabersamasama. Pengulangandilakukan
3x.
Usapangelombang : tangankiriTx di sacrumPx,
tangankananTxmengusapdarisacrumkearahleherdengancarasepertimenge
rutkankulit. Prosedururutanarahnyasamaseperti di usapanhalus.
Pengulangandilakukan 3x.
Usapanangka 8 : tangankiriTx di sacrumPx,
tangankananTxmengusapdarisacrumkearahleherdengangerakanangka 8
daritengah lateral kananke lateral kiri. Usapaninidilakukan di lenganatas,
sepanjanglengan, tungkaiatas, dansepanjangtungkai.
Pengulangandilakukan 3x.
Usapanangka 1 :
keduatanganTxbersamasamamengusaplurusdarileherkepunggungbawahP
xsertaharussearah, padalengandantungkaimengusaplurusdari proximal ke
distal sertaharussearah. Pengulangandilakukan 3x.
Tendon guard : keduatanganTxberadapada proximal dan distal
lenganatasPx, Txmelakukan tendon guard
dengancarameremasototkeatas. Prosedurtersebutjugadilakukanpada
proximal dan distallenganbawah, tungkaiatas, dantungkaibawahPx.
Pengulangandilakukan 3x.
Contract strech : tangankiriTx di sacrum PxdantangankananTx
di bawahleherPx,
kemudiandikontraksikandandirileksasikandengancaradidekatkandandijau
hkan. Dilanjutkankontraksidanrileksasipadalenganatasdanbawah,
kemudiantungkaiatasdanbawah. Pengulangandilakukan 9x.
c. Neuro Development Treatment (NDT)
Neuro Development Treatment (NDT) atau Bobath adalah suatu teknik
yang di kembangkan oleh Karel dan Bertha Bobath pada tahun 1997. Metode
ini khususnya di tujukan untuk menangani gangguan sistem saraf pusat pada
bayi dan anak-anak (Sheperd, 1997). Agar lebih efektif, penanganan harus
dimulai secepatnya (Bobath dan Kong, 1997 dikutip oleh sheperd,1997).
NDT pada anak bertujuan untuk memperbaiki, mencegah kelainan postur
dan pola gerak abnormal serta mengajarkan postur dan pola gerak yang
normal. Pendekatan Neuro Development Treatment berfokus pada tonus
postural. Intervensi penanganan Neuro Development Treatment dengan
membonkar pola gerak abnormal dan juga melatih keseimbanan dan
Koordinasi anak.
1. Membongkar pola dengan capital neck flexion
Tujuan dari capital neck flexion yaitu untuk menurunkan
spastisitas. Caranya Px duduk 900 dengan kaki posisi long sitting
ddengan kaki kontak dengan tembok (guling juga bisa) bertujuan untuk
melatih propiceptif. Tx berada di belakang Px dengan duduk bersimpuh
kemudian memfleksikan leher Px.
Jika sudah didapat penurunan tonus postural & ekstremitas bisa
dilanjut mobilisasi trunk.

2. Latihan fungsional+NDT (BOBATH JEPAN 1996)


Tonus postural
a. Core Stability
Posisi Px tidur terlentang. Kedua tangan Px memakai backslab.
Seperti gerakan sit up yaitu kedua lutut di tekuk dan mengangkat
badannya sampai mendekati lutut. Tx mengarahkan dulu kemudia
Px harus bisa melakukannya sendiri. Dengan memberikan mainan
yang disenangi Px agar Px mau gerak aktif.
b. Latihan berguling
Posisi Px tidur terlentang. Kedua tangan Px memakai backslab.
Kedua tangan Px Abduksi. Kemudian kaki kiri Px ditekuk kemudian
berikan stimulus mainan untuk merangsang Px mau berguling ke
arah mainan.
c. Latihan Tengkurap
Posisi Px tidur terlentang. Kedua tangan Px memakai backslab.
Kedua tangan Px Abduksi. Kemudian kaki kiri Px ditekuk kemudian
berikan rangsangan mainan agar Px bergerak ke kanan sampai
tengkurap.
d. Duduk
Posisi Px tengkurap. Badan diangkat sampai lengan lurus. Pada
posisi ini juga menstimulasi leher dan punggung atas sehinnga
mendapatkan posisi kepala terangkat. Kemudian tetuk kedua lutut
ke depan seperti posisi merangkak. Salah satu tangan Tx berada di
punggung dan satunya di Abdominal. Arah gerakannya, tangan Tx
yang di punggung bergerak ke arah belakang dan tangan Tx yang
berada di daerah otot Abdominal ke depan dan dilakukan bersamaan
sehingga badan akan tertarik kebelakang sehingga berada pada
posisi duduk.

e. Berdiri
Posisi Px duduk. Px akan latihan berdiri dengan latihan duduk
-berdiri. Sebelum latihan duduk-berdiri dilakukan release tendon
asciles dan dorso flexor angkle untuk menurunkan spastisitas. Untuk
melakukan gerak duduk-berdiri pelvic dan gluteus harus kontraksi.
Tx menfiksasi pelvic untuk membantu ketika posisi berdiri
1. Latihan koordinasi
Latihan koordinasi ini menggunakan play terapi yang sudah di
modifikasi Bobath/NDT. NDT tetap ada unsur input visual ,propioseptif,
dan tactile..
Latihan yang pertama yaitu dengan menggunakan guling besar. Px
Diposisikan tengkurap diatas guling. Tx beradaa di belakang Px atau di
samping Px. Tx yang lain berada di depan px atau ibunya Px dengan
membawa bola. Px di intruksikan untuk mengambil bola dari tangan
terapis di depannya. Latihan ini juga bisa untuk melatih head controlnya.
Latihan yang kedua yaitu dengan duduk di atas guling. Latihan ini
untuk anak yang keseimbangannya sudah bagus. Ada Tx yang berada di
belakang Px. Tx yang lain berada di depannya dengan membawa bola
dan Px di intruksikan untuk meraih bola tersebut.
Latihan ketiga yaitu dengan permainan bola basket. Posisi sama
dengan latihan kedua yaitu posisi duduk di atas guling. Kemudian px
memegang bola. Setelah px di minta untuk melempar bola yang di
pengangnya untuk di masukan kedalam ring yang ada di depannya.
Latihan ke empat yaitu dengan permainan menara donat. Posisi px
duduk Px di intruksikan untuk memasukkan donat ke menara yang
berada didepannya. Setelah sudah bisa, jarak menaranya yang di
depannya bisa di jauhkan sehingga Px akan beusaha melemparkan donat
tersebut ke menara.

2) Edukasi
- Memberikan edukasi kepada keluarga untuk tetap memberikan motivasi
kepada anak agar tetap semangat dalam melakukan terapi.
- Kadang sering diajak jalan keluar agar mampu berinteraksi dan
bersosialisasi dengan dunia luar.
- Sering menyentuh wajah anak dan seluruh tubuh dengan tangan (keluarga
mampu melakukan NS sendiri).
- Cara menggendong dengan benar yaitu posisi kedua tungkai lurus dan
kedua lengan di depan, menggendong anak menghadap ke depan dengan
tangan kanan ibu memegang paha anak dari bawah dan tangan kiri ibu di
dada anak, usahakan agar punggung anak tidak terlalu bersandar.
- Cara mengangkat anak yang benar yaitu dengan cara tangan ibu pada bahu
belakang anak, miringkan anak terlebih dahulu lalu angkatbahu anak
kemudian bokongnya.
- Bermain dengan posisi anak telungkup dan diganjal bantal pada area dada
sesering mungkin. Biarkan kepala anak terangkat dan tegak.
- Bermain atau makan diposisikan duduk bersila atau dipangkuan orang tua.
- Pasang back slap pada kedua lengan anak dan diarahkan kedua tangan
anak untuk menumpu di depan atau di samping badannya. Pastikan anak
aman dan dalam pengawasan orang tua.
7. Rencana Evaluasi (pemeriksaan harus ada)
 Pengukuran spastisitas dengan skala Ashworth.
Penilaian spastisitas dengan skala asworth dengan kriteria sebagai berikut :
0 : tonus normal,
1 : terasa tahanan diakhir sendi bisa full ROM,
2 : terasa tahanan ditengah sampai akhir sendi bisa full ROM,
3 : terasa tahanan dari awal sampai akhir sendi bisa full ROM,
4 : terasa tahanan dari awal sampai akhir sendi, tidak full ROM,
5 : rigid / kaku.
Jadi, spastisitas diukur sebelum dan sesudah diberikan terapi. Jadi kita tahu ada
perubahan tidak dari spastisitasnya supaya bisa dijadikan acuan untuk pemberian
terapi selanjutnya.
 Pengukuran reflek patologis dengan stimulus.
Refleks patologis merupakan respon yang tidak umum dijumpai pada individu
normal. Refleks patologis pada ekstemitas bawah lebih konstan, lebih mudah
muncul, lebih reliabel dan lebih mempunyai korelasi secara klinis dibandingkan
pada ekstremitas atas.
Dasar pemeriksaan reflex :
 Selain dengan jari-jari tangan untuk pemeriksaan reflex ekstremitas atas,bisa
juga dengan menggunakan reflex hammer.
 Pasien harus dalam posisi enak dan santai
 Rangsangan harus diberikan dengan cepat dan langsung
Jenis-jenis pemeriksaan refleks patologis :
a. Refleks Hoffmann-Tromner
Cara pemeriksaan : tangan penderita dipegang pada pergelangannya dan suruh
pasien melekukan fleksi ringan jari-jarinya. Kemudian jari tengah pasien
diregangkan dan dijepit diantara jari telunjuk dan jari tengah pemeriksa. Lalu
lakukan :
Hoffmann : “Goresan” pada ujung jari tengah pasien reaksi : fleksi dan
adduksi ibu jari disertai dengan fleksi telunjuk dan jari-jari lainnya.
Tromner : “Colekan” pada ujung jari pasien maka akan muncul reaksi yang
sama dengan hoffmann.
b. Babinsky sign
Pemeriksa menggores bagian lateral telapak kaki dengan ujung palu refleks.
Reaksi : Dorsofleksi ibu jari kaki disertai plantarfleksi dan gerakan melebar
jari-jari lainnya.
Refleks Grup Babinsky :
• Chaddock’s sign
Cara : Pemeriksa menggores dibawah dan sekitar maleolus eksterna ke
arah lateral dengan palu refleks ujung tumpul.
Reaksi : sama dengan babinski sign
• Gordon’s sign
Cara : Pemeriksa menekan oto-otot betis dengan kuat.
Reaksi : sama dengan babinski sign
• Schaeffer’s sign
Cara : Pemeriksa menekan tendo Achilles dengan kuat
Reaksi : sama dengan babinski’s sign
• Oppenheim’s sign
Cara : Pemeriksa memberi tekanan yang kuat dengan ibu jari dan telunjuk
pada permukaan anterior tibia kemudian digeser ke arah distal.
Reaksi : sama dengan babinski’s sign
 Pengukuran kemampuan fungsional motorik kasar memakai GMFM.
Gross Motor Function Measure (GMFM) adalah suatu jenis pengukuran
klinis untuk mengevaluasi perubahan fungsi gross motor pada penderita CP.
Terdiri dari 88 item pemeriksaan, aktifitas pada posisi berbaring dan berguling (17
item), duduk (20 item), berlari dan melompat (12item). Penilaian GMFM terdiri
dari 4 skor yaitu 0, 1, 2 dan 3 yang masing- masing mepunyai arti yang sama
meskipun deskripsinya berbeda tergantung item kemampuan yang dinilai.
Keterangan nilai GMFM, sebagai berikut:
0: tidak memiliki inisiatif
1 : ada inisiatif
2 : sebagian dilengkapi
3 : dilengkapi
NT : Not Tested (tidak di tes)
DAFTAR PUSTAKA

Anugraheni, Rana. 2017. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Cerebral Palsy Spastic
Athetoid Quadriplegi Tipe Ekstensi Et Causa Hemiatrofi Cerebri Sinistra dengan
Metode Neuro Development Treatment (NDT) di Klinik Griya Fisio Bunda Novy
Yogyakarta. Skripsi. Sueakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Eka Ratnasari, Karina Susanti, dan Nur. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Cerebral
Palsy Hipertonus Spastik Athetoid Diplegi Menggunakan Metode Neuro
Development Treatment dan Brain Gym di YPAC. Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Ichsan, Muhammad Khairil. 2014. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Cerebral Palsy
Spastic Athetoid Quadriplegi di Pediatric and Neurodevelopmental Therapy
Centre (PNTC). Skripsi. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai