PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa pertumbuhan anak adalah masa yang sangat riskan bagi setiap
kehidupan anak, maka sangat penting untuk memperhatikan seluruh aspek yang
mendukung maupun yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pada tahun 1806, seorang dokter, seorang dokter bedah bernama William
Little pertama kali mendeskripsikan penyakit yang membingungkan yang pada
saat itu menyerang anak-anak pada usia tahun pertama, yang menyebabkan
kekakuan tungkai dan lengan. Anak-anak tersebut mengalami kesulitan
merangkak dan berjalan. Kondisi tersebut disebut littles disease selama beberapa
tahun, yang saat ini dikenal sebagai spastic diplegia. Penyakit ini merupakan
salah satu dari penyakit yang mengenai pengendalian fungsi pergerakan dan
digolongkan dalam terminologi cerebral palsy atau umumnya disingkat CP.
Sebagian besar penderita tersebut lahir premature atau mengalami
komplikasi saat persalinan dan Little menyatakan kondisi terrsebut merupakan
hasil dari kekurangan oksigen selama kelahiran. Kekurangan oksigen tersebut
merusak jaringan otak yang sensitive yang mengendalikan fungsi pergerakan.
Tetapi pada tahun 1897, psikiatri terkenal Sigmud Freud tidak sependapat. Dalam
penelitianya, banyak dijumpai pada anak CP mempunyai masalah lain seperti
retardasi mental, gangguan visual dan kejang. Freud menyatakan bahwa penyakit
tersebut mungkin sudah terjadi pada awal kehidupan, selama perkembangan otak
janin.
Masalah yang sering dijumpai pada tumbuh kembang anak diantaranya
adalah cerebral palsy (CP). Cerebral palsy (CP) merupakan kelainan atau
kerusakan pada otak yang bersifat non-progresif yang terjadi pada proses tumbuh
kembang. Kelainan atau kerusakan tersebut dapat terjadi pada saat di dalam
kandungan (pre-natal), selama proses melahirkan (natal), atau setelah proses
kelahiran (post-natal). CP dapat mengakibatkan gangguan sikap (postur), kontrol
gerak, gangguan kekuatan otot yang biasanya disertai gangguan neurologik
berupa kelumpuhan, spastik, gangguan basal ganglia, cerebellum, dan kelainan
mental (mental retardation) (Dorlan, 2005)
1 | M a ka l a h Fi s i o t e r a p i p a d a a n a k C e re b r a l
palsy
Angka kejadian penderita CP, menurut studi kasus yang dilakukan para
peneliti, terjadi pada 3,6 per 1.000 anak atau sekitar 278 anak. Studi kasus yang
dilakukan di negara Georgia, dan Wisconsin menyebutkan angka yang cukup
sama, yaitu 3,3 per 1.000 anak di Wisconsin, dan 3,8 per 1.000 anak di Georgia
(CDC, 2009). American Academi for Cerebral Palsy mengemukakan klasifikasi
CP sebagai berikut : klasifikasi neuro motorik yaitu spastic, atetosis, rigiditas,
ataxia,
tremor
dan
mixed.
Klasifikasi
distribusi
topografi
keterlibatan
mengalami gangguan fungsi gerak, postur dan control tubuh akibat gangguan
CNS dan dapat diimplementasikan pada individu dari semua golongan usia dan
derajat ketidak mampuan fisik dan fungsi (raine 2006; IBITA 2007) Konsep
Bobath didasarkan atas dua faktor:
1. Gangguan normal maturation akibat lesi yang bisa mengakibatkan
keterlambatan bahkan berhentinya beberapa aspek perkembangan.
2. Adanya pola gerak dan postur yang abnormal akibat tonus postural yang
abnormal.
Dengan penanganan spesifik akan menormalkan tonus dan memfasilitasi
gerakan automatis dan gerakan yang disadari. Selain NDT penulis makalah juga
menggunakan metode lain seperti Neuro Structure, Brain Gym dan Massage
General.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas memberikan dasar bagi penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada manfaat penatalaksanaan NDT dapat mengurangi &
mengontrol spastisitas dan meningkatkan kemampuan fungsi tungkai pada
pasien cerebral palsy spastic diplegi ?
2. Apakah penatalaksanan NS (Neuro Structure) dapat memperbaiki problem
sensoris pada pasien cerebral palsy spastic diplegi ?
3. Apakah semua metode terapi diatas dapat meningkatkan kemampuan
fungsional pasien cerebral palsy spastic diplegi ?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka diperoleh tujuan yaitu :
Untuk mengetahui manfaat metode-metode terapi tersebut dalam
menangani problem pada pasien cerebral palsy spastic diplegi
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Definisi
Cerebral Palsy adalah kondisi neurologis yang terjadi permanen tetapi
tidak mempengaruhi kerusakan perkembangan saraf karena itu bersifat non
progresif pada lesi satu atau banyak lokasi pada otak yang imatur. ( Campbell sk
et al, 2001, dalam Jan s, 2008)
3 | M a ka l a h Fi s i o t e r a p i p a d a a n a k C e re b r a l
palsy
4 | M a ka l a h Fi s i o t e r a p i p a d a a n a k C e re b r a l
palsy
5 | M a ka l a h Fi s i o t e r a p i p a d a a n a k C e re b r a l
palsy
: area 4, 6
: area 9, 10, 11, 12
: area 44, 45
: area 1,2,3
: area 39, 40
: area 17, 18, 19
: area 41.42
Cerebrum (Otak besar ) dibagi menjadi Otak Kiri dan Otak Kanan,
masing-masing belahan mempunyai fungsi yang berbeda :
a. Otak kiri berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika, rasio,
kemampuan menulis dan membaca, serta merupakan pusat matematika.
Beberapa pakar menyebutkan bahwa otak kiri merupakan pusat
Intelligence Quotient (IQ).
6 | M a ka l a h Fi s i o t e r a p i p a d a a n a k C e re b r a l
palsy
3. Brainstem
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga
kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum
tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk
pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses
pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight
(lawan atau lari) saat datangnya bahaya.
Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
7 | M a ka l a h Fi s i o t e r a p i p a d a a n a k C e re b r a l
palsy
C. Etiologi
1. pre-natal : parainfeksi uteri virus TORCH (tokso plasma, rubella, ciytomegalo,
herpes)
a. penyakit sistem metabolik : Diabetesmilitus
b. perbedaan presus darah antara anak dan ibu
c. penggunaan alkohol, perokok, psikotik
d. letak janin saat dalam kandungan
e. genetik
2. para-natal : anoksia atau hipoksia (kekurangan oksigen sehingga terjadi
gangguan pada otak)
a. trauma kelahiran (saat lahir divakum)
8 | M a ka l a h Fi s i o t e r a p i p a d a a n a k C e re b r a l
palsy
9 | M a ka l a h Fi s i o t e r a p i p a d a a n a k C e re b r a l
palsy
3). Hipotonia
Ditandai dengan tidak adanya ketegangan pada otot. Px biasanya
tampak lemas, otot-ototnya tidak mampu mrespon rangsangan yg
diberikan.
4). Tremor
Gejala yang tampak adalah adanya gerakan ritmis yang terus menerus
pada tangan, mata atau kepala.
d. Ataxia
Tipe ini terjadi karena adanya kelainan pada cerebellum (otak kecil),
sehingga pada tipe ini cenderung mengalami gangguan pengendalian diri yang
e.
10 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
a. Inhibisi
Suatu upaya untuk menghambat atau menurunkan atau menghentikan
tonus otot yang berlebihan dengan tehnik RIP ( reflek Inhibitory pattern )
yaitu menghambat pola gerak abnormal menjadi sikap tubuh yang normal
dengan merubah tonus dan pola gerakannya.
b. Fasilitasi
Suatu upaya untuk mempermudah reaksi-reaksi automatik dan gerak
motorik yang benar dengan tehnik KPO ( Key Point of Control ).Tujuan
fasilitasi :
1). memperbaiki tonus postural
2). memelihara & mengembalikan kualitas tonus
3). memudahkan gerakan yang disadari & diperlukan untuk aktifitas
sehari-hari.
c. Stimulasi
Suatu upaya untk memperkuat & meningkatkan otot melalui propioseptik
dan taktil.Tujuannya :
1) meningkatkan reaksi anak untk
2) memelihara posisi & pola gerak yg
3) dipengaruhi oleh gaya gravitasi secara
otomatis.
Jenis stimulasi :
a) Tapping grup otot antagonis.
b) Placcing & holding penempatan pegangan
c) Placcing Weight Bearingpenumpuan badan
12 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
Gambar 2.7
Sweap pada tangan stimulasi tangan membuka fasilitasi supporting reaction pada tangan
13 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
Gambar 2.10 Fasilitasi reflek tegak pada kepala & supporting reaction ke depan
14 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
Gambar 2.11 Fasilitasi ekstensor vertebrae & supporting reaction pada lengan ke depan
F. NS (NeuroStructure)
Neuro structure adalah metode stimulasi taktil yang bertujuan untuk
1.
15 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
dengan memberikan usapan yang firm dari kepala, wajah s/ ke ujung kaki
dilakukan dengan gentle.
Sifatnya: Eksoreseptif, dari fisiologis ke psychologis.
b. Pemanasan
Tujuan : mempersiapkan komponen psychomotorik diseluruh tubuhnya.
Sifatnya : somatosensoris proprioseptif
Bentuknya: usapan seluruh tubuh pada seluruh jaringan lunak dan
persendian, dilakukan secara gentle. Pada saat gerakan ini rasakan semua rasa
gerak pada jaringan dan sendi yang mendapatkan tekanan dan strech.
c. Gerakan utama
Tujuan : memunculkan :
- alertness
- awerness
- confidence
- personality
Bentuknya : aktivitas gravity, grounding, righting. Centering, balancing,
steady dan stability,righting exercises
2. Metode Stimulasi Sentuhan
Adalah Pemberian Sentuhan ringan mulai dari kepala sampai ujung kaki
berguna untuk rileksasi otot otot yang mengalami penegangan/ spastic sehingga
menurunkan spastisitas ( pada kondisi CP dan stroke ), stimulasi pada otot otot
flaccid ( kondisi hipotonus,seperti down syndrome )
Posisi pasien tidur terlentang , miring dan tengkurap.
Gerakannya : Usapan lembut dari kepala, wajah, leher hingga tangan lalu
badan anak dari dada sampai pelvic lanjutkan dari paha sampai ujung kaki.
a. Posisi Terlentang
1) Usapan lembut dengan penekanan pada sendi sendi dimulai dari arah
proksimal ke distal.
16 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
Dimulai dengan menyentuh area wajah, mata, telinga, kemudian leher lalu
shoulder, elbow, wrist kemudian kembali lagi keatas sampai menyentuh
bahu, dada, pelvic lalu menuju ke distal yakni paha, lutut kemudian ankle
diulangi sampai 3 x.
2). Usapan lembut ke arah midline tubuh
Letakkan satu tangan 2 cm dibawah umbilicus (center of gravity) lalu
usapkan hingga ke proksimal hingga menyentuh incisura jugularis
(sebanyak 3 x usapan)
3). Usapan lembut ke arah menyilang ke kanan hingga menyentuh otot
pectoralis mayor ( sebanyak 3 x usapan)
4). Usapan lembut ke arah menyilang ke kiri hingga menyentuh otot
pectoralis mayor ( sebanyak 3 x usapan )
5). Usapan lembut ke arah pelvic kiri dan kanan ( sebanyak 3 x usapan )
6). Pertemukan kedua tangan hingga ke bagian posterior / lumbal.
3. Stimulasi Gelombang
a. Berikan usapan pada sisi midline tubuh, sisi kanan dan sisi kiri, kemudian
arah pelvic dengan usapan berbentuk gelombang ( masing masing 3 x )
b. Pertemukan kedua tangan terapis hingga ke bagian belakang ( vertebra
lumbal )
4. Stimulasi Angka Delapan
a. Letakkan satu tangan, 2 cm dibawah umbilicus lalu Berikan usapan dengan
arah usapan membentuk angka delapan dimulai dari sisi medial- lateral
medial dan membentuk angka delapan pada area midline tubuh, sisi kanan,
sisi kiri kemudian pelvic ( masing masing 3 x )
b. Pertemukan kedua tangan hingga ke psoterior ( vertebra lumbal ).
5. Contrac Stretch
Stimulasi berupa contrac stretch diberikan pada :
a. Posisi tidur terlentang
Pada sisi anterior ( dimulai dari midline tubuh, anterior dekstra dan antreior
sinistra ) letakkan satu tangan 2 cm dibawah umbilicus lalu satu tangan di
proksimal dari sternum ( di incisura jugularis ) berikan contrac masing
17 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
masing sebanyak 3 x ke arah dalam lalu berikan strech ke arah luar masing
masing sebanyak 3 x
1). Arah menyilang ke kanan
letakkan satu tangan 2 cm dibawah umbilicus lalu satu tangan di otot
pectoralis mayor. berikan contrac masing masing sebanyak 3 x ke
arah dalam lalu berikan strech ke arah luar masing masing sebanyak
3 x.
Arah menyilang ke kiri
letakkan satu tangan 2 cm dibawah umbilicus lalu satu tangan di otot
pectoralis mayor. berikan contrac masing masing sebanyak 3 x ke
arah dalam lalu berikan strech ke arah luar masing masing sebanyak
3x
2). Arah menyilang ke pelvic kiri dan kanan
letakkan satu tangan 2 cm dibawah umbilicus lalu satu tangan di pelvic
berikan contrac masing masing sebanyak 3 kali ke arah dalam lalu
berikan strech ke arah luar masing masing sebanyak 3 x.
Pertemukan kedua tangan hingga ke posterior ( lumbal pasien )
b. Posisi Miring
Terapis disamping pasien dengan fiksasi scapula dan pelvic.
Gerakan contrac kearah dalam 3 x pengulangan dan strech kearah luar
3x pengulangan.
6. Mobilisasi Pelvic
Posisi tidur terlentang
posisi terapis
posisi pasien
fiksasi
gerakan
posisi pasien
posisi terapis
: di samping pasien
fiksasi
distal dari humeri dan satu palmar terapis lagi memfiksasi proksimal humeri.
gerakan
posisi terapis
: di samping pasien
fiksasi
patella pasien dan satu palmar terapis lagi memfiksasi proksimal femur
Gerakan
: tidur terlentang
posisi terapis
fiksasi
gerakan
b.Silang
posisi pasien : dilakukan secara bersilangan, fleksikan knee,sedikit
ditarik ke arah adduksi hip lalu adduksi shoulder horizontal dan pertemukan
wrist dengan patella , dilakukan bergantian antara sisi kanan dan kiri.
H. Patterning dengan Mobilisasi
Mobilisasi merupakan salah satu kombinasi latihan prinsipnya adalah
membentuk patterning sesuai tahap perkembangan anak. Latihan yang
dilakukan juga mengajarkan anak tentang gerakan yang benar, dengan
19 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
1. Patterning Merayap
a. Posisi pasien tengkurap
b. Dengan 2 terapis, Posisi terapis dibelakang dan didepan pasien.
c. Fiksasi pada terapis daerah ankle dan terapis yang lainnya memfiksasi
bagian wrist dari pasien.
d. Gerakan tangan dan kaki ditekuk (flexi elbow dan flexi knee kearah
samping badan pasien) dilakukan 7 kali pengulangan pada setiap gerakan.
2. Latihan Posisi Merangkak
a. Posisikan merangkak, kemudian setelah ada reaksi anak akan merangkak,
maka kita rangkakkan, bisa berpindah tempat
b. Aktivitas yang digunakan adalah aktivitas sehari-hari, misal latihan
merayap 30x, kalau capek istirahat, kemudian dilanjut lagi terus menerus
selama 24 jam,
c. Programnya selama 24 jam: misakan, saat tidur posisinya seperti apa, jika
dimandikan maka posisinya seperti apa, kemudian duduknya, makannya
seperti apa. Baru setelah itu program khusus patterning dan stretching dan
mobilisasi. (twenty four hours along life)
d. Latihan tidak boleh dilakukan sampai over training. Program dengan
force penuh 4-6 jam. Latihan yang terstruktur lebih baik hasilnya, begitu
juga dalam melatih anak membaca.
I. Gross Motor Function Classification System (GMFCS)
Berdasarkan faktor dapat tidaknya beraktifitas atau ambulation, Gross
Motor Functional Classification System atau GMFCS secara luas digunakan
untuk menentukan derajat fungsional penderita cerebral palsy. Pembagian derajat
fungsional cerebral palsy menurut Motor Functional Classification System, dibagi
menjadi 5 level dan berdasarkan kategori umur dibagi menjadi 4 kelompok yaitu:
20 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
yang stabil untuk menarik atau mendorong dengan tangannya. Anak berjalan
tanpa alat bantu didalam ruangan dan dengan jarak pendek pada permukaan
yang rata diluar ruangan. Anak dapat berjalan naik tangga dengan berpegangan
pada tepi tangga, tetapi tidak dapat berlari atau melompat.
Level 3 (dimensi C) :
Anak dapat duduk pada kursi, tetapi membutuhkan alat bantu untuk pelvis atau
badan untuk memaksimalkan fungsi tangan. Anak dapat duduk dan bangkit dari
duduk menggunakan
Anak berjalan didalam dan diluar ruangan dan naik tangga dengan berpegangan
di tepi tangga, tetapi terdapat keterbatasan berjalan pada permukaan yang rata
dan mendaki, dan berjalan ditempat ramai atau tempat yang sempit.
Level 3 (dimensi C) :
Anak berjalan didalam dan diluar ruangan pada permukaan yang rata dengan
bantuan alat bantu gerak. Anak masih mungkin dapat naik tangga dengan
pegangan
kursi roda secara manual atau dibantu bila melakukan aktifitas jarak jauh atau
diluar ruangan pada jalan yang tidak rata.
Level 4 (dimensi D) :
Anak bisa dengan level fungsi yang sudah menetap dicapai sebelum usia 6
tahun atau lebih mengandalkan mobilitas menggunakan kursi roda dirumah,
disekolah dan ditempat umum. Anak dapat melakukan mobilitas sendiri dengan
kursi roda bertenaga listrik.
Level 5 (dimensi E) :
Kelainan fisik membatasi kemampuan kontrol gerakan, gerakan kepala dan
postur tubuh. Semua area fungsi motorik terbatas. Keterbatasan untuk duduk
dan berdiri yang tidak dapat dikompensasi dengan alat bantu, termasuk yang
menggunakan teknologi. Anak tidak dapat melakukan aktifitas mandiri dan
dibantu untuk mobilitas.
J. Pemeriksaan Spastisitas (Skala Asworth)
Nilai 0
Nilai 1
Nilai 2
Nilai 3
Nilai 4
Nilai 5
K. Pemeriksaan Sensibilitas
24 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
System Sensori
Hasil
Pengelihatan (visual)
Pendengaran (audio)
Penciuman (olfactory)
Pengecapan (gustatory)
Perabaan (taktil)
Otot, sendi (proprioceptive)
Keseimbangan (vestibular )
Tabel 2.2 pemeriksaan sensibilitas
Keterangan :
Nilai 0 : Tidak ada Respon
Nilai 1 : Ada Respon tapi menolak
Nilai 2 : Ada Respon
L. Pemeriksaan Kekuatan Otot (X0TR)
Berbeda dengan Muscel testing pada orang dewasa yang sudah dapat
diprintah, pengukuran kekuatan otot pada bayi berdasarkan kemampuan tumbuh
kembang bayi normal. Caranya dengan mengacu kemampuan motorik yang
dimilii bayi sesuai dengan tahapan tumbuh kembangnya.
Kriteria Penilaian (Childrenss Memorial Hospital Chicago USA) :
X (Kekuatan normal), bila ada kontraksi dan gerakan.
0 (Zero), bila tidak ada kontraksi.
T (Trace), bila ada kontraksi namun tidak terjadi gerakan.
R (Reflek), bila gerakan yang terjadi merupakan reaksi reflek.
BAB III
STATUS KLINIS
25 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
NO Urut: 01 /YPAC/2016
STIKES AISYIYAH SURAKARTA
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI
N.I.M.
TEMPAT PRAKTIK
: YPAC SURAKARTA
PEMBIMBING
: 25 Juli 2016
Kondisi/kasus
: FT A
I.
II.
: An J
: 8tahun, 4bulan
: Laki-laki
: IsIam
: Jirak,Semin, Rt 01/04, Gunung Kidul
: 9608
26 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
III.
SEGI FISIOTERAPI
gambar 3.1
B. ANAMNESIS (AUTO/HETERO)
1. KELUHAN UTAMA :
Pasien belum mampu berdiri dan berjalan
2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
(sejarah keluarga dan genetic, kehamilan, kelahiran dan pernatal, tahap
perkembangan, gambaran perkembangan lainnya)
An. J adalah anak kedua dari dua bersaudara.
Pre natal : Saat hamil usia 6 bulan ibu pasien jatuh terpeleset
27 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
Keterangan
Kardiovaskuler
Respirasi
Gastrointestinalis
Urogenital
Musculoskletal
Cenderung hipotonus
Nervorum
C. PEMERIKSAAN
1. PEMERIKSAAN FISIK
1.1. TANDA-TANDA VITAL
a. Lingkar kepala
:
46 cm
b. Tinggi badan
:
110 cm
c. Berat badan
:
20 kg
d. Komunikasi verbal
:
baik
e. Komunikasi non verbal
:
baik
f. Kualitas pendengaran
:
baik
g. Kualitas penglihatan
:
baik
h. Kualitas kinetic
:
baik
1.2. INSPEKSI (STATIS & DINAMIS)
(posture, fungsi motorik kasar/halus, pola gerak, tonus
hypo/hypertonus, reflex, gait, tropic change, dll)
a. Statis : Terlihat kondisi umum kurang baik
Terihat pasien datang ke klinik dengan di gendong
Terihat trunk scoliosis
Terihat bahu asimetris
Terihat pelvic asimetris
b.dinamis : Terlihat pasien melakukan ambulansi dengan merangkak.
1.3. PALPASI
(nyeri, spasme, suhu local, tonus, bengkak, dll)
- Teraba spastisitas pada AGB Dan AGA
- Ada spasme pada hamstring
28 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
Dextra
+
+
+
+
+
Sinistra
+
+
+
+
+
Tabel 3.3
Gerakan
Dextra
Sinistra
Koordinasi
Fleksi
TF
TF
Ekstensi
TF
TF
Abduksi
Adduksi
Eksorotasi
TF
TF
Endorotasi
TF
TF
KNEE
Tabel 3.4
Gerakan
DEXTRA
SINISTRA
KOORDINASI
Fleksi
ekstensi
TF
TF
KOORDINASI :
b. Gerak pasif
HIP
Tabel 3.5
Fleksi
Dextra
Sinistra
End feeI
Ekstensi
Elastis
Abduksi
Elastis
Adduksi
Elastis
Eksorotasi
Elastis
Endorotasi
Elastis
KNEE
Tabel 3.6
Gerakan
dextra
Sinistra
End feel
Fleksi
Elastis
Ekstensi
Elastis
sembuh
30 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
Inter personal
cukup baik.
1.7. KEMAMPUAN FUNGSIONAL DASAR, AKTIFITAS
FUNGSIONAL & LINGKUNGAN AKTIVITAS :
a. Kemampuan fungsional dasar
Pasien belum mampu berdiri dan berjalan
b. Aktivitas fungsional
Pasien belum mampu melakukan gerakan fungsional seperti
berdiri dan berjalan
c. Lingkungan aktivitas
Lingkungan mendukung kesembuhan pasien
1.8. PEMERIKSAAN
a. Nyeri
Tidak dilakukan
b. XOTR
Regio
HIP
Tabel 3.7
SHIP
Dextra
Felksor
ekstensor
abduktor
adduktor
eksorotator
endorotator
rotator
X
X
X
X
X
X
X
Regio
KNEE
felksor
Ekstensor
dextra
X
X
Sinistra
X
X
X
X
X
X
X
Sinistra
X
X
KETERANGAN :
X= Normal
0= tidak ada gerakan
T= ada kontraksi, tapi tidak ada gerakan
R= gerakan yang terjadi karena reflek
a. LGS
Tidak dilakukan
31 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
b. Antropometri
ekspansi torak
Tabel 3.8
Regio
NiIai
Axllia
Costa 4
Proc. Sipoideus
50 cm
60 cm
59 cm
panjang tungkai
True Light
Upper Light
Tungkai anatomi
Tungkai
Tabel 3.9
Dextra
57 cm
59 cm
52 cm
59 cm
Sinistra
56 cm
60 cm
52 cm
60 cm
fungsional
a. Sensibilitas
Tabel 3.10
Pengelihatan
Pendengaran
Penciuman
Pengecap
Peraba
Prospioseptik
Keseimbangan
2
2
2
2
2
1
1
KETERANGAN
0 = tidak respon
1 = ada respon tapi menolak
2 = Ada Respon
b. Reflex
Tabel 3.11
Spinal
Moro
Crosed exstensor
fIeksor withdraw
Exstensor trunk
Hasil
-
32 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
Babinski
Graps
Brain steam
Tonic labirin
STNR
ATNR
Suporting reaction
Hasil
+
Mid brain
Hasil
Neck righting
Body righting
Head optical
Amphibi reaction
Tabel 3.12
Cortical
Terlentang
Merangkak
Sitting
Berdiri
Hasil
+
+
+
+
33 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
Ebow
Hip
Knee
Angkel
8 bulan pasien
mengalami demam
tinggi dan kejang.
Terjadi kerusakan otak pada cortex cerebral area 1,2,3 4,6, 44, 45
Traktus piramidalis / ekstrapiramidalis
Cerebral palsy spastic hipotonus diplegi
E.
Motorik
Sensorik
Kognitif
-Spastik
-Gangguan
Pola gerak
yang belum
proprioceptive
-Hipotonus
terkontrol
-Spasme pada
-Gangguan
m.hamstring,
vestibular
34 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
quadriceps,
palsy
gastrok.
- NDT
-Mobilisasi
- NS
- Patterning
- massage
- Brain gym
E. DIAGNOSIS FISIOTERAPIKemandirian
a. Impairment
Adanya hipotonus postural
Adanya spastisitas
Adanya spasme otot hamstring
Adanya gangguan keseimbangan
Adanya kelemahan otot pada anggota gerak
b. Functional Limitation
Pasien merangka dengan pola yang terkadang masih salah.
Pasien sudah bisa duduk sendiri dengan kaki disila dan
ditimpu.
Pasien bisa berdiri dengan bantuan orang lain
Pasien mampu berdiri dengan bantuan fiksasi pada knee
b. Jangka Panjang
35 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
NS
2.
Brain gym
3.
Mobilisasi Trunk
4.
NDT
5.
Massage general
b. Edukasi
Di edukasikan kepada orang tua pasien untuk melatih pasien
berjalan dengan menggunakan alat bantu, melatih gerakan aktif
pada tangan dan kaki dengan cara memberi pasien mainan yang
dapat menstimulasi gerak pada anggota gerak pasien.
3. RENCANA EVALUASI :
-
G. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
Hari kamis, 21 juli 2016
NS (neurostructure)
c. Posisi Terlentang
36 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
2) Usapan lembut dengan penekanan pada sendi sendi dimulai dari arah
proksimal ke distal.
Dimulai dengan menyentuh area wajah, mata, telinga, kemudian leher lalu
shoulder, elbow, wrist kemudian kembali lagi keatas sampai menyentuh
bahu, dada, pelvic lalu menuju ke distal yakni paha, lutut kemudian ankle
diulangi sampai 3 x.
2). Usapan lembut ke arah midline tubuh
Letakkan satu tangan 2 cm dibawah umbilicus (center of gravity) lalu usapkan
hingga ke proksimal hingga menyentuh incisura jugularis (sebanyak 3 x
usapan)
3). Usapan lembut ke arah menyilang ke kanan hingga menyentuh otot
pectoralis mayor ( sebanyak 3 x usapan)
4). Usapan lembut ke arah menyilang ke kiri hingga menyentuh otot
pectoralis mayor ( sebanyak 3 x usapan )
5). Usapan lembut ke arah pelvic kiri dan kanan ( sebanyak 3 x usapan )
6). Pertemukan kedua tangan hingga ke bagian posterior / lumbal.
Stimulasi Gelombang
a. Berikan usapan pada sisi midline tubuh, sisi kanan dan sisi kiri, kemudian
arah pelvic dengan usapan berbentuk gelombang ( masing masing 3 x )
d. Pertemukan kedua tangan terapis hingga ke bagian belakang ( vertebra
lumbal )
Stimulasi Angka Delapan
a. Letakkan satu tangan, 2 cm dibawah umbilicus lalu Berikan usapan dengan
arah usapan membentuk angka delapan dimulai dari sisi medial- lateral
medial dan membentuk angka delapan pada area midline tubuh, sisi kanan,
sisi kiri kemudian pelvic ( masing masing 3 x )
b. Pertemukan kedua tangan hingga ke psoterior ( vertebra lumbal ).
Contrac Stretch
Stimulasi berupa contrac stretch diberikan pada :
e. Posisi tidur terlentang
Pada sisi anterior ( dimulai dari midline tubuh, anterior dekstra dan antreior
sinistra ) letakkan satu tangan 2 cm dibawah umbilicus lalu satu tangan di
proksimal dari sternum ( di incisura jugularis ) berikan contrac masing
37 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
masing sebanyak 3 x ke arah dalam lalu berikan strech ke arah luar masing
masing sebanyak 3 x
1). Arah menyilang ke kanan
letakkan satu tangan 2 cm dibawah umbilicus lalu satu tangan di otot
pectoralis mayor. berikan contrac masing masing sebanyak 3 x ke
arah dalam lalu berikan strech ke arah luar masing masing sebanyak
3 x.
Arah menyilang ke kiri
letakkan satu tangan 2 cm dibawah umbilicus lalu satu tangan di otot
pectoralis mayor. berikan contrac masing masing sebanyak 3 x ke
arah dalam lalu berikan strech ke arah luar masing masing sebanyak
3x
2). Arah menyilang ke pelvic kiri dan kanan
letakkan satu tangan 2 cm dibawah umbilicus lalu satu tangan di pelvic
berikan contrac masing masing sebanyak 3 kali ke arah dalam lalu
berikan strech ke arah luar masing masing sebanyak 3 x.
Pertemukan kedua tangan hingga ke posterior ( lumbal pasien )
f. Posisi Miring
Terapis disamping pasien dengan fiksasi scapula dan pelvic.
Gerakan contrac kearah dalam 3 x pengulangan dan strech kearah luar
3x pengulangan.
Mobilisasi Pelvic
Posisi tidur terlentang
posisi terapis
posisi pasien
fiksasi
gerakan
posisi pasien
posisi terapis
: di samping pasien
fiksasi
distal dari humeri dan satu palmar terapis lagi memfiksasi proksimal humeri.
gerakan
posisi terapis
: di samping pasien
fiksasi
posisi terapis
fiksasi
gerakan
Dextra
X
X
X
Sinistra
X
X
X
40 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
Adduktor
Eksorotator
Endorotator
Rotator
X
X
X
X
X
X
X
X
Knee
Fleksor
Ekstensor
Skala Asworth
Regio
Dextra
Sinistra
Shoulder
Elbow
Hip
Knee
Ankle
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam kasus ini seorang pasien anak bernama An.J berusia 8 tahun
orangtuanya mengeluhkan belum bisa berdiri dan berjalan dengan mandiri, maka
penulis menyimpulkan bahwa masalah utama dari pasien tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Hipotonus postural
2. Spastisitas tinggi
3. Spasme otot hamstring
41 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
4. Adanya klonus
5. Keseimbangan menurun
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka penulis menggunakan teknologi
intervensi fisioterapi Neurostructure, Braingym, NDT dan General Massage.
Setelah dilakukan 6 kali terapi, maka dilakukan penilaian untuk menilai hasil
tersebut dengan menggunakan Muscle strength X0TR untuk kekuatan otot,
GMFM untuk kemampuan fungsional dan skala Asworth untuk mengukur
spastisitas didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel hasil evaluasi kekuatan otot
Hasil
Hip
Terapi 1
Terapi 6
1. Fleksor
2. Ekstensor
3. Abductor
4. Adductor
5. Endorotator
6. Eksorotator
Hasil
Knee
Terapi 1
Terapi 6
1. Fleksor
2. Ekstensor
Terapi 1
Terapi 6
42 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
Dimensi A
(berbaring & berguling)
A=
A=
27
x 100 =52
51
Dimensi B
(duduk)
B=
27
x 100 =52
51
B=
48
x 100 =80
60
Dimensi C
(merangkak dan berlutut)
C=
48
x 100 =80
60
C=
26
x 100 =61
42
Dimensi D
(berdiri)
26
x 100 =61
42
D=
10
x 100 =25
39
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
An j berusia 8 tahun didiagnosa cp spastik diplegi setelah 6 kali terapi
dengan intervensi NS, brain gym, NDT, mobilisasi trunk, standing dan massage di
dapat kan hasil penurunan spastisitas dan peningkatan aktivitas fungsional.
B. Saran
43 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy
44 | M a k a l a h F i s i o t e r a p i p a d a a n a k C e r e b r a l
palsy