Dystrophia
muskulorum
progresiva
Angel Rosenita
Dewi Sekar Sari
Sindhi Adelia
Duchenne muscular dystrophy (DMD) merupakan
penyakit distrofi muskular progresif, bersifat herediter,
dan mengenai anak laki-laki. Insidensi penyakit itu relatif
jarang,hanya sebesar satu dari 3500 kelahiran bayi laki-
laki. Penyakit tersebut diturunkan melalui X-linked
resesif, dan hanya mengenai pria, sedangkan
perempuan hanya sebagai
karier. Pada DMD terdapat kelainan genetik yang terletak
pada kromosom X, lokus Xp21.22-4 yang bertanggung
jawab terhadap pembentukan protein distrofin.
Perubahan patologi pada otot yang mengalami distrofi
terjadi secara primer dan bukan disebabkan oleh
penyakit sekunder akibat kelainan sistem saraf pusat
atau saraf perifer.1
Distrofin merupakan protein yang sangat
panjang dengan berat molekul 427
kDa2,4,dan terdiri dari 3685 asam amino.2
Penyebab utama proses degeneratif pada
DMD kebanyakan akibat delesi pada
segmen gen yang bertanggung jawab
terhadap pembentukan protein distrofin
pada membran sel otot, sehingga
menyebabkan ketiadaan protein tersebut
dalam jaringan otot
STATUS KLINIK
1. Informasi Umum
Tanggal pemeriksaan :20 November 2011
Nama anak :X
Usia : 13 Tahun
Alamat : Grogol
Nama Orang tua :Tn. Y
Anak yang ke : ke-4
LAPORAN KASUS
Seorang ibu dan anak laki-laki
berusia 13 tahun, datang ke klinik
Fisioterapi UKI, dengan keluhan
anaknya tersebut yaitu keempat
anggota gerak bagian atas dan
bagian bawah tidak dapat
digerakkan.
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Sejak 3 tahun yang lalu pasien merasa kedua
tungkai semakin bertambah lemah dan lambat
untuk berjalan. Bila berjalan jinjit dan sering
terjatuh. Pasien mengeluh sulit untuk berdiri
karena kedua tungkai terasa lemah. Bagian
bokong dan paha lebih lemah daripada kaki
dan berjalan harus dituntun. Sejak dua tahun
yang lalu, pasien hanya dapat berbaring dan
duduk di lantai, dan kedua lututnya sulit untuk
diluruskan. Pasien perlu dibantu bila akan ke
kamar mandi.Sejak satu tahun yang lalu, kedua
bahu dan lengan atas mulai lemah. Lengan
atas terasa lebih lemah dibandingkan dengan
tungkai bawah
Sejak delapan bulan yang lalu kedua siku
mulai terasa lemah untuk digerakkan.
Kedua tangan saat itu masih mampu
memegang gelas dan jika bangun harus
dibantu. Sejak enam bulan yang lalu
punggung mulai bengkok,dan mengesot bila
akan berpindah tempat. Sebelumnya pasien
tidak mengalami demam, kecelakaan dan
minum obatobatan.Buang air besar dan
buang air kecil normal.
RIWAYAT KELUARGA
Kelumpuhan
deformitas
PERENCANAAN FISIOTERAPI
MODALITAS TERPILIH
Exercise
STRETCHING EXERCISE
Tahap awal
latihan untuk kelompok otot seperti tendo
Achilles, hamstring, dan iliotibial.Berenang,
hidroterapi ,Menggunakan bebat di malam hari
pada pergelangan kaki untuk mencegah
kontraktur
Tahap selanjutnya
peregangan regular tendo Achilles, hamstring,
fleksor panggul, dan iliotibial
*peregangan ekstremitas atas
*berenang, hidroterapi, menggunakan bebat di
malam hari
Latihan Napas
Pada kelemahan otot pernapasan lemah seperti
pada anak dan remaja DMD, terjadi penurunan
kemampuan menghirup dan mengeluarkan napas.
Menjadi semakin sulit untuk batuk dan
mengeluarkan mukus dari paru. Beberapa ahli
menyarankan untuk menggunakan alat yang bisa
menurunkan resistensi udara seperti spirometer.
Inti penanganannya adalah mengatur pernapasan.
Anak bisa disarankan untuk mengikuti paduan
suara, meniup peluit, atau balon.
HOME PROGRAM
POSISI DUDUK
Tungkai harus membentuk sudut 90 di lutut
ketika anak sedang duduk. Tempat duduk
harus kokoh, dan idealnya tidak terlalu lebar.
Sandaran kursi juga harus kokoh dan tegak
atau sedikit condong 10. Sandaran harus pas
dengan anak, sehingga ia tidak perlu merosot
untuk bersandar. Lengan kursi juga dibuat
sedemikian rupa sehingga anak bisa
meletakkan tangan dengan santai tanpa harus
mengendikkan bahu.
POSISI TIDUR
Tidur tengkurap
Berbaring menelungkup (dengan wajah di
bawah) adalah posisi istirahat yang bagus. Ini
juga mencegah kontraktur berkembang di
panggul maupun lutut. Posisi ini bisa
dikombinasi dengan kegiatan lain semisal
membaca atau menonton televisi.
POSISI BERDIRI
Berdiri tegak membantu densitas tulang dan
membentuk postur sekaligus menolak kontraktur.
Ketika anak maupun dewasa muda telah semakin
sulit berdiri tanpa bantuan, mungkin akan
berguna bila menggunakan standing frame, swivel
walker atau tilt table. Alat-alat tersebut
mengurangi usaha otot yang diperlukan untuk
berdiri tegak dan menyokongnya, memungkinkan
flexor panggul, flexor lutut dan otot betis teregang
sempurna. Menggunakan standing frame setiap
hari akan menunda onset skoliosis
STANDING FRAME
BERJALAN DENGAN KAFOS
DAFTAR PUSTAKA
1. Tachjian MO. Clinical pediatric orthopedic the art of diagnosis
and principles of management. Generalized affection of the muscular
skeletal system. Stamfort, CT, Appleton & Lange;
1997.p.401-3
2. Sussman M. Duchenne Muscular Dystrophy. J Am Acad Orthop
Surg 2002;10:138-51
3. Chapman W. Chapmans Orthopaedic Surgery (CD ROM), 3rd Ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins 2001.p.4506-19
4. Muntoni F, Torelli Silvia, Ferlini A. Dystrophin and mutations:
one gene, several proteins, multiple phenotypes. Lancet Neurol
2003;2:731-40
HATURNUHUN