Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN SEMINAR KASUS

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D
DENGAN DIAGNOSA DIABETES VERTIGO
DI RUANGAN MAWAR RS BHAYANGKARA KUPANG

OLEH

1. AGRIPA NATU FALLO, S.Kep


2. RASHINTA. R. BABANG, S.Kep
3. ARNOLD. A. PAUD, S.Kep
4. GERRY JUNIO. A. NALLE, S.Kep
5. ADELAIDE BESI, S.Kep
6. ROSA KRISANTI. D. LENDO, S.Kep
7. ROSA MAYA UMBU DETA, S.Kep
8. TONI HABRON NATONIS, S.Kep
9. MARIA MERLYN KOPONG, S.Kep
10. APRIANUS B. DACOSTA, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2023
KONSEP TEORI VERTIGO

A. PENGERTAN
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-
olahberada di sekitar penderita bergerak atau berputar yang, biasanya disertai dengan
mual dan kehilangan keseimbangan. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring
diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak samasekali,
( isrer 2008 ).
Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruh iorientasi ruang dan
mungkin dapat didefenisikan sebagai suatu gerakan. Keluhan ini merupkan gejala yang
sifatnya subjektif dan karenanya sulit dinilai walaupun pengobatan sebaiknya langsung
pada penyebab yang mendasari atau kelainannya. Asal atau penyebab sering tidak
diketahui ataupun tidak mungkin diobati( CDK, 2009 ).
Vertigo berasal dari bahasa latin vertero yang artinya memutar merujuk pada sensasi
berputar sehingga menganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh
gangguan pada system keseimbangan ( Labuguen, 2006 ).

B. JENIS – JENIS VERTIGO


Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular yang
mengalami kerusakan yaitu :
1. Vertigo pariferal
Vertigo pariferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang di sebutkanalis
semisirkularis ,yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan,
gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo pariferal antara lain
penyakit-penyaki tseperti benign parazysmal positional vertigo (gangguan akibat
kesalahan pengiriman pesan), dan labyrinthitis (radang dibagian dalam pendengaran)
2. Vertigo sentral
Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang
senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga
keseimbangan, vertigo sentral terjadi jika otak ada sesuatu yang tidak normal di
dalam otak, khususnya dibagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak
dalam serebelum ( otakkecil )
C. ETIOLOGI VERTIGO
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang
berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan
disekitar telinga, didalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam
otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau
perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba penyebab umum dari vertigo (isrer,
2008) :
1. Tekanan lingkungan
Motisco sickness (mabukdarat, mabuklaut)
2. Obat-obatan
 Alkohol
 Gantamisin
3. Kelainan sirkulasi
Translentisehetric attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya
aliran darah kesatu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler.
4. Kelainan di telinga
 Endapan kalsium pada salah satu kenalis semisirkulasi di dalam telinga
bagian dalam .
 Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
 Herpes zoster
 Lebmintitis
 Peradang saraf vestibuler
 Penyakit Meniere
5. Kelainanneurologis
 Sklerosis multiple
 Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin ,persarafannya atau
keduanya .
 Tumor otak
 Tumor yang menekansarafvestibularis.
D. PATOFISIOLOGI
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi eferan yang disampaikan ke
pusat kesadaran. Susunan eferan yang system ini adalah susunan vestikuler atau
keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah system optic dan pro-pnoseptik, jelas-
jelas yang menghubungkan nukleui vestibulasi dengan nukleus neruasiii,IV dan VI,
vestibuluretikukris dan vetibuluspindis.
Infomasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual, dan proprioseptik. Resptor vestibulus memberikan kontribusi paling
besar, yaitu lebih besar dari 50% disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil
kontribusinya adalah proprioseptik. Dalam kondisi fisiologis atau normal, informasi yang
tiba dipusat intregasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestikuler,visual dan
proprioseptik kanan dan kiri akan dibandingkan, jika semuanya dalam keadaan sikron
dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respon yang muncul berupayah penyusuaian otot-
otot mata dan penggerakan tubuh dalam keadaan bergerak.
Disamping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan
sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh diperifer atau sentral dalam dalam kondisi
tidak normal atau fisiologis, atau ada rangsang Gerakan yang aneh atau berlebihan, maka
proses pengolahan informasi atau terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
afenoir. Disamping itu respon penyesuaian otot menjadi adekuat sehingga muncul
Gerakan abnormal yang dapat berupa nistagemus, unstecdiness, atoksia saat berdiri atau
berjalan dan gejala lainnya (Price dan Wilson,2006)
E. PATHWAY

Sistem keseimbangan tubuh

( vestibuler )

Sensasi seperti
bergerak,berputar

Vertigo

Gg.Di SSP atau SST


Pusing Ketidakcocokan
informasi yang di
sampaikan ke otak oleh
Spasme saraf / saraf
Nyeri kepala
peningkatan intrakranial

Proses pengolahan
Dx : Nyeri akut Nyeri, sakit kepala informasi terganggu

Disorientasi Transmisi persepsi ke


reseptor proprioception
terganggu
Kesadaran menurun

Kegagalan kordinasi
Dx : Resiko jatuh

Ketidak aturan kerja


otot

Dx : intoleransi
aktivitas
F. MANIFIETAS KLINIS
Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan
lembab, yaitu mual muntah, kepala berat, napsu makan berkurang, Lelah, lidah pusat
dengan selaput putih lengket, nadi lemah, pusing, nyeri kepala, penglihatan kabur,
mulutpetil, matamerah, mudah tersinggung, gelisah, Lelah, marah (smeltzer dan Bere,
2002)
Tanda dan gejala vertigo :
1. Vertigo sentral
Gejala khas bagi gangguan dan batang otak misalnya plopia, peratesia,
perubahan sensibilitas dan fungsimotoric. Biasanya pasien mengeluh lemah,
gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak, gangguan berjalan dan gangguan
keseimbangan. Pencobaan tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari
pemeriksa dan kemudian menunjuk hidungnya makala dilakuakan dengan buruk.
2. Vertgo perifer
Pada pasien dengan vertigo perifer dapat melakukan pencobaan untuk tunjuk
secara normal penyebab vaskuler lebih sering ditemukan dan mencakup insufiensi
vaskuler berulamg, TIA akan stroke. Contoh gangguan sentral (batang otak,
sebelum) yang dapat menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak, tumor
difosaposterior.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan CT-scan atau MRI kepala dapat menunjukkan kelainan tulang atau
tumor yang menekan saraf. Jika diduga infeksi maka bisa diambil contoh cairan dari
telinga atau sinus atau dari tulang belakang.
2. Pemeriksaan angiogram dilakukan karena diduga terjadi penurunan aliran darah
keotak. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adanya sumbatan pada pembuluh
darah yang menuju keotak.
3. Pemeriksaan khusus ENG, EMG Audiometri dan BALP psikiatrik.
4. Pemeriksaan tambahan ECG, EMG, EKG laboratorium,radiologik.
5. Pemeriksaan fisikmata, alat keseimbangan tubuh, neurologic, otologik, pemeriksaan
fisik umum (kang 2004).
H. KOMPLIKASI
1. Cedera fisik
Pasien dengan vertigo di tandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
ketegangannya syaraf VIII (vertibularis), sehinga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
2. Kelemahan otot
Pasien dengan vertigo seringkali tidak melakukan aktifitas. Mereka lebih sering
untuk berbaring atau tiduran, sehinga berbaring yang lebih lama dan gerak yang
terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.

I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis.
Terapi menurut Kang 2004 terdiri dari :
 Terapikausal
 Terapisimtomatik.
 Terapirehabilitatif
2. Langkah-langkah untuk meringankan atau mencegah gejala vertigo :
 Tarik napas dalam-dalam dan pejamkan mata.
 Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi.
 Buka mata pelan-pelan, miringkan badan atau kepala kekiri dan kekanan.
 Bangun secara perlahan dan duduk dulu sebelum beranjak dari tempat tidur.
 Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.
 Gerakkan kepala secara hati-hati.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN VERTIGO

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Identitas biasanya berisi tentang nama, umur , alamat, pekerjaan dll.
2. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian. Biasanya pada peran
vertigo. Keluhan utama yang dirasakan yaitu nyeri kepala hebat serta pusing.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien vertigo
tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo,
posisi mana yang dapat pemicu vertigo.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan informasi dan penyakit tumor
otak. Riwayat penggunaan obat vestibulutoksik misalnya antibiotik, aminoglikosoid,
antikonvulsan, dan salisilat.
5. Riwayat penyakit keluarga
Adalah riwayat penyakit yang sama diderita oleha anggota keluarga lain atau
riwayat penyakit lain baik bersifat genetik maupun tidak
6. Riwayat psikososial
Dikaji emosi klien, body image klien, harga diri klien, interaksi klien terhadap
keluarga dan data spiritual klien.
7. Pola-pola fungsi kesehatan
 Pola fungsi dan tatalaksana kesehatan
Adalah kecemasan yang klien libatkan oleh keluarganya pemahaman
klien dan keluaraga tentang pemyakit, pengobatan, dan prognosa.
 Pola nutrisi dan metabolisme
Adakah neusa dan muntah
 Pola eliminasi
Bagaimana BAB dan BAK lancar atau tidak
 Pola tidur dan istirahat
Dikaji bagaiamana tidur klien nyeyak atau tidak, bearapa lama tidur klien.
Pada pasien vertigo biasanya pasien mengalami gangguan tidur.
 Pola aktivitas
Biasaya pada pasien vertigo aktivitas kurang, klien sering mengalami letih,
lemah, dan keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan mambaca,
insomia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala
yang hebat saat berubahan posisi tubuh, aktivitas atau perubahan cuaca.
 Pola hubungan peran
Meliputi hubungan pasien dnegan keluarga dan masyarakat sekitar
 Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimaa klien menggambarkan dirinya terkait dengan penyakitnya.
 Pola sensori dan kognitif
Bagaiaman klien menghadapi rasa sakit, apakah mengalami penurunan
pabca indra.
 Pola reproduksi seksual
Dikaji bagaimana hubungan seksual klien dengan pasangannnya, apakah
ada gangguan atau tidak.
 Pola penaggulangan stress
Meliputi penyebeb stres, koping terhadap stress.
 Pola tata nilai dan keyakinan
Mengkaji tentang agama yang dianut klien.

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Risiko jatuh berhubungan dengan ganguan keseimbangan

C. Intervensi keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri akut (D.0077) Tingkat Nyeri menurun Manajemen Nyeri (I. 08238)
Penyebeb: (L.08066)
 Identifikasi lokasi, karakteristik,
 Agen
 Keluhan nyeri durasi, frekuensi, kualitas,
pencedera
menurun intensitas nyeri
fisiologis
 Meringis, sikap  Identifikasi skala nyeri
 Agen
protektif, dan  Identifikasi respon nyeri non verbal
pencedera
gelisah menurun  Identifikasi faktor yang
kimiawi
 Kesulitan tidur memperberat dan memperingan
 Agen
menurun nyeri
pencedera
 Anoreksia  Identifikasi pengetahuan dan
fisik
menurun keyakinan tentang nyeri
 Mual muntah  Identifikasi pengaruh budaya
menurun terhadap respon nyeri
 Frekuensi nadi  Identifikasi pengaruh nyeri pada
dan tekanan darah kualitas hidup
membaik  Monitor keberhasilan terapi
 Nafsu makan dan komplementer yang sudah
pola tidur diberikan
membaik  Monitor efek samping penggunaan
analgetik
 Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

2. Intolerasi aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I.05178)


(D.0056) Meningkat (L.05047)
 Identifkasi gangguan fungsi tubuh
Penyebab:
 Saturasi oksigen yang mengakibatkan kelelahan
 Ketidakseimb
meningkat  Monitor kelelahan fisik dan
angan antara
 Kemudahan emosional
suplai dan
dalam melakukan  Monitor pola dan jam tidur
kebutuhan
aktivitas sehari  Monitor lokasi dan
oksigen
hari meningkat ketidaknyamanan selama
 Tirah baring
 Kekuatan tubuh melakukan aktivitas
 Kelemahan
bagian atas dan  Sediakan lingkungan nyaman dan
 Imobilitas
bawah meningkat rendah stimulus (mis. cahaya,
 Gaya hidup
 Dispnea saat dan suara, kunjungan)
monoton
setelah aktivitas  Lakukan rentang gerak pasif
menurun dan/atau aktif
 Perasaan lemah  Berikan aktivitas distraksi yang
menurun menyenangkan
 Aritmia saat dan  Fasilitas duduk di sisi tempat tidur,
setelah aktivitas jika tidak dapat berpindah atau
menurun berjalan
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan
makanan

3. Risiko Jatuh Tingkat jatuh menurun pencegahan jatuh(I.14540)


(D.0143) (L.141380)
Observasi
Faktor risiko:  Jatuh dari tempat
 Usia ≥  65 tidur menurun  Identifikasi faktor jatuh (mis: usia
tahun (pada  Jatuh saat berdiri > 65 tahun, penurunan tingkat
dewasa) atau menurun kesadaran, defisit kognitif,
≤ 2 tahun  Jatuh saat duduk hipotensi ortostatik, gangguan
(pada anak) menurun keseimbangan, gangguan
 Riwayat  Jatuh saat penglihatan, neuropati)
jatuh berjalan menurun  Identifikasi risiko jatuh setidaknya
 Anggota sekali setiap shift atau sesuai
gerak bawah dengan kebijakan institusi
prosthesis  Identifikasi faktor lingkungan yang
(buatan) meningkatkan risiko jatuh (mis:
 Penggunaan lantai licin, penerangan kurang)
alat bantu  Hitung risiko jatuh dengan
berjalan menggunakan skala (mis: fall
 Penurunan morse scale, humpty dumpty scale),
tingkat jika perlu
kesadaran  Monitor kemampuan berpindah
 Perubahan dari tempat tidur ke kursi roda dan
fungsi sebaliknya
kognitif
Terapeutik
 Lingkungan
tidak aman  Orientasikan ruangan pada pasien
(mis: licin, dan keluarga
gelap,  Pastikan roda tempat tidur dan
lingkungan kursi roda selalu dalam kondisi
asing) terkunci
 Kondisi  Pasang handrail tempat tidur
 Atur tempat tidur mekanis pada
pasca operasi posisi terendah
 Hipotensi  Tempatkan pasien berisiko tinggi
ortostatik jatuh dekat dengan pantauan
 Perubahan perawat dari nurse station
kadar  Gunakan alat bantu berjalan (mis:
glukosa kursi roda, walker)
darah  Dekatkan bel pemanggil dalam
 Anemia jangkauan pasien
 Kekuatan
Edukasi
otot menurun
 Gangguan  Anjurkan memanggil perawat jika
pendengaran membutuhkan bantuan untuk
 Gangguan berpindah
keseimbanga  Anjurkan menggunakan alas kaki
n yang tidak licin
 Gangguan  Anjurkan berkonsentrasi untuk
penglihatan menjaga keseimbangan tubuh
(mis:  Anjurkan melebarkan jarak kedua
glaucoma, kaki untuk meningkatkan
katarak, keseimbangan saat berdiri
ablasio  Ajarkan cara menggunakan bel
retina, pemanggil untuk memanggil
neuritis perawat
optikus)
 Neuropati
 Efek agen
farmakologis
(mis: sedasi,
alkohol,
anestesi
umum)
D. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang
diperlukan untuk melaksanakan intervensi (atau program keperawatan). Perawat
melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun
dalam tahap perencanaan dan kemudia mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat
tindakan keperawatan dan respons klien terhadap tindakan tersebut (Kozier, 2011).

E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara yang
berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan tindakan yang
disesuaikan pada kriteria hasil dalam tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
DAFTARPUSTAKA

Kang LS. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia Kedokteran No. 144,
Jakarta, 2004.

Lumban Tobing. S. M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta: FKUI

Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,


Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 1999.

Marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta, 1999.

Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 1998, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan
Terapi, Malang:Perdossi

Anda mungkin juga menyukai