Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN TEROI

A. PENGERTIAN

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan segera setelah lahir (Sugeng&Weni,2017).Asfiksia adalah keadaan bayi yang
tidak dapat bernapas spontan dan teratur sehingga dapat menurunkna O2
dan ,meningktkan CO2 yang dapat menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih
lanjut (Purnamaningrum,2012)

B. PENYEBAB
Secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan
O2 dari ibu ke janin pada masa kehamilan,persalinan atau segera setelah lahir. Menurut
Towel (1996) penyebab asfiksia pada bayi(Sugeng&Weni,2017) :
a) Faktor ibu
 Hipoksia
 Usia terlalu muda < 20 thn atau > 35 thn
 Gravid 4 atau lebih
 Penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas
janin,misalnya hipertensi,hippotensi,gangguan kontraksi uterus dll.
b) Factor plasenta
 Plasenta tipis
 Palasenta kecil
 Plasenta tidak menempel
 Solucio plasenta
 Perdarahan plasenta
c) Factor non plasenta
 Premature
 IUGR
 Tali pusat menumbung
 Kelainan kongenital
d) Factor persalinan
 Partus lama
 Partus tindakan

C. PATOFISIOLOGI
Menurut Perinasia 2006 pataofisiologi asfiksia dapat dijelaksan dalam dua tahap
yaitu dengan menegtahui cara bayi memeproleh oksigen sebelum dan stelah lahir dan
reaksi bayi terhadap kesulitan selama masa transisi normal yang dpat dijelaskan sebagai
berikut (Anik&Eka,2017):
1. Cara bayi memperoleh oksigen sebelum dan setelah lahir : sebelum lahir paru janin
tidak berfungsi sebgai sumber oksigen atau jalan untuk mengeluarkan
karbondioksida,pembuluh dara arteriol yang ada dalam apru janin dalam keaddan
kontriksi sehingga tekanan parsial oksigen rendah,hamper seluruh aliran darah dari
jantung kanan tidak dapat melalui paru karena kaonstriksi pembuluh darah janin
sehingga darah dialirkan melalui pembuluh yang bertekanan lebih rendah yaitu ductus
arteriosus kemudian masuk ke aorta.
Setelah lahir bayi akan segeraq bergantung pada paru-paru sebagi sumber utama
oksigen.Cairan yang mengisi alveoli akan diserap kedalam jaringan paru dan alveoli
akan berisi udara.Pengisisan alveoli oleh udara akan memungkinkan oksigen
mengalir ke dalam pembuluh darah disekitar alveoli.Arteri dan vena umbilikalis akan
menutup sehingga menurunkan tahanan pada sirkulasi plasenta akan meningkatkan
tekanan darah sistemik,akibat tekanan udara dan peningkatan kadar oksigen di alveoli
pembuluh darah paru akan mengalami relaksasi sehingga tahanan terhadap aliran
darah berkurang,keadaan relaksasi tersebut dan peningkatan tekanan darah sistemik
menyebabkan tekanan darah arteri pulmonalis lebih rendah dibandingkan tekanan
sistemik sehingga aliran darah paru meningkat sedangkan aliran pada ductus
asteriosus menurun,oksigen yang diabsorbsi di alveoli oleh pembuluh darahdi vena
pulmonalis dan darah yang banyak mengandung oksigen kembali ke bagian jantung
kiri dan dipompakan ke seluruh tubuh.
Pada akir masa transisi normal,bayi menghirup udara dan menggunakan paru-parunya
untuk mendapat oksigen,tangisan pertama dan tarikan napas yang dalam akan
mendorong cairan dari jalan napasny.Oksigen dan pengembangan paru merupakan
rangsangan utama relaksasi pepmbuluh darah paru,pada saat oksigen masuk adekuat
ke dalam pembuluh darah warna kulit bayi akan berubah menjadi kemerahan
2. Reaski bayi terhadap kesulitan selama masa transisi normal:Bayi baru lahir akan
melakukan usaha untuk menghirp udara kedalam paru-parunya,hal ini mengakibatkan
cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan interstitial di paru sehingga oksigen dapat
dihantarkan ke arteriol pulmonal dan menyebabkan arteriol berelaksasi.Jika keadaan
ini terganggu maka arteriol pulmonal akan tetap kontriksi,alveoli akan tetap terisi
cairan dan pembuluh darah arteri sistemik tidak mendapat oksigen.

D. KLASIFIKASI
Klasiifikasi Asfiksia dibedakan menurun nilai APGAR.yang dogolongkan menjadi 3
yaitu (Jumiarni,Mulyati & Nurlina,2012):
1. Nilai APGAR 0-3 : bayi mengalami asfiksia berat
2. Nilai APGAR 4-6 : bayi mengalami asfiksia sedang
3. Nilai APGAR 7-10:bayi mengalami asfiksia ringan atau dikatakan bayi dalam
keadaan normal
Table nilai APGAR
E. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala pad bayi Asfiksia (Sugeng&Weni,2017):
 Frekuensi jantung < 100x/mt
 Usaha napas lambat atau tidak ada
 Tonus otot ;umpuh atau ektremitas agak fleksi
 Reflex tidak ada atau gerakan sedikit
 Warna kulit bitu/pucat atau kemerahan,tangan dan kaki biru

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
Pemeriksaan penujang hasil laboratorium analisa gas darah tali pusat menunjukan hasil
asidosis pada darah tali pusat jika (Anik& Eka,2017)
PaO2 > 50mmH2o
PaCO2 > 55mmH2
pH <7,30

G. TINDAKAN MEDIS
Penatalaksanaan asfiksia neonatorm adalah dengan melakukan resusitasi neonatus,penata
laksanaan resusitasi neonatus secara garis besar mengikuti algoritma resusitasi neonatus
H. KOMPLIKASI
Terjadi gangguan multi organ terutama pada asfiksia berat
1. Pada cardio vaskuler terjadi sikemia myocardial transien
2. Pada ginjal terjadi gangguan perfusi ginjal dan kelainan filtrasi glomerulus
3. Pada system pencernaan terjadi iskemia saluran cerna dan necrotic eterocolitis (NEC)
4. Pada hati,hati mengalami kerusakan yang berat sehingga fungsinya dapat terganggu
5. Pasa system darah sering ditemukan KID akibat rusaknya pembuluh darah,kegagalan
hati membuat faktor pembekuan darah dan sum-sum tulang gagal memproduksi
trombosit
6. Pada paru-paru :hypertensi pulmonal persisten,perdarahan paru,edema paru
KONSEP ASKEP ASFIKSIA

1.PENGKAJIAN

(Hidayat, 2008) pengkajian yang dilakukan pada bayi dengan asfiksia neonatorum
adalah sebagai berikut:
a. Identitas
b. Riwayat kesehatan meliputi riwayat kesehatan seperti adanya hipoksia janin, gangguan
aliran darah prenatal, hipotensi dan hipertensi selama kehamilan, gangguan plasenta,
kehamilan berisiko: primi tua, anemia,ketuban pecah dini, infeksi), riwayat persalinan;
lilitan tali pusat, partus lama/macet, trauma lahir, dan prematuritas.
c. Pemeriksaan fisik:
1) Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan.
2)Inspeksi: pergerakan dinding dada, pernapasan cuping hidung, retraksi dan
warna kulit (sianosis, pucat, kehitam-hitaman) serta amati diameter dada
anteroposterior yang memanjang dapat mengindikasikan udara terperangkap
dalam alveoli.
3) Auskultasi: suara napas tambahan dan suara paru.
4) Perkusi: kaji adanya suara tumpul yang menunjukkan bahwa cairan atau
jaringan padat telah menggantikan udara.

d. Kaji kebutuhan peningkatan oksigen.

e. Kaji tekanan darah bayi.

f. Pemeriksaan diagnostik meliputi oksimetri nadi dan analisa gas darah.

2. DIAGNOSA

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung aktual
maupun potensial (Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosis keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnose
keperawatan yang ditegakkan dalam masalah ini adalah gangguan pertukaran gas.
Gangguan pertukaran gas merupakan suatu kondisi 18 dimana terjadinya kelebihan atau
kekurangan oksigenasi dan/atau eleminasi karbondioksida pada membran alveolus-
kapiler (Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Dalam Standar Dignosis Keperawatan
Indonesia gangguan pertukaran gas masuk kedalam kategori fisiologis dengan
subkategori respirasi.

Diagnose yang muncul pada Asfiksia antara lain

1. Gangguna ventilasi spontan b/d kelelahan otot pernapasan


2. Pola napas tidak efektif b/d depresi pusat pernapasan
3. Perfusi perifer tidak efektif d/d penurunan aliran atrei/vena
4. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
5. Resiko perfusi renal tidak efektif b/d disfungsi ginjal
6. Resiko deficit utrisi b/d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi
7. Disorganisasi perilaku bayi b/d gangguan motorik

3.INTERVENSI

Intervensi keperawatan merupkan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan,
pencegahan dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga dan komunitas. Standar
intervensi ini mencakup intervensi keperawatan secara komfrehensif yang meliputi
intervensi pada berbagai level praktik (generalis dan spesialis), berbagai kategori
(fisiologi 19 dan psikososial), berbagai upaya kesehatan ( kuratif, preventif, promotif),
berbagai jenis klien ( individu, keluarga, komunitas), jenis intervensi ( mandiri dan
kolaborasi ) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)luaran (outcome) keperawatan merupakan
aspek-aspek yang dapat diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau pesepsi
pasien keluarga atau komunitas sebagai respon terhadap intervensi keperawatan. Hasil
akhir intervensi keperawatan yang terdiri dari indicator-indikator atau kriteria hasil
pemulihan masalah. (Tim pokja SLKI DPP PPNI, 2018)
DIAGNOSA SLKI SIKI
Gangguna Luaran : ventilasi  Observasi
ventilasi spontan - Identifikasi adanya kelelahan
spontan Ekspektasi :meningkat otot bantu napas
Kriteria hasil : - Monitor status respirasi dan
 Dispneu oksigenasi (frekuensi
menurun (5) napas,penggunaan otot bantu
 Penggunaan napas,saturasi)
otot bantu napas  Terapeutik
menurun (5) - Pertahankan kepatenan jalan
 Takikardia napas
menurun (5) - Berika posisi semi fowler atau

 Gelisah fowler

menurun (5) - Berika oksigen sesuai kebutuhan

 Volume tidal - Gunakan bag valve mask bila

membail (5) perlu

Pola napas Luaran : pola napas Manajemen Jalan Napas


tidak efektif Ekspektasi : meningkat  Observasi
Kriteria hasil : - Monitor pola napas
 Dispneu (frekuensi, kedalaman, usaha
menurun (5) napas)
 Penggunaan - Monitor bunyi napas
otot bantu napas tambahan (mis, gurgling, mengi,
menurun (5) wheezing, ronki kering)
 Pernapasan - Monitor sputum (jumlah, warna
cuping hodung aroma)
menurun (5)  Terapeutik
 Frekuensi napas - Pertahankan kepatenan
membaik (5) jalan napas dengan head-tilt dan
chin-tilt (jaw thrust jika curiga
trauma vertikal)
- Posisikan semi-fowler atau
fowler
- Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
- Berikan oksigen, jika perlu
 kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu

Perfusi Luaran : Perfusi perifef Perawtan sirkulasi


perifer tidak Ekpektasi : meningkat  Obervasi
efektif Kriteria hasil - Periksa sirkulasi perifer
 Kekuatan nadi (nadi,pengisian kapiler,warna
perifer kulit,suhu)
meningkat (5)  Terapeutik
 Pengisian - Lakukan pencegahan infeksi
kapiler - Hindari pemasangan infus atau
membaik (5) pengambilan darah pada area
 Turgor kulit keterbatasan perfusi
membaik (5)
 Warna kulit
pucat menueun
(5)
Nyeri akut Luaran : tingkat nyeri
Manajemen Nyeri
Ekspektasi : menurun
 Observasi
Kriteria hasil:
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
 Frekuensi nadi
durasi, frakuensi, kualitas,
membaik (5)
intensitas nyeri
 Frekuensi napas
- Identifikasi skala nyeri
membaik (5)
- Identifikasi respon nyeri non
ferbal

- Identifikasi faktor yang


memperberat dan memperingan
nyerih

- Monitor efek samping


penggunaan analgetik

 Terapeutik

- Berikan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyerih
(mis. TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik,
bicfeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)

- Pertimbangkan jenis dan sumber


nyerih dalam pemilihan strategi
meredahkan nyeri.

 Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika


perlu.
Resiko Luaran : perfusi renal Pencegahan syok
perfusi renal Ekspektasi : meningkat  Observasi
tidak efektif Kriteria hasil ; - Monitor statsu kardiopulmonal
 Jumlah urine (frekuensi nadi,frekuensi napas)
meningkat (5) - Monitor saturasi oksigen
 Tekanan arteri - Monitor status cairan (turgor
rata-rata kulit,CRT)
membaik (5) - Monitor tingkat kesadran dan
 Tekanan darah respon pupil
systole dan  Terapeutik
diastole - Berikan oksigen untuk
membaik (5) mempertahan saturasi >94%
 Kadar urea - Pasang jalur IV bila perlu
nitrogen dalam  Kolaborasi
darah membaik - Kolaborasi pemberiqn transfuse
(5) bila perlu
- Kolaborasi pemberian
antiinflamsi bila perlu

Resiko Luaran : status nutrisi


Manajeman Nutrisi
deficit nutrisi Ekpektasi : membaik
 Observasi
Kriteria hasil :
 Bising usus - Identifikasi status nutrisi
membaik (5) - Identifikasi alergi dan
 Berat badan intoleransi makanan
Membaik (5)
- Identifikasi kebutuhan kalori
dan jenis nutrisi

- Monitor asupan makanan

- Monitor berat badan

- Mobitor hasil pemeriksaan


laboratorium

 Terapeutik

- Berikan suplemen makanan bila


perlu

 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi
Disorganisasi Luaran : organisasi Perawtan bayi
perilaku bayi perilaku bayi  Observasi
Ekspektasi : meningkat - Monitopr tanda-tanda vitalS
Kriteria hasil :  Terapeutik
 Gerakan pada - Mmandikan bayi dalam suhu
ektremitas ruyangan (21-24℃)
meningkat (5) - Rawat tali pusat secra terbuka
 Kemampuan - Lakukan pemijatan bayi
jari-jari - Gantipopok bayi bila basah
menggenggam  Edukasi
meningkat (5) - Anjurkan ibu menyusuai sesuai
 Gerakan kebutuhan bayi
terkoordinasi - Ajrakan ibu cara merawat bayi
meningkat (50 di rumah

 Reflex Pemantauan neonatus

meningkat (5)  Observasi

 Tonus motoric - Identifikasi status kesehatan

meningkat (5) neonatus


- Monitor kesadaran/status
neurologis
- Monitor pertumbuhan dan
perkembangan neonatus
Pemantauan neurologis
 Observasi
- Monitor TTV
- Monitor reflex babinski

4.IMPLEMENTASI
Implementasi Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan komponen dari
proses keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry,
2006). Implementasi keperawatan lebih menekankan pada melakukan suatu tindakan
yang sudah direncanakan pada tahap intervensi

5.EVALUASI

Evaluasi dalam dokumentasi keperawatan mengharuskan perawat melakukan


pemeriksaan secara kritikal serta menyatakan respon yang dirasakan pasien terhadap
intervensi yang telah dilakukan. Evaluasi ini terdiri dari dua tingkat yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif atau biasa juga dikenal dengan evaluasi
proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang segera timbul setelah intervensi keperawatan
dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif atau evaluasi hasil, yaitu evaluasi respon (jangka
panjang) terhadap tujuan, dengan kata lain bagaimana penilaian terhadap perkembangan
kemajuan kearah tujuan atau hasil akhir yang diinginkan. Evaluasi untuk setiap diagnosis
keperawatan meliputi data subjektif (S) data objektif (O), analisa permasalahan (A)
berdasarkan S dan O, serta perencanaan (P) berdasarkan hasil analisa diatas. Evaluasi ini
disebut juga dengan evaluasi proses. Format dokumentasi SOAP biasanya digunakan
perawat untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah pasien (Dinarti et al., 2013).
Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang pasien hadapi dimana sudah
dibuat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil.

DAFTAR PUSTAKA
Anik Maryuani & Eka Puspita,2017,Asuhan Kegawatdaruratan Maternal &
Neonatal,Jakarta,Trans Info Media.

Jumiarni,Mulyati & Nurlina,2012,Asuhan Keperawtan Perintal,Jakarta,EGC.

Sugeng Jitowiyono & Weni Kristiyanasari,2017,Asuhan Keperawtan neonatus dan


anak,Jakarta,Nuha Medika.

Yuliasti Eka Purnamaningrum,2012,Penyakit Pada Neonatus Bayi dan


Balita,Yogyakarta,Fitramaya.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi I Jakarta ,Perastuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI,(2018),Standar Luaran Keperawatan Indonesia(SLKI),


Edisi I,Jakarta,Perastuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI,(2018), Standar Intervensi Keperawtan Indonesia (SIKI),
Edisi I,Jakarta,Perastuan Perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai