Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN IDEOPATIK


RESPYRATORY DISSTRES SYNDROME (SINDROM GAWAT NAPAS)

Disusun Oleh:

Sabil Febrian S (J210160038)

Fina Lisnawati (J210160041)

Eka Agustin (J210160049)

Annisa sholihati D K (J210160060)

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
I. DEFINISI
Syndrome Distress Pernafasan adalah pekembangan yang immature pada system
pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikataan sebagai
hyaline membrane disease (HMD), ( Suriadierita Yuliani, 2006)
Syndrome gawat nafas ( respiratory disstres syndrome, RDS) adalah istilah yang
digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonates ( Asrining Surasmi, dkk 2003 )
RDS adalah penykit paru yang akut dan berat, terutama menyerang bayi-bayi
preterm, hal ini dapat terlihat pada 3%-5% bayi-bayi cukup bulan (Dona Elwong,2006)

II. ETIOLOGI
Penyebab gawat napas pada neonates adalah difisiensi surfaktan, adapun penyebab
lain seperti; tidak lancarnya absorbsi cairan paru, aspirasi meconium, pneumonia
bakteri atau virus, infeksi, sepsis, obstruksi mekanik, dan atau hipotermia. Penyebab
tersering adalah immaturitas struktur berbagai organ sistem ventilasi dan adanya
kerentanan terhadap infeksi. Penyakit infeksi saluran pernapasan akut, terutama
ISPAbawah dan hamper semua pneumonia menyebabkan sindrom gawat napas. Faktor
risiko sindrom gawat napas pada bayi yaitu prematuritas, BBLR, usia maternal leh dari
32 tahun, wanita hamil yang mengalami gangguan perfusi darah uterus yaitu wanita
hamil yang menderita DM, hipertensi, toksemia, hipotensi atau perdarahan antepartum.
(Marni ,2014)

III. MANIFESTASI KLINIS


Manifestasi klinis yang sering ada pada anak/neonatus yang mengalami sindrom
gawat napas adalah dipsnea, takipnea (frekuensi pernapasan diatas 60kali permenit),
sulit bernapas, krakels inspirasi, pernapasan cuping hidung, mengorok ekpiratori,
retraksi dinding dada, grunting ekspiratoar (merintih), sianosis sentral (lidah kebiruan
pada suhu ruangan). Jika penyakit berlanjut akan terjadi penurunan frekuensi
pernapasan, apnea, bakikardi, hipotensi, tonus otot menurun, jumlah urin menurun,
sianosis, edema perifer, lemah dan gangguan termoregulasi. (Marni ,2014)
IV. PATOFISIOLOGI
Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya untuk
berfungsi sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan faktor kritis
dalam terjadinya RDS. Ketidaksiapan paru menjalankan fungsinya tersebut terutama
disebabkan oleh kekurangan atau tidak adanya surfaktan.
Surfaktan adalah substansi yang merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga
tidak terjadi kolabs. Surfaktan juga menyebabkan ekspansi yang merata dan jarang
ekspansi paru pada tekanan intra alveolar yang rendah. Kekurangan atau
ketidakmatangan fungsi sufaktan menimbulkan ketidakseimbangan inflasi saat
inspirasi dan kolaps alveoli saat ekspirasi tanpa surfaktan, janin tidak dapat menjaga
parunya tetap mengembang. Oleh karena itu, perlu usaha yang keras untuk
mengembangkan parunya pada setiap hembusan napas (ekspirasi), sehingga untuk
bernapas berikutnya dibutuhkan tekanan negatif intratoraks yang lebih besar dengan
disertai usaha inspirasi yang lebih kuat. Akibatnya, setiap kali perapasan menjadi sukar
seperti saat pertama kali pernapasan (saat kelahiran). Sebagai akibatnya, janin lebih
banyak menghabiskan oksigen untuk menghasilkan energi ini daripada ia terima dan
ini menyebabkan bayi kelelahan. Dengan meningkatnya kekelahan, bayi akan semakin
sedikit membuka alveolinya, ketidakmampuan mempertahankan pengembangan paru
ini dapat menyebabkan atelektasis.Tidak adanya stabilitas dan atelektasis akan
meningkatkan pulmonary vaskular resistem (PVR) yang nilainya menurun pada
ekspansi paru normal. Akibatnya, terjadi hipoperfusi jaringan paru dan selanjutnya
menurunkan aliran darah pulmonal. Di samping itu, peningkatan PVR juga
menyebabkan pembalikan parsial sirkulasi, darah janin dengan arah aliran dari kanan
ke kiri melalui duktus arteriosus dan foramen ovale.Kolaps paru (atelektasis) akan
menyebabkan gangguan vektilisasi pulmonal yang menimbulkan hipoksia. Akibat dari
hipoksia adalah kontraksi vaskularisasi pulmonal yang menimbulkan penurunan
oksigenasi jaringan dan selanjutnya menyebabkan metabolisme anaerobik.
Metabolisme anaerobik menghasilkan timbunan asam laktat sehingga terjadi asidosis
metabolik pada bayi dan penurunan curah jantung yang menurunkan perfusi ke organ
vital. Akibat lain adalah kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolus yang
menyebabkan terjadinya transudasi ke dalam alveoli dan terbentuknya fibrin. Fibrin
bersama-sama dengan jaringan epitel yang nekrotik membentuk suatu lapisan yang
disebut membran hialin. Membran hialin ini melapisi alveoli dan menghambat
pertukaran gas.
Atelektasis menyebabkan paru tidak mampu mengeluarkan karbon dioksida dari sisa
pernapasan sehingga terjadi asidosis respiratorik. Penurunan pH menyebabkan
vasokonstriksi yang semakin berat. Dengan penurunan sirkulasi paru dan perfusi
alveolar, PaO2 akan menurun tajam, pH juga akan menurun tajam, serta materi yang
diperlukan untuk produksi surfaktan tidak mengalir ke dalam alveoli.
Sintesis surfaktan dipengaruhi sebagian oleh pH, suhu dan perfusi normal, asfiksia,
hipoksemia dan iskemia paru terutama dalam hubungannya dengan hipovolemia,
hipotensi dan stress dingin dapat menekan sintesis surfaktan. Lapisan epitel paru dapat
juga terkena trauma akibat kadar oksigen yang tinggi dan pengaruh penatalaksanaan
pernapasan yang mengakibatkan penurunan surfaktan lebih lanjut (Asrining Surasmi,
dkk, 2003).
V. PATHWAY

gangguan
pertukaran
gas
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada pasien dengan sindrom gawat
napas adalah
1. Pemeriksaan radiologis
Diagnosis yang tepat hanya dapat dibuat dengan pemeriksaan foto rontgen
toraks. Pemeriksaan ini juga sangat penting untuk menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain yang diobati dan mempunyai gejala yang mirip penyakit membran
hialin, misalnya pneumotoraks, hernia diafragmatika dan lain-lain. Gambaran
klasik yang ditemukan pada foto rontgen paru ialah adanya bercak difus berupa
infiltrate retikulogranuler ini, makin buruk prognosis bayi. Beberapa sarjana
berpendapat bahwa pemeriksaan radiologis ini dapat dipakai untuk mendiagnosis
dini penyakit membran hialin, walaupun manifestasi klinis belum jelas.
2. Pemeriksaan laboratorium
Kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan laboratorium diantaranya adalah
a. Pemeriksaan darah
Kadar asam laktat dalam darah meninggi dan bila kadarnya lebih dari 45
mg%, prognosis lebih buruk, kadar bilirubin lebih tinggi bila dibandingkan dengan
bayi normal dengan berat badan yang sama. Kadar PaO2 menurun disebabkan
kurangnya oksigenasi di dalam paru dan karena adanya pirau arteri-vena. Kadar
PaO2 meninggi, karena gangguan ventilasi dan pengeluaran CO2 sebagai akibat
atelektasis paru. pH darah menurun dan defisit biasa meningkat akibat adanya
asidosis respiratorik dan metabolik dalam tubuh.
b. Pemeriksaan fungsi paru
Pemeriksaan ini membutuhkan alat yang lengkap dan pelik, frekuensi
pernapasan yang meninggi pada penyakit ini akan memperhatikan pula perubahan
pada fungsi paru lainnya seperti ‘tidal volume’ menurun, ‘lung compliance’
berkurang, functional residual capacity’ merendah disertai ‘vital capacity’ yang
terbatas. Demikian pula fungsi ventilasi dan perfusi paru akan terganggu.
c. Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler
Penyelidikan dengan kateterisasi jantung memperhatikan beberapa
perubahan dalam fungsi kardiovaskuler berupa duktus arteriosus paten,
pirau dari kiri ke kanan atau pirau kanan ke kiri (bergantung pada lanjutnya
penyakit), menurunnya tekanan arteri paru dan sistemik.

VII. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medik tindakan yang perlu dilakukan
a. Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan
agar tetap dalam batas normal (36,5o-37oC) dengan cara meletakkan bayi dalam
inkubator. Kelembaban ruangan juga harus adekuat (70-80%).
b. Pemberian oksigen. Pemberian oksigen harus dilakukan dengan hati-hati
karena berpengaruh kompleks terhadap bayi prematur. Pemberian O2 yang
terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi seperti : fibrosis paru, kerusakan
retina (fibroplasias retrolental), dll.
c. Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlut untuk mempertahankan
homeostasis dan menghindarkan dehidrasi. Pada permulaan diberikan glukosa
5-10% dengan jumlah yang disesuaikan dengan umur dan berat badan ialah 60-
125 ml/kg BB/hari. asidosis metabolik yang selalu dijumpai harus segera
dikoreksi dengan memberikan NaHCO3 secara intravena.
d. Pemberian antibiotik. Bayi dengan PMH perlu mendapatkan antibiotik untuk
mencegah infeksi sekunder. Dapat diberikan penisilin dengan dosis 50.000-
100.000 u/kg BB/hari atau ampisilin 100 mg/kg BB/hari, dengan atau tanpa
gentamisin 3-5 mg/kg BB/hari.
e. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan
eksogen (surfaktan dari luar), obat ini sangat efektif, namun harganya amat
mahal.
VIII. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Bayi dengan PMH adalah bayi prematur kecil, pada umumnya dengan berat badan
lahir 1000-2000 gram dan masa kehamilan kurang dari 36 minggu. Oleh karena itu,
bayi ini tergolong bayi berisiko tinggi. Apabila menerima bayi baru lahir yang
demikian harus selalu waspada bahaya yang dapat timbul. Masalah yang perlu
diperhatikan ialah bahaya kedinginan (dapat terjadi cold injury), risiko terjadi
gangguan pernapasna, kesuakran dalam pemberian makanan, risiko terjadi infeksi,
kebutuhan rasa aman dan nyaman (kebutuhan psikologik) (Ngastiyah, 2005).

IX. KOMPLIKASI
a. Pneumotoraks / pneumomediastinum
b. Pulmonary interstitial dysplasia
c. Patent ductus arteriosus (PDA)
d. Hipotensi
e. Asidosis
f. Hipotermi / hipertermi
g. Hipokalemi
h. Hipoglikemi
i. Intraventricular hemorrhage
j. Retinopathy pada prematur
k. Infeksi sekunder
(Suriadi dan Yuliani, 2006).
1. ASKEP
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama :
Jenis kelamin :
Suku bangsa :
Tanggal lahir :
Alamat, agama :
Tanggal pengkajian. :
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat maternal
Menderita penyakit seperti diabetes mellitus, kondisi seperti perdarahan
plasenta, tipe dan lamanya persalinan, stress fetal atau intrapartus.
b. Status infant saat lahir
Prematur, umur kehamilan, apgar score (apakah terjadi asfiksia), bayi lahir
melalui operasi cesar.
Data dasar pengkajian

a. Cardiovaskuler

Bradikardia (< 100 x/i) dengan hipoksemia berat

Murmur sistolik

Denyut jantung DBN

b. Integumen

Pallor yang disebabkan oleh vasokontriksi peripheral

Pitting edema pada tangan dan kaki

Mottling

c. Neurologis

Immobilitas, kelemahan
Penurunan suhu tubuh

d. Pulmonary

Takipnea (> 60 x/i, mungkin 30-100 x/i)

Nafas grunting

Pernapasan cuping hidung

Pernapasan dangkal

Retraksi suprasternal dan substernal

Sianosis

Penurunan suara napas, crakles, episode apnea

e. Status behavioral

Letargi

3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan analisa gas darah dengan hasil asidosis respiratorik dan
metabolik. Pemeriksaan lain yaitu hitung darah lengkap, elektrolit, kalsium,
kalium, natrium dan glukosa serum.
b. Pemeriksaan Radiologi
Foto thoraks, pada pemeriksaan ini akan terlihat pola retikulogranular difus
bersama bronkogram udara yang saling tumpang tindih, kemungkinan ada
kardiomegali.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan keletihan otot pernafasan


(sumber : NANDA edisi 2015-2017,hal 243)
batasan karakteristik :
a. bradipnea
b. penggunaan otot bantu pernapasan
c. dipsnea
d. fase ekspirasi memanjang
e. Ortopnea
f. pernapasan cuping hidung
g. pola napas abnormal
h. penurunan tekanan ekspirasi dan inspirasi
i. pola napas abnormal
j. peningkatan diameter anterior-posterior
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi. (sumber: NANDA edisi 2015-2017, hal 220)
batasan karakteristik:
a. diaphoresis
b. dipsnea
c. hipoksia
d. napas cuping hidung
e. sianosis
f. somnolen
g. takikardi
h. pola pernapasan abnormal
i. hipoksemia
j. konfusi
3. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan usia yang ekstrem (preterm)
(sumber: NANDA edisi 2015-2017, hal 463)
batasan karakteristik:
a. dasar kuku sianotik
b. hipertensi
c. kejang
d. fluktuasi suhu tubuh diatas dan dibawah kisaran normal
e. peningkatan frekuensi pernapasan
f. takikardi
4. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
factor biologis (sumber : NANDA edisi 2015-2017 ,hal 177)
batasan karakteristik:
a. tonus otot turun
b. kerapuhan kapiler
c. kram abdomen
d. membrane mukosa pucat
e. berat badan 20% atau lebih rendah dari berat badan ideal
f. bising usus hiperaktif
5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi(sumber: NANDA edisi 2015-2017, hal 194)
faktor resiko:
a. usia ekstrem
b. gangguan mekanisme regulasi
c. agens farmaseutikal
d. berat badab ekstrem
e. penyimpangan yang mempengaruhi absorpsi cairan
C. INTERVENSI

NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi 1. Membantu
efektif keperawatan 3x24 jam pernapasan dalam
berhubungan diharapkan : dan pola membedakan
dengan keletihan 1. (041501)frekuensi pernapasan. pernapasan
otot pernafasan pernafasan dalam 2. Perhatikan normal dari
rentang normal adanya apnea serangan apnea
2. (080204) RR : 40- dan perubahan sejati yang
60x/menit frekuensi terutama sering
3. (080209)Nadi : 120- jantung, tonus terjadi gestasi
130x/menit otot dan warna minggu ke30.
4. (080201)Suhu : 36,5- kulit. 2. Posisi ini dapat
37oC 3. Pemantauan memudahkan
5. (041007) tidak ada pernapasan pernapasan dan
suara napas tambahan yang kontinu. menurunkan
6. (041511)tidak ada retraksi 4. Posisikan bayi episode apnea,
dinding dada telentang agar khusunya pada
7. (040206) tidak ada sianosis sedikit adanya hipoksia,
hiperekstensi asidosis
5. Pertahankan metabolic atau
suhu optimal hiperkapnia.
6. Pantau 3. Menjaga suhu
pemeriksaan bayi untuk
laboratorium mengurangi
(GDA, resiko hipotermi.
glukosa 4. Mengatasi
serum, infeksi
elektrolit,
kultur dan pernapasan atau
kadar obat) sepsis.
sesuai indikasi
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. kaji gestasi 1. neonatus lahir
pertukaran gas keperawatan 3x24 jam berat badan sebelum gestasi
ketidakseimbangan diharapkan : dan jenis minggu ke30 dan
ventilasi-perfusi. 1. (040216) KU : baik kelamin. berat badan
2. (080204) RR : 40- 2. kaji status kurang dari
60x/menit pernapasan 1500g beresiko
3. (080209)HR : 120- dan perhatikan tinggi terhadap
130x/menit tanda-tanda terjadinya IRDS.
4. (080021)Suhu : 36,5- distress 2. untuk
37oC pernapasan mengetahui
5. (040208) tekanan parsial (missal : tanda ditress
oksigen didarah arteri takypnea, pernapasan
(PaO2) dalam kisaran cuping khusunya
normal hidung, pernapasan lebih
6. (040209) tekana parsial ronchi, dari 60 x/menit
karbondioksida didarah mengorok) setelah 5jam
arteri (PaCO2)dalam 3. observasi pertama
rentang normal terhadap tanda kehidupan. dan
7. (040206) tidak ada dan lokasi untuk
sianosis sianosis. mengetahui
8. (040203) tidak ada 4. berikan pernapasan
dyspnea saat istirahat oksigen sesuai mengorok
kebutuhan menunjukkan
menggunakan upaya untuk
tekanan jalan mempertahankan
napas positif ekspansi
konstan alveolar.
(CPAP) dan
ventilasi 3. untuk
mendatar mengetahui
intermiten sianosis adalah
(imv) atau tanda lanjut dari
pernapasan PaO2 rendah dan
tekanan positif tidak tampak
intermiten penurunan Hb 3
(IPPB) dan g/dl pada darah
tekanan arteri sentral.
ekspirasi aktif 4. untuk
posistif. menurunkan
kolabs pada jalan
napas,
meningkatkan
pertukaran gas
dan menurunkan
kebutuhan
oksigen tingkat
tinggi.
3. Termoregulasi Setelah dilakukan tindakan 1. cek suhu 1. untuk
tidak efektif keperawatan 3x24 jam setiap 3jam mengetahui
berhubungan diharapkan : sekali kondisi bayi.
dengan usia yang 1. (080201)suhu tubuh 2. tempatkan 2. untuk
ekstrem (preterm) stabil(36,5-37oC) bayi pada mempertahan
2. (080204) RR dalam inkubator. lingkungan yang
rentang normal 30-60 3. pantau system hangat,
x/menit pengatur suhu membatu
3. (080209) HRdalam pada incubator mencegah setres
rentang normal 120-140 pertahankan dingin.
x/menit batas pada 3. untuk
4. (040216) KU : baik 98,60F, mengontrol
5. (080118) tidak terjadi tergantung suhu lingkungan
hipotermia pada ukuran agar tidak terjadi
6. (080105) tidak ada dan usia bayi. hipertermi
perubahan warna kulit 4. berikan akibat
7. (080013)tingkat penghangatan peningkatan laju
pernafasan dalam bertahap bayi metabolisme
rentang normal jika terjadi dan kebutuhan
8. (080014) tidak terjadi hipotermi. oksigen.
dehidrasi 5. pantau suhu 4. untuk
bayi bila menghindari
keluar dari terjadinya
lingkungan hipotermi dan
hangat. apnea.
berikan 5. agar terhindar
informasi dari peningkatan
tentang bilirubin
termoregulasi sehingga terjadi
pada orang pada hipertermi.
tua.
4. ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola 1. Untuk
nutrisi kurang dari keperawatan 3x24 jam intake cairan menentukan
kebutuhan tubuh diharapkan kebutuhan nutrisi bayi dan jumlah
berhubungan teratasi dengan KH : kebutuhan- kebutuhan
dengan factor 1. (100401) asupan gizi kebutuhan nutrisi dan cairan
biologis dalam rentang normal nutrisi. pada bayi
2. (102001) intake nutrisi 2. Berikan sehingga dapat
cukup adekuat makan dengan diberikan nutrisi
3. (102003)intake cairan posisi tegak dan cairan sesuai
lewat mulut cukup untuk dengan
adekuat menyokong kebutuhannya
dengan tidak
ekstensi lidah terlepas dari
dan menelan. intervensi.
3. Ajarkan pada 2. Untuk
orang tua membantu bayi
tentang teknik agar menghisap
pemberian putting ibu
ASI/PASI dengan baik.
yang efektif 3. untuk memenuhi
4. Bantu orang kebutuhan
tua untuk nutrisi pada bayi.
merencanakan 4. agar orang tua
perawatan mengetahui cara
responsive untuk mengatasi
terhadap tanda jika kondisi bayi
kondisi bayi. memburuk.
5. Resiko kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur dan catat 1. menentukan
volume cairan keperawatan 3x24 jam setiap 4 jam kebutuhan dan
berhubungan diharapkan kebutuhan cairan a. monitor kehilangan
dengan gangguan terpenuhi dengan KH: tanda- cairan.
mekanisme 1. (060101)tekanan darah tanda 2. meningkatkan
regulasi tidak terganggu vital. informasi dan
2. (060102)denyut nadi b. intake dan kerjasama.
radial tidak terganggu output
3. (060116)turgor kulit cairan.
membaik c. monitor
4. (060107)keseimbangan turgor
intake dan output kulit.
dalam 24 jam tidak d. monitor iv
terganggu infus.
2. berikan
pendidikan
kesehatan
tentang :
a. tanda dan
gejala
dehidrasi.
b. intake
dan
output
cairan.
DAFTAR PUSTAKA

Marni.2014.Asuhan Keperawatan pada anak sakit dengan gangguan pernapasan.Yogyakarta :

Gosyen publishing.

Abraham ,Julien dan Collin.20007.Buku Ajar Pediatri RUDOLPH edisi 20.Jakarta: EGC.

NANDA. 2015-2017. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi Edisi 10. Jakarta: EGC.

NOC.2013.Nursing outcome classification edisi 5.jakarta:EGC

Suriadi & Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Klinik. Asuhan keperawatan pada Anak Edisi

2. Jakarta : Sagung Seto.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC

Surasmi, A, dkk. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai