Disusun Oleh :
JURUSAN KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2012
1
LAPORAN PENDAHULUAN
A.Definisi
gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperpnea dengan frekuensi pernapasan
lebih dari 60 kali per menit; sianosis; merintih waktu ekspirasi (expiratory
terjadi karena adanya kelainan di dalam atau di luar paru. Beberapa kelainan
B.Etiologi
terbalik dengan usia kehamilan dan berat badan. Artinya semakin muda usia
kehamilan ibu. Semakin tinggi kejadian RDS pada bayi tersebut. Sebaliknya
2
semakin tua usia kehamilan, semakin rendah kejadian RDS (Asrining
PMH ini 60-80% terjadi pada bayi yang umur kehamilannya kurang
dari 28 minggu, 15-30% pada bayi antara 32 dan 36 minggu, sekitar 5% pada
bayi yang lebih dari 37 minggu dan jarang pada bayi cukup bulan. Kenaikan
persalinan cepat, asfiksia, stress dingin dan adanya riwayat bahwa bayi
sebelumnya terkena, insidens tertinggi pada bayi preterm laki-laki atau kulit
C.Patofisiologi
Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya
untuk berfungsi sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini
merata dan jarang ekspansi paru pada tekanan intraalveolar yang rendah.
tanpa surfaktan, janin tidak dapat menjaga parunya tetap mengembang. Oleh
3
karena itu, perlu usaha yang keras untuk mengembangkan parunya pada
dibutuhkan tekanan negatif intratoraks yang lebih besar dengan disertai usaha
inspirasi yang lebih kuat. Akibatnya, setiap kali perapasan menjadi sukar
menyebabkan atelektasis.
vaskular resistem (PVR) yang nilainya menurun pada ekspansi paru normal.
pembalikan parsial sirkulasi, darah janin dengan arah aliran dari kanan ke
metabolik pada bayi dan penurunan curah jantung yang menurunkan perfusi
4
ke organ vital. Akibat lain adalah kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus
penurunan sirkulasi paru dan perfusi alveolar, PaO2 akan menurun tajam, pH
juga akan menurun tajam, serta materi yang diperlukan untuk produksi
surfaktan. Lapisan epitel paru dapat juga terkena trauma akibat kadar oksigen
5
D. WOC
Primer Sekunder
`
Bayi prematur Perdarahan antepartum, Ibu diabetes Seksio sesaria Aspirasi mekonium Asfiksia Resusitasi Pneumotorak,
hipertensi hipotensi (pneumonia aspirasi) neonatorum neonatus sindrom wilson,
(pada ibu) mikity
Pembentukan Hiperinsulinemia Pengeluaran
membran hialin janin hormon stress oleh Pernapasan intra uterin Janin kekurangan Pemberian kadar
surfaktan paru Gangguan perfusi darah ibu O2 dan kadar CO2 O2 yang tinggi Insufisiensi pada
belum sempurna uterus Sumbatan jalan napas meningkat bayi prematur
Imaturitas paru
parsial oleh air ketuban Trauma akibat
Sirkulasi utero plasenter Mengalir ke janin Gangguan
dan mekonium kadar O2 yang
kurang baik pematangan paru perfusi tinggi
bayi yang berisi air
Kerusakan surfaktan
Bayi prematur; dismaturitas Menekan sintesis
surfaktan
Pertumbuhan surfaktan paru belum matang
dengan berat badan 100-2000 gram atau masa gestasi 30-36 minggu. Jarang
ditemukan pada bayi dengan berat badan lebih dari 2500 gram. Sering
disertai dengan riwayat asfiksia pada waktu lahir atau tanda gawat bayi pada
akhir kehamilan. Tanda gangguan pernapasan mulai tampak dalam 6-8 jam
pertama. Setelah lahir dan gejala yang karakteristik mulai terlihat pada umur
24-72 jam. Bila keadaan membaik, gejala akan menghilang pada akhir
minggu pertama.
dan perfusi paru yang menurun. Keadaan ini akan memperlihatkan gambaran
menurun dan karena pirau vena-arteri dalam paru atau jantung, retraksi
hipotermia, tonus otot yang menurun, gejala sentral dapat terlihat bila terjadi
F.Pemeriksaan Diagnostik
7
1. Gambaran radiologis
2. Gambaran laboratorium
diantaranya adalah :
a. Pemeriksaan darah
Kadar asam laktat dalam darah meninggi dan bila kadarnya lebih dari
8
Pemeriksaan ini membutuhkan alat yang lengkap dan pelik, frekuensi
paten, pirau dari kiri ke kanan atau pirau kanan ke kiri (bergantung
sistemik.
3. Gambaran patologi/histopatologi
yang ditemukan yang terdiri dari fibrin dan sel eosinofilik yang mungkin
G.Penatalaksanaan
9
a. Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus selalu
adekuat (70-80%).
secara intravena.
BB/hari.
surfaktan eksogen (surfaktan dari luar), obat ini sangat efektif, namun
2. Penatalaksanaan keperawatan
10
Bayi dengan PMH adalah bayi prematur kecil, pada umumnya dengan
berat badan lahir 1000-2000 gram dan masa kehamilan kurang dari 36
minggu. Oleh karena itu, bayi ini tergolong bayi berisiko tinggi. Apabila
menerima bayi baru lahir yang demikian harus selalu waspada bahaya
2005).
H.Komplikasi
1. Pneumotoraks / pneumomediastinum
4. Hipotensi
5. Asidosis
6. Hiponatermi / hipernatremi
7. Hipokalemi
8. Hipoglikemi
9. Intraventricular hemorrhage
11
12
ASUHAN KEPERAWATAN
(RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME = RDS)
1.Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama,
tanggal pengkajian.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat maternal
intrapartus.
a. Cardiovaskuler
Murmur sistolik
b. Integumen
Mottling
13
c. Neurologis
Immobilitas, kelemahan
d. Pulmonary
Nafas grunting
Pernapasan dangkal
Sianosis
e. Status behavioral
Letargi
4. Pemeriksaan Doagnostik
c. Data laboratorium :
14
Lesitin/spingomielin (L/S) ratio 2 : 1 atau lebih mengindikasikan
maturitas paru
Tingkat phospatydylinositol
92%-94%, pH 7,3-7,45.
Diagnosa Keperawatan
15
16
Diagnosa
No Tujuh Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Pertukaran gas, Setelah Sianosis (-) Mandiri : Neonatus lahir sebelum gestasi
kerusakan dilakukan Bayi tampak tenang Perhatikan usia gestasi, berat badan dan minggu ke 30 dan/atau berat
berhubungan intervensi Sesak (-) jenis kelamin badan kurang dari 1500 g berisiko
dengan ketidak selama 3 x Ronchi (-) tinggi terhadap terjadinya RDS.
seimbangan 24 jam RR 30-60 x/i Selain itu, pria dua kali rentannya
perfusi ventilasi diharapkan GDA DBN dari pada wanita (catatan :
ketidakadekuatan pertukaran PaCO2 : 35-45 mmHg mayoritas kematian berhubungan
kadar surfaktan gas adekuat PaO2 : 50-70 mmHg dengan RDS terjadi pada bayi
dan stress dingin pH : 7,35-7,45 dengan berat badan kurang dari
Nadi : 120-140 x/i 1500 g).
Kaji status pernapasan, perhatikan tanda- Takipnea menandakan distress
tanda distress pernapasan (misal pernapasan, khususnya bila
takipnea, pernapasan cuping hidung, pernapasan lebih besar dari 60
mengorok, retraksi, ronki atau krekels) x/menit setelah 5 jam pertama
kehidupan. Pernapasan mengorok
menunjukkan upaya untuk
mempertahankan ekspansi
alveolar, pernapasan cuping
hidung adalah mekanisme
kompensasi untuk menambah
diameter hidung dan
meningkatkan masukan oksigen.
Krekels/ronki dapat menandakan
vasokontriksi pulmonary yang
17 berhubungan dengan PDA,
hipoksemia, asidemia, atau
Gunakan pemantau oksigen transkutan imaturitas otot ateriol, yang gagal
atau oksimeter nadi. Catat kadar setiap untuk konstruksi sebagai respon
jam, ubah sisi alat setiap 3-4 jam. terhadap peningkatan kadar
oksigen.
Memberikan pemantauan non
invansif konstan terhadap kadar
oksigen (catatan : insufisiensi
pulmonary biasanya memburuk
selama 24-48 jam pertama,
kemudian mencapai plateu).
Hisap hidung dan orofaring dengan hati- Mungkin perlu untuk
hati, sesuai kebutuhan. Batasi waktu mempertahankan kepatenan jalan
obstruksi jalan napas dengan kateter 5-12 napas, khususnya pada bayi yang
detik. Observasi pemantau oksigen menerima ventilasi terkontrol.
transkutan atau oksimeter nadi sebelum
dan selama penghisapan. Berikan
kantung ventilasi setelah penghisapan.
18
alveolar/edema pulmonal.
Penurunan berat badan dan
peningkatan saluran urin dapat
menandakan fase diuretic dari
RDS biasanya mulai pada 72-96
jam dan mendahului resolusi
kondisi.
Pertahankan kenetralan suhu dengan suhu Menurunkan laju metaoblik dan
tubuh pada 97,7oF (dalam 0,5oF) konsumsi oksigen.
Pantau masukan dan saluran cairan : Sianosis adalah tanda lanjut dari
timbang berat badan sesuai indikasi PaO2 rendah dan tidak tampak
berdasarkan protokol. sampai ada sedikit lebih dari 3
g/dl penurunan Hb pada darah
arteri sentral atau 4-6 g/dl pada
darah kapiler atau sampai saturasi
oksigen hanya 75%-85% dengan
kadar PO2 42 sampai 41 mmHg.
19
Observasi terhadap tanda dan lokasi Penurunan simpanan besi pada
sianosis. kelahiran, pengulangan
pengambilan sampel darah,
pertumbuhan cepat dan episode
hemoragis meningkatkan
kemungkinan bahwa bayi preterm
akan anemic sehingga
menurunkan kapasitas pembawa
oksigen darah (catatan :
pemberian sel kemasan mungkin
perlu untuk menggantikan darah
yang diambil untuk pemeriksaan
Kolaborasi : laboratorium)
Pantau pemeriksaan laboratorium, dengan Atelektasis, kongesti, bronkogram
tepat : udara menunjukkan terjadinya
Grafik seri GDA RDS.
Hipoksemia dan asidemia dapat
berlanjut menurunkan produksi
surfaktan, meningkatkan tahanan
vaskular pulmonal dan
vasokontriksi dan menyebabkan
duktus arteriosus tetap terbuka.
Imaturitas hipotalamus dapat
memerlukan bantuan ventilasi
untuk mempertahankan
pernapasan. Penggunaan PEEP
dapat menurunkan kolaps jalan
20
napas, meningkatkan pertukaran
gas dan menurunkan kebutuhan
oksigen tingkat tinggi.
Hb/Ht Kadar oksigen serum tinggi yang
lama disertai dengan tekanan
tinggi yang lama diakibatkan dari
IPPB dan PEEP (barotraumas)
dapat mempredisposisikan bayi
pada dysplasia bronkopolmunal
Tinjau ulang seri sinar-sinarnya Memberikan informasi yang
segera akan ada tau tidak adanya
surfakan, surfakan yang perlu
untuk meningkatkan ekspansi
normal dan elastisitas alveoli,
biasnaay tidak ada dalam
kuantitas yang cukup sampai
gestasi minggu ke 32 sampai ke
33.
Berikan oksigen, sesuai kebutuhan Menurunkan kebutuhan oksigen,
dengan masker, kap selang endotrakeal meningkatkan istirahat
atau ventilasi mekanik dengan menghemat energi dan
menggunakan tekanan jalan napas positif menurunkan risiko aspirasi karena
konstan (CPAP) dan ventilasi mendatar perkembangan refleks yang buruk.
intermiten (imv) atau pernapasan tekanan
positif intermitten (IPPB) dan tekanan
ekspirasi aktif positif (PEEP).
21
Pantau jumlah pemberian oksigen dan Bila tindakan meningkatkan
durasi pemberian frekuensi pernapasan atau
memperbaiki ventilasi tidak cukup
untuk memperbaiki asidosis,
penggunaan natrium bikarbonat
yang hati-hati dapat membantu
mengembalikan pH ke dalam
Aspirasi isi lambung untuk tes shake rentang normal.
Mungkin diberikan pada kelahiran
atau setelah diagnosis RDS untuk
menurunkan beratnya kondisi dan
Berikan makanan dengan selang komplikasi yang berhubungan,
nasogastrik atau orogastrik sebagai efek dapat berakhir sampai 72
pengganti pemberian makan dengan ASI jam.
bila tepat.
22
2 Pola pernapasan Setelah Sianosis (-) Mandiri :
tidak efek dilakukan GDH DBN Kaji frekuensi pernapasan dan pola Membantu dalam membedakan
berhubungan intervensi Bayi tampak tenang pernapasan, perhatikan adanya apena dan periode perputaran pernapasan
dengan selama 3 x Apnea (-) perubahan frekuensi jantung, tonus otot normal dari serangan apneik
keterbatasan 24 jam Pernapasan efektif dan warna kulit berkenaan dengan sejati, yang terutama sering terjadi
perkembangan diharapkan Tidak pucat prosedur atau perawatan, lakukan sebelum gestasi minggu ke 30.
otot penurunan pola napas pemantauan jantung pernapasan atau/dan
energi/kelelahan efektif pernapasan yang kontinu.
Hisap jalan napas sesuai kebutuhan Menghilangkan mukus yang
menyumbat jalan napas.
Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat- Magnesium sulfat dan narkotik
obatan yang dapat memperberat depresi menekan pusat pernapasan dan
pernapasan pada bayi. aktivitas ssp.
Posisikan bayi pada abdomen atau posisi Posisi ini dapat memudahkan
telentang dengan gulungan popok di pernapasan dan menurunkan
bawah baku untuk menghasilkan sedikit episode apneik, khususnya pada
hiperekstensi adanya hipoksia, asidosis
metabolik atau hiperkapnia.
Pertahankan suhu tubuh optimal. Bahkan hanya sedikit peningkatan
atau penurunan suhu lingkungan
dapat menimbulkan apnea.
Berikan rangsang taktil yang segera Merangsang ssp untuk
(misal : gosokan punggung bayi) bila meningkatkan gerakan tubuh dan
terjadi apnea, perhatikan adanya sianosis, kembali pernapasan spontan.
bradikardia atau hipotania, anjurkan Kadang-kadang bayi mengalami
kontak orang tua. kejadian apnea lebih sedikit atau
tidak ada atau bradikardia bila
23
Tempat bayi pada matras bergelombang. orang tua menyentuh dan bicara
pada mereka.
Gerakan memberikan rangsangan,
Kolaborasi : yang dapat menunjukkan kejadian
Pantau pemeriksaan laboratorium (misal apneik.
GDA, glukosa serum, elektrolit, kultur
dan kadar obat), sesuai indikasi
Hipoksia, asidosis metaoblik,
hiperkapnia, hipoglikemia,
hipokalsemia dan sepsis dapat
memperberat serangan apneik,
Berikan oksigen sesuai indikasi toksisitas obat yang menekan
fungsi pernapasan dapat terjadi
karena keterbatasan ekskresi dan
Berikan obat-obatan sesuai indikasi : waktu paruh obat yang lama.
- Natrium bikarbonat Perbaikan kadar oksigen dan
- Antibiotik karbondioksida dapat
- Kalsium glukonat meningkatkan fungsi pernapasan.
24
Larutan glukosa karbondioksida, menurunkan
frekuensi apnea.
25
dengan penutup plastik atau kertas
alumunium bila tepat.
Kurangi pemajanan pada aliran udara, Menurunkan kehilangan panas
hindari pembukaan pagar isolette yang pada lingkungan yang lebih dingin
tidak semestinya. dari ruangan.
Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila
basah. Pertahankan kepala bayi tetap Menurunkan kehilangan panas
tertutup karena konveksi/konduksi
Pantau sistem pengatur suhu, penyebar membatasi kehilangan panas
hangat atau inkubator (pertahankan batas melalui radiasi.
akan pada 98,6oF, tergantung pada Menurunkan kehilangan melalui
ukuran atau usia bayi) evaporasi.
26
asidosis berkenaan dengan
Pantau penambahan berat badan berturut- metabolisme anaerobik.
turut bila penambahan berat badan tidak Peningkatan suhu tubuh yang
adekuat, tingkatkan suhu lingkungan cepat dan dapat menyebabkan
sesuai indikasi konsumsi oksigen berlebihan dan
apnea.
Penurunan haluaran dan
Pantau suhu bayi bila keluar dari peningkatan berat jenis urine
lingkungan hangat. Berikan informasi dihubungkan dengan penurunan
tentang termoregulasi kepada orang tua. persuasi ginjal selama periode
stress dingin.
Perhatikan perkembangan takikardia, Ketidakadekuatan penambahan
warna kemerahan, diaphoresis, letargi, berat badan meskipun masukan
apnea, koma atau aktivitas kejang. kalori adekuat dapat menandakan
bahwa kalori digunakan untuk
Kolaborasi : mempertahankan suhu tubuh,
Pantau pemeriksaan laboratorium, sesuai memerlukan peningkatan suhu
indikasi (misal : GDA, glukosa serum, lingkungan.
elektrolit dan kadar bilirubin) Kontak di luar tempat tidur,
khususnya dengan orang tua
mungkin singkat saja, bila
dimungkinkan, untuk mencegah
stress dingin.
Tanda-tanda hipertermia ini (suhu
tubuh lebih besar dari 99oF
(37,7oC) dapat berlanjut pada
kerusakan otak bila tidak teratasi.
27
Stress dingin meningkatkan
Berikan obat sesuai indikasi : kebutuhan terhadap glukosa dan
Natrium bikarbonat oksigen serta dapat
mengakibatkan masalah asam
basa bila bayi mengalami
metabolisme anaerobik, bila kadar
oksigen yang cukup tidak tersedia
peningkatan kadar bilirubin
indirek dapat terjadi karena
pelepasan asam lemak dari
metabolisme lemak coklat, dengan
asam lemak bersaing dengan
bilirubin pada bagian ikatan di
albumin, asidosis metabolik dapat
juga terjadi pada hipertermia.
28
DAFTAR PUSTAKA
Nelson. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Volume I. Edisi 15. Jakarta : EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Buku Kuliah 3. Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI.
Suriadi & Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Klinik. Asuhan keperawatan pada
Anak Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto.
29