b. Etiologi
Penyebab kegagalan pernafasan pada neonatus terdiri dari beberapa factor yaitu ibu,
plasenta, janin, dan persalinan. Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu kurang
dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, gravida empat atau lebih, sosial ekonomi rendah,
maupun penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas janin seperti
hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, dan lain-lain. Faktor plasenta meliputi
solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta tidak
menempel pada tempatnya. Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat menumbung,
tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, gemeli, prematur,
kelainan kongenital pada neonatus dan lain-lain. Faktor persalinan meliputi partus
lama, partus dengan tindakan, dan lain-lain.
Lebih lanjut, RDS adalah perkembangan imatur pada sistem pernafasan atau tidak
adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru. Sementara itu, afiksia neonatorum
merupakan gangguan pernafasan akibat ketidakmampuan bayi beradaptasi terhadap
asfiksia. Umumnya permasalahan ini disebabkan oleh adanya masalah-masalah
kehamilan dan pada saat persalinan (Marmi dan Rahardjo, 2014).
c. Patofisiologi
Kegawatan pernafasan dapat terjadi pada bayi dengan gangguan pernafasan. Hal ini
dapat menimbulkan dampak yang cukup berat bagi bayi berupa kerusakan otak atau
bahkan kematian. Akibat dari gangguan pada sistem pernafasan adalah terjadinya
kekurangan oksigen (hipoksia) pada tubuh bayi yang akan beradaptasi terhadap
kekurangan oksigen dengan mengaktifkan metabolisme anaerob. Apabila keadaan
hipoksia semakin berat dan lama maka metabolisme anaerob akan menghasilkan asam
laktat.
Dengan memburukya keadaan asidosis dan penurunan aliran darah keotak maka akan
terjadi kerusakan otak dan organ lain karena hipoksia dan iskemia. Pada stadium awal
terjadi hiperventilasi diikuti stadium apneu primer. Pada keadaan ini bayi tampak
sianosis, tetapi sirkulasi darah relatif masih baik. Curah jantung yang meningkat dan
adanya vasokontriksi perifer ringan menimbulkan peningkatan tekanan darah dan
reflek bradikardi ringan. Depresi pernafasan pada saat ini dapat diatasi dengaan
meningkatkan implus aferen seperti perangsangan pada kulit. Apneu normal
berlangsung sekitar 1-2 menit. Apnea primer dapat memanjang dan diikuti dengan
memburuknya sistem sirkulasi.
Hipoksia miokardium dan asidosis akan memperberat bradikardi, vasokontraksi, dan
hipotensi. Keadaan ini dapat terjadi sampai 5 menit dan kemudian terjadi apneu
sekunder. Selama apneu sekunder denyut jantung, tekanan darah, dan kadar oksigen
dalam darah terus menurun. Bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi kecuali
pernafasan buatan dan pemberian oksigen segera dimulai (Marmi dan Rahardjo, 2014).
d. Klasifikasi
Menurut Bobak (2015), RDS dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu:
1) Syndrom Gawat Nafas Klasik (Clasic Respyratory Distress Syndrome)
Thorak atau dada berbentuk seperti bel disebabkan karena kekurangan aerasi
(underaration). Volume paru-paru menurun, parenkim paru-paru memiliki pola
retikulogranuler difusi, dan terdapat gambaran broncho gramudara yang meluas ke
perifer.
2) Sindrom Gawat Nafas Sedang – Berat (Moderately Severe Respiratory Distress
Syndrome).
Pola retikulogranuler lebih menonjol dan terdisribusi lebih merata. Paru-paru
hypoaerated. Dapat dilihat pada bronkhogram udara meningkat.
3) Sindrom Gawat Nafas Berat (Severe Respiratory Distress Syndrome).
Terdapat retikulogranuler yang berbentuk opaque pada kedua paru-paru area cystic
pada paru-paru kanan bisa manunjukan alveoli yang berdilatasiatau empisema
interstitial pulmonal dini,
Lebih lanjut, untuk HMD terbagi menjadi 4 tingkat berdasarkan gambaran rontgen,
yaitu:
Stage I : gambaran reticulogranular.
Stage II : Stage I disertai air bronchogram di luar bayangan jantung.
Stage III : Stage II disertai kesukaran menentukan batas jantung.
Stage IV : Stage III disertai kesukaran menentukan batas diafragma dan
thymus.
e. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis HMD adalah sebagai berikut:
1) Penyakit membran hialin ini mungkin terjadi pada bayi prematur dengan berat
badan 1000-2000 g atau masa gestasi 30-36 minggu. Jarang ditemukan pada bayi
dengan berat badan lebih dari 2500 g.
2) Riwayat asfiksia pada waktu lahir atau tanda gawat bayi pada akhir kehamilan,
dimana tanda gangguan pernapasan mulai tampak dalam 6-8 jam pertama.
3) Gangguan pernapasan pada bayi terutama disebabkan oleh atelektasis dan perfusi
paru yang menurun. Keadaan ini akan memperlihatkan gambaran klinis seperti
dispnea atau hiperpneu, sianosis karena saturasi oksigen (O2) yang menurun dan
karena pirau vena-arteri dalam paru atau jantung, retraksi suprasternal, epigastrium,
interkostal dan respiratory grunting. Selain tanda gangguan pernapasan, ditemukan
pula gejala lain seperti bradikardia (sering ditemukan pada penderita penyakit
membran hialin berat), hipotensi, kardiomegali, pitting oedema terutama di daerah
dorsal tangan/kaki, hipotermia, tonus otot yang menurun, gejala sentral dapat
terlihat bila terjadi komplikasi.
f. Patoflowdiagram
Patoflowdiagram dari HMD dapat dilihat pada Gambar 1.
h. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit HMD diantaranya adalah:
1) Perdarahan intracranial, yang disebabkan oleh belum berkembangnya sistem saraf
pusat terutama sistem vaskularisasinya, adanya hipoksia dan hipotensi yang
kadang-kadang disertai dengan renjatan. Faktor tersebut dapat membuka nekrosis
iskemik, terutama pada pembuluh darah kapiler di daerah periventrikular dan dapat
juga di ganglia basalis dan jaringan otak.
2) Gejala neurologik yang tampak berupa kesadaran yang menurun, apneu, gerakan
bola mata yang aneh, kekakuan extremitas, dan bentuk kejang neonatus lainnya.
3) Komplikasi pneumotoraks atau pneuma mediastinum mungkin timbul pada bayi
yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanis. Pemberian O 2 dengan tekanan yang
tidak terkontrol dengan baik mungkin akan menyebabkan pecahnya alveolus
sehingga udara pernafasan memasuki rongga-ronga toraks atau rongga
mediastinum.
i. Pemeriksaan Penunjang
1) Gambaran Radiologis
❖ Foto Rontgen
Pemeriksaan ini juga sangat penting untuk menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain yang diobati dan mempunyai gejala yang mirip penyakit
membrane hialin, misalnya pneumotoraks, hernia diafragmatika dan lain-lain.
Gambaran klasik yang ditemukan pada foto rontgen paru adalah adanya bercak
difus berupa infiltrate retikulogranuler ini yang menunjukkn bahwa prognosis
bayi semakin buruk.
2) Gambaran Laboratorium
❖ Pemeriksaan Darah
Kadar asam laktat dalam darah meninggi jika kadarnya lebih dari 45,00 mg,
maka prognosis akan lebih buruk, dan kadar bilirubin lebih tinggi bila
dibandingkan dengan bayi normal dengan berat badan yang sama. Kadar PaO 2
menurun disebabkan kurangnya oksigenasi di dalam paru dan karena adanya
pirau arteri-vena. Kadar PaO2 meninggi, karena gangguan ventilasi dan
pengeluaran CO2 sebagai akibat atelektasis paru. Lebih lanjut, nilai pH darah
menurun sehingga defisit paru bisa meningkat akibat adanya asidosis
respiratorik dan metabolik dalam tubuh.
❖ Pemeriksaan Fungsi Paru
Perubahan fungsi paru lainnya seperti volume tidal yang menurun, lung
compliance berkurang, fungsi residu merendah disertai kapasitas vital yang
terbatas menunjukkan bahwa fungsi ventilasi dan perfusi paru akan terganggu.
❖ Pemeriksaan Fungsi Kardiovaskuler
Penyelidikan dengan kateterisasi jantung memperhatikan beberapa perubahan
dalam fungsi kardiovaskuler berupa duktus arteriosus paten, pirau dari kiri ke
kanan atau pirau kanan ke kiri (bergantung pada lanjutnya penyakit),
menurunnya tekanan arteri paru dan sistemik.
❖ Gambaran Patologi atau Histopatologi
Pada otopsi, gambaran dalam paru menunjukkan adanya atelektasis dan
membran hialin di dalam alveolus dan duktus alveolaris. Di samping itu,
terdapat pula bagian paru yang mengalami enfisema. Membran hialin yang
ditemukan yang terdiri dari fibrin dan sel eosinofilik yang mungkin berasal dari
darah atau sel epitel ductus yang nekrotik.
b. Diagnosis Keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif (sdki. D 0005) berhubungan dengan imaturitas neurologis
(defisiensi surfaktan dan ketidakstabilan alveolar)
2) Gangguan pertukaran gas (sdki. D 0003) berhubungan dengan perubahan membran
kapiler-alveolar
3) Resiko gangguan termoregulasi (sdki. D 0148): hipotermia (sdki. D 0140)
berhubungan dengan berat badan ekstrem, kurangnya lapisan lemak subkutan, dan
prematuritas
4) Risiko defisit nutrisi (sdki. D 0019) berhubungan dengan ketidakmampuan
menelan makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi (prematuritas:
kemampuan menghisap dan menelan belum sempurna)
5) Risiko infeksi (sdki. D 0142) berhubungan dengan peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan karena fungsi organ belum sempurna (daya tahan tubuh belum
sempurna)
6) Ikterik neonatus (sdki. D 0024) berhubungan dengan bayi premature usia kurang
dari 7 hari dan keterlambatan pengeluaran fases atau meconium
c. Perencanaan Tindakan
1) Pola nafas tidak efektif (sdki. D 0005) berhubungan dengan imaturitas neurologis
(defisiensi surfaktan dan ketidakstabilan alveolar).
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka pola napas
membaik (Pola napas membaik diberi kode L.01004 dalam SLKI), dengan kriteria
hasil:
❖ Dispnea menurun.
❖ Penggunaan otot bantu napas menurun.
❖ Pemanjangan fase ekspirasi menurun.
❖ Frekuensi napas membaik.
❖ Kedalaman napas membaik.
Teraupetik
❖ Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
❖ Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
❖ Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan kepada orang tua
❖ Informasikan hasil pemantauan, jika perlu kapada orang tua
Observasi
❖ Identifikasi status nutrisi.
❖ Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient.
❖ Identifikasi faktor penghambat.
❖ Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric.
❖ Monitor berat badan, lingkar perut.
❖ Monitor hasil pemeriksaan laboratorium.
Terapeutik
❖ Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
❖ Berikan kebutuhan nutrisi yang sesuai
❖ Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
❖ Anjurkan orang tua untuk tetap memompa ASI
Kolaborasi
❖ Kolaborasi dengan dokter untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu
Terapeutik
❖ Batasi jumlah pengunjung
❖ Berikan perawatan kulit pada area edema
❖ Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
❖ Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
❖ Jelaskan tanda dan gejala infeksi
❖ Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
❖ Ajarkan etika batuk
❖ Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
❖ Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
❖ Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
❖ Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
❖ Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
3. DAFTAR PUSTAKA
Bobak, L. 2015. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Marmi., Rahardjo, K. 2014. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ngastiyah. 2015. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC.
Suriadi., Yuliani, R. 2011. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI NY. S
DENGAN HYALINE MEMBRANE DISEASE
DI RUANG NICU RSIA BUNDA
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : By. Ny. S
Tanggal Lahir/Umur : 05-02-024 / 14 Hari
Agama : Islam
Nama Bapak/Ibu : Tn. A
Pendidikan Bapak/Ibu : Sarjana
Alamat : Blok M
No. RM : 0050xxxx
Kelas : Nicu HC-3
Diagnosis Medis : BBLSR + Prematur + HMD + Sepsis
B. KELUHAN PASIEN
Pasien Sesak, Keadaan umum lemah, Berat badan
1. Keluhan utama :
bayi rendah
C. RIWAYAT KELAHIRAN
1. Ante Natal
• Penyulit kehamilan : PEB
• Penyakit yang menyertai
: PEB
kehamilan
2. Intra Natal
• Umur kehamilan : UG 32 minggu 2 hari, UK 34 minggu 4 hari
• Jenis persalinan : SC
• Penyulit persalinan : PEB
• Komplikasi persalinan : PEB
3. Post Natal
• BBL : 1100 g
• PB : 40 cm
• LK : 30 cm
• LD : -
• LLA : -
• Trauma lahir : -
• Apgar score : -
• Pernafasan : Retraksi ringan
D. KONDISI SAAT INI
1. Nutrisi : ASI fresh sebanyak 8 x 10 cc
2. Cairan
Mendapat cairan infus TPN (Dext 10%+Calglue)
dengan infuspump 7,50 cc/jam, mendapat injeksi
• Input cairan :
dopamin dengan syringpump 0,40 cc/jam, Lipid 2 g
dengan syringpum 0,60 cc/jam
urine dalam 24 jam (20+20+20+10+20+20+10+10)
• Output cairan :
= 130cc
• IWL : IWL = 46 x 1,410 = 65
• Deuresis : 130 cc: 1,410 kg: 24 jam = 3,8 cc/kg/jam
• Balance cairan : intake - output
235,2 - (130 + 65) = +40,2
2. Tanda-tanda vital
• Heart Rate (HR) : 156 kali/menit
• Respirasi Rate (RR) : 56 kali/menit
• Suhu : 36,80℃
3. Kepala
• Bentuk : Normal
• Sutura : Tepat
• Fontanela ant : Menonjol
• Kelainan bawaan : Tidak ada
4. Mata
• Konjungtiva : Anemis
• Bentuk : Simetris
• Sklera : Normal
• Pi[il : Isokor
• Strabismus : Tidak ada
5. Telinga : Normal
6. Hidung : Normal
7. Mulut : Kering
• Bentuk Mulut : Normal
• Reflek Hisap : Lemah
• Reflek Menelan : Lemah
8. Leher
• Gerakan : Bebas
• Trauma : Tidak ada
• Pembengkakan : Tidak ada
9. Dada : Simetris
10. Perut
• Bentuk : Normal
• Tali pusat : Belum puput
12. Ekstremitas
• Atas : Sama panjang, Bentuk Normal
• Bawah : Sama panjang, Bentuk Normal
• Inspeksi : Datar
• Palpasi
❖ Hepar : Tidak teraba
❖ Lien : Tidak teraba
• Perkusi : Tympani
❖ Auskultasi Bising/
: Ada
Perilstatik
19. Nutrisi
• Status Gizi : Sedang
• BBL : 1100 g
• BBS : 1410 g (19-02-2024)
• Penurunan BB : 20 g
ASI 12 cc/24 jam menggunakan OGT, Tidak ada
• Intake Enteral :
Residu
• Reflek mengisap : Lemah
• Reflek menelan : Lemah
Mendapat cairan infus TPN (Dext 10% +Calglue)
dengan infus pump 7,5 cc /jam, mendapat injeksi
• Intake parenteral :
dopamin dengan syring pump 0,4 cc/jam, Lipid 2 g
dengan syringpum 0,6 cc/jam
20. Psikososial
• Status anak : Diharapkan
• Respon Orang tua : Cemas
• Hubungan orang tua dengan
: Baik
bayi
• Orang terdekat yang mudah
: Orang tua
dihubungi
21. Orientasi
• Orang tua banyak bertanya
: Perkembangan anaknya
tentang
• orang tua mengerti penyakit
: Sangat mengerti
anaknya
• Konsultasi dokter : Sudah
• Jam berkunjung : Dimulai jam 12.00
• Jam meneteki : Dimulai jam 12.00
Edukasi
❖ Anjurkan orang tua untuk tetap
memompa ASI.
Kolaborasi
❖ Kolaborasi dengan dokter
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan.
G. CATATAN PERKEMBANGAN
Hari / Tanggal /
No. Implementasi Evaluasi
Jam
1. 21 Februari 2024 Manajemen jalan nafas (diagnosis 1): S: Bayi usia 16 hari, UG: 32
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan minggu 2 hari, UK: 34 minggu
upaya napas. 4 hari, BBL: 1100 g, BBM:
Hasil: 1430 g, BBS: 1390 g (turun 20
- Pernafasan bayi tampak teratur, retraksi g pada perawatan hari ke-5).
dinding dada ringan, RR 50-56
kali/menit. O: Pernafasan bayi tampak
2. Monitor pola napas (seperti bradypnea, tenang, nampak retraksi
takipnea, hiperventilasi, kussmaul. dinding dada ringan.
Hasil: Memakai alat bantu nafas CPAP Pernafasan menggunakan
bubble PEEP 7 FiO2 21-25%. CPAP bubble PEEP 7 FiO2 21-
3. Monitor adanya sumbatan jalan nafas. 25%. TTV yang terdiri dari
Hasil: Terdapat sekret, melakukan suction. suhu: 36,80℃; nadi 132-156
4. Monitor saturasi oksigen kali/menit, RR 50-56
Hasil: 97-100%. kali/menit, CRT <3 detik, BAB
5. Melakukan positioning ada, BAK ada, terpasang OGT
No. 8.
Hasil: Posisi supine membuka jalan nafas Hasil laboratorium
jika pasien desaturasi, membuat pasien menunjukkan hemoglobin
merasa nyaman. 10,40 g/dL; hematokrit
6. Kolaborasi pemberian terapi Aminophilin 29,50%; leukosit 14,25 10³/µL;
2x5,7 mg. trombosit 15,00 10³/µL; CRP
106,41 mg/L; PCT 3,82 ng/dL.
Manajemen pencegahan infeksi (diagnosis
2): A:
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan 1. Masalah manajemen nafas
sistemik. belum teratasi.
Hasil: 2. Masalah manajemen
- OGT yang terpasang bersih. pencegahan infeksi belum
- Akses PICC di tangan kiri. teratasi.
- Paten (posisi tetap, tidak ada pergeseran). 3. Masalah manajemen nutrisi
- Akses stroper di kaki kanan tampak ada belum teratasi.
pembengkakan.
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah P: Lanjutkan intervensi
kontak dengan pasien serta lingkungan keperawatan.
pasien.
- Mempertahankan teknik aseptic pada
pasien berisiko tinggi.
- Memberikan kolaborasi pemberian
terapi antibiotik (Metronidazole 3x7,5
mg dan Merotik 3x572 mg).
2. 22 Februari 2024 Manajemen jalan nafas (diagnosis 1): S: Bayi usia 17 hari, UG: 32
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan minggu 2 hari, UK: 34 minggu
upaya napas. 5 hari, BBL: 1100 g, BBM:
Hasil: 1430 g, BBS: 1470 g (naik 80 g
- Pernafasan bayi tampak teratur, retraksi pada perawatan hari ke-6).
dinding dada ringan, RR 50-52
kali/menit. O: Pernafasan bayi tampak
tenang, tidak ada retraksi
dinding dada. Pernafasan
2. Monitor pola napas (seperti bradypnea, menggunakan CPAP bubble
takipnea, hiperventilasi, kussmaul. PEEP 6 FiO2 21%. TTV yang
Hasil: Memakai alat bantu nafas CPAP terdiri dari suhu: 37,30-
bubble PEEP 6 FiO2 21%. 37,50℃; nadi 146-162
3. Monitor adanya sumbatan jalan nafas. kali/menit, RR 50-52
Hasil: Tidak terdapat sekret. kali/menit, CRT <3 detik, BAB
4. Monitor saturasi oksigen tidak ada, BAK ada, terpasang
Hasil: 97-100%. OGT No. 8.
5. Melakukan positioning Hasil laboratorium
Hasil: Posisi supine membuka jalan nafas menunjukkan hemoglobin
jika pasien desaturasi, membuat pasien 16,50 g/dL; hematokrit
merasa nyaman. 47,20%; leukosit 10,30 10³/µL;
6. Kolaborasi pemberian terapi Aminophilin trombosit 7,00 10³/µL; CRP
2x5,7 mg. 149,35 mg/L; PCT 4,36 ng/dL.