PENDAHULUAN
Penyakit membran hialin (PMH) merupakan salah satu penyebab
gangguan pernafasan yang sering dijumpai pada bayi prematur.
Gangguan
nafas ini merupakan sindrom yang terdiri dari satu atau lebih gejala sebagai
berikut: pernafasan cepat >60 x/menit, retraksi dinding dada, merintih dengan
atau tanpa sianosis pada udara kamar.
3,4
gejala gawat nafas pada PMH memburuk dalam 48 96 jam. PMH ditemukan
pada 50% bayi yang lahir dengan berat lahir 500-1500 gram (<34minggu usia
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit membran hialin (PMH) adalah nama lain untuk Sindrom Gawat
Napas atau Respiratory Distress Syndrome (RDS) ialah diagnosis klinis pada bayi
baru lahir prematur dengan kesulitan pernapasan, termasuk takipnea (>60
kali/menit), retraksi dada, sianosis di ruangan biasa yang menetap atau
berlangsung selama 48-96 jam pertama kehidupan, dan gambaran foto rontgen
dada yang karakteristik (pola retikulogranular homogen dan air bronchogram).2
2.2 Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai sekarang belum diketahui dengan pasti.
Kelainan yang yang terjadi dianggap karena faktor pertumbuhan atau karena
pematangan paru yang belum sempurna. Penyakit ini biasanya mengenai bayi
prematur dan dapat ditemukan bila ibu menderita gangguan perfusi darah uterus
selama kehamilan, misalnya ibu yang menderita diabetes mellitus, hipotiroidisme,
toksemia gravidarum, hipotensi, seksio sesaria, dan perdarahan antepartum.1,3
2.3 Patofisiologi
Berbagai teori telah dikemukakan sebagai penyebab kelainan ini.
Pembentukan substansi surfaktan paru yang tidak sempurna di dalam paru,
merupakan salah satu teori yang banyak dianut. Surfaktan ialah zat yang
memegang peranan dalam pengembangan paru dan merupakan suatu kompleks
yang terdiri dari protein, karbohidrat dan lemak. Senyawa utama zat tersebut ialah
lesitin. Zat ini mulai dibentuk pada usia kehamilan 22-24 minggu dan mencapai
maksimum pada minggu ke-35.
Surfaktan
G
merupakan
gabungan
kompleks
fosfolipid.
Surfaktan
choline (DPPC)
kematian bayi. Imaturitas dari paru janin dapat dilihat dari analisa cairan
amnion,
dari
rasio
lecithin-sphingomyelin
(L/S
ratio
<2:1),
Penyakit membran hialin ini mungkin terjadi pada bayi premature dengan
berat badan 1000- 2000 gram atau masa gestasi 30-36 minggu. Jarang
ditemukan pada bayi dengan berat badan lebih dari 2500 gram. Riwayat asfiksia
sering menyertai pada waktu lahir atau tanda gawat bayi pada akhir kehamilan.
Tanda gangguan pernafasan mulai tampak dalam 6 8 jam pertama setelah
lahiran dan gejala yang karakteristik mulai terlihat pada umur 24 72 jam. Bila
keadaan membaik, gejala akan menghilang pada akhir minggu pertama.
karena
menurun,
interkostal
retraksi
suprasternal,
grunting. Selain
retraksi
tanda gangguan
misalnya bradikardia
(sering
pernafasan,
ditemukan
pada
saturasi
yang
dan expiratory
ditemukan
penderita
O2
gejala lain
PMH
berat),
terjadi komplikasi. Scoring system yang sering digunakan pada bayi preterm
dengan PMH adalah Silverman Anderson score untuk mengevaluasi derajat
keberatan dari gangguan nafas.6
Gambar 3.
1.
2.
3.
4.
bronchogram). 2
Terdapat 4 stadium :
Stadium 1
: Pola retikulogranular (ground glass appearance)
Stadium 2
: Stadium 1 + air bronchogram
Stadium 3
: Stadium 2 + batas jantung-paru kabur
Stadium 4
: Stadium 3 + white lung appearance
Gambar 5 dan 6. PMH dengan gambaran ground glass appearance (kiri) dan air
bronchogram (kanan)
Gambar 7 dan 8. PMH dengan gambaran jantung-paru kabur dan white lung appearance
asidosis respiratorik dan metabolic dalam tubuh. Bila fasilitas tersedia dapat
dilakukan pemeriksaan analisais gas darah yang biasnaya memberi hasil :
hipoksia, asidosis metabolic, respiratorik atau kombinasi dan saturasi oksigen
yang tidak normal. 1,2
2.4.3 Uji kematangan paru
Tes tersebut diklasifiksikan sebagai tes biokimia dan biofisika.
2.4.3.1 Tes biokimia (Rasio lecithin-sphingomyelin)
Paru-paru berhubungan dengan cairan amnion, maka jumlah fosfolipid
dalam cairan amnion dapat untuk menilai produksi surfaktan, sebagai tolak ukur
kematangan
paru,
dengan
cara
menghitung
rasio
lesitin
dibandingkan
Gam
bar 9. Grafik perbandingan L/S dengan usia gestasi
sehingga aspirasi dari cairan lambung dalam 30 menit setelah lahir sebagian besar
terdiri dari cairan paru yang ditelan atau cairan amnion. Oleh karena itu, aspirasi
dari cairan lambung dapat igunakan untuk evaluasi apabila surfaktan terdapat
pada paru-paru janin sewaktu lahir. 12
Tes ini dilakukan dengan cara aspirat lambung 0.5 cc, NaCl 0,9% 0.5 cc dan
alcohol 1 cc lalu dikocok dengan keras dan didiamkan selama 15 menit. Cairan
amnion dicampurkan dengan alcohol akan terjadi hambatan pembentukan
gelembung oleh unsur yang lain dari cairan amnion seperti protein, garam empedu
dan asam lemaka bebas. Pada alcohol dengan konsentrasi 47.5% stable bubble
yang dibentuk oleh karena pengocokan akan menetap oleh karena adanya lesitin.8
Bila didapatkan ring yang utuh dengan pengenceran lebih dari 2 kali (cairan
amnion : alcohol) hasil positif gelembung (+), maka merupakan indikasi maturitas
paru janin.8
Gambar 11. Hubungan hasil shake test dengan insidiens terjadinya PMH
2.4.4
13
2.4.5
2.5 Diagnosis
2.5.1
2.5.2
Anamnesis
Riwayat kelahiran kurang bulan, ibu DM
Riwayat persalinan yang mengalami asfiksia perinatal (gawat janin)
Riwyat kelahiran saudara kandung dengan penyakit membrane hialin.2
Pemeriksaan fisik
Gejala biasanya dijumpai dalam 24 jam pertama kehidupan.
Dijumpai sindrom klinis yang terdiri dari kumpulan gejala :
Takipnea (frekwensi napas >60 kali/menit
Grunting atau napas merintih
Retraksi dinding dada
Kadang dijumpai sianosis
Perhatikan tanda prematuritas
Kadang ditemukan hipotensi, hipotermia, edema perifer, edema paru
Gambar 12. Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) dengan gambaran cairan pada
fisura transveralis dan hiperekspansi paru.3
Gambar 13 dan 14. Pneumotoraks pada paru sisi kanan dan penggunaan kateter
3
pigtail.
14
2.7 Pencegahan
Fa
ktor yang dapat menimbulkan kelainan ini ialah pertumbuhan paru
yang belum sempurna. Oleh karena itu salah satu cara untuk menghindarkan
penyakit ini ialah mencegah kelahiran bayi yang maturitas parunya belum
sempurna. Maturitas paru dapat dikatakan sempurna apabila produksi dan
fungsi surfaktan telah berlangsung baik. Cara untuk mengetahui maturitas
paru dengan menghitung perbandingan antara lesitin dan sfingomielin dalam
cairan amnion. Bila perbandingan lesitin/ sfingomielin sama atau lebih dari 2,
bayi yang akan lahir tidak akan menderita penyakit membrane hialin, sedangkan
bila perbandingan tadi kurang dari 2 berarti paru bayi belum matang dan akan
mengalami penyakit membrane hialin.
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Penatalaksanaan umum
Dasar tindakan ialah mempertahankan bayi dalam suasana fisiologis sebaikaiknya, agar bayi mampu melnjutkan perkembangan paru dan organ lain sehingga
dapat mengadakan adaptasi sendiri terhadap sekitarnya.1
Tindakan yang perlu dikerjakan ialah :
1. Memberikan lingkungan yang optimal. Suhu tubuh bayi harus selalu
diusahakan agar tetap dalam batas normal (36,5-37 C) dengan meletakkan
bayi di dalam incubator. Humiditas ruangan juga harus adekuat (70-80%).1,3
2. Pemberian oksigen
Prinsip : Oksigen mempunyai pengaruh yang kompleks terhadap bayi yang
baru lahir. Pemberian O2 yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi
yang
tidak
diinginkan
seperti
fibrosis
paru
(bronchopulmonary
juga
direkomendasikan
untuk
mencegah
kolaps
alveoli.
3. Ventilator mekanik digunakan pada bayi dengan HMD berat atau komplikasi
yang menimbulkan apneu persisten. Ventilator mekanik dihubungkan erat
dengan
terjadinya
bronchopulmonary
dysplasia
(BPD)
dan
juga
2.8.2
Surfaktan
Surfaktan diberikan dalam 24 jam pertama jika bayi terbukti
secara intratrakeal pada bayi dengan risiko tinggi untuk terjadinya gawat nafas
setelah resusitasi dini tetapi di dalam 10 30 menit setelah kelahiran.
Pemberian surfaktan rescue dibagi lagi menjadi 2 yaitu, rescue dini yaitu
pemberian surfaktan dalam 1 2 jam setelah kelahiran dan rescue lambat
yaitu pemberian lebih dari 2 jam setelah kelahiran. Bayi yang lahir dengan
usia gestasi <30 minggu memberikan perbaikan setelah diberikan surfaktan
profilaksis dan rescue. Akan tetapi, bayi prematur yang diterapi dengan
surfaktan profilaksis terbukti memiliki insidensi yang lebih rendah dalam
terjadinya sindrom gawat nafas.
kali
neonates dengan sindrom gawat nafas, antara lain surfaktan sintetik (proteinfree) dan natural (diambil dari paru hewan). Surfaktan natural lebih baik dari
preparat sintetik dalam mengurangi pulmonary air leaks dan mortalitas.
kelahiran
bayi.
Antenatal
dijumpai
deksametason
Cochrane
IVH
pada
bayi
dan
steroid
juga
mengurangi
risiko
necrotizing
enterocolitis
yang
prematur.
Kedua betametason
dan
2.8.3.1 Dosis
Dosis optimal kortikosteroid, waktu pemberian dan frekuensi pemberian
masih belum diketahui secara pasti. Menurut NIH Consensus Development
Panel on the Effect of Corticosteroids for Fetal Maturation on Perinatal
Outcomes, regimen pemberian kortikosteroid secara umum ialah 2 dosis
betametason 12 mg diberikan secara intramuskular dengan jarak waktu 24 jam
dan 4 dosis deksametason 6 mg intramuskular dengan jarak waktu antar
pemberian 12 jam.
Gambar 18. Rontgen toraks pada bayi dengan RDS (kiri) dan 6 jam setelah
10
pemberian surfaktan (kanan)
2.9 Prognosis
Penyakit
membrane
hialin
prognosisnya
tergantung
dari
tingkat
yang
mungkin
terjadi
ialah
kelainan
pada
retina