Anda di halaman 1dari 8

Volume 8 No.

1
Januari 2016
ISSN : 2085 1669
e-ISSN : 2460 0288
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/jurtek
Email : jurnalteknologi@ftumj.ac.id

U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H J A K A R T A

PENGARUH PH TANAH TERHADAP PROSES BIODEGRADASI


POLYCYCLIC AROMATIC HYDROCARBON (PAH) PADA TANAH
TERKONTAMINASI BATUBARA

Gina Lova Sari1*, Andy Mizwar2, Yulinah Trihadiningrum3


1,2
Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa Karawang,
Jl. H.S. Ronggowaluyo, Teluk Jambe Timur, Karawang, Jawa Barat 41361
3
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
*Email: ginalovasari@gmail.com

Diterima: 17 Nopember 2015 Direvisi: 1 Desember 2015 Disetujui: 30 Desember 2015

ABSTRAK

Batubara alami (unburnt coal) mengandung polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH) dengan kadar yang tinggi
dan tingkat penyebaran relatif cepat. PAH sulit didegradasi karena bersifat toksik sehingga berpotensi
mengkontaminasi tanah, terutama di wilayah pertambangan batubara tetapi belum mendapatkan perhatian
yang serius. Kontaminasi tersebut dapat ditangani menggunakan salah satu teknologi bioremediasi yaitu co-
composting. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses co-composting adalah pH. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh pH tanah terhadap biodegradasi PAH dalam proses co-composting dengan
penambahan sampah organik. Co-composting dilakukan secara aerobik selama 98 hari dalam skala
laboratorium. Variasi penelitian meliputi rasio tanah terkontaminasi PAH dengan sampah organik (100/0,
75/25, 50/50, 25/75, dan 0/100) dan pH tanah (asam dan netral). Analisis kadar 16 EPA-PAH dilakukan
menggunakan metode Gas Chromatographic Mass Spectrometric (GC-MS). Proses co-composting berlangsung
dalam kondisi lingkungan yang optimal yaitu suhu mesofilik (30-31C), pH netral (6,5-7), dan kadar air
optimum (50-60%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa biodegradasi PAH yang terjadi tidak dipengaruhi
oleh kondisi pH tanah. Hal ini dibuktikan dengan persentase kadar PAH yang terdegradasi tidak berbeda jauh
antara pH tanah awal asam dan netral di rasio T/s 25/75 yaitu 75,15% dan 76,21 %.

Kata Kunci: Batubara, bioremediasi, co-composting, PAH, pH.

ABSTRACT

Natural coal (unburnt coal) contain High level polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH) and relatively rapid
rate of spread. PAH is difficult to degrade because it is toxic, so the potential to contaminate soil, especially in
the coal mining region but has not received serious attention. The contamination can be handled using one of
bioremediation technologies that is co-composting. One of the factors that affect the process of co-composting is
pH. This study aims to determine the effect of pH soil on the biodegradation of PAHs in the process of co-
composting with the addition of organic waste. Co-composting is done aerobically for 98 days in a laboratory
scale. Variations of research include the ratio of PAH contaminated soil with organic waste (100/0, 75/25,
50/50, 25/75, and 0/100) and soil pH (acidic and neutral). Analysis of 16 EPA-PAH levels is done using Gas
Chromatographic Mass spectrometric (GC-MS). Co-composting process takes place under optimal
environmental conditions such as temperature mesophilic (30-31 C), neutral pH (6.5-7), and the optimum
water content (50-60%). The results showed that the biodegradation of PAH that occurs is not affected by soil
pH conditions. This is evidenced by the percentage of degraded PAH levels do not vary much between initial
soil pH of acidic and neutral in the ratio of T / s 25/75 ie 75.15% and 76.21%.

Keywords: Coal, bioremediation, co-composting, PAH, pH.


Jurnal Teknologi Volume 8 No. 1 Januari 2016 ISSN : 2085 1669
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 0288

PENDAHULUAN pada lokasi pertambangan memiliki potensi


Batubara yang merupakan endapan dari besar untuk terkontaminasi. Mizwar dan
tumbuhan purba adalah salah satu sumber Trihadiningrum (2014), menyebutkan bahwa
PAH secara alami. Pembentukan batubara lokasi stockpile, hauling road, dan pelabuhan
terjadi melalui 2 tahap yaitu diagenesis khusus batubara pada salah satu fasilitas
(penggambutan) dan catagenesis pengangkutan batubara di Kabupaten Tapin,
(pembatubaraan). Pada tahap diagenesis Provinsi Kalimantan Selatan kadar PAH yang
tumbuhan purba dalam kondisi anaerobik terkandung berturut-turut adalah sebesar 11,79
diubah menjadi humus kemudian gambut oleh mg/kg; 32,33 mg/kg; dan 55,30 mg/kg.
bakteri anaerobik dan fungi. Kemudian Meskipun di Indonesia belum ada aturan yang
komponen organik dalam gambut dengan menetapkan kadar maksimal PAH dalam
pengaruh suhu, tekanan, dan waktu diubah tanah. Namun, jika dibandingkan dengan
menjadi batubara muda (tahap catagensis) peraturan yang berlaku di Belanda dan
hingga batubara matang. Urutan batubara dari Amerika Serikat yang menetapkan 1 mg/kg
yang muda hingga matang adalah lignite, sub- sebagai kadar maksimal PAH dalam tanah
bituminous, bituminous, anthracite, dan (Antizar-Ladislao dkk., 2004a), maka perlu
graphite. Menurut Achten dan Hofmaan dilakukan upaya remediasi pada lokasi-lokasi
(2009), tingkat kematangan batubara dapat yang terkontaminasi.
ditentukan dari jumlah cincin aromatik pada Co-composting adalah salah satu teknik
tumbuhan seperti lignin. Semakin banyak bioremediasi yang terbukti mampu
lignin yang terkandung maka akan semakin menurunkan kadar PAH dalam tanah tanpa
matang batubara yang terbentuk. Ribeiro dkk. biaya besar (Zhang dkk., 2011; Antizar-
(2012) dan Yoshioka dan Takeda (2004) Ladislao dkk., 2004a, 2004b). Proses co-
menjelaskan bahwa lebih dari 50% kandungan composting tersebut dipengaruhi oleh berbagai
batubara merupakan bahan organik yaitu asam faktor yaitu suhu, rasio C/N, pH, ketersediaan
humat dan PAH. oksigen, kadar air, dan viabilitas
Batubara mengandung 16 jenis PAH mikroorganisme (Bamforth dan Singleton,
yang diutamakan oleh US-EPA dengan kadar 2005). Antizar Ladislao dkk. (2004a)
100 kali lebih tinggi dibandingkan dengan melaporkan bahwa co-composting dengan
crude oil (Laumann dkk., 2011; Achten dan mencampurkan sampah organik dan tanah
Hofmaan, 2009; dan Richter dan Howard terkontaminasi PAH sebagai starter dengan
2000). 16 jenis PAH tersebut adalah rasio 0,8/1, suhu 38C, kadar air 60% dalam
naphthalene, acenaphthylene, acenaphthene, waktu 98 hari dapat menurunkan kadar PAH-
fluorine, antracene, phenanthrene, tar batubara dari industri gas sebesar 75,2%.
fluoranthene, pyrene, benzo(a)antracene, Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
chrysene, benzo(b)fluoranthene, Zhang dkk. (2011) yang menggunakan tanah
benzo(k)fluoranthene, benzo(a)pyrene, terkontaminasi PAH dari lokasi industri
indeno[1,2,3-cd]pyrene, benzo[g,h,i]perylene, batubara dengan perlakuan sama selama 60
dibenzo[a,h]anthracene (Bojes dan Pope hari dapat mereduksi kadar PAH rata-rata
2007; Antizar-Ladislao dkk., 2004b). Azizi sebesar 50,5%. Namun, kajian mengenai
dkk. (2012); Banger dkk. (2010); Bamforth pengaruh pH tanah dalam proses bioremediasi
dan Singleton (2005); Antizar-Ladislao dkk. tanah terkontainasi PAH belum banyak
(2004a), (2004b) menjelaskan bahwa PAH dilakukan. Maka dilakukan pendekatan untuk
adalah senyawa hidrokarbon yang memiliki mengetahui pengaruh pH tanah yang rendah
dua atau lebih struktur cincin aromatik yang dalam proses biodegradasi PAH.
bersifat hidrofobik. Hidrofobik artinya
memiliki tingkat kelarutan yang rendah METODE PENELITIAN
terhadap air sehingga kontaknya dengan Tanah Terkontaminasi PAH-Batubara
mikroorganisme menjadi terbatas. Hal ini Tanah terkontaminasi PAH diambil dari
mengakibatkan PAH sulit didegradasi dan area pelabuhan khusus batubara pada salah
berpotensi terakumulasi di dalam tanah. satu fasilitas transportasi batubara di
Mengingat batubara adalah salah satu Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan
sumber PAH secara alami, maka lahan-lahan Selatan. Tanah diambil dari 6 titik lokasi

32
Gina Lova Sari, Andy Mizwar, Yulinah Trihadiningrum: Pengaruh PH Tanah Terhadap Proses Biodegradasi Polycyclic Aromatic
Hydrocarbon (PAH) Pada Tanah Terkontaminasi Batubara
Jurnal Teknologi. 8 (1) pp 31-38 2016

sampling yang kemudian dicampur dengan 7 yang merupakan pH eksisting dari sampel
metode komposit dan dianalisis. Hasil analisis tanah. Proses co-composting dalam penelitian
menyatakan bahwa tanah tersebut termasuk ini dilakukan secara aerobik dengan kapasitas
dalam kelas tekstur tanah lempung berpasir moisture aeration yang diberikan 0,5 L/menit.
(sandy loam) dengan kandungan pasir 62%, Moisture aeration dilakukan untuk memenuhi
debu 19%, dan liat 19%. Rasio C/N tanah kebutuhan oksigen mikroorganisme dan
adalah 12,59 dengan kadar air 59% dan derajat menjaga kadar air berada dalam rentang
keasaman (pH) yang netral yaitu 7. Analisis optimum yaitu 50-60%.
kadar total 16 EPA-PAH dilakukan pada tanah
Analisis Kadar PAH
yang telah diayak menggunakan saringan 10
Ekstraksi sampel penelitian dilakukan
mesh (2 mm) dengan hasil sebesar 59,15
dengan metode ultrasonic dengan beberapa
mg/kg.
modifikasi (Schwarzbauer dkk., 2000).
Sampah Organik Ekstraksi dilakukan dengan 2 kali
Sampah organik yang digunakan berasal pengulangan menggunakan pelarut (solvent)
dari Rumah Kompos Kebun Bibit dan Pasar yang berbeda. 5 g sampel penelitian
Keputran, Surabaya. Sampah organik terdiri ditambahkan 30 ml dichloromethane (DCM)
dari daun, ranting, dan kol yang dicampur kemudian diekstraksi menggunakan ultrasonic
dengan perbandingan 5:3:2 dalam berat basah. cleaner SIBATA SU-3THE selama 10 menit.
Sebelum dianalisis, ketiga jenis sampah Sampel dipisahkan dengan hasil ekstraksi
campur dan diayak menggunakan saringan 10 menggunakan saringan yang telah
mesh (2 mm). Hasil analisis menunjukkan ditambahkan Na2SO4 kemudian dipekatkan
rasio C/N dari sampah organik adalah 23,92; hingga 1 ml menggunakan rotary evaporator.
kadar air 58%; pH 6,5; dan kadar total 16 Langkah ekstraksi dilakukan kembali pada
EPA-PAH sebesar 3,43 mg/kg. sampel yang telah dipisahkan menggunakan n-
pentane sebanyak 30 ml. Kedua hasil ekstraksi
Campuran Tanah Terkontaminasi PAH-
di campur dan ditambahkan sedikit cooper
Batubara dengan Sampah Organik
sulfat untuk menghilangkan sulfur. Kolom
Rasio campuran tanah terkontaminasi
kromatografi disiapkan untuk proses fraksinasi
PAH dengan sampah organik (rasio T/S)
dengan memasukkan glass wool dan bubuk
terdiri dari 5 komposisi yaitu 100/0, 75/25,
silika MERCK 7754 sebanyak 2 g. Sebelum
50/50, 25/75, dan 0/100. Rasio C/N dari
itu, kolom kromatografi dibersihkan
kelima rasio T/S ini secara berurutan adalah
menggunakan DCM. Pada kolom kromatografi
12,59; 13,32; 16,31; 18,64; dan 23,92.
silika yang telah siap dialirkan 10 ml DCM
Sedangkan kadar total 16 EPA-PAH masing-
sehingga membentuk matriks silika yang
masing secara berurutan adalah 59,15 mg/kg,
kompak. Sebanyak 1 ml hasil ekstraksi
59,65 mg/kg, 60,50 mg/kg, 60,73 mg/kg, dan
diambil dan dialirkan ke dalam kolom silika.
3,43 mg/kg berat basah. Kadar total PAH lebih
Ditambahkan DCM/n-pentane (60/40) hingga
tinggi pada campuran tanah terkontaminasi
didapatkan 7 ml fraksi 2 (F2). Senyawa PAH
dengan sampah organik karena PAH juga
diukur dengan menganalisis F2 menggunakan
terdeteksi pada sampah organik.
GC-MS Thermo Scientific Trace 1310 ISQ
Desain Penelitian single quadrupole dengan metode MacLeod
Penelitian ini merupakan penelitian dkk. (1993) dan Grasshoff dkk. (1983).
eksperimental dengan skala laboratorium
menggunakan 10 reaktor dengan kapasitas HASIL DAN PEMBAHASAN
3500 ml selama 98 hari. Bahan baku yang Proses co-composting tanah
digunakan dalam penelitian ini adalah terkontaminasi dengan sampah organik ini
campuran tanah terkontaminasi PAH dengan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pH
sampah organik sebanyak 1 kg berat basah tanah dalam proses biodegradasi PAH. Selama
dengan 2 variasi yang meliputi rasio T/S dan 98 hari proses co-composting berlangsung
pH tanah. Rasio T/S divariasikan menjadi 5 dalam kondisi optimum. Kondisi tersebut
yaitu 100/0, 75/25, 50/50, 25/75, dan 0/100. ditandai dengan tersedianya oksigen dan kadar
Sedangkan pH tanah dikondisikan asam yaitu air optimum (50-60%) yang tercipta dari awal
5 dengan penambahan H2SO4 dan netral yaitu hingga akhir proses co-composting.

33
Jurnal Teknologi Volume 8 No. 1 Januari 2016 ISSN : 2085 1669
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 0288

Ketersediaan oksigen dan kadar air dijaga composting adalah pH. Mikroorganisme
melalui moisture aeration dengan kapasitas mampu bertahan hidup dan berkembang biak
0,5 L/menit. Pada kondisi tersebut pada pH tertentu sesuai denga karakteristiknya
mikroorganisme dapat beraktivitas dengan masing-masing Umumnya, mikroorganisme
baik (lihat Tabel 1). tidak mampu bertahan hidup pada kondisi pH
Aktivitas mikroorganisme tersebut yng terlalu rendah dan terlalu tinggi (Sayara
ditunjukkan dengan tercapainya suhu dkk., 2009; Tchobanoglous dkk., 1993). Nilai
mesofilik yang berkisar antara 30-33C. Suhu pH tanah dalam penelitian ini dikondisikan
tersebut mengalami peningkatan 1-2C yang menjadi asam yaitu 5 dan netral yaitu 7 yang
menandakan bahwa terbentuk energi berupa merupakan kondisi eksisting sampel tanah
panas dari proses dekomposisi bahan organik. yang digunakan.
Selain energi, proses dekomposisi juga Setelah dilakukan pencampuran sampel
menghasilkan CO2, air, dan biomassa. Proses tanah dengan sampah organik, nilai pH
dekomposisi dapat berlangsung karena nutrien menjadi bervariasi. Pada tanah asam, nilai pH
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme bervariasi menjadi 5-5,3 sedangkan tanah
tercukupi. Hal ini ditandai dengan rasio C/N dengan kondisi netral pH sedikit mengalami
awal yang berkisar antara 12,59-23,92. Nilai penurunan menjadi 6-7. Penurunan terjadi
tersebut sebagian besar memenuhi rasio C/N karena pH sampah organik yang rendah,
yang disyaratkan oleh Antizar-Ladislao (2007) khususnya kol adalah 5 sehingga
yaitu 15-30. mempengaruhi pH campuran. Perubahan pH
Faktor lain yang mempengaruhi yang terjadi selama proses co-composting
aktivitas mikroorganisme dalam proses co- dapat dilihat pada Gambar 1.

(a) Variasi pH Tanah Asam (b) Variasi pH Tanah Netral

Gambar 1. Perubahan pH Tanah Selama Proses Co-Composting

Gambar 1 menunjukkan sampel tanah proses co-composting yang dilakukan oleh


dengan variasi asam pada H-15 meningkat ketiganya dalam 4-5 bulan pertama.
tajam menjadi 6,3-6,8. Nilai pH terus Peningkatan pH yang terjadi
meningkat menuju kisaran netral yaitu 7-7,5 disebabkan oleh terbentuknya senyawa
pada H-30 hingga H-98. Peningkatan yang bikarbonat (H2CO3) dari reaksi CO2 dan air
serupa juga terjadi pada sampel tanah dengan hasil dekomposisi bahan organik. Unsur-unsur
variasi pH netral. Pada sampel campuran, pH penyusun H2CO3 adalah HCO3- dan H+ yang
awal berkisar antara 6-6,5 meningkat menjadi merupakan senyawa buffer yaitu senyawa
6,5-7,0 di H-15 yang kemudian terus bergerak yang memiliki daya sangga pH. Pada kondisi
pada kisaran netral hingga H-98. Peningkatan keasaman yang tinggi, akan dilepaskan OH-
pH pada kisaran netral juga dialami oleh untuk menetralkannya, begitu pula sebaliknya
Karnchanawong dan Sapudom (2011), (Padmono, 2007). Dari prosesnya tersebut,
Atagana (2008), dan Boonchan (2000) dalam maka dapat dilihat bahwa reaksi dari kedua
senyawa tersebut merupakan reaksi

34
Gina Lova Sari, Andy Mizwar, Yulinah Trihadiningrum: Pengaruh PH Tanah Terhadap Proses Biodegradasi Polycyclic Aromatic
Hydrocarbon (PAH) Pada Tanah Terkontaminasi Batubara
Jurnal Teknologi. 8 (1) pp 31-38 2016

kesetimbangan yang akan melengkapi satu Peningkatan pH lebih tajam terlihat pada
sama lain. Nilai pH yang bertahan pada variasi tanah dengan pH asam dibandingkan
kisaran netral hingga H-98 juga merupakan netral. Hal ini sesuai dengan penjelaskan
pengaruh dari buffer. Mrozik dkk. (2003) yaitu pada pH rendah
Proses nitrifikasi yang terjadi selama ketersediaan unsur hara lebih tinggi sehingga
proses co-composting juga menjadi salah satu aktivitas mikroorganisme juga akan
faktor yang mempengaruhi peningkatan pH. meningkat. Peningkatan aktvitas
Nitrifikasi adalah proses oksidasi ammonia mikroorganisme ini didukung oleh jumlah
(NH3) yang merupakan N-organik tanah bakteri pada variasi tanah pH asam sebagian
menjadi nitrit (NO2-). Kemudian NO2- dirubah besar lebih banyak dibandingkan dengan
menjadi nitrat (NO3-). Bersamaan dengan variasi tanah pH netral. Data pertumbuhan
proses tersebut, ion H+ terlepas sehingga bakteri secara lengkap disajikan pada Tabel 1.
kandungannya dalam tanah berkurang dan Semakin banyak jumlah mikroorganisme
digantikan oleh kation-kation basa (pertukaran makan semakin tinggi pula metabolismenya
ion). Hal ini mengakibatkan kadar kemasaman sehingga pembentukan H2CO3 semakin cepat.
tanah menurun, artinya pH tanah menjadi Nilai pH pada kedua variasi pH tanah pada H-
netral atau basa (Atagana, 2008). Pertukaran 30 hingga H-98 berkisar pada nilai yang
ion ini lazimnya disebut kapasitas tukar kation hampir sama yaitu 7-7,3 (asam) dan 7-7,4
(KTK). KTK dipengaruhi oleh ketersediaan (netral). Rynk (1992) menyatakan bahwa
kation-kation basa pada bahan baku kisaran pH tersebut merupakan kondisi
composting. Bell dan Besho (1993) dalam optimal untuk pertumbuhan mikroorganisme
Yuwono (2008) menjelaskan bahwa yang didukung dengan peningkatan jumlah
penambahan sampah organik ke dalam tanah bakteri hingga H-98. Kondisi pH netral pada
dapat meningkatkan ketersediaan kation- proses co-composting yang berlangsung
kation basa seperti Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+ menyebabkan pertumbuhan bakteri tidak
pada tanah masam. mengalami perbedaan yang besar diantara
kedua jenis variasi pH tanah.

Tabel 1. Pertumbuhan Bakteri Selama Proses Co-Composting

Rasio Hari ke-


Variasi
T/S 0 15 30 45 60 75 98
1,73 x 8,91 x 2,33 x 2,15 x 8,51 x 5,46 x
Asam 3,36 x 10
1011 1011 1012 1013 1015 1019
100/0
6,50 x 5,05 x 1,76 x 3,36 x 4,70 x 2,33 x
Netral 7,53 x 10
1010 1010 1012 1013 1019 1020
1,1 1 x 1,23 x 3,45 x 2,88 x 2,18 x 1,05 x
Asam 4,63 x 108
1012 1012 1013 1018 1020 1021
75/25
2,86 x 3,79 x 1,25 x 2,41 x 3,46 x 5,29 x 3,17 x
Netral
1011 1013 1013 1015 1016 1017 1020
6,31 x 1,60 x 7,16 x 3,64 x 2,71 x 1,79 x
Asam 3,86 x 108
1011 1013 1014 1018 1020 1019
50/50
7,59 x 3,71 x 2,68 x 1,26 x 1,69 x 1,64 x 2,69 x
Netral
1012 1011 1011 1014 1020 1018 1021
1,46 x 1,75 x 5,26 x 2,27 x 2,30 x 2,95 x
Asam 4,78 x 108
1012 1012 1013 1014 1019 1021
25/75
8,68 x 2,85 x 4,64 x 3,87 x 6,80 x 3,70 x 1,53 x
Netral
1011 1011 1011 1013 1014 1018 1020
3,27 x 3,46 x 3,93 x 3,14 x 2,23 x 1,79 x
Asam 2,54 x 108
1011 1013 1013 1014 1016 1022
0/100
1,46 x 3,85 x 2,71 x 1,32 x 1,23 x 7,17 x 2,44 x
Netral
1011 1011 1011 1014 1017 1022 1019

35
Jurnal Teknologi Volume 8 No. 1 Januari 2016 ISSN : 2085 1669
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 0288

Pertumbuhan bakteri yang tinggi dibandingkan dengan nilai PAH awal


perbedaannya tidak besar tentu saja yaitu 59,15 mg/kg karena sampah organik
mempengaruhi efisiensi degradasi yang yang ditambahkan juga mengandung PAH.
terjadi. Kadar awal dan akhir PAH selama Pernyataan ini didukung dengan hasil analisis
proses co-composting dapat dilihat pada PAH pada rasio T/S 0/100 yang menunjukkan
Gambar 2. Kadar awal PAH pada rasio T/S nilai 3,06-3,78 mg/kg. Hal ini disebabkan oleh
100/0; 75/25; 50/50; dan 25/75 berkisar antara sampah organik mengandung lignin yang
58,41-61,69 mg/kg. Kadar PAH ini lebih merupakan salah satu penyusun PAH.

Gambar 2. Kadar PAH Selama Proses Co-Composting

Selama proses co-composting, terjadi degradasinya lebih besar. Degradasi PAH


penurunan kadar PAH yang cukup tinggi. paling besar ditemukan pada rasio T/S 50/50
Penurunan terbesar terlihat pada rasio T/S dalam variasi pH tanah netral yaitu 59,89%.
50/50 dalam kondisi netral yang menunjukkan Tingkat degradasinya hanya memiliki sedikit
efisiensi sebesar 59,89%. Hal ini membuktikan perbedaan dengan variasi pH tanah asam yaitu
bahwa penambahan sampah organik dalam 58,49%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi
proses co-composting mampu menjadi pH tanah tidak memiliki pengaruh yang besar
stimulan bagi mikroorganisme sehingga terhadap proses biodegradasi PAH dalam
degradasi PAH lebih besar. Namun, jika proses co-composting.
dibandingkan dengan rasio T/S 25/75 dengan
pH tanah asam efisiensinya mencapai 58,49%. DAFTAR PUSTAKA
Dapat dilihat bahwa perbedaan sangat kecil Achten, C., dan Hofmann, T. (2009). Native
yaitu 1,4%. Hal ini menunjukkan bahwa pH Polycyclic Aromatic Hydrocarbons
tanah yang asam tidak memiliki pengaruh (PAH) in Coals A Hardly Recognized
terhadap proses biodegradasi karena proses co- Source of Environmental
composting sebagian besar berjalan dalam Contamination. Science of The Total
kondisi pH netral. Environment, Vol. 407 (8): 2461-2473.
Antizar-Ladislao, B., Lopez-Real, J., Beck, A.
KESIMPULAN J. (2004a). In-Vessel Composting
Penambahan sampah organik dalam Bioremediation of Aged Coal Tar Soil:
proses co-composting mampu meningkatkan Effect of Temperature and Soil/Green
aktivitas mikroorganisme sehingga tingkat

36
Gina Lova Sari, Andy Mizwar, Yulinah Trihadiningrum: Pengaruh PH Tanah Terhadap Proses Biodegradasi Polycyclic Aromatic
Hydrocarbon (PAH) Pada Tanah Terkontaminasi Batubara
Jurnal Teknologi. 8 (1) pp 31-38 2016

Waste Amendment Ratio. Environment Karnchanawong, S., dan Sapudom, K. (2011).


International, 31: 173 178. Effect of Ratio and Moisture Contens on
Antizar-Ladislao, B., Lopez-Real, J., Beck, A. Performance of Haoushold Organic
J. (2004b). Bioremediation of Waste Composting Using Passive
Polycyclic Aromatic Hydrocarbon Aeration Bin. Second International
(PAH) Contaminated Waste Using Conference on Chemical Engineering
Composting Approaches. and Applications, Vol 23.
Environmental Science and Technology, Laumann, S., Micic, V., Kruge, M. A.,
34: 249289. Achten, C., Sachsenhofer, R. F.,
Antizar-Ladislao, B., dan Russell, N. J. (2007). Schwarzbauer, J., Hofmann, T.
In-Vessel Composting as a Sustainable (2011).Variations in Concentrations
Bioremediation Technology of and Compositions of Polycyclic
Contaminated Soils and Waste. Nova Aromatic Hydrocarbons (PAH) in Coals
Science Publishers, Inc. Related to the Coal Rank and
Atagana, H. I. (2008). Compost Origin.Environmental pollution,
Bioremediation of Hydrocarbon- 159(10): 2690-2697.
Contaminated Soil Inoculated with MacLeod, W. D. Jr., Brown, D. W., Friedman,
Organic Manure. African Journal of A. J., Burrows, D. G., Maynes, O.,
Biotechnology, Vol. 7: 1516-1525. Pearch, R. W., Wigren, C. A., Bogar, R.
Azizi, A. B., Liew, K. Y., Noor, Z. M., G. (1993). Standard Analytical
Abdullah, N. (2013). Vermiremediation Procedures of the NOAA National
and Mycoremediation of Polycyclic Analytical Facility. 1985-1986.
Aromatic Hydrocarbons in Soil and Mizwar, A., dan Trihadiningrum, Y. (2014).
Sewage Sludge Mixture: A Comparative Potensi Bioremediasi Tanah
Study. International Journal of Terkontaminasi Polycyclic Aromatic
Environmental Science and Hydrocarbons dari Batubara dengan
Development, Vol. 4 No. 5. Composting. Seminar Nasional Waste
Bamforth, S. M., dan Singleton, I. (2005). Management II. ISBN: 976-002-95595-
Bioremediation of Polycyclic Aromatic 7-6.
Hydrocarbons: Current Knowledge and Mrozik, A., Piotrowska-Seget, Z., Labuzek, S.
Future Directions. Journal of Chemical (2003). Bacterial Degradation and
Technology and Biotechnology, 80: Bioremediation of Polycyclic Aromatic
723736. Hydrocarbons. Polish Journal of
Banger, K., Toor, G. S., Chirenje, T., Ma, L. Environmental Studies, Vol. 12, No. 1;
(2010). Polycyclic Aromatic 15-25.
Hydrocarbons in Urban Soils of Padmono, D. (2007). Kemampuan Alkalinitas
Different Land Uses in Miami, Florida. Kapasitas Penyanggaan (Buffer
Soil and Sediment Contamination, 19: Capacity) dalam Sistem Anaerobik
231243. Fixed Bed. Jurnal Teknologi
Bojes, H. K., dan Pope, P. G. (2007). Lingkungan, Vol. 8, No. 2: 119-127.
Characterization of EPAs 16 Priority Ribeiro, J., Silva, T., Mendonca-Filho, J. G.,
Polycyclic Aromatic Hydrocarbons Flores, D. (2012). Polycyclic Aromatic
(PAH) in Tank Bottom Solids and Hydrocarbons (PAH) in Burning and
Associated Contaminated Soils at Oil Non-Burning Coal Waste Piles. Journal
Exploration and Production Sites in of Hazardous Material, Vol. 199-200;
Texas. Reg. Toxicology and 105-110.
Pharmacology. 47: 288-295. Richter, H., dan Howard, J. B. (2000).
Boonchan, S., Britz, M. L., Stanley, G. A. Formation of Polycyclic Aromatic
(2000). Degradation and Mineralization Hydrocarbons and Their Growth to
of HighMolecular-Weight Polycyclic SootA Review of Chemical Reaction
Aromatic Hydrocarbons by Defined Pathways. Progress in Energy and
Fungal-Bacterial Cocultures. Applied Combustion Science, Vol. 26 (46);
and Environmental Microbiology, p. 565-608.
1007-1019.

37
Jurnal Teknologi Volume 8 No. 1 Januari 2016 ISSN : 2085 1669
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 0288

Rynk, R. (1992). On-Farm Composting Tchobanoglous, G., Theisen, H., Vigil, S. A.


Handbook. North-east Regional (1993). Integrated Solid Waste
Agricultural Engineering Service Pub. Management. Engineering Principles
No. 54. Cooperative Extension Service. and Management Issue, McGraw Hill
Ithaca, New York. International Editions.
Sayara, T., Sarra, M., Sanchez, A. (2009). Yoshioka, H., dan Takeda, N. (2004). Analysis
Effect of Composting Controlling of Organic Compounds in Coal
Factors on the Bioremediation of Materials by Infrared Laser
Polycyclic Aromatic Hydrocarbons Micropyrolysis. Journal of Analytical
(PAH) Contaminated Soil. Palstine: and Applied Pyrolysis, 71(1), 137-149.
Proceedings of the Second International Yuwono, D. (2008). Kompos. Bandung:
Conference on Energy and Penerbit Penebar Swadaya.
Environmental Protection in the Zhang, Y., Zhu, Y., Houot, S., Qiao, M.,
Sustainable Development. Nunan, N., Garnier, P. (2011).
Schwarzbauer, J., Littke, R., Weigelt, V. Remediation of Polycyclic Aromatic
(2000). Identification of Specific Hydrocarbon (PAH) Contaminated Soil
Organic Contaminants for Estimating Through Composting with Fresh
the Contribution of the Elbe River to the Organik Wastes. Environmental Science
Pollution of the German Bight. Organic Pollutan Research, 18: 15741584.
Geochemistry, 31: 1713-1731.

38

Anda mungkin juga menyukai