2. 2. 2 Pengertian SGN
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease (HMD), merupakan
sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa
gestasi yang kurang (Mansjoer, 2002).
Whalley dan Wong dalam (Surasmi, Asrining, dkk. 2003) istilah yang digunakan untuk disfungsi
pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan
perkembangan maturitas paru.
Sindrom gawat nafas (Respiratory Distress Syndroma/RDS) adalah kumpulan gejala yang terdiri dari
dispnea atau hiperpnea dengan frekuensi pernafasan besar 60 x/i, sianosis, merintih waktu ekspirasi dan
retraksi di daerah epigastrium, suprosternal, interkostal pada saat inspirasi (Ngatisyah, 2005).
Kumpulan gejala yang terdiri dari frekuensi nafas bayi lebih dari 60x/i atau kurang dari 30x/i dan
mungkin menunjukan satu atau lebih dari gejala tambahan gangguan nafas (PONED, 2004) sebagai
berikut:
· Merintih
Menurut Petty dan Asbaugh (1971), definisi dan kriteria RDS bila didapatkan sesak nafas berat (dyspnea
), frekuensi nafas meningkat (tachypnea), sianosis yang menetap dengan terapi oksigen, penurunan
daya pengembangan paru, adanya gambaran infiltrat alveolar yang merata pada foto thorak dan adanya
atelektasis, kongesti vascular, perdarahan, edema paru, dan adanya hyaline membran pada saat otopsi
( www.google.com ).
Menurut Murray et.al (1988) disebut RDS apabila ditemukan adanya kerusakan paru secara langsung
dan tidak langsung, kerusakan paru ringan sampai sedang atau kerusakan yang berat dan adanya
disfungsi organ non pulmonar (www.google.com).
Menurut Bernard et.al (1994) apabila onset akut, ada infiltrat bilateral pada foto thorak, tekanan arteri
pulmonal =18mmHg dan tidak ada bukti secara klinik adanya hipertensi atrium kiri, adanya kerosakan
paru akut dengan PaO2 : FiO2kurang atau sama dengan 300, adanya sindrom gawat napas akut yang
ditandai PaO2 : FiO2 kurang atau sama dengan 200, menyokong suatu RDS (www.google.com).
2. 2. 2 Etiologi
× Pneumonia
× Asfiksia
× Kelainan atau malformasi kongenital
× Pneumonia
× Asidosis
§ Hyaline Membrane Disease (HMD) berhubungan dengan kurangnya masa gestasi (bayi prematur)
§ Transient Tachypnoe of the Newborn (TTN) paru-paru terisi cairan, sering terjadi pada bayi caesar
karena dadanya tidak mengalami kompresi oleh jalan lahir sehingga menghambat pengeluaran cairan
dari dalam paru.
§ Infeksi (Pneumonia),
§ Sindroma Aspirasi,
§ Hipoplasia Paru,
§ Hipertensi pulmonal,
§ Pleural Effusion,
Luar traktus respiratoris: kelainan jantung kongenital, kelainan metabolik, darah dan SSP.
Etiologi (Faktor Predisposisi)
Penyebab kelainan ini secara garis besar adalah kekurangan surfaktan, suatu zat aktif pada alveoli yang
mencegah kolaps paru. RDS seringkali terjadi pada bayi prematur, karena produksi surfaktan, yang
dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, baru mencapai jumlah cukup menjelang cukup bulan. Makin
muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadinya RDS. Kelainan merupakan penyebab
utama kematian bayi prematur.
Bila bayi mengalami sesak napas begitu lahir atau 1-2 hari kemudian, biasanya disebabkan adanya
kelainan jantung atau paru-paru. Hal ini bisa terjadi pada bayi dengan riwayat kelahiran normal atau
bermasalah, semisal karena ketuban pecah dini atau lahir premature
Kelainan bawaan/kongenital ini pun paling banyak ditemui pada bayi. Gejalanya, napas sesak dan napas
berbunyi "grok-grok". Kelainan ini terjadi karena adanya hubungan antara jalan napas dengan jalan
makanan/esophagus. Kelainan ini dinamakan dengan trackeo esophageal fistula.
Ada juga penyakit-penyakit kelainan perinatologi yang didapat saat kelahiran. Misalnya stres pada janin,
ketuban jadi keruh dan air ketuban ini masuk ke paru-paru bayi.
Penyebabnya biasanya karena ada kelainan pada jalan napas, yaitu penyempitan trakea. Ini dikarenakan
adanya pembesaran kelenjar thymus.
5. Kelainan pembuluh darah.
Kelainan yang gejalanya seperti mendengkur atau napasnya bunyi (stridor), yang dinamakan dengan
vascular ring. Yaitu, adanya pembuluh darah jantung yang berbentuk seperti cincin (double aortic arch)
yang menekan jalan napas dan jalan makan.
6. Tersedak makanan.
7. Infeksi.
Bila anak mengalami ISPA (Infeksi saluran Pernapasan Akut) bagian atas, semisal flu harus ditangani
dengan baik.
2. 2. 3 Patofisiologi
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih
kecil sehingga sulit berkembang, pengembangan kurang sempurna karena dinding thorax masih lemah,
produksi surfaktan kurang sempurna.
Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal
tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance)
menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi
hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik.
Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein , lipoprotein ini berfungsi
menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang.
Secara makroskopik, paru-paru tampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh
sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi,
adanya atelektasis yang luas dari rongga udara bagian distal menyebabkan edem interstisial dan
kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi
duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya
atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan toksisitas oksigen, menyebabkan
kerusakan pada endothelial dan epithelial sel jalan napas bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi
matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu
setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36-72 jam
setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit
yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut
menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD).
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat yang disebut
surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas disebut sel pnemosit tipe II.
Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max pada minggu ke 35. Zat ini
terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein (10%).
Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan
mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan
terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.
1. Oksigenasi jaringan menurun → metabolisme anerobik dengan penimbunan asam laktat asam
organic → asidosis metabolik.
2. Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris → transudasi kedalam alveoli → terbentuk
fibrin → fibrin dan jaringan epitel yang nekrotik → lapisan membrane hialin.
Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantun, penurunan aliran darah keparum, dan
mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang menyebabkan terjadinya atelektasis.
Sel tipe II ini sangat sensitif dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada periode perinatal, dan
kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine seperti hipertensi, IUGR dan kehamilan
kembar.
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru.
Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala klinis yang ditujukan.
Menurut Surasmi, dkk (2003) tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai berikut :
2. Pernafasan dangkal
3. Mendengkur
4. Sianosis
5. Pucat
6. Kelelahan
Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel dan selanjutnya
menyebabkan bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga menghambat fungsi surfaktan.
Gejala klinis yang timbul yaitu : adanya sesak napas pada bayi prematur segera setelah lahir, yang
ditandai dengan takipnea (> 60 x/menit), pernapasan cuping hidung, grunting, retraksi dinding dada, dan
sianosis, dan gejala menetap dalam 48-96 jam pertama setelah lahir.
§ Grunting ekspiratoar
§ Nasal flaring
Pada bayi extremely premature (berat badan lahir sangat rendah) mungkin dapat berlanjut apnea, dan
atau hipotermi. Pada RDS yang tanpa komplikasi maka surfaktan akan tampak kembali dalam paru pada
umur 36-48 jam. Gejala dapat memburuk secara bertahap pada 24-36 jam pertama. Selanjutnya bila
kondisi stabil dalam 24 jam maka akan membaik dalam 60-72 jam. Dan sembuh pada akhir minggu
pertama.
Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu:
a. Stadium 1 :
b. Stadium 2 :
Ø Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran airbronchogram udara
terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi bayangan jantung dengan penurunan aerasi
paru.
c. Stadium 3 :
Ø Kumpulan alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih opaque dan
bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih luas.
d. Stadium 4 :
Ø Seluruh thorax sangat opaque (white lung) sehingga jantung tak dapat dilihat.
2. 2. 5 Klasifikasi
Gangguan Nafas Ringan 60-90 kali/ menit Tanpa tarikan dinding dada
atau merintih saat ekspirasi
atau sianosis sentral
2. 2. 6 Komplikasi
b. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya perubahan
jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul karena tindakan invasiv seperti pemasangan
jarum vena, kateter, dan alat respirasi.
c. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan
frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
d. PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi bayi dengan RDS
terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya.
a. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD) merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan pemakaian
oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume dan
tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan
defisiensi vitamin A.
b. Retinopathy premature, kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan
dengan masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.
2. 2. 7 Penatalaksanaan
Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) dan Surasmi,dkk (2003) tindakan untuk mengatasi masalah
kegawatan pernafasan meliputi :
5. Mencegah hipotermia.
a. Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan bila bayi tidak
dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa 5 %
Setelah menajemen umum, segera dilakukan menajemen lanjut sesuai dengan kemungkinan penyebab
dan jenis atau derajat gangguan nafas. Menajemen spesifik atau menajemen lanjut:
Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan napas ringan pada waktu lahir tanpa gejala-gejala
lain disebut “Transient Tacypnea of the Newborn” (TTN). Terutama terjadi setelah bedah sesar. Biasanya
kondisi tersebut akan membaik dan sembuh sendiri tanpa pengobatan. Meskipun demikian, pada
beberapa kasus. Gangguan napas ringan merupakan tanda awal dari infeksi sistemik.
· Lakukan pemberian O2 2-3 liter/ menit dengan kateter nasal, bila masih sesak dapat diberikan O2 4-5
liter/menit dengan sungkup
· Jika ada tanda berikut, berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin) untuk terapi kemungkinan
besar sepsis.
- Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban pecah dini (> 18 jam)
· Bila suhu aksiler 34- 36,5 ˚C atau 37,5-39˚C tangani untuk masalah suhu abnormal dan nilai ulang
setelah 2 jam:
- Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada perbaikan, berikan antibiotika untuk
terapi kemungkinan besar seposis
- Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal ulangi tahapan tersebut
diatas.
· Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam
· Apabila bayi tidak menunjukan perbaikan atau tanda-tanda perburukan setelah 2 jam, terapi untuk
kemungkinan besar sepsis
· Bila bayi mulai menunjukan tanda-tanda perbaikan kurangai terapi o2secara bertahap . Pasang pipa
lambung, berikan ASI peras setiap 2 jam. Jika tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan memakai
salah satu cara pemberian minum.
· Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi kembali tampak
kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minum baik dan tak ada alasan bayi tatap tinggal di
Rumah Sakit bayi dapat dipulangkan.
· Bila dalam pengamatan ganguan nafas memburuk atau timbul gejala sepsis lainnya. Terapi untuk
kemungkinan kesar sepsis dan tangani gangguan nafas sedang dan dan segera dirujuk di rumah sakit
rujukan.
· Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu
cara alternatif pemberian minuman.
· Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas. Hentikan pemberian O2
jika frekuensi napas antara 30-60 kali/menit.
Penatalaksanaan medis:
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:
· Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan caiaran paru
· Fenobarbital
· Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen
· Metilksantin (teofilin dan kafein) untuk mengobati apnea dan untuk pemberhentian dari
pemakaian ventilasi mekanik. (cusson,1992)
· Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam pengobatan RDS adalah
pemberian surfaktan eksogen (derifat dari sumber alami misalnya manusia, didapat dari cairan amnion
atau paru sapi, tetapi bisa juga berbentuk surfaktan buatan)
2. 2. 8 Pendidikan Kesehatan
Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada bayi resiko tinggi adalah
mencegah terjadinya kelahiran prematur, mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan
indikasi medis, melaksanakan manajemen yang tepat terhadap kehamilan dan kelahiran bayi resiko
tinggi.
A. Pengkajian
d. Bila penyakit berlanjut ; lemah dan lesu, tidak responsif, sering mengalami episode apnea,
penurunan fungsi nafas, gangguan termoregulasi
e. Penyakit yang berat berhubungan dengan hal berikut ; keadaan seperti syok, penurunan curah
jantung, rendahnya tekanan darah sistemik.
Sesak nafas (takipnea) Cyanosis, nafas cepat, tampak pucat, hasil pemeriksaan AGD PaO2 menurun,
PaCO2 meningkat, PH menurun, kerusakan pertukaran gas.
Dyspnea ada perubahan frekwensi nafas, terdengar ronchi hampir seluruh paru, tampak infiltrat
alveolar bersihan jalan nafas tidak efektif, gelisah dan resiko terhadap cedera.
Pengkajian Fisik
a) Refleks
1. Refleks moro adalah reflek memeluk pada saat bayi dikejutkan dengan tangan. Reflek moro (+)
ditandai dengan ketika dikejutkan oleh bunyi yang keras dan tiba – tiba bayi beraksi dengan
mengulurkan tangan dan tungkainya serta memanjangkan lehernya.
2. Refleks menggenggam (+) tapi lemah, ditandai dengan membelai telapak tangan, bayi
menggenggam tangan gerakan tangan lemah.
3. Refleks menghisap (+) ditandai dengan meletakan tangan pada mulut bayi, bayi menghisap jari,
hisapan lemah.
4. Refleks rooting (-) ditandai dengan bayi tidak menoleh saat tangan ditempelkan di pipi bayi.
5. Refleks babynsky (+) ditandai dengan menggerakan ujung hammer pada bilateral telapak kaki.
b) Tonus otot
Ø Gerakan bayi sangat lemah tetapi pergerakan bayi aktif ditandai dengan bayi sering menggerek-
gerakan tangan dan kakinya.
Pengkajian fisik pada bayi dan anak dengan kegawatan nafas dapat dilihat dari penilaian fungsi respirasi
dan penilaian fungsi kardiovaskuler. Penilaian fungsi respirasi meliputi:
1. Frekuensi Nafas
Takhipneu adalah manifestasi awal distress pernafasan pada bayi. Takhipneu tanpa tanda lain berupa
distress pernafasan merupakan usaha kompensasi terhadap terjadinya asidosis metabolik seperti pada
syok, diare, dehidrasi, ketoasidosis, diabetikum, keracunan salisilat, dan insufisiensi ginjal kronik.
Frekuensi nafas yang sangat lambat dan ireguler sering terjadi pada hipotermi, kelelahan dan depresi
SSP yang merupakan tanda memburuknya keadaan klinik.
Meningkatnya usaha nafas ditandai dengan respirasi cuping hidung, retraksi dinding dada, yang sering
dijumpai pada obstruksi jalan nafas dan penyakit alveolar. Anggukan kepala keatas, merintih, stridor dan
akspansi memanjang menandakan terjadi gangguan mekanik usaha pernafasan.
Pada keadaan perfusi dan hipoksemia, warna kulit tubuh terlihat berbecak (mottled), tangan dan kaki
terlihat kelabu, pucat dan teraba dingin.
Adanya sinus tachikardi merupakan respon umum adanya stress, ansietes, nyeri, demam, hiperkapnia,
dan atau kelainan fungsi jantung.
b) Kualitas nadi
Pemeriksaan kualitas nadi sangat penting untuk mengetahui volume dan aliran sirkulasi perifer nadi
yang tidak adekuat dan tidak teraba pada satu sisi menandakan berkurangnya aliran darah atau
tersumbatnya aliran darah pada daerah tersebut. Perfusi kulit yang memburuk dapat dilihat dengan
adanya bercak, pucat dan sianosis.
- Blancing skin test, caranya dengan meninggikan sedikit ekstremitas dibandingkan jantung kemudian
tekan telapak tangan atau kaki tersebut selama 5 detik, biasanya tampak kepucatan. Selanjutnya
tekanan dilepaskan pucat akan menghilang 2-3 detik.
Gangguan fungsi serebral awalnya adalah gaduh, gelisah diselingi agitasi dan latergi. Pada iskemia otak
mendadak selain terjadi penurunan kesadaran juga terjadi kelemahan otot, kejang dan dilatasi pupil.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik meliputi pemeriksaan darah, urine, dan glukosa darah (untuk mengetahui
hipoglikemia). Kalsium serum (untuk menentukan hipokalsemia), analisis gas darah arteri dengan
PaO2 kurang dari 50 mmHg dan PCO2 diatas 60 mmHg , peningkatan kadar kalium darah, pemeriksaan
sinar-X menunjukan adanya atelektasis, lesitin/spingomielin rasio 2:1 mengindikasikan bahwa paru
sudah matur, pemeriksaan dekstrostik dan fosfatidigliserol meningkat pada usia kehamilan 33 minggu.
1. Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan, defisiensi surfaktan, atelektasis
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas oleh penumpukan lendir, reflek batuk.
4. Konflik peran orang tua b/d home care anak dengan kebutuhan khusus.
C. NANDA, NOC, NIC
· Hipoventilasi sindrom
· Nyeri
· Kecemasan
· Disfungsi Neuromuskuler
· Kerusakan persepsi/kognitif
· Imaturitas Neurologis
2 Bersihan jalan nafas tidak efektif a. Status pernapasan : Kepatenan jalan napas Airway suction
b/d obstruksi jalan nafas oleh
Indikator : · Auskultasi suara nafas
penumpukan lendir, reflek batuk.
suctioning.
ü Pernapasan 16-24x/i
· Informasikan pada klie
ü Irama pernpasan normal
Definisi : suctioning
ü Kedalaman inspirasi (batasan normal)
Ketidakmampuan untuk · Minta klien nafas dala
membersihkan sekresi atau ü Tidak ada suara napas tambahan dilakukan.
obstruksi dari saluran pernafasan
· Berikan O2 dengan me
untuk mempertahankan kebersihan ü Tidak terjadi dipsnea memfasilitasi suksion na
jalan nafas.
ü Tidak terlihat penggunaan otot bantu napas · Gunakan alat yang ste
tindakan
ü Tidak ada batuk
Batasan Karakteristik : · Anjurkan pasien untuk
ü Akumulasi sputum tidak ada
setelah kateter dikeluark
· Dispneu, Penurunan suara nafas
· Monitor status oksige
· Orthopneu
b. Status pernapasan : Ventilasi
· Ajarkan keluarga baga
· Cyanosis
Indikator : suksion
· Kelainan suara nafas (rales,
ü Pernapasan dalam batas normal · Hentikan suksion dan
wheezing)
pasien menunjukkan bra
ü Irama pernapasan (batasan normal)
· Kesulitan berbicara saturasi O2, dll.
ü Kedalaman inspirasi (batasan normal)
· Batuk, tidak efekotif atau tidak
ada ü Bunyi perkusi (batasan normal)
Airway Management
· Mata melebar ü Tidal volum (batasan normal)
· Buka jalan nafas, gua
· Produksi sputum ü Kapasitas vital (batasan normal) jaw thrust bila perlu
· Kelemahan otot yang digunakan c. Status gizi: Asupan gizi · Kaji kemampuan pas
untuk menelan/mengunyah nutrisi yang dibutuhkan
Indikator :
· Luka, inflamasi pada rongga
ü Asupan kalori adekuat
mulut
Nutrition Monitoring
ü Asupan protein adekuat
· Mudah merasa kenyang, sesaat
· BB pasien dalam batas
setelah mengunyah makanan ü Asupan lemak adekuat
· Monitor adanya penu
· Dilaporkan atau fakta adanya ü Asupan serat adekuat
kekurangan makanan · Monitor tipe dan juml
ü Asupan vitamin dan mineral adekuat
dilakukan
· Dilaporkan adanya perubahan
ü Asupan zat besi, kalsium dan sodium adekuat
sensasi rasa · Monitor interaksi anak
makan
· Perasaan ketidakmampuan
untuk mengunyah makanan d. Kontrol berat badan · Monitor lingkungan se
4 Konflik peran orang tua b/d home a. Tingkatan kecemasan Kurangi Kecemasan
care anak dengan kebutuhan
b. Koping keluarga § Gunakan pendekatan
khusus.
tenang
c. Tampilan peran
§ Nyatakan harapan yan
d. Pengetahuan tentang perawatan anak
Definisi :
§ Jelaskan semua prose
Kebingungan peran dan konflik
§ Berikan pengertian te
pengalaman orang tua dalam
dalam situasi penuh stre
menanggapi
§ Berikan informasi tent
dan prognosis
Batasan karakteristik :
§ Temani klien untuk ke
· Ansietas ketakutan