Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. Y DENGAN “ANTENATAL CARE”


DI PUSKESMAS KUPANG KOTA

OLEH :

FEMI MARIANA TAFUI, S.Kep


NIM. 66702821

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2022
A. KONSEP ANTENATAL CARE
1. Definisi
Antenatal Care (ANC) ialah perawatan fisik mental sebelum persalinan atau masa
hamil. ANC bersifat preventif care dan bertujuan mencegah hal-hal yang kurang baik bagi
ibu dan anak (Purwaningsih & Fatmawati, 2010). Antenatal Care adalah perawatan yang
dilakukan atau diberikan kepada ibu hamil mulai dari saat awal kehamilan hingga saat
persalinan (Rahmatullah, 2016).
Antenatal Care (ANC) adalah suatu pelayanan yang diberikan oleh perawat kepada
ibu hamil, seperti pemantauan kesehatan secara fisik, psikologis, termasuk pertumbuhan
dan perkembangan janin serta mempersiapkan proses persalinan dan kelahiran supaya ibu
siap menghadapi peran baru sebagai orang tua (Wagiyo & Putrono, 2016).
2. Tujuan Antenatal Care
Tujuan antenatal care untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau
janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan dini komplikasi
kehamilan.(Kemenkes RI, 2018). Tujuan asuhan keperawatan antenatal adalah mendeteksi
secara dini risiko komplikasi yang mungkin dialami ibu selama hamil, mencegah
komplikasi selama hamil, memantau kesehatan ibu dan janin, membantu dan
memfasilitasi proses adptasi yang terjadi sehingga ibu dapat beradaptasi dengan
perubahan fisik dan peran barunya, menginformasikan kunjungan ulang, menentukan usia
kehamilan dan perkiraan persalinan, menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan
perinatal (Manurung, Tutiany, & Suryati, 2011).
3. Tanda Dan Gejala
1. Trimester 1
a) Morning sickness, mual, muntah.
b) Pembesaran payudara
c) Sering buang air kecil
d) Konstipasi atau sembelit
e) Sakit kepala
f) Kram perut
g) Serung meludah.
h) Peningkatan berat badan
2. Trimester 2
a) Perut semakin membesar
b) Rasa panas di perut
c) Pertumbuhan rambut dan kuku lebih cepat
d) Sakit perut bagian bawah
e) Pusing
f) hidung dan gusi berdarah
g) Perubahan kulit
h) perubahan payudara
i) sedikit pembengkakan.
3. Trimester 3
a) Sakit bagian tubuh belakang
b) Konstipasi
c) Gangguan pernapasan
d) Sering BAK
e) Varises
f) Kontraksi perut
g) Bengkak
h) Kram pada kaki
4. Patofisiologi
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dan indung telur atau
oviduk yang ditangkap oleh umbal-umbal (vimbrac) dan masuk ke dalam sel telur, waktu
pertumbuhan, cairan sperma, tumpah kedalam vagina dan berjuta-juta sel mati (sperma)
bergerak mengikuti rongga Rahim, lalu masuk ke saluran telur. Pembuahan sel telur
sperma biasanya terjadi dibagian yang mengembang oleh tuba palopi. Disekitar sel telur
hanya berkumpul sprema yang mengeluarkan ragi untuk mencairkan zat-zat yang
melindungi ovum. Kemudian pada tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah salah
satu sel sperma dan kemudian bersatu dnegan sel telur ini disebut pembuahan. Ovum yang
telah dibuahi ini segera membelah diri smabil bergerak (oleh rambut getar tuba) menuju
ruang Rahim, peristiwa ini disebut midasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi
diperluakn waktu 6-7 hari. Untuk menyumplai darah ke sel-sel makanan, untuk janin
disiapkan ari (plasenta).
Pathway

Perubahan pada ibu hamil

Trimester I Trimester II Trimester III

konsepsi Sistem musculoskeletal


Uterus membesar
implantasi
Desakan pembesaran rahim Masa abdomen

kehamlan
Janin berkembang Penekanan saraf lumbal

Hormon HCG
Meransang resptor Nyeri(histamin
Penekanan pada VU
e,prostaglandin,bradikinin
Mual dan Muntah
Gangguan Rasa Nyaman Impuls nyeri ke otak

Nousea
Nyeri Akut
5. Jadwal kunjungan antenatal care
Program pelayanan kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan pemeriksaan kehamilan minimal empat kali selama masa kehamilan.
Pemeriksaan kehamilan sesuai dengan frekuensi minimal di tiap trimester, yaitu minimal
satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), minimal satu kali pada
trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal dua kali pada trimester
ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan) (Kemenkes RI, 2018). Ibu hamil
melakukan kunjungan antenatal care minimal empat kali yaitu :
1. Kunjungan pertama/K1 (Trimester I)
K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil pada masa kehamilan ke pelayanan
kesehatan. Pemeriksaan pertama kehamilan diharapkan dapat menetapkan data dasar
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim dan
kesehatan ibu sampai persalinan. Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut: anamnesa,
pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan khusus obstetri, penilaian risiko kehamilan,
menentukan taksiran berat badan janin, pemberian imunisasi TT1, KIE pada ibu
hamil, penilaian status gizi, dan pemeriksaan laboratorium (Wagiyo & Putrono,
2016).
2. Kunjungan kedua/K2 (Trimester II)
Pada masa ini ibu dianjurkan untuk melakukan kujungan antenatal care minimal satu
kali. Pemeriksaan terutama untuk menilai risiko kehamilan, laju pertumbuhan janin,
atau cacat bawaan. Kegiatan yang dilakukan pada masa ini adalah anamnesis keluhan
dan perkembangan yang dirasakan ibu, pemeriksaan fisik, pemeriksaan USG,
penilaian risiko kehamilan, KIE pada ibu, dan pemberian vitamin (Wagiyo &
Putrono, 2016).
3. Kunjungan ketiga dan ke-empat/K3 dan K4 (Trimester III)
Pada masa ini sebaiknya ibu melakukan kunjungan antenatal care setiap dua minggu
sampai adanya tanda kelahiran. Pada masa ini dilakukan pemeriksaan: anamnesis
keluhan dan gerak janin, pemberian imunisasi TT2, pengamatan gerak janin,
pemeriksaan fisik dan obstetri, nasihat senam hamil, penilaian risiko kehamilan, KIE
ibu hamil, pemeriksaan USG, pemeriksaan laboratorium ulang (Wagiyo & Putrono,
2016).
6. Langkah-langkah dalam perawatan kehamilan atau Antenatal Care
Pelayanan antenatal dalam penerapan operasionalnya dikenal dengan standar minimal “10
T” yang terdiri dari :
a. Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan
Pengukuran tinggi badan cukup satu kali waktu kunjungan pertama. Bila tinggi badan
< 145 cm, maka factor resiko panggul sempit, kemungkinan sulit melahirkan secara
normal. Sedangkan penimbangan berat Berat Badan setiap kali periksa. Sejak bulan
ke- 4 pertambahan berat badan paling sedikit 1kg/bulan (Buku KIA 2016).
b. Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah normal 120/80 mmhg. Bila tekanan darah lebih besar atau sama dengan
140/90 mmhg ada factor resiko hipertensi (Tekanan darah Tinggi) dalam kehamilan
(Buku KIA 2016).
c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Bila < kurang dari 23,5 cm menunjukan ibu hamil menunjukan ibu hamil Kurang
Energi Kronis ((ibu hamil KEK) dan beresiko melahirkan bayi Berat Badan Rendah
(BBLR) (Buku KIA 2016).
d. Pengukuran Tinggi Rahim
Pengukuran tinggi rahim berguna untuk melihat pertumbuhan janin apakah sesuai
dengan usia kehamilan (Buku KIA 2016).
Pengukuran TFU dengan menggunakan pita ukuran
Tinggi Fundus Uteri (TFU) Umur Kehamilan dalam Bulan
20 5 Bulan
23 6 Bulan
26 7 Bulan
30 8 Bulan
33 9 Bulan
Sumber : Wirakusumah dkk (2012)
Pengukuran TFU dengan menggunakan jari
TFU Usia Kehamilan
1/3 diatas simfisis atau 3 jari diatas 12
simfisis
½ simfisis-pusat 16
2/3 diatas simfisis atau 3 jari dibawah 20
pusat
Setinggi pusat 24
1/3 diatas pusat atau 3 jari diatas pusat 28
½ pusat-procesus xipoideus 34
Setinggi procesus xipoideus 36
2 jari dibawah procesus xipoideus 40
Sumber : Walyani, 2015
Selain itu dilakukan juga dilakukan pemeriksaan untuk menentukan usia kehamilan
dapat dilakukan dengan 4 cara manuver leopold yaitu (Manuaba (2010):
Leopold I:
Untuk menemukan presentasi dengan cara mengidentifikasi bagian tubuh fetus apa
yang berada di fundus dan daerah pelvik.
Caranya: Menghadap ke kepala pasien, gunakan jari-jari kedua tangan mempalpasi
fundus uteri. Jika kepala yang berada di fundus maka akan terassa keras, bulat dan
melenting. Jika bokong teraba difundus, maka akan terasa lembut, tidak bulat dan
gerakan kurang.
Leopold II
Untuk menemukan posisi janin (punggung janin).
Caranya: Menghadap pada kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua sisi
abdomen. Letakkan tangan pada satu sisi dan tangan lain mempalpasi sisi yang
berbeda untuk menemukan bagian punggung janin. Jika punggung akan teraba
cembung dan resisten.
Leopold III:
Untuk mengidentifikasi bagian apa dari janin yang dekat dengan daerah pelvik.
Caranya: Letakkan 3 jari pertama tangan yang dominan pada sisi abdomen di atas
simpisis pubis dan minta pasien menarik napas panjang dan menghembuskannya. Pada
saat mengeluarkan napas, gerakkan tangan turun perlahan dan menekan sekitar daerah
tersebut. Jika kepala akan teraba keras, bulat, dan bergerak jika disentuh. Jika bokong
akan teraba lembut dan tidak beraturan.
Leopold IV
Untuk mengidentifikasi bagian yang menonjol dari bagian terendah janin masuk ke
pintu atas panggul.
Caranya: Menghadap ke kaki pasien dengan lembut gerakan tangan turun ke sisi
abdomen mendekati pelvis sampai salah satu tangan merasakan bagian tulang yang
timbul. Ada 3 keadaan yaitu: Konvergen yaitu jika bagian yang masuk baru sebagian
kecil, sejajar yaitu jika bagian yang masuk baru setengah, divergen yaitu jika hampir
sebagian besar dari tubuh janin masuk ke dalam rongga panggul.
Perkiraan persalinan menggunakan rumus Naegele:
a. Hari +7, Bulan -3, Tahun +1 jika bulan HPHT bulan April s/d Desember
b. Hari +7, Bulan+9, Tahun Tetap jika bulan HPHT bulan Januari s/d Maret

Pemeriksaan panggul luar, dengan tujuan :

1. Mengetahui panggul seseorang normal atau tidak


2. Memudahkan dalam mengambil tindakan selanjutnya
3. Mengetahui bentuk atau keadaan panggul seseorang.

Pemeriksaan panggul dilakukan:

1. Pada pemeriksaan pertama kali bagi ibu hamil.


2. Pada ibu yang pernah melahirkan bila ada kelainan pada persalinan yang lalu.
3. Ibu yang akan bersalin bila sebelumnya belum pernah memeriksakan diri terutama
pada primipara.

Ukuran-ukuran luar yang terpenting:

1. Distansia spinarum : jarak antara spina illiaka anterior superior kanan dan kiri
( normal: 23-26 cm).
2. Distansia cristarum : jarak yang terpanjang antara crista illiaca kanan dan kiri
(normal: 26-29).
3. Conjugata eksterna : (Boudelocque) : jarak antara pinggir atas simpisis dan ujung
prosessus spinosus (ruas tulang lumbal ke lima) (normal: 10-20 cm).
4. Lingkar panggul : jarak dari pinggir atas simpisis melalui spina illiaca anterior
superior kanan ke pertengahan trochanter mayor kanan ke pertengahan trochanter
mayor kiri ke pertengahan spina illiaca anterior superior kiri kemudian kembali ke
atas simpisis (normal : 80-90 cm).
e. Penentuan Letak Janin (Presentase janin) dan perhitungan Denyut Jantung Janin.
Apabila Trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala belum masuk
panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau ada masalah lain. Bila denyut jantung
kurang dari 120 kali/menit menujukan ada tanda GAWAT JANIN, SEGERA RUJUK
(Buku KIA 2016).
f. Penentuan Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Penentuan Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) oleh petugas untuk selanjutnya
bilamana diperlukan mendapatkan suntikan Tetanus Toksoid sesuai anjuran petugas
kesehatan untuk mencegah Tetanus pada Ibu dan Bayi (Buku KIA 2016).

Tabel rentang waktu pemberian imunisasi TT dari lama perlindungannya.


Imunisasi
TT Selang waktu Minimal Lama perlindungan

TT 1 Langkah awal pemben tukan


kekebalan tubuh terhadap
penyakit Tetanus

TT 2 1 Bulan setelah TT 1 3 Tahun

TT 3 6 Bulan setelah TT 2 5 Tahun

TT 4 12 Bulan setelah TT 3 1 Tahun

TT 5 12 Bulan setelah TT 4 >25 Tahun

g. Pemberian Tablet Tambah Darah


Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah darah setiap hari minimal
selama 90 hari. Tablet tambah darah diminum pada malam hari untuk mengurangi rasa
mual (Buku KIA 2016).
h. Tes Laboratorium
1) Tesgolongan darah untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila diperlukan
2) Tes haemoglobin untuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah (Anemia).
3) Tes pemeriksaan urine (air kencing).
4) Tes pemeriksaan darah lainnya, seperti HIV dan sifilis, sementara pemeriksaan
malaria dilakukan di daerah endemis (Buku KIA 2016).
i. Konseling atau Penjelasan
Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan kehamilan, pencegahan
kelaianan, persalinan dan inisiasi menyusui dini (IMD), ASI eksklusif, Keluarga
Berencana dan imunisasi pada bayi. Penjelasan ini diberikan secara bertahap pada saat
kunjungan hamil (Buku KIA 2016)
j. Tatalaksana atau mendapatkan pengobatan.
7. Tempat pelayanan Antenatal Care
Pelayanan antenatal care bisa didapatkan di Rumah Sakit, Puskesmas, Bidan Praktek
Swasta, Dokter Praktek Swasta, Posyandu. Pelayanan antenatal care hanya diberikan oleh
tenaga kesehatan dan bukan dukun bayi (Ika dan Saryono, 2010).
8. Cakupan Pelayanan Antenatal
Cakupan pelayanan antenatal adalah persentasi ibu hamil yang telah mendapatkan
pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja yang terdiri dari
cakupan K1 dan cakupan K4. Cakupan K1 adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali
mendapatkan pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Cakupan K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu (Departemen Kesehatan. 2014)
9. Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal care
Kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan antenatal care di pengaruhi oleh
beberapa faktor. Pembagian faktor yang memengaruhi perilaku kepatuhan ibu hamil
dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan guna melakukan antenatal care mencakup hal-
hal sebagai berikut (Rachmawati, Puspitasari, & Cania, 2017) :
1) Usia
Usia memengaruhi pola pikir seseorang. Ibu dengan usia produktif (20-35 tahun)
dapat berfikir lebih rasional dibandingkan dengan ibu dengan usia yang lebih muda
atau terlalu tua. Sehingga ibu dengan usia produktif memiliki motivasi lebih dalam
memeriksakan kehamilannya.
2) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang menentukan seberapa besar pengetahuan yang
dimilikinya. ibu hamil yang berpendidikan memiliki pemahaman yang lebih mengenai
masalah kesehatan sehingga memengaruhi sikap mereka terhadap kehamilannya
sendiri maupun pemenuhan gizinya selama hamil.
3) Status pekerjaan
Ibu hamil yang bekerja dengan aktivitas tinggi dan padat lebih memilih untuk
mementingkan karirnya dibandingkan dengan kesehatannya sendiri, sehingga sulit
untuk patuh dalam melakukan kunjungan ANC dibandingkan dengan ibu rumah
tangga yang memiliki waktu yang lebih luang untuk dapat mengatur dan
menjadwalkan kunjungan ANC secara optimal.
4) Paritas ibu hamil
Paritas adalah banyaknya jumlah kelahiran hidup yang dialami oleh seorang wanita.
Ibu dengan jumlah paritas yang tinggi tidak terlalu khawatir dengan kehamilannya lagi
sehingga menurunkan angka kunjungannya, sedangkan ibu dengan kehamilan pertama
merasa ANC merupakan sesuatu yang baru sehingga ibu memiliki motivasi yang lebih
tinggi dalam pelaksanaannya.
5) Pengetahuan ibu hamil
Sebagai indikator seseorang dalam melakukan suatu tindakan, pengetahuan
merupakan faktor penting yang memengaruhi motivasi ibu hamil untuk melakukan
kunjungan ANC. Bagi ibu dengan pengetahuan yang tinggi mengenai kesehatan
kehamilan menganggap kunjungan ANC bukan sekedar untuk memenuhi kewajiban,
melainkan menjadi sebuah kebutuhan untuk kehamilannya.
6) Sikap ibu hamil
Sikap ibu hamil terhadap layanan pemeriksaan kehamilan memengaruhi kepatuhannya
dalam melakukan kunjungan ANC. Sikap yang positif atau respon yang baik
mencerminkan kepeduliannya terhadap kesehatan diri dan janinnya sehingga dapat
meningkatkan angka kunjunan. Sedangkan, sikap yang negatif membuat ibu hamil
kehilangan motivasinya untuk melakukan kunjungan.
7) Jarak tempat tinggal
Semakin jauh jarak fasilitas kesehatan dari tempat tinggal ibu hamil serta semakin
sulit akses menuju ke fasilitas kesehatan akan menurunkan motivasi ibu hamil untuk
melakukan kunjungan ANC. Jauhnya jarak akan membuat ibu berfikir dua kali untuk
melakukan kunjungan karena akan memakan banyak tenaga dan waktu setiap
melakukan kunjungan. Ibu yang tidak menggunakan transportasi dan harus berjalan
kaki menuju ke tempat pelayanan kesehatan mayoritas memiliki angka kunjungan
kurang dari empat kali selama masa kehamilan.
8) Penghasilan keluarga
Ibu hamil dengan penghasilan keluarga yang rendah lebih memprioritaskan
pemenuhan kebutuhan pokok untuk keluarganya sehingga hal lain menjadi terabaikan,
termasuk kesehatan kehamilannya. Sehingga, semakin rendah penghasilan keluarga
maka semakin rendah angka kunjungan ibu ke fasilitas pelayanan ke sehatan untuk
memeriksakan kehamilannya.
9) Sarana media informasi
Media informasi yang mencakup informasi mengenai pentingnya pelayanan antenatal
pada ibu hamil dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasi ibu dalam melakukan
kunjungan. Edukasi melalui media biasanya menjadi salah satu cara yang dilakukan
oleh pemerintah untuk mengubah perilaku masyarakat dengan tingkat pendidikan dan
pengetahuan yang rendah. Media yang digunakan dapat berupa media cetak, seperti
leaflet, poster, koran, majalah, dan lain-lain ataupun media elektronik seperti televisi,
internet, dan lain-lain.
10) Dukungan suami
Sebagai calon seorang ayah, sikap suami terhadap ibu hamil, yang dalam hal ini
adalah istrinya, sangat menentukan rasa sayangnya terhadap kesehatan istri dan calon
anaknya. Melalui dukungan suami yang baik sebagai pendamping terdekat ibu,
semakin tinggi dorongan yang didapatkan ibu hamil untuk menjaga kehamilannya,
sehingga ibu termotivasi untuk melakukan kunjungan ANC.
11) Dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota
keluarganya. Sebagai lingkungan yang terdekat dengan ibu hamil, dukungan dari
keluarga memegang peranan penting dalam memengaruhi psikologi dan motivasi ibu
dalam melakukan perilaku kesehatan. Dengan dukungan yang baik dari keluarga, ibu
akan lebih memperhatikan kesehatan diri dan janinnya, yaitu dengan secara rutin
berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan ANC. Dukungan dari
keluarga dapat berupa bantuan, perhatian, penghargaan, atau dalam bentuk kepedulian
terhadap ibu hamil.
12) Faktor dukungan dari petugas kesehatan
Sikap petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan memengaruhi frekuensi
kunjungan ANC ibu hamil. Semakin baik sikap petugas kesehatan maka semakin
sering pula seorang ibu hamil menginjungi fasilitas kesehatan untuk memeriksakan
kehamilannya. Belum meratanya petugas kesehatan yang ada di daerah terpencil juga
dapat menurunkan akses ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian ibu pada masa kehamilan terdiri dari pengkajian riwayat menstruasi, riwayat
obstetri, riwayat kontrasepsi, riwayat penyakit dan operasi, dan riwayat kesehatan
(Ratnawati, 2017).
a. Biodata klien : nama klien dan suami, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, suku
bangsa, agama, alamat (Manurung et al., 2011).
b. Keluhan utama : anamnesa yang perlu diarahkan untuk menggali keluhan utama ibu
hamil, keluhan yang dirasakan oleh ibu tentang kehamilannya (Manurung et al., 2011)
c. Riwayat kesehatan keluarga : data ini meliputi penyakit keluarga yang bersifat
penyakit keturunan (asma, diabetes mellitus, haemophili, keturunan kembar) dan
penyakit kronis (Manurung et al., 2011)
d. Riwayat menstruasi : menarche, lama haid, siklus, jumlah darah haid, dismenorrhae,
keluhan haid (Manurung et al., 2011), hari pertama haid terakhir (HPHT) guna
menentukan taksiran persalinan (TP) (Ratnawati, 2017).
e. Riwayat obstetri : memberikan informasi mengenai kehamilan sebelumnya agar
perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan saat ini. Riwayat
obstetri pada kehamilan dan persalinan sebelumnya antara lain, gravida, para-abortus,
dan anak hidup (GPAH), berat badan bayi saat lahir dan usia gestasi, pengalaman
persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong persalinan, jenis anastesi
dan kesulitan persalinan, komplikasi maternal, komplikasi pada bayi, riwayat nifas
sebelumnya (Ratnawati, 2017).
f. Riwayat kontrasepsi : penggunaan KB yang lalu, beberapa kontrasepsi dapat berakibat
buruk pada janin, ibu atau keduanya. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahilan
dan berlanjut saat kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada
pembentukan organ janin (Ratnawati, 2017).
g. Riwayat pola hidup sehari-hari : data yang perlu dikaji pemenuhan kebutuhan
fisiologis dalam kehidupan sehari-hari selama periode kehamilan meliputi : kebutuhan
nutrisi, eliminasi, seksualitas, aktivitas dan istirahat tidur, imunisasi dan pola gaya
hidup (penggunaan zat adiktif, alkohol dan merokok) (Manurung et al., 2011).
h. Riwayat psikososial : pengaruh praktik budaya yang dijalankan oleh keluarga/klien
selama periode kehamilan, penerimaan keluarga terhadap kehamilan, penerimaan
keluarga terhadap kehamilan saat ini, perubahan gambaran diri sehubungan dengan
perubahan postur tubuh selama kehamilan (Manurung et al., 2011).
i. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum, kelainan bentuk badan serta kesadaran, keadaan vital sign.
2) Pemeriksaan
Muka: pigmentasi muka (kloasma grafidarum), conjunctiva (adakah anemis), sclera
(adakah ikterik), kelopak mata (apakah cekung?)
Leher: pigmentasi (apakah ada peningkatan), kelenjar tiroid dan paratiroid, vena
jugularis (apakah ada pembesaran?).
Dada: Keadaan paru-paru (inspeksi, palpasi pecusi, auskultasi), dypsnea, payudara
(apakah ada hiperpigmentasi, pembesaran?).
Perut: pigmentasi (linea nigra/ alba, strie, pemeriksaan leopold Mc Donald)
a) Leopold I : Menentukan TFU dan bagian janin dalam fundus
b) Leopold II : Menentukan batas samping rahim kanan kiri. Menentukan
c) Leopold III : Menentukan bagian terbawah janin
d) Leopold IV : Menentukan seberapa bagian bawah janin masuk PAP
Pemeriksaan penunjang : Urine, Darah : Hb, Ht, golongan darah, faeses, USG, pap
smear dan kultur getah serviks
2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut (D.0077)


2. Nousea (D.0076)
3. Gangguan rasa nyaman (D.0074)
3. Rencana Asuhan Keperawatan

No SDKI (D.0077) SLKI(L 080066) SIKI( 1.08238)


1. Nyeri akut Setelah di lakukan tindakan Majemen nyeri
keperawat an selama 1x30 Tingkat Observasi
nyeri menuru n dengan 1. Identifikasi
Kritiria hasil: lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kuali
1. Keluhan nyeri menurun. (5) tas,intensitas nyeri
2. Meringis menurun(5) 2. Identifikasi skala nyeri.
3. Sikap protektif menurun(5) 3. Identifikasi respon nyeri non verbal.
4. Gelisah menurun(5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
5. Kesulitan tidur menurun(5) memperingan nyeri.
6. Mual menurun(5( 5. Identifikasi pengetahuan dan keyaninan
7. Tekanan darah membaik(5) tentang nyeri.
8. Nafsu makan membaik(5) 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
Pola tidur membaik (5) respon nyeri
7. Moniitor keberhasilan terapi
komple menter yang sudah di berikan.
8. Monitor efek samping penggunaan analg
etik.
Terapeutik
9. Berikan teknik nonfarmokologis untuk m
engurangi rasa nyeri(mis. TENS,hipnosis
,akupresur,terapi musik,terapi pijat,komp
res hangat atau dingin,terapi bermain).
10. Kontrol lingkungan yang memperberat r
asa nyeri(mis.suhu
ruangan,percahayaan,kebisingan)
11. .Fasilitas istrahat dan tidur.
12. Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dal
am pemilihan strategi meredakan nyeri.
Edukasi
13. Jelaskan penyebab,periode dan pemicu
n yeri.
14. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
15. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri.
16. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat.untuk mengurangi rasa
nyeri.
17. Ajarkan teknik nonfarmokologis
Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian analgetik jika
perlu
2 SDKI (D.0076) SLKI(L.08065) SIKI(I.03117)
Nousea Setelah dilakukan tindakan Manajemen mual
keperawatan selama 1x30 menit Observasi
ingkat nosea menurun dengan 1. Identifikasi pengalaman mual
Kriteria hasil: 2. identifikasi isyarat nonverbal
1. Nafsu makan meningkat(5) ketidak nyamanan
2. Keluhan mual menurun(5) 3. Identifikasi dampak mual terhadap kualit
3. Perasaan ingin as hidup(mis.nafsu
muntah menurun(5) makan,aktivitas,kinerja,tanggung jawab
4. perasaan asam di peran,dan tidur)
mulut menurun (5) 4. Identifikasi faktor penyebab mual(mis.pe
5. Sensasi panas menurun(5) ngobatan dan prosedur)
6. Sensasi dingin menurun(5) 5. Identifikasi antiemetik untuk
7. Frekuensi menelan (5) mencegah mual(kecuali mual pada
khamilan)
6. Monitor mual(mis frekuensi,durasi,dan ti
ngkat keparahan)
7. Monitor asupan nutrisi dan kalori
Terapeutik
8. Kendalikan faktor lingkuang penyebab m
ual(mis.bau tak sedap,suara,dan ransanga
n visual yang tidak menyenangkan).
9. Kurangi atau hilangkan keadaan penyeba
b mual(mis.kecemasan,ketakutan,kelelah
an.
10. Berikan makanan dalam jumlah kecil
dan menarik.
11. Berikan makanan dingin,cairan bening,tida
k berbau dan tidak berwarna,jika perlu)
Edukasi
12. Anjurkan istirahat dan tidur yag cukup
13. Anjurkan sering membersihkan mulut,kec
uali jika meransang mual
14. Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat,dan rendah lemak
15. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmokolo
gis untuk menagatsi
mual(mis.biofeedback
,hipnosis,relaksasi,terapi musik,akupresur).
Kolaborasi
16. Kolaborasi pemberian antiemetik,jika
per lu.

3. SDKI (D.0074) SLKI(L.08064) SIKI( L.12425)


Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan keperawat Edukasi perawatan kehamilan
nyaman an selama 1x30 menit Status kenyam Observasi
anan meningkat dengan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Kriteria Hasil: me nerima informasi
1.Kesejahteraan fisik meningkat(5) 2. Identifikasi pengetahuan tentang
2.Kesejahteraan perawat an kehamilan
psikologis meningkat(5) Terapeutik
3.Dukungan sosial dari 3.sediakan materi dan media
kelurga meningkat(5) pendidikan kesehatan
4.Rileks meningkat(5) 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan
5.Keluhan tidak nyaman menurun(5) sesuai kesepakatan
6.Keluhan sulit tidur menurun(5) 5. Berikan kesempatan untuk bertanya.
7.Mual menurun(5) Edukasi
8.Lelah menurun(5) 6.jelaskan perubahan fisik dan psikologis ma
9.Pola hidup membaik(5) sa kehamilan
10.Pola tidur membaik(5) 7. jelaskan perkembangan janin
8. jelaskan ketidaknyamanan selama kehamil
an
9. Jelaskan kebutuhan nutrisi
kehamilan 10.jelaskan seksualitas masa
kehamilan
11. Jelaskan kebutuhan aktivitas dan istrahat
12.jelaskan tanda dan bahaya kehamilan
13. Jelaskan adaptasi siblings
14.jelaskan persiapan persalinan
15. jelaskan sistem dukungan selama kehamil
an
16. Jelaskan persiapan menyusui
17. Ajarkan cara mengatasi
ketidaknyamanan selama kehamilan
18. Ajarkan menejemen nyeri
persalinan 19.ajarkan cara perawatan
bayi
20. Anjurkan menerima peran baru
dalam keluarga
21. Anjurkan ibu rutin memeriksa kehamilan
nya

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang mencakup peningkatan kesehatan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping. (Ika dan Saryono, 2010).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan yang digunakan sebagai alat
untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan dan proses ini berlangsung terus
menerus yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang diinginkan (Ika dan Saryono,
2010). Ada tiga yang dapat terjadi pada tahap evaluasi, yaitu :
1. Masalah teratasi seluruhnya.
2. Masalah tidak teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2016. Pedoman Pelayanan dan Preeklampsia

Manuaba (2001). Kapita selecta penatalaksanaan turin obstetric ginekologi dan KB. Jakarta :
EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP
PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan keperawatan, edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, edisi 1. Jakara : DP PPNI

Anda mungkin juga menyukai