Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK (PKKA)


GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGEN PATOLOGIS SISTEM PERNAPASAN
DAN KARDIOVASKULER: ASFIKSIA

Dosen Pembimbing:
1. Ibu Hj. Sri Kusmiati, S.Kp., M.Kes.
2. Ibu Hj. Henny Cahyaningsih, SKp., M.Kes
3. Ibu Metia Ariyanti, M.Kep., Ns.Sp.Kep.An.
4. Ibu Nursyamsiah M.Kep

Disusun Oleh:
Shilva Chindy Nurfaridha
P17320121087
TINGKAT 2A

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


JURUSAN KEPERAWATAN
BANDUNG
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BANDUNG
2023
1. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Pengertian
Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai dengan
adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis.
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila
proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. Suatu
keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak bernapas secara
spontasn dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan
atau persalinan.
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan dimanan kegagalan nafassecara
spontan dan teratur segera setelah lahir. Perubahan-perybahan yangterjadi pasa
asfiksia antara lain hipoksia, hipervapma, dan asidosis metabolik (Muslihatun,
2011). Asfiksia pada bayi baru lahir (BBLR) menurut IDAI(Ikatan Dokter anak
Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan danteratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir (Prambudi, 2013).
Asfiksia berarti hipoksia yang progesif, penimbunan dan asidosis bila proses
ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak ataukematian.
Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ fital lainnya(Prawirohardjo,
2010).
B. Etiologi
Beberapa faktor yang diketahui menjadi penyebab dari asfiksia pada bayi
diantaranya adalah :
1) Faktor ibu
a) Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau
antensi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin
dengan segala akibatnya.
b) Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini
saling ditemukan pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak
pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi.
2) Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta, asfiksia janin dapat terjadi apabila terdapat gangguan mendadak
pada plasenta misalnya perdarahan plasenta, solusia plasenta, dsb
3) Faktor fetus
Kompresi umbilicus akan mengakibatkan terganggu nya aliran darah
dalam pembuluh darah umbifitus dan menghambat pertukaran gas antara
ibu dan janin, gangguan alirah darah ini dapat ditemukan dalam keadaan
tali pusat membumbung melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir
dan janin, dll
4) Faktor neonates
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena
beberapa hal yaitu pemakaian obat anastesi yang berlebihan pada ibu,
trauma yang terjadi pada persalinan misalnya perdarahan intracranial,
kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia atau
stenosis saluran pernafasan, hipoplasmia.
C. Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika
kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi
lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi
lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan
intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan
mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir,
alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan
ganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang
secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung
terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat
lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki
periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah
dan
kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi
terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara
spontan.
D. WOC

E. Manifestasi Klinis
Akibat dari hipoksia janin yang menimbulkan tanda sebagai berikut :
1. DJJ irreguler dan frekuensi >160 x/menit atau <100 x/menit. Pada keadaan
umum normal denyut janin berkisar antar 120-160 x/menit dan selama
his frekuensi ini bisa turun namun akan kembali normal setelah tidak ada his.
2. Terdapat meconium pada air ketuban pada letak kepala. Kekurangan O2
merangsang usus sehingga meconium keluar sebagai tanda janin asfiksia.
3. Pada pemeriksaan dengan amnioskopi didapatkan pH janin turun sampai
<7,2 karena asidosis menyebabkan turunnya pH.
Pada saat bayi lahir :
1. Bayi pucat dan kebiru-biruan
2. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
3. Hipoksia
4. Asidosis metabolik atau respiratori
5. Perubahan fungsi jantung
6. Kegagalan sistem multiorgan
7. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik,
kejang, nistagmus dan menangis kurang baik/tidak baik.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia dari :
a. Hb (normal 15-19 gr%), biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung
turun karena O2 dalam darah sedikit.
b. Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena
bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.
c. Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct).
d. Distrosfiks pada bayi preterm dengan pos asfiksi cenderung turun karena
sering terjadi hipoglikemi.
2. Nilai Analisa Gas Darah pada bayi post asfiksi terdiri :
a. pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis
metabolik.
b. pCO2 (normal 35 – 45 mmHg). Kadar pCO2 pada bayi post asfiksia
cenderung naik sering terjadi hiperapnea.
c. pO2 (normal 75-100 mmHg). Kadar pO2 bayi post asfiksia cenderung
turun karena terjadi hipoksia progresif.
d. HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
3. Urin
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
a. Natrium (normal 134-150 mEq/L)
b. Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
c. Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
4. Foto Thorax
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.
5. Penatalaksanaan
Tatalaksana nonmedis:
1. Tindakan Keperawatan
a. Bersihkan jalan napas : kepala bayi diletakkan lebih rendah agar
lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan laringioskop untuk
membantu penghisapan lendir dari saluran nafas yang lebih dalam
b. Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak
memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki
menekan tanda achiles.
c. Mempertahankan suhu tubuh.
2. Tindakan Khusus
a. Asfiksia berat: Berikan oksigen dengan tekanan positif dan intermiten
melalui pipa endotrakeal. dapat dilakukan dengan tiupan udara yang
telah diperkaya dengan oksigen. Tekanan O2 yang diberikan tidak
lebih dari 30 cmH2O. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan
massage jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum
80 – 100 x/menit.
b. Asfiksia sedang/ringan: Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir,
rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan
kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi
maksimal beri oksigen 1-2 l/mnt melalui kateter dalam hidung, buka
tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara
teratur 20x/menit. Penghisapan cairan lambung untuk mencegah
regurgitasi.
Tatalaksana medis:
1. Epinefrin
Indikasi :
a. Denyut jantung bayi < 60x/menit setelah paling tidak 30 detik
dilakukan ventilasi adekuat dan kompresi dada belum ada respon
b. Sistolik : Dosis : 0,1-o,3 ml/KgBB dgn cara IV atau endotakheal,
dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
2. Volume ekspander
Indikasi :
a. Bayi baru lahir yang dilahirkan resusitasi mengalami hypovolemia dan
tidak ada respon dengan resusitasi
b. Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinik
ditandai dengan adanya pucat perfusi buruk, nadi kecil / lemah dan
pada resusitasi tidak memberikan respons yang adekuat
c. Jenis cairan : Larutan NaCl 0,9%, RL) Dosis awal 10ml/KgBB IV
pelan 5-10 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan respon klinis
3. Bikarbonat
Indikasi :
a. Asidosis metabolic
b. Hiperkalemia
Dosis : 1-2 mEq/KgBB atau 2ml/KgBB (4,2%) atau 1ml/KgBB (7,4%)
Cara : diencerkan dengan aqua bidest dan destrosa 5% sama banyak
diberikan secara IV dengan kecepatan min 2 menit
4. Nalokson
Indikasi :
a. Depresi pernapasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan
narkotik 4 jam sebelum persalinan
b. Sebelum diberikan nalokson, ventilasi harus adekuat dan stabil
c. Jangan berikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai
pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan with drawl tiba tiba
pada sebagian bayi
Dosis : 0,1 mg/KgBB (0,4mg/ml atau 1mg/ml)
Cara : IV endotakheal atau bila perfusi baik diberikan IM atau SC
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian harus
dilakukan secara komperhensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial,
maupun spiritual. Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan
membuat data dasar klien. Metode utama yang dapat digunakan dalam
pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta
diagnostik (Asmadi, 2008). Menurut Riyadi & Sukarmin (2009), pengkajian yang
dilakukan pada bayi dengan asfiksia adalah sebagai berikut:
1. Data Identitas
Isi dari data identitas dapat berupa nama lengkap pasien yang akan
dirawat dirumah sakit agar tidak terjadi kesalahan pada saat memberikan
perawatan, alamat tinggal pasien (alamat tinggal orang tua pasien) bertujuan
untuk mengetahui bagaimana kondisi lingkungan rumah pasien apakah
bertempat tinggal di lingkungan banyak debu atau dingin yang bisa memicu
penyakit, tempat/tanggal lahir diisi sesuai dengan akta kelahiran/kartu
keluarga pasien, agama pasien sesuai akta kelahiran, nama lengkap ayah/ibu
yang akan menjadi penanggung jawab pasien selama di rumah sakit sesuai
dengan KTP, suku bangsa pasien untuk mengetahui budaya pasien, jenis
pekerjaa orangtua/penanggung jawab pasien, ijazah terakhir
orangtua/penanggung jawab, dan data lain yang diperlukan untuk
dokumentasi.
2. Keluhan Utama
Pada pasien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas. Bayi tidak
dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini
dapat terjadi karena hipoksia janin dalam uterus serta kurangnya kemampuan
fungsi organ bayi seperti pengembangan paru-paru sehingga dapat
menurunkan O2 dan semakin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Dwiendra, Maita, Saputri, & Yu;viana,
2015; EduNers, 2022).
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Menguraikan pengembangan dari keluhan utama yang dirasakan pasien,
tindakan yang sudah dilakukan pasien/keluarga untuk mengatasi keluhan
tersebut, sampai akhirnya pasien tiba di rumah sakit. Keluhan
dikembangkan/diuraikan secara PQRST yaitu:
P : Provokatif / paliatif (Penyebab yang memperberat dan memperingan
gejala) Q : Kualitas / kuantitas (dirasakan seperti apa, tampilannya, suaranya)
R : Region / radiasi (lokasi dan penyebarannya)
S : Severity scale (intensitasnya, pengaruh terhadap aktivitas)
T : Time (kapan keluhan tersebut muncul, berapa lama, dan bersifat tiba-tiba,
sering, atau bertahap).
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit masa lalu, tanyakan pada anak
maupun orangtuanya tentang penyakit yang pernah diderita anak, apakah
pernah sakit sebelumnya, apakah ada riwayat sakit infeksi saluran pernapasan
atas, apakah ada alergi terhadap hawa dingin, alergi debu, alergi asap rokok,
alergi bau-bauan bahan kimia, parfum, dan lain sebagainya. Riwayat
pengobatan yang pernah dilakukan untuk mengatasi penyakitnya, berobat
kemana, kapan, obat apa yang dipakai untuk mengatasi sakitnya, apakah obat
yang digunakan untuk mengobati asma saat ini (Marni, 2014).
Selain itu, ada juga data yang harus ditanyakan kepada keluarga pasien
mengenai
hal berikut ini:
1) Riwayat Kehamilan dan kelahiran menurut (Sulfianti et al., 2022) :
- Paritas
Paritas adalah kemampuan ibu untuk melahirkan bayi yang mampu
hidup diluar uterus (available). Ibu primi dan grande memiliki peluang
mengalami asfiksia neonatorum dibandingkan dengan multigravida.
Paritas pertama memiliki risiko besar mengalami asfiksia karena ibu
belum mempunyai pengalaman melahirkan dan penyulit persalinan
lebih mungkin terjadi pada multigravida. Kemudian grandemultipara
berhubungan dengan kemunduran fungsi organ reproduksi
- Usia Ibu
Usia yang paling aman adalah usia reproduksi sehat yaitu usia 20-35
tahun. Hal ini berkaitan dengan fungsi organ tubuh secara keseluruhan
dan organ reproduksi
- Hipertensi/pre-eklapsia selama kehamilan
Tekanan darah tinggi selama kehamilan menyebabkan kontriksi pada
vaskular sehingga menyebabkan gangguan suplai darah utreoplasenta
dan pada kondisi tertentu menyebabkan terjadinya hipoksia pada janin.
- Kadar Hemoglobin
Sel darah merah merupakan sel darah yang bertugas memfasilitasi
transportasi oksigen ke aliran darah. Kadar hemoglobin yang kurang
(anemia) akan menyebabkan konsumsi oksigen tidak terpenuhi
termasuk pada plasenta sehingga menyebabkan terjadinya hipoksia
pada janin. Selain itu minimnya kadar oksigen yang ditransportasikan
akan mengakibatkan penurunan dan gangguan pada pertumbuhan
dan
perkembangan plasenta. Sehingga kapasitas perfusi uteroplasenta
berkurang.
- Ketuban pecah dini (KPD)
Ibu yang mengalami komplikasi KPD mempunyai potensi 2,4 kali lipat
mengalami asfiksia neonatorum. Pecahnya selaput ketuban
mengakibatkan “barrier” antara janin dan dunia luas menjadi terbuka,
sehingga potensi terjadinya infeksi intrauterin lebih besar.
- Faktor usia kehamilan (prematur)
Usia kehamilan berkaitan dengan produksi surfaktan pada paruparu.
Surfaktan merupakan zat yang berperan mengurangi ketegangan
permukaan paru sehingga akan mengakibatkan alveoli kolaps pada saat
usaha napas menit pertama. Surfaktan diproduksi maksimal pada usia
kehamilan 35 minggu. Sehingga prematuritas merupakan faktor
penyebab asfiksia neonatorum.
- Berat bayi baru lahir
Bayi dengan berat badan lahir rendah mempunyai risiko mengalami
gangguan pernapasan termasuk asfiksia. Kekuatan otot pernapasan dan
tulang iga yang belum optimal bisa menyebabkan gangguan dalam
inspirasi dan ekspirasi, selain itu defisiensi surfaktan dapat
mengakibatkan adanya kolaps alveoli.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien dengan asfiksia seringkali didapatkan adanya riwayat penyakit
turunan, tetapi pada beberapa pasien lainnya tidak ditemukan adanya penyakit
yang sama pada anggota keluarga. Menurut Mendri (2016), kaji riwayat
kehamilan dan persalinan, dalam keluarga tidak ada keluarga atau saudara
bayi yang mengalami riwayat asfiksia neonatorum sebelumnya dan juga
biasanya faktor ibu meliputi Penyakit kronis, genetik, penyakit selama
kehamilan. persalinan pathologis, infeksi berat. kehamilan lebih bulan.
6. Riwayat Psikososial
Terdapat beberapa data yang dikaji misalnya adalah siapa yang
mengasuh anak, bagaimana hubungan anak dengan anggota keluarga,
bagaimana hubungan anak dengan teman sebaya, dan bagaimana pembawaan
anak secara umum apakah periang atau lebih banyak murung.
7. Riwayat Nutrisi
Data ini diisi tentang bagaimana pemberian asi, pemberian susu
formula, jumlah pemberian, cara pemberian, hingga pola perubahan nutrisi
tiap usia sampai nutrisi saat ini. Pada neonatus dengan asfiksia membatasi
intake oral, karena organ tubuh terutamalambung belum sempurna, selain itu
juga bertujuan untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumonia
8. Riwayat Spiritual
Dikaji bagaimana support system dalam keluarga dan kegiatan
keagamaan yang sudah diajarkan pada pasien.
9. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola makan dan minum, kaji frekuensi, jumlah, dan jenis asupan makanan
perhari, serta keluhan sebelum dan sesudah sakit.
b. Pola eliminasi, kaji tentang warna urine dan feses, frekuensi, konsistensi,
bau, serta keluhan sebelum dan sesudah sakit.
c. Pola istirahat dan tidur, kaji kualitas dan kuantitas tidur perhari serta
keluhan sebelum dan sesudah sakit.
d. Personal hygiene, kaji tentang kebiasaan melakukan personal hygiene
seperti mandi, gosok gigi, keramas, dan ganti pakaian sebelum dan
sesudah sakit.
10. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak nafas,
pergerakantremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada stadium
pertama. Tampak lemah, akral dingin, sianosis, tonus otot dan refleks
neonatus menurun, gerakan ekspansi dada berkurang dan lemahnya suara
napas, capillary refil time>3detik. Pada bayi yang mengalami kekurangan
oksigen akan terjadi pernapasan yang cepat dalam periode yang singkat.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernapasan akan berhenti, denyut
jantung mulai menurun, sedangkan tonus neuromuscular berkurang secara
berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apnea primer. Apabila
asfiksia berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan megap-megap yang
dalam, denyut jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai
menurun dan bayi akan terlihat lemas (Kuala, 2022).
b. TTV
Umumnya terjadi peningkatan respirasi
c. Kulit
Pada kulit biasanya terdapat sianosis. Kebiruan atau sianosis yang
diakibatkan oleh kurangnya kadar oksigen pada darah (Rahayu et al.,
2022).
d. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung,
sutura belummenutup dan kelihatan masih bergerak
e. Mata
Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya
f. Hidung
Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan
cuping hidung.
g. Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frek! ensi
pernafasan yang cepat. Terdapat retraksi dada sebagai tanda adanya
gangguan napas dimana saat tubuh kekurangan oksigen otot-otot
pernapasan bekerja secara paksa untuk bernapas (Rahayu et al., 2022).
h. Refleks
- Refleks Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)
- Refleks dan tonus otot menurun Saat bayi kekurangan oksigen akan
mengakibatkan pernapasan cepat dan bila terus berlanjut dapat
menimbulkan berhentinya gerakan pernapasan, denyut jantung
menurun, dan tonus neuromuscular berkurang (Legawati, 2018).
- Reficka leher (tonik neck reflek) pada bayi dalam keadaan tertidur
menunjukkan reflek dengan cepat putar kearah satu sisi respon yang
khas jika bayi menghadap kekiri lengan dan kaki pada sisi itu
sedangkan lengan dan tungkainya akan berada dalam posisi fleksi
(putar kepala kearah kanan dan ekstremitas akan mengambil postur
yang berlawanan).
- Refleks menghisap dan membuka mulut (rooting refleks)
menimbulkan reflek sentuhan bibir, pipi atau sudut mulut bayi dengan
puting. Respon yang khas bayi menoleh kearah 36 Poltekkes kemenkes
Bengkulu stimulus, membuka mulut, memasukkan puting dan
menghisap.
- Refleks menggenggam (phalmal grap reflek) adalah bila telapak
tangan memberi rangsangan akan memberi reaksi seperti
menggenggam.
i. APGAR SKOR
- Asfiksia ringan
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan
tindakan istimewa.
- Asfiksia sedang
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi
jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik sianosis,
reflek iritabilitas tidak ada.
- Asfiksia berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan
kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asfiksia dengan
henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10
menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post
partum, pemeriksaan fisik sama pada asfiksia berat.
B. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa
keperawatan yang biasanya akan muncul pada pasien dengan diagnosa medis
asfiksia sesuai SDKI yaitu:
a. Gangguan ventilasi spontan b.d gangguan metabolisme
b. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas
c. Risiko termogulasi tidak efektif d.d kebutuhan oksigen meningkat
C. Intervensi

Diagnosa Luaran
No. Intervensi Rasional
Keperawatan Keperawatan Keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan 1. Untuk
ventilasi spontan tindakan 1. Identifikasi adanya mengetahui
b.d gangguan keperawatan kelelahan otot bantu adanya
metabolisme selama …x24 jam napas kelelahan otot
diharapkan 2. Identifikasi efek bantu napas
Keadekuatan perubahan posisi 2. Untuk
cadangan energi terhadap status menegtahui
untuk mendukung pernapasan efek
individu mampu 3. Monitor status perubahan
bernapas secara respirasi dan posisi
adekuat oksigenasi terhadap
meningkat 4. Pertahankan status
dengan kepatenan jalan napas pernapasan
Kriteria hasil : 5. Berikan 3. Untuk
1. Dispnea oksigenasi sesuai mengetahui
menurun kebutuhan respirasi dan
2. Penggunaan
oksigenasi
otot bantu
pasien
napas menurun
4. Agar jalan
napas tetap
paten
5. Agar
kebutuhan
oksigenasi
tercukupi
2. Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Untuk
napas tidak tindakan pola mengetahui
efektif keperawatan napas pola napas
b.d hipersekresi selama …x24 jam 2. Monitor 2. Untuk
jalan napas diharapkan bunyi mengetahui
Kemampuan napas apakah ada
membersihkan tambaha bunyi napas
secret atau jalan n tambahan
napas untuk 3. Monitor 3. Untuk
mempertahankan sputum mengetahui
jalan napas tetap 4. Pertahan apakah ada
paten meningkat ka sputum atau
dengan kepatena tidak
Kriteria hasil: n jalan 4. Agar jalan
1. Produksi napas napas tetap
sputum dengan paten
menurun head-tilt 5. Untuk
2. Meconium dan mencegah
menurun chin-lift terkumpulnya
3. Dyspnea 5. Lakukan secret di
menurun fisiotera saluran
4. Frekuensi pi dada pernafasan
napas 6. Lakukan 6. Agar jalan
membaik penghisa napas tidak
5. Pola napas pan tersumbat oleh
membaik lendir secret
7. Berikan 7. Agar
oksigen mempermuda
h pernapasan
3. Resiko Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk
termoregulasi tindakan kesiapan dan mempermuda
tidak efektif b.d keperawatan kemampuan h kemampuan
kebutuhan selama …x24 jam menerima menerima
oksigen diharapkan infomasi informasi
meningkat Pengaturan suhu 2. Sediakan 2. Untuk
tubuh agar tetap materi dan mengetahui
berada pada media informasi
rentang normal Pendidikan tentang
membaik dengan kesehatan kesehatan
kriteria hasil: 3. Jadwalkan 3. Agar lebih
1. Konsumsi pendidikan mudah
oksigen kesehatan mengetahui
menurun sesuai informasi
2. Pucat kesepakatan 4. Untuk
menurun 4. Jelaskan mengetahui
3. Hipoksia prosedur pengukuran
menurun pengukuran suhu
4. Suhu tubuh suhu 5. Agar
membaik 5. Anjurkan mendapatkan
terus hasil yang
memegang akuran
bahu dan
menahan dada
saat
pengukuran
aksila
DAFTAR PUSTAKA

Dewi PR, 2018. Laporan Pendahuluan Asfiksia

Neonatorum Ruang PerinaRSUD Banyumas.

Purwokerto: Universitas Jendral Soedirman

Marlini Mia, 2018. Laporan Pendahuluan Asfiksia

Neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Dr.

H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.

Banjarmasin: STIKES Cahaya

Bangsa Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016).

Asuhan

Keperawatan PraktisBerdasarkan

Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC

dalam

Berbagai Kasus. Jogjakarta: Mediaction.

Nurtanti Ayu, dkk. 2018. Laporan Pendahuluan

Asfiksia. Slawi: STIKESBhakti Mandala

Husada

PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan

Indonesia: Definisi danIndikator Diagnostik,

Edisi

1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia: Definisi danTindakan Keperawatan,

Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi


dan KriteriaHasil, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Rojatutazqiroh Iro, 2018. Laporan Pendahuluan


Keperawatan Anak pada An.

Anda mungkin juga menyukai