Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN PADA BY.

I DENGAN ASFIKSIA
DIRUANG PERINATOLOGI
RSUD dr. SUEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Pendidikan Profesi Keperawatan
Anak
Program Pendidikan Profesi Ners

Di susun oleh :
DENI CANDRA RAMADHAN
221FK09006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA TASIKMALAYA
2022/2023

A. Definisi
Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak
segera  bernafas  bernafas spontan dan teratu. Pada asfiksia asfiksia terjadi terjadi
hipoksia hipoksia yang progresif progresif dan dapat terjadi pula penimbunan
CO2 dan asidosis terjadi pula penimbunan CO2 dan asidosis (Manuaba,
(Manuaba, 2010).

Asfiksia adalah suatu keadaan berupa berkurangnya kadar oksigen (O2)


dan berlebihnya kadar karbon dioksida (CO2) secara bersamaan dalam darah dan
jaringan tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen (udara) dalam alveoli
paru-paru dengan karbon dioksida dalam darah kapiler paru-paru. Kekurangan
oksigen disebut hipoksia dan kelebihan karbon dioksida disebut hiperkapnia.
Asfiksia neonatum ialah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini oleh karena hipoksia
janin intra uterin dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul
di dalam kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir.

B. Etiologi
Etiologi secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau segera
setelah lahir.
1. Faktor ibu
a. Hipoksi ibu, oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat
hipoventilasi selama anestesi, penyakit jantung sianosis, gagal
pernafasan, keracunan karbon monoksida, tekanan darah ibu yang
rendah.  
b. Penyakit pembuluh darah yang menganggu aliran darah uterus, kompresi
vena kava dan aorta saat hamil, gangguan kontraksi uterus, hipotensi
mendadak akibat perdarahan, hipertensi pada  penyakit eklampsia.
c. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun Gravida empat
atau lebih.
2. Faktor plasenta
a. Plasenta tipis  
b. Plasenta kecil
c. Plasenta tak menempel
d. Solusio plasenta
e. Perdarahan plasenta
3. Faktor janin / neonatus
a. Kompresi umbilikus  
b. Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat
c. Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir 
d. Prematur 
e. Gemeli
f. Kelainan congenital
g. Pemakaian obat anestesi
h. Trauma yang terjadi akibat persalinan
4. Faktor persalinan
a. Partus lama
b. Partus tindakan

C. Tanda Dan Gejala


Asfiksia pada bayi adalah merupakan kelanjutan dari hipoxia janin, dalam
persalinan ditemukan tanda gawat janin, yaitu :
1. Denyut jantung janin lebih dari 160 x/menit dan tidak teratur 
2. Masa henti nafas (fase henti nafas  primer)
3. Jika asfiksia berlanjut akan terjadi dalam  beberapa fase yaitu :
a. Janin bernafas bernafas megap-megap megap-megap (gasping). (gasping).
b. Masa henti nafas (fase henti nafas primer)
c. Jika asfiksia berlanjut akan munculkan periode gasping kedua selama 4-5
menit
d. Masa henti nafas kedua (fase henti nafas sekunder)

D. Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta.
Adanya hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan
biokimia  pada janin. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia. Bila janin
kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus
vagus sehingga DJJ terhadap nervus vagus sehingga DJJ (Denyut Jantung Janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak
dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus
sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan
mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat
banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi
atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia  berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung
mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-
angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan
menunjukkan  pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan
darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid terluhat
lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki
periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah
dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi
terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara
spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan
pemberian tidak dimulai segera.
E. Klasifikasi
1. Asfiksia Ringan
Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan
istimewa.  
2. Asfiksia Sedang
Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan
fisik akan terliha fisik akan terlihat jika frekuensi detak t jika frekuensi detak
jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek
iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk,
sianosis berat, dan kadang-kadang  pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada
asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih
dari 10 fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum menit sebelum
lahir lengkap atau bunyi lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum
jantung menghilang post partum pemeriksaan fisik pemeriksaan fisik sama
asfiksia berat.
Cara menilai tingkatan APGAR score dengan :
a. Menghitung frekuensi jantung.
b. Melihat usaha bernafas.
c. Menilai tonus otot.
d. Menilai reflek rangsangan.
e. Memperlihatkan warna kulit
F. Pathway
G. Manifestasi klinis
1. Pada kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160x/mnt atau kurang dari 100x/mnt,
halus dan ireguler adanya pengeluaran meconium.
a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfksia
b. Jika DJJ 160x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfksia
c. Jika DJJ 100x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat
2. Pada bayi setelah lahir
a. Bayi pucat dan kebiru-biruan
b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis metabolik atau respiratori
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kegagalan sistem multiorgan
g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik :
kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik / tidak  menangis.

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosisa
asfiksia pada bayi baru lahir menurut Prawirohardjo (2010), (2010), yaitu:
1. Denyut Jantung Bayi Frekuensi denyut jantung normal pada bayi yaitu sekitar
120 dan 160 kali selama satu menit. Apabila frekuensi denyut jantung turun
sampai dibawah 100 semenit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal
ini merupakan tanda bahaya bagi bayi
2. Analisa Gas Darah
3. Laboratorium Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin/hematokrit (HB/
Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%), analisa gas 15-20 gr dan Ht 43%-
61%), analisa gas darah dan ser darah dan serum elektrolit. um elektrolit.
4. Baby gram (RO dada)
5. USG (kepala)
I. Penatalaksanaan Medis
Menurut Aziz Hidayat (2009), Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan
asfiksia, antara lain :
1. Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10)
a. Bayi dibungkus dengan kain hangat  
b. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian
mulut.
c. Bersihkan badan dan tali pusat.
d. Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam
inkubator.
2. Asfiksia sedang (Apgar score 4-6)
a. Bersihkan jalan napas.
b. Berikan oksigen 2 liter per menit.
c. Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belum ada
reaksi,bantu pernapasan dengan melalui masker (ambubag)
d. Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat  bikarbonat 7,5%sebanyak 7,5%sebanyak 6cc. Dextrosa
Dextrosa 40% sebanyak sebanyak 4cc disuntikan disuntikan melalui vena
umbilikus secara perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan intra kranial
meningkat.
3. Asfiksia berat (Apgar skor 0-3)
a. Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui lambubag.
b. Berikan oksigen 4-5 liter per menit.
c. Bila tidak berhasil lakukan ETT (Endotracheal Tube).
d. Bersihkan jalan napas melalui ETT (Endotracheal Tube).
e. Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc
J. Farmakoterapi
 Epinefrin.
Pemberian epinefrin akan dilakukan bila frekuensi jantung kurang dari
60x/mnt setelah melakukan ventilasi tekanan perifer (VTP) secara efektif
selama 30 detik dan dilanjutkan VTP serta kompresi dada secara terkoordinasi
selama 30 detik.

K. Komplikasi
Komplikasi ini meliputi beberapa organ :
1. Edema otak dan perdarahan otak 
Pada penderita asfksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah  berlarut
sehingga terjadi aliran darah ke otak yang menurun. Keadaaan ini akan
menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema
otak. Hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.
2. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfksia.
Keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya yang
disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah  jantung akan
lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah
yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada  pembuluh darah mesentrium
dan ginjal yang menyebabkan  pengeluaran urine sedikit.
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfksia akan mengalami gangguan  pertukaran gas
dan transport O2 sehingga penderita kekurangan  persediaan O2 dan
kesulitan pengeluaran CO2. Hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak
tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal, diantaranya : hipoksemia dan perdarahan pada
otak. Sedangkan akibat tindakan dari pemakaian  bag and mask yang
berlebihan dapat menyebabkan pneumotoraks, dimana pada pengembangan
paru yang berlebihan dapat menyebabkan al-eolus pecah atau robekan pada
mediastinum sehinga udara akan mengisi rongga pleura / mediastinum.

L. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Berisi nama pasien, umur, jeis kelamin, agama, Berisi nama pasien, umur,
jeis kelamin, agama, suku, tanggal masuk, , tanggal masuk, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis.  
b. Identitas penanggungjawab
Berisi nama penanggung jawab pasien dan hubungan dengan pasien.
2. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama (saat masuk RS dan saat ini)
Keluhan yang paling dasar atau utama yang pasien katakana
2) Alasan masuk RS dan perjalanan penyakit saat ini
Perjalanan penyakit dan alasan saat pasien masuk Rumah Sakit yang
dimulai dari pasien masuk IGD, kemudian masuk dimulai dari pasien
masuk IGD, kemudian masuk bangsal sampai saat al sampai saat
dilakukan pengkajian.  
b. Status kesehatan masa lalu
Berisikan riwayat kesehatan pasien, apakah sebelumnya pasien pernah
dirawat di rs atau tidak, dan riwayat alergi terhadap makanan atau
obatobatan. Serta kebiasaan merokok, kopi, alkohol dan lain sebagainya.
3. Pola kebutuhan dasar ( data Pola kebutuhan dasar ( data Bio-Psiko-Sosio-
Kultural-Spiritual
4. Kajian khusus pediatric
5. Pemeriksaan fisik
M. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif
2. Gangguan pertukaran gas
3. Termogulasi tidak efektif

N. Intervensi keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteri Intervensi


Hasil
Pola Napas Tidak Pola napas (L.01004) Manajemen Jalan Napas
Efektif (D.0005) Definisi : Inspirasi dan (I.01011)
1. Gejala dan ekspirasi yang Observasi
Tanda Mayor memberikan ventilasi 1. Monitor pola napas
a. Subjektif adekuat. (frekuensi,kedalaman,usaha
- Dispnea Kriteria hasil : napas)
b. Objektif 1. Kapasitas vital 2. Monitor bunyi napas tambahan
- Penggunaa meningkat (5) (mis. Wheezing, gurgling,
n otot 2. Tekanan ekspirasi ronkhi)
bantu meningkat (5) 3. Monitor sputum
pernapasan 3. Tekanan inspirasi Terapeutik
- Fase meningkat (5) 1. Pertahankan kepatenan jalan
ekspirasi 4. Dispnea menurun napas dengan head till dan chin
memanjang (5) lift
- Pola napas 5. Penggunaan otot 2. Posisikan semifowler atau
abnormal bantu napas fowler
(mis, menurun (5) 3. Berikan minum hangat
takipnea, 6. Frekuensi 4. Lakukan fisioterapi dada, jika
bradipnea, pernafasan dalam perlu
hiperventil rentang normal (5) 5. Lakukan penghisapan lendir
asi dll) kurang lebih 15 detik
2. Gejala dan 6. Berikan oksigen, jika pelu
Tanda Minor Edukasi
a. Subjektif 1. Anjurkan asupan cairan 2000
- Ortopnea ml/hari
b. Objektif 2. Ajarkan teknik batuk efektif
- Pernapasan Kolaborasi
pursed-lip Kolaborasi pemberian
- Pernapasan bronkodilator, ekspektoran,
cuping mukolitik, jika perlu
hidung
- Diameter
thoraks
anterior-
posterior
meningkat
- Ventilasi
semenit
menurun
- Kapasitas
vital
menurun
- Tekanan
ekspirasi
menurun
- Tekanan
inspirasi
menurun
Gangguan Pertukaran gas Pemantauan respirasi (I.01014)
Pertukaran Gas (L.01003) Observasi
Definisi : oksigenasi 1. Monitor frekuensi, irama,
(D.0003) dan eliminasi kedalam dan upaya napas
1. Gejala dan Tanda karbondioksida pada 2. Monitor pola napas
Mayor membran alveolus 3. Monitor kemampuan batuk
a. Subjektif kapiler dalam batas efektif
- Dispnea normal 4. Monitor adanya produksi
b. Objektif Kriteria hasil : sputum
- PCO2 1. Tingkat kesadaran 5. Monitor adanya sumbatan jalan
meningkat/ meningkat (5) napas
menurun 2. Dispnea menurun 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi
- PO2 (5) paru
menurun 3. Bunyi napas 7. Auskultasi buyi napas
- Takikardia tambahan 8. Monitor saturasi oksigen
- pH arteri menurun (5) 9. Monitor nilai AGD
meningkat/ 4. Pusing menurun Terapeutik
menurun (5) 1. Atur interval pemantauan
- Bunyi 5. Penglihatan kabur respirasi sesuai kondisi pasien
napas menurun (5) 2. Dokumentasikan hasil
tambahan 6. PCO2 membaik pemantauan
2. Gejala dan Tanda (5) Edukasi
Minor 7. PO2 membaik (5) 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
a. Subjektif 8. Takikardi pemantauan
- Pusing membaik (5) 2. Informasikan hasil pemantauan,
- Penglihata 9. Pola napas jika perlu
n kabur membaik (5)
b. Objektif
- Sianosis
- Diaforesis
- Gelisah
- Napas
cuping
hidung
- Pola napas
abnormal
- Warna
kulit
abnormal
- Kesadaran
menurun
Termogulasi Tidak Termoregulasi Regulasi Temperatur (I.14578)
Efektif (D.0149) (L.14134) Observasi :
1. Gejala dan Tanda Definisi : pengaturan - Monitor suhu bayi sampai stabil
Mayor suhu tubuh agar tetap (36,5 – 37,5 ℃)
a. Subjektif berada pada rentang - Monitor suhu tubuh anak tiap
- normal dua jam, jika perlu
b. Objektif - Monitor tekanan darah,
- Kulit kriteria hasil : frekuensi pernafasan dan nadi
dingin / - Menggigil - Monitor warna dan suhu kulit
hangat menurun - Monitor dan catat tanda dan
- Menggigil - Kulit merah gejala hipotermia atau
- Suhu tubuh menurun hipertermia
fluktuatif - Kejang menurun Terapeutik :
2. Gejala dan Tanda - Akrosianosi - Pasang alat pemantau suhu
Minor menurun continue, jika perlu
a. Subjektif - Konsumsi oksigen - Tingkatkan asupan cairan dan
- menurun nutrisi yang adekuat
b. Objektif - Piloekresi menurun - Bedong bayi segera setelah lahir
- Piloereksi - Vasokontriksi untuk mencegah kehilangan
- Pengisian perifer menurun panas
kapiler >3 - Kutis memorata - Masukan bayi BBLR kedalam
menurun
detik - Pucat menurun plastic segera setelah lahir
- Tekanan - Takikardi menurun - Gunakan topi bayi untuk
darah - Takipnea menurun mencegah kehilangan panas
meningkat - Bradikardi pada bayi baru lahir
- Pucat menurun - Tempatkan bayi baru lahir
- Frekuensi - Dasar kuku dibawah radiant warmer
nafas sianolik menurun - Pertahankan kelembapan
meningkat - Hipoksia menurun incubator 50% atau lebih untuk
- Takikardia - Suhu tubuh mengurangi kehilangan panas
- Kejang membaik karena proses evaporasi
- Kulit - Suhu kulit - Atur suhu incubator sesuai
kemerahan membaik kebutuhan
- Dasar kuku - Kadar glukosa - Hangatkan terlebih dahulu
sianotik darah membaik bahan-bahan yang akan kontak
- Pengisian kapiler dengan bayi
membaik - Hindari meletakkan bayi didekat
- Ventilasi membaik jendela terbuka atau diarea
- Tekanan darah aliran pendingin ruangan atau
membaik kipas angin
- Gunakan matras penghangat,
selimut hangat, dan penghangat
ruangan untuk menaikkan suhu
tubuh, jika perlu
- Gunakan kasur pendingin, water
circulating blankets, ice pack
atau gel ped dan intravascular
cooling catheterization untuk
menurunkan suhu tubuh
- Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien
Edukasi :
- Jelaskan cara pencegahan heat
exhaustion dan heat stroke
- Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena terpapar udara
dingin
- Demonstrasikan teknik
perawatan metode kanguru
(PMK) untuk bayi BBLR
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian antipiretik,
jika perlu

DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Satuan Diagnosa Keperawatan Indonesia
cetakan III. Jakarta ; Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Satuan Luaran Keperawatan Indonesia
cetakan II. Jakarta ; Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Satuan Intervensi Keperawatan Indonesia
cetakan II. Jakarta ; Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai